Anda di halaman 1dari 7

PROSEDUR TINDAKAN BALUT BIDAI

PENGERTIAN

Balut bidai adalah penanganan umum trauma ekstremitas atau imobilisasi dari lokasi
trauma dengan menggunakan penyangga misalnya splinting (spalk). Balut bidai adalah jalinan
bilah (rotan, bambu) sebagai kerai (untuk tikar, tirai penutup pintu, belat, dsb) atau jalinan bilah
bambu (kulit kayu randu dsb) untuk membalut tangan patah dan sebagainya.
Balut bidai adalah tindakan memfiksasi /mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami
cidera dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fiksator
/imobilisator.
Balut bidai adalah pertolongan pertama dengan pengembalian anggota tubuh yang
dirsakan cukup nyaman dan pengiriman korban tanpa gangguan dan rasa nyeri ( Muriel
Steet,1995).
Balut bidai adalah suatu cara untuk menstabilkan /menunjang persendian dalam
menggunakan sendi yang benar /melindungi trauma dari luar ( Barbara C, long ,1996 )

TUJUAN BALUT BIDAI


1. Memperrtahankan posisi bagian tulang yang patah agar tidak bergerak
2. Memberikan tekanan
3. Melindungi bagian tubuh yang cedera
4. Memberikan penyokong pada bagian tubuh yang cedera.
5. Mencegah terjadinya pembengkakan
6. Mencegah terjadinya kontaminasi dan komplikasi
7. Memudahkan dalam transportasi penderita.

PRINSIP PEMASANGAN BALUT BIDAI


1. Bahan yang digunakan sebagai bidai tidak mudah patah atau tidak terlalu lentur
2. Panjang bidai mencakup dua sendi
3. Ikatan pada bidai paling sedikit dua sendi terikat, bila bisa lebih dari dua ikatan lebih baik.
4. Ikatan tidak boleh terlalu kencang atau terlalu longgar.

INDIKASI PEMBIDAIAN
Pembidaian sebaiknya dilakukan jika:
1.Adanya fraktur ,baik terbuka /tertutup.
2.Adanya kecurigaan adanya fraktur.
3.Dislokasi persendian

KONTRA INDIKASI
Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran nafas, pernafasan dan sirkulasi
penderita sudah distabilkan. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan yang berat pada
distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit,
sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan.
JENIS-JENIS BIDAI
1.Bidai keras: Merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam kesdaan
darurat.kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang mempunyai syarat dilapangan.
Contoh;bidai kayu
2.Bidai Traksi: Bidai bentuk jadi dan berfariasi tergantung dari pembuatannya hanya
dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha.
3.Bidai improvisasi: Bidai yang cukup dibut dengan bahan cukup kuat dan ringan untuk
menopang ,pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong. Contoh :majalah ;koran .karton.
4.Gendongan /belat dan bebat: Pembidaian dengan menggunakan pembalut umumnya dipakai
misalnya dan memanfaatkan tubuh penderita ebagai sarana untuk menghentikan pergerakan
daerah cidera.

PROSEDUR DASAR PEMBIDAIAN.


1.Persiapan penderita
a.Menenangkan penderita ,jelaskan bahwa akan memberikan pertolongan.
b.Pemeriksaan mencari tanda fraktur /dislokasi
c.Menjelaskan prosedur tindakan yang dilakukan
d.Meminimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan /memindahkan korban jika
keadaan tidak mendesak.
e.Jika ada luka terbuka tangani segera luka dan pendarahan dengan menggunakan cairan
antiseptik dan tekan perdarahan dengan kassa steril
f.Jika mengalami deformitas yang berat dan adanya gangguan pada denyut nadi ,sebaiknya
dilakukan telusuran pada ekstremitas yang mengalami deformitas. Proses pelurusan harus hati-
hati agar tidak memperberat .
g.Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekan kkuku pada ekstremitas yang cedera dengan
ekstremitas yang tidak cedera secara bersamaan. Periksa apakah pengembalian warna merah
secara bersamaan /mengalami keterlambatan pada ekstremitas yang cedera.
h.Jika terjadi gangguan sirkulasi segera bawa ke RS
i.Jika terjadi edema pada daerah cedera ,lepaskan perhiasan yang dipakai penderita .
j.Jika ada fraktur terbuka dan tampak tulang keluar. Jangan pernah menyentuh dