Anda di halaman 1dari 35

Materi PMR : Pertolongan Pertama Lengkap

Posted by Meyga Chandra Febiadi Putra on 15.33 with 6 comments

Pertolongan Pertama

Apakah Definisi Pertolongan Pertama ?

Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat
kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan dari tenaga medis.
Ini berarti :

Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat.

Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban bukan menambah sakit
korban

Apa saja Tujuan utama Pertolongan Pertama?

Tujuan utama pertolongan pertama adalah untuk :

Mempertahankan penderita tetap hidup atau terhindar dari maut

Membuat keadaan penderita tetap stabil

Mengurangi rasa nyeri, ketidak-nyamanan dan rasa cemas

Menghindarkan kecacatan yang lebih parah

Siapa saja Pelaku Pertolongan Pertama ?

Pelaku pertolongan pertama adalah penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian yang
memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar. Secara umum semua orang boleh
memberikan pertolongan.

Klasifikasi Penolong:

a. Orang Awam : Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan pertama
b. Penolong pertama : Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI

c. Tenaga Khusus/Terlatih :

Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi kedaruratan di Lapangan

Apa saja Kualifikasi Seorang Pelaku Pertolongan Pertama ?

Agar dapat menjalankan tugas, petugas penolong harus memiliki kualifikasi sebagai berikut

Jujur dan bertanggungjawab.

Memiliki sikap profesional, kematangan emosi. dan Kemampuan bersosialisasi.

Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik

Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI.

Apa saja Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama ?

Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya

Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa

Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban

Meminta bantuan / rujukan

Ikut menjaga kerahasiaan dengan petugas lain yang terlibat

Mempersiapkan untuk ditransportasikan

Peralatan Dasar Pelaku Pertolongan Pertama (Alat Pelindung Diri)

Sarung Tangan Lateks

berguna untuk melindungi diri karena pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat
menularkan penyakit

Kacamata Pelindung

berguna untuk melindungi mata dari percikan darah maupun mencegah cedera akibat benturan atau
kelilipan pada mata saat melakukan pertolongan.

Baju pelindung
berguna untuk mencegah merembesnya cairan tubuh penderita melalui baju penolong.

Masker Penolong

berguna untuk mencegah penularan penyakit penyakit melalui udara.

Masker RJP

diperlukan bila akan melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP)

Helm

Dipakai apabila akan bekerja di tempat yang rawan akan jatuhnya benda untuk mencegah terjadinya
cedera pada kepala saat melakukan pertolongan.

Apa saja Peralatan yang dibutuhkan dalam Pertolongan Pertama?

Penutup Luka misalnya kasa steril

Pembalut misalnya pembalut segitiga (mitella) dan pembalut gulung

Cairan Antiseptik misalnya alkohol

Cairan Pencuci Mata misalnya boorwater

Peralatan stabilisasi misalnya bidai dan papan spinal panjang

Gunting

Senter

Tandu

Tensimeter dan Stetoskop

Kapas

Pinset

Senter

Alat Tulis

Kartu penderita
Bagaimana Prinsip Dasar Pertolongan Pertama ?

Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan adalah sebagai berikut:

Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang berfikir
panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah
tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya

Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien. Pergunakanlah
sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja
dalam tim, buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.

Biasakan membuat catatan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda lakukan, identitas
korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau
pertolongan tambahan oleh pihak lain

Alat Bantu pada Pertolongan Pertama

1. Perban

Perban adalah bahan yang digunakan untuk menutup luka dengan tujuan untuk membantu
menghentikan pendarahan dan menyerap cairan yang keluar dari luka juga mencegah terjadinya
kontaminasi kuman.

Bila perban tidak tersedia dapat digunakan bahan lain seperti sapu tangan, sarung tangan, lembaran
kain atau pakaian yang bersih. Jika memungkinkan, bahan tersebut disterilkan dengan merebusnya
selama 15 menit kemudian baru dikeringkan. Pada saat menutup luka usahakan perban lebih lebar
beberapa sentimeter dari pinggiran luka untuk mencegah kontaminasi kotoran atau kuman.

2. Pembalut / bebat

Bebat atau balutan adalah bahan yang sering digunakan untuk melapis luka sehabis diperban.
Kegunaannya adalah untuk menbantu menghentikan pendarahan, mengurangi terjadinya
pembengkakan dan mendukung bagian otot yang terluka supaya menyatu kembali.

3. Mitella (pembalut segitiga)


Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki
antara 50-100 cm

Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak
kaki, dan untuk menggantung lengan.

Dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi.

4. Dasi (cravat)

Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga berbentuk pita dengan kedua
ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10 cm.

Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang,
ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir.

Cara membalut:

o Bebatkan pada tempat yg akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan

o Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat arahnya

saling menarik

o Kedua ujung diikatkan secukupnya

5. Pita (pembalut gulung)

Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan elastis. Yang paling sering adalah kasa.
Hal ini dikarenakan kasa mudah menyerap air dan darah, serta tidak mudah kendor.

Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:

2,5 cm : untuk jari-jari

5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan

7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki

10 cm : untuk paha dan sendi pinggul

10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.

Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):

Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap


Pastikan bahwa perban tergulung kencang

Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari proksimal
ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan dibalut dari distal ke proksimal (terakhir ujung
yang dalam tadi diikat dengan ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka
(distal), lalu balut lurus 2 kali.

Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara
bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan menutupi dua per tiga bagian
sebelumnya.

Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan peniti atau jepitan
perban.

6. Plester (pembalut berperekat)

Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk
merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara pembidaian langsung dengan lester disebut strapping.
Plester dibebatkan berlapis-lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakan perlu pita
yang masing-masing ujungnya difiksasi lengan plester.

Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah dilengkapi dengan kasa yang
mengandung antiseptik (Tensoplast, Band-aid, Handyplast dsb).

Cara membalut luka terbuka dengan plester:

Luka diberi antiseptik

Tutup luka dengan kassa

Baru letakkan pembalut plester.

7. Kassa Steril

Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah disterilkan dan dibungkus sepotong
demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum digunakan.

Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati (misalnya sudah
ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester.

8. Bidai
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang
digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit. Maksud dari immobilisasi adalah:

1. Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak jaringan lemah,

otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.

2. Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah terjadinya syok karena

rasa nyeri yang hebat.

3. Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga mencegah terjadinya

infeksi tulang.

Pembidaian tidak hanya dilakukan untuk immobilisasi tulang yang patah tetapi juga untuk sendi yang
baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor sehingga gampang mengalami dislokasi kembali,
untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu dilakukan pembidaian.

9. Pembalut Lainnya

Snelverband : pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan steril. Baru dibuka saat
akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar.

Sofratulle : kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika. Digunakan untuk menutup luka-luka
kecil.

Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama

A. Asma

Asma yaitu penyempitan/gangguan saluran pernafasan.

Gejala

· Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas

· Canned be heard the voice of the additional breath

· Otot Bantu nafas terlihat menonjol (dileher)

· Irama nafas tidak teratur

· Terjadinya perubahan warna kulit (merah/pucat/kebiruan/sianosis)

· Kesadaran menurun (gelisah/meracau)


Penanganan

1. Tenangkan korban

2. Bawa ketempat yang luas dan sejuk

3. Posisikan setengah duduk 4. Atur nafas

5. Beri oksigen (bantu) bila diperlukan

B. Lemah Jantung

Lemah jantung yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah kejantung terganggu atau
terdapat kerusakan pada jantung.

Gejala

Nyeri di dada

Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit membungkuk

Kadang sampai tidak merespon terhadap suara

Denyut nadi tak teraba / lemah

Gangguan nafas

Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung

Kepala terasa ringan

Lemas

Kulit berubah pucat/kebiruan

Keringat berlebihan

Tidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung. Hal itu bisa terjadi karena gangguan pencernaan,
stress, tegang.

Penanganan
1. Tenangkan korban

2. Istirahatkan

3. Posisi duduk

4. Buka jalan pernafasan dan atur nafas

5. Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan

6. Jangan beri makan/minum terlebih dahulu

7. Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain didekatnya)

C. Mimisan

Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu ekstrim (terlalu
panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan.

Gejala

· Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri

. Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh darah

· Kadang disertai pusing

Penanganan

1. Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman

2. Tenangkan korban

3. Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung

4. Diminta bernafas lewat mulut

5. Bersihkan hidung luar dari darah

6. Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan Pertama

D. Mual-Mual

Maag/Mual yaitu gangguan lambung/saluran pencernaan.

Gejala

· Perut terasa nyeri/mual

· Berkeringat dingin

· Lemas

Penanganan
1. Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi korban

2. Beri minuman hangat (teh/kopi)

3. Jangan beri makan terlalu cepat

E. Memar

Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras.

Gejala

· Warna kebiruan/merah pada kulit

· Nyeri jika di tekan

· Kadang disertai bengkak

Penanganan

1. Kompres dingin

2. Balut tekan

3. Tinggikan bagian luka

F. Keseleo

Keseleo yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram.

Gejala

· Bengkak dan nyeri bila ditekan

· Kebiruan/merah pada derah luka

· Sendi terkunci

· Ada perubahan bentuk pada sendi

Penanganan

1. Korban diposisikan nyaman

2. Kompres es/dingin

3. Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi pergerakan

4. Tinggikan bagian tubuh yang luka

G. Kram

Kram yaitu otot yang mengejang/kontraksi berlebihan.


Gejala

· Nyeri pada otot

· Kadang disertai bengkak

Penanganan

1. Istirahatkan

2. Posisi nyaman

3. Relaksasi

4. Pijat berlawanan arah dengan kontraksi

H. Histeria

Histeria yaitu sikap berlebih-lebihan yang dibuat-buat (berteriak, berguling-guling) oleh korban;
secara kejiwaan mencari perhatian.

Gejala

· Seolah-olah hilang kesadaran

· Sikapnya berlebihan (meraung-raung, berguling-guling di tanah)

· Tidak dapat bergerak/berjalan tanpa sebab yang jelas

Penanganan

1. Tenangkan korban

2. Pisahkan dari keramaian

3. Letakkan di tempat yang tenang

4. Awasi

I. Keracunan Makanan atau Minuman

Gejala

· Mual, muntah

· Keringat dingin

· Wajah pucat/kebiruan

Penanganan

1. Bawa ke tempat teduh dan segar

2. Korban diminta muntah


3. Diberi norit

4. Istirahatkan

5. Jangan diberi air minum sampai kondisinya lebih baik

Evakuasi Korban

Evakuasi korban adalah salah satu tahapan dalam Pertolongan Pertama yaitu untuk memindahkan
korban ke lingkungan yng aman dan nyaman untuk mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut.

Prinsip Evakuasi

1. Dilakukan jika mutlak perlu

2. Menggunakan teknik yang baik dan benar

3. Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki

semangat untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau

bahkan kematian

Alat Pengangkutan

Dalam melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu, namun hal tersebut
sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan, kondisi korban ketersediaan alat). Ada dua
macam alat pengangkutan, yaitu:

1. Manusia

Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pengangkut mempengaruhi cara
angkut yang dilaksanakan.

Bila satu orang maka penderita dapat:

· Dipondong : untuk korban ringan dan anak-anak

· Digendong : untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang

· Dipapah : untuk korban tanpa luka di bahu atas,

Bila dua orang maka penderita dapat:

Maka pengangkutnya tergantung cidera penderita tersebut dan diterapkan bila korban tak perlu
diangkut berbaring dan tidak boleh untuk mengangkut korban patah tulang leher atau tulang
punggung.

· Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan

· Model membawa balok

· Model membawa kereta


2. Alat bantu

· Tandu permanen

· Tandu darurat

· Kain keras / ponco / jaket lengan panjang

· Tali / webbing

Persiapan :

Yang perlu diperhatikan:

Kondisi korban memungkinkan untuk dipindah atau tidak berdasarkanpenilaian kondisi dari:
keadaan respirasi, pendarahan, luka, patah tulang dan angguan persendian

Menyiapkan personil untuk pengawasan pasien selama proses evakuasi

Menentukan lintasan evakusi serta tahu arah dan tempat akhir korban diangkut

Memilih alat

Selama pengangkutan jangan ada bagian tuhuh yang berjuntai atau badan penderita yang tidak
daolam posisi benar.

Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama

Gigitan Binatang

Gigitan binatang gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang tersebut
untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang mengancam keselamatan jiwanya.
Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa.
Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar daripada luka biasa.

Pertolongan Pertamanya adalah:

· Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik

· Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut

Ada beberapa jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat melakukan kegiatan di alam
terbuka, diantaranya:

Gigitan Ular
Tidak semua ular berbisa, akan tetapi hidup penderita/korban tergantung pada ketepatan diagnosa,
maka pad keadaan yang meragukan ambillah sikap menganggap ular tersebut berbisa. Sifat
bisa/racun ular terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Hematotoksin (keracunan dalam)

2. Neurotoksin (bisa/racun menyerang sistem saraf)

3. Histaminik (bisa menyebabkan alergi pada korban)

Nyeri yang sangat dan pembengkakan dapat timbul pada gigitan, penderita dapat pingsan, sukar
bernafas dan mungkin disertai muntah. Sikap penolong yaitu menenangkan penderita adalah sangat
penting karena rata-rata penderita biasanya takut mati.

Penanganan untuk Pertolongan Pertama :

Telentangkan atau baringkan penderita dengan bagian yang tergigit lebih rendah dari jantung.

Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa ular tidak semakin cepat

Cegah penyebaran bias penderita dari daerah gigitan

Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkakan untuk membendung sebagian


aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi aliran arteri. Torniquet/ toniket dikendorkan setiap
15 menit selama + 30 detik

Letakkan daerah gigitan dari tubuh

Berikan kompres es

Usahakan penderita setenang mungkin bila perlu diberikan petidine 50 mg/im untuk
menghilangkan rasa nyeri

Perawatan luka

Hindari kontak luka dengan larutan asam Kmn 04, yodium atau benda panas

Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan kedalam lukanya, bila perlu pengeluaran ini
dibantu dengan pengisapan melalui breastpump sprit atau dengan isapan mulut sebab bisa ular
tidak berbahaya bila ditelan (selama tidak ada luka di mulut).

Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa (antifenin)


Perbaikan sirkulasi darah

Kopi pahit pekat

Kafein nabenzoat 0,5 gr im/iv

Bila perlu diberikan pula vasakonstriktor

Obat-obatan lain

Toksoid tetanus 1 ml

Antibiotic

Gigitan Lipan

Ciri-ciri

1. Ada sepasang luka bekas gigitan

2. Sekitar luka bengkak, rasa terbakar, pegal dan sakit biasanya hilang dengan sendirinya setelah 4-5
jam

Penanganan

1. Kompres dengan yang dingin dan cuci dengan obat antiseptik

2. Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa ke paramedik

Gigitan Lintah dan Pacet

Ciri-ciri

Pembengkakan, gatal dan kemerah-merahan (lintah)

Penanganan

1. Lepaskan lintah/pacet dengan bantuan air tembakau/air garam

2. Bila ada tanda-tanda reaksi kepekaan, gosok dengan obat atau salep anti gatal

Sengatan Lebah/Tawon dan Hewan Penyengat lainnya

Biasanya sengatan ini kurang berbahaya walaupun bengkak, memerah, dan gatal. Namun beberapa
sengatan pada waktu yang sama dapat memasukkan racun dalam tubuh korban yang sangat
menyakiti.

Perhatian :

Dalam hal sengatan lebah, pertama cabutlah sengat-sengat itu tapi jangan menggunakan kuku atau
pinset, Anda justru akan lebih banyak memasukkan racun kedalam tubuh. Cobalah mengorek sengat
itu dengan mata pisau bersih atau dengan mendorongnya ke arah samping. Balutlah bagian yang
tersengat dan basahi dengan larutan garam inggris.

Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama

Patah Tulang

Patah tulang dapat terjadi akibat adanya cidera berat pada bagian tubuh sehingga tulang menjadi
terbelah dan menimbulkan rasa sakit. Jika kita menemukan orang yang tulangnya patah sebaiknya
kita harus berhati-hati jika ingin menolongnya karena jika salah maka cideranya akan bertambah
parah.

Orang yang patah tulang sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit, puskesmas, klinik, dokter, ahli
patah tulang atau pusat kesehatan lainnya agar dapat segera diberi perawatan yang intensif agar
tulang yang patah bisa berangsur-angsur pulih kembali.

Gejala

Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang: pembengkakan,
memar, rasa nyeri.

Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang patah akan
memberikan nyeri yang hebat pada penderita.

Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat tidak sama bentuk dan
panjangnya.

Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak dapat
digunakan lagi.

Perubahan bentuk

Nyeri bila ditekan dan kaku

Bengkak

Terdengar/terasa (korban) derikan tulang yang retak/patah

Ada memar (jika tertutup)

Terjadi pendarahan (jika terbuka)

Beberapa Jenis/Macam Patah Tulang dan langkah – langkah penanganannya :

1. Patah Tulang Tertutup


Patah tulang tertutup adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya tidak melukai/merobek
daging dan kulit yang ada di dekatnya. Patah tulang ini bisa menjadi terbuka jika patahan tulangnya
semakin parah dan menusuk daging / kulit hingga menimbulkan luka berdarah.

Langkah – langkah penanganan:

Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.

Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik dengan
menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat
atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah.

2. Patah Tulang Terbuka

Patah tulang terbuka adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya membuat daging dan
kulit yang ada di sekitar patahan tulang menjadi sobek terluka. Patah tulang ini harus benar-benar
diwaspadai karena selain mudah infeksi karena luka menganga juga kita bisa tertular penyakit orang
yang berdarah tersebut bila tidak berhati-hati.

Langkah – langkah penanganan:

Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.

Jika darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan menekan dan mengikat bagian yang
terluka dengan kain bersih.

Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik dengan
menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat
atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah atau terluka.

3. Patah Tulang Belakang / Spinal

Pada kondisi patah tulang punggung atau tulang belakang si penderita akan merasa sakit pada
bagian belakang atau bagian leher. Jika demikian maka jangan menimbulkan banyak gerakan pada
korban agar tidak merusak sumsum tulang belakang yang bisa mengakibatkan lumpuh permanen.
Sebaiknya tunggu ambulan atau petugas medis yang berpengalaman untuk mengurus korban lebih
lanjut.

Langkah – langkah penanganan:


Jangan membuat pasien banyak bergerak baik berpindah tempat, mengangkat kepala, berdiri,
duduk, dsb. Jika tidak mendesak jangan korban patah tulang belakang jangan dipindahkan dari
tempat semula dan jaga posisi agar tetap dengan kepala lurus ke atas.

Hangatkan badan penderita patah tulang punggung dengan selimut.

Gunakan pengangkut dengan alas yang kuat dan keras seperti papan, meja, dll diangkut minimal
dua orang agar stabil.

Prosedur Pembalutan :

Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini:

Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang digunakan dan ukuran
pembalut bila menggunakan pita)

Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)

Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)

Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu dibidai/tidak?)

Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.

Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang
mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan tindakan
desinfeksi luka terbuka:

Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi luka selama
didesinfeksi.

Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.

Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh bekuan darah
dan kotoran yang terdapat di dalamnya.

Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran yang tidak hanyut
ketika disiram dibersihkan.

Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya dilapisi dengan
kasa yang agak tebal dan lembut.

Kemudian berikan balutan yang menekan.


Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan cara:

Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih
mantap dapat diberikan.

Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling lama 15 menit.

Pengikatan dengan tourniquet.

Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.

Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan lima jari di
bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)

Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan kain atau kasa
untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain, perlu dikencangkan dengan
sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit
menjadi pucat kekuningan.

Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan dengan kasa
steril.

Elevasi bagian yang terluka

Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:

Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi

Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain

Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.

Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling bawah letaknya di
sebelah distal.

Tidak mudah kendor atau lepas

Prinsip dan Prosedur Pembidaian :

Prinsip
Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan dipindahkan
sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ke tandu medis darurat
setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan pembidaian.

Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu
ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan
akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.

Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.

Prosedur Pembidaian

Siapkan alat-alat selengkapnya

Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya dengan
cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.

Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu pada
sendi yang sehat.

Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagian yang
patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama
pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.

Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dan sebagainya) dimulai dari
sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur.
Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang dibidai.

Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara keseluruhan
bagian tubuh yang patah tidak bergerak.

Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.

Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama

Luka

Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena kekerasan atau
injury.

Gejala
Terbukanya kulit

Pendarahan

Rasa nyeri

Penanganan

1. Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol atau boorwater)

2. Tutup luka dengan kasa steril / plester

3. Balut tekan (jika pendarahannya besar)

4. Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka:

1. Ketika memeriksa luka: adakah benda asing, bila ada:

Keluarkan tanpa menyinggung luka

Kasa/balut steril (jangan dengan kapas atau kain berbulu)

Evakuasi korban ke pusat kesehatan

2. Bekuan darah: bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai menutup.
Bekuan tidak boleh dibuang, jika luka akan berdarah lagi.

Luka dan Pencegahan terhadap kemungkinan Tetanus:

Luka Bakar

Luka Bakar yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan
panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar)

Tujuan pertolongan pertama pada korban luka bakar adalah :

Untuk mengurangi rasa sakit

Mencegah terjadinya infeksi


Mencegah dan mengatasi peristiwa shyok yang mungkin dialami korban

Tingkatan Luka Bakar :

Luka Bakar Tingkat I

Luka bakar tingkat satu adalah luka bakar dengan tingkat kerusakan jaringan hanya di bagian luar
lapisan kulit, misalnya, kulit terkena sengatan sinar matahari, kontak langsung dengan objek panas
seperti air panas atau uap panas.

Gejala :

- kemerahan pada bagian yang terbakar

- bengkak ringan

- nyeri

- kulit tidak terkoyak karena melepuh

Penanganan:

1. Siram dengan air mengalir bagian luka yang terbakar atau kompres dengan air dingin

Pakailah handuk kecil atau sapu tangan yang dicelup air dingin).

2. Lakukan sampai rasa sakit menghilang.

3. Tutup luka bakar dengan kain perban steril untuk mencegah infeksi.

4. Jangan memberi mentega atau minyak pada luka bakar

5. Jangan memberikan obat – obatan lain atau ramuan tanpa persetujuan dokter.

Luka Bakar Tingkat II

Luka bakar tingkat dua adalah luka yang disebabkan oleh kerusakan lapisan bawah kulit misalnya,
sengatan matahari yang berlebihan, cairan panas, dan percikan api dari bensin atau substansi lain.

Gejala:

- kemerahan atau bintikn-bntik hitam bergaris

- melepuh

- bengkak yang tidak hilang selama beberapa hari

- kulit terlihat lembab atau becek

Penanganan
1. Siram dengan air dingin / air es bagian luka yang terbakar atau kompres handuk kecil

atau sapu tangan yang dicelup air dingin.

2. Keringkan luka dengan handuk bersih atau bahan lain yang lembut

3. Tutup dengan perban steril untuk menghindari infeksi

4. Angkat bagian tangan ataua kaki yang terluka lebih tinggi dari organ jantung

5. Segera cari pertolongan medis jika korban mengalami luka bakar di sekitar bibir atau

kesulitan bernapas.

Luka Bakar Tingkat III

Luka bakar yang menghancurkan semua lapisan kulit dikategorikan sebagai luka bakar tingkat III
misalnya kontak terlalu lama dengan sumber panas dan sengatan listrik

Gejala :

- daerah luka tampak berwarna putih

- kulit hancur

- sedikit nyeri karena ujung saraf telah rusak

Penanganan

1. Jika korban masih dalam keadaan terbakar, padamkan api dengan menggunakan selimut,

karpet, jaket dan bahan lain.

2. Kesulitan bernapas dapat terjadi pada korban khususnya bila luka terdapat pada wajah,

leher dan di sekitar mulut karena korban menghirup asap yang menyertai pembakaran.

Lakukan pemeriksaan untuk memastikan korban bernapas.

3. Tempelkan kain basah atau air ingin, tetapi jangan menggunakan air es untuk luka di bagian

wajah, tangan dan kaki. Tujuannya untuk menurunkan suhu daerah luka

4. Tutup luka bakar dengan perban steril dan tebal, kain bersih, sarung bantal, atau bahan lain

yang anda temukan. Tetapi jangan bahan yang mudah rontok seperti kapas / kapuk.

5. Segera telepon ambulan, penting bagi korban untuk mendapatkan perawatan meski lukanya

tidak terlalu besar.

Bagaimanakah Tata Cara dalam Pertolongan Pertama

Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah sebagai berikut :
Jangan Panik

Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal, korban-korban yang
mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan diutamakan diberikan
kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.

Lakukan Penilaian terhadap penderita yang meliputi :

a) Penilaian keadaan

Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya
pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita hadapai, apakah
ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah selalu bahwa
seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi
korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu. Saat tiba di lokasi kejadian,sudah dapat
dipastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya adalah :

Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi kejadian.

Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:

• Nama Penolong

• Nama Organisasi

• Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang

Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian dini
dari penderita.

Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam nyawa.

Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.

Minta bantuan.

b) Penilaian Dini

Kesan umum

Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah situasi penderita tergolong kasus
trauma atau kasus medis.
jika termasuk kasus trauma maka mempunyai tanda – tanda yang jelas terlihat atau teraba misalnya
luka bakar, patah tulang, dll

Jika termasuk kasus medis maka tanpa tanda – tanda yang terlihat atau teraba misalnya sesak napas,
pingsan,dll

Periksa Respon

Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak penderita.
Terdapat 4 tingkat Respons penderita yaitu:

A = Awas

Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.

S = Suara

Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.

N = Nyeri

Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya dicubit,
tekanan pada tulang dada.

T=Tidak respon

Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong. Tidak membuka
mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali.

Memastikan jalan napas terbuka dengan baik (Airway).

Jalan napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia. Apapaun usaha
yang dilakukan, namun bila jalan napas tertutup semuanya akan gagal.

Pasien dengan respon

Cara sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan peserta saat berbicara. Adanya
gangguan jalan napas biasanya akan berakibat pada gangguan bicara.

Pasien yang tidak respon

Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus mengambil inisiatif untuk membuka jalan
napas. Cara membuka jalan napas yang dianjurkan adalah angkat dagu tekan dahi. Pastikan juga
mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang mungkin menyumbat saluran
napas

Pemeriksaan Fisik

Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry), cium bau
yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit ), dalam urutan berikut:

1. Kepala

Kulit Kepala dan Tengkorak

Telinga dan Hidung

Pupil Mata

Mulut

2. Leher

3. Dada

Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan

Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakan

Lakukan perabaan pada tulang

4. Abdomen

Periksa rigiditas (kekerasan)

Periksa potensial luka dan infeksi

Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan

Periksa adanya pembengkakan

5. Punggung
Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk

Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang

6. Pelvis

7. Alat gerak atas

8. Alat gerak bawah

Pemeriksaan tanda vital

1. Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak

2. Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas,
adakah tanda-tanda sesak napas.

3. Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar

4. Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering, berkeringat,
kemerahan, perubahan warna dan lainnya.

Denyut Nadi Normal :

Bayi : 120 - 150 x /menit

Anak : 80 - 150 x /menit

Dewasa : 60 - 90 x /menit

Frekuensi Pernapasan Normal :

Bayi : 25 - 50 x /menit

Anak : 15 - 30 x /menit

Dewasa : 12 - 20 x /menit

Riwayat Penderita
Selain melakukan pemeriksaan, jika memungkinkan dilakukan wawancara untuk mendapatkan data
tambahan. Wawancara sangat penting jika menemukan korban dengan penyakit.

Mengingat wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk membantu digunakan
akronim : KOMPAK

K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)

sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita

O = Obat-obatan yang diminum.

Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru saja diminum atau obat yang
seharusnya diminum namun ternyata belum diminum.

M = Makanan/minuman terakhir

Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada penderita. Selain itu data ini
juga penting untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalani pembedahan kemudian di
rumah sakit.

P = Penyakit yang diderita

Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan keadaan
yang dialami penderita pada saat ini, misalnya keluhan sesak napas dengan riwayat gangguan
jantung 3 tahun yang lalu.

A = Alergi yang dialami.

Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini mungkin merupakan suatu bentuk alergi,
biasanya penderita atau keluarganya sudah mengetahuinya

K = Kejadian.

Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala dan tanda
penyakit yang diderita saat ini.

Pemeriksaan Berkala / lanjut

Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya lakukan pemeriksaan berkala,
sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita hadapi.

Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5 menit, sedangkan pada
kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15 menit sekali.

Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah :

Keadaan respon

Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu


Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya

Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila waktu memang tersedia.

Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya Periksa kembali dari ujung kepala
sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang terlewat atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih
teliti.

Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa atau sengaja dilewati
karena melakukan pemeriksaan terarah.

Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau masih perlu ada tindakan
lainnya. Periksa kembali semua pembalutan, pembidaian apakah masih cukup kuat, apakah
perdarahan sudah dapat di atasi, ada bagian yang belum terawat.

Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman

Pelaporan

Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan anda, PMI
dan bukti medis.

Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan adalah :

• Umur dan jenis kelamin penderita

• Keluhan Utama

• Tingkat respon

• Keadaan jalan napas

• Pernapasan

• Sirkulasi

• Pemeriksaan Fisik yang penting

• KOMPAK yang penting

• Penatalaksanaan

Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama

Pingsan

Pingsan adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri seperti orang tidur pada seseorang akibat sakit,
kecelakaan, kekurangan oksigen, kekurangan darah, keracunan, terkejut/kaget, lapar/haus, kondisi
fisik lemah, dan lain sebagainya. Pingsan (Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara
karena otak kekurangan O2, kecelakaan, lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, terkejut /
kaget, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), anemia, dan lain-lain

Gejala umum :

Perasaan limbung

Pandangan berkunang-kunang

Telinga berdenging

Nafas tidak teratur

Muka pucat

Biji mata melebar

Lemas

Keringat dingin

Menguap berlebihan

Tak respon (beberapa menit)

Denyut nadi lambat

Penanganan

Baringkan korban dalam posisi terlentang

Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung

Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang menghambat pernafasan

Beri udara segar

Periksa kemungkinan cedera lain

Selimuti korban
Korban diistirahatkan beberapa saat

Untuk mengembalikan kesadaran orang yang mengalami kepingsanan dapat menggunakan bau-
bauan yang menyengat dan merangsang seperti minyak wangi, minyak nyong-nyong, anomiak,
durian dan lain-lain.

Jika wajah orang pingsan itu pucat pasi maka sebaiknya buat badannya lebih tinggi dari kepala
dengan disanggah sesuatu agar darah dapat mengalir ke kepala korban pingsan tersebut.

Jika muka orang yang pingsan itu merah maka sanggah kepalanya dengan bantal atau sesuatu agar
darah di kepalanya bisa mengalir ke tubuhnya secara normal.

Apabila si korban pingsan tadi muntah, maka sebaiknya miringkan kepalanya agar untah orang itu
bisa keluar dengan mudah sehingga jalur penapasan orang itu bisa lancar kembali.

Jika orang yang pingsan sudah siuman maka bisa diberi minumseperti kopi atau teh hangat. Jika
orangnya diabetes jangan diberi gula dan jika orangnya masih belum kuat memegang gelas atau
minum sendiri dengan tangannya harap jangan diberi dulu agar tidak tersedak.

Apabila tidak sadar-sadar dan berangsur-angsur membaik / pulih maka sebaiknya hubungi
ambulan atau dibawa ke pusat kesehatan terdekat seperti puskesmas, klinik, dokter, rumahsakit, dsb
agar mendapatkan perawatan yang lebih baik.

Perhatikan orang lain di sekitar korban, jangan sampai harta benda milik orang yang jatuh pingsan
tersebut raib digondol maling / copet yang senang beraksi dikala orang lain sengsara. Perhatikan
pula ornag lain yang membantu atau menonton korban, jangan sampai mereka kecopetan saat
serius membantu korban atau asyik melihat kejadian.

Bagaimanakah Teknik Pertolongan Pertama dalam Kondisi Gawat Darurat

RESUSITASI JANTUNG - PARU

RJP adalah teknik dasar pertolongan pertama yang digunakan pada korban yang tidak bernapas dan
kuat dugaan jantungnya berhenti berdenyut . RJP bertujuan untuk merangsang organ jantung dan
paru – paru korban berfungsi kembali memompa darah dan mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh.
Oleh karena itu diperlukan prosedur RJP yang dikenal dengan tindakan ABC meliputi :

Airway Controlling ( membuka Jalan udara / napas )

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Membaringkan korban telentang di lantai atau di tanah.

Membersihkan mulut dan jalan udara dari kemungkinan adanya benda – benda asing
menggunakan jari penolong.
Jika tidak ada dugaan terjadi cedera leher, dongakkan kepala korban untuk membuka jalan udara.
Dengan cara menempelkan telapak tangan penolong di kening korban dan jari tangan lainnya
mengangkat dagu korban yang bertujuan agar lidah korban tertarik dari pangkal tenggorokan.

Breathing Support (bantuan pernapasan / napas buatan )

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Pastikan kepala korban dalam posisi mendongak

Dengan meletakkan telapak tangan pada dahi, pencetlah hidung korban dengan menggunakan ibu
jari dan telunjuk kemudian ambil napas dalam – dalam. Tempelkan mulut Anda pada mulut korban
yang terbuka, tiup dengan cepat 2 kali napas penuh. Lepaskan mulut Anda setiap setelah
menghembuskan napas dan ambil napas panjang lagi dan tiup lagi.

Setelah Anda mengembuskan udara ke dalam mulut dan hidung, dekatkan telinga Anda ke hidung
korban untuk mendengarkan hembusan napasnya (LDR)

Lanjutkan pemberian udara kepada korban melalui mulut,hidung atau keduanya sekitar 12 kali
hembusan permenit (1 hembusan per 5 detik) untuk korban dewasa, 15 kali hembusan permenit (1
hembusan tiap4 detik) untuk korban anak-anak, 20 kali hembusan permenit (1 hembusan tiap 3
detik ) untuk bayi.

Kemudian perhatikan dada korban apakah ada gerakan naik dan turun pertanda dia bernapas, jika
dada sudah mulai mengembang hentikan tiupan

Circulatoring Support (Memulihkan sirkulasi darah)

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Letakkan bagian dalam salah satu tangan anda di atas bagian tengah dada pasien. Taruhlah tangan
lainnya di atas tangan yang pertama. Jaga siku anda lurus dan posisi bahu anda tepat di atas tangan
anda

Gunakan berat badan bagian atas (tidak hanya lengan anda) ketika anda mendorong ke bawah
(menekan) dada 4 –5,5 cm. Dorong kuat dan cepat-berikan dua tekanan tiap detik atau sekitar 100
tekanan tiap menit

Setelah 15 tekanan, miringkan kepala ke belakang-angkat dagu

untuk membuka jalan udara. Bersiaplah untuk memberikan 2 pernapasan penyelamat. Jepit ujung
hidung dan berikan napas ke mulut pasien selama 1 detik. Jika dada naik berikan napas kedua. Jika
tidak naik, ulangi memiringkan kepala ke belakang-mengangkat dagu dan berikan napas kedua. Itu
satu siklus. Jika ada orang lain selain anda, minta orang tersebut berikan dua napas setelah anda
melakukan 15 tekanan.

Seperti Apakah Anatomi dan Fisiologi Manusia secara Umum

Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh

Fisiologi (faal tubuh) adalah Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat atau jaringan tubuh.

Posisi Anatomis

Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi anatomis, yaitu
berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri
mengacu pada kanan dan kiri penderita.

Bidang Anatomis

Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah bidang khayal:

Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan

Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)

Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah (inferior)

Pembagian tubuh manusia

Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh manusia
dibagi menjadi :

Kepala : Tengkorak, wajah, dan rahang bawah

Leher

Batang tubuh : Dada, perut, punggung, dan panggul

Anggota gerak atas :

Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan, tangan.

Anggota gerak bawah :


Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki, kaki.

Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam tubuh yaitu
:

Rongga tengkorak : Berisi otak dan bagian-bagiannya

Rongga tulang belakang : Berisi bumbung saraf atau “spinal cord”

Rongga dada : Berisi jantung dan paru

Rongga panggul : Berisi kandung kemih, sebagian usus besar, dan organ reproduksi dalam

Rongga perut (abdomen)

Berisi berbagai berbagai organ pencernaan Untuk mempermudah perut manusia dibagi menjadi 4
bagian yang dikenal sebagai kwadran sebagai berikut:

i. Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan usus)

ii. Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus)

iii. Kwadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk usus buntu)

iv. Kwadran kiri bawah (terutama usus).

Sistem dalam tubuh manusia

Agar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem:

1. Sistem Rangka (kerangka/skeleton)

a. Menopang bagian tubuh

b. Melindungi organ tubuh

c. Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh

d. Memberi bentuk bangunan tubuh

2. Sistem Otot (muskularis)

Memungkinkan tubuh dapat bergerak

3. Sistem pernapasan (respirasi)

Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oskigen dari udara bebas kedalam darah dan
mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.

4. Sistem peredaran darah (sirkulasi)


Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.

5. Sistem saraf (nervus)

Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari sampai yang tidak disadari

6. Sistem pencernaan (digestif)

Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh sehingga siap masuk ke dalam
darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh

7. Sistem Klenjar Buntu (endokrin)

8. Sistem Kemih (urinarius)

9. Kulit

10. Panca Indera

11. Sistem Reproduksi

Anda mungkin juga menyukai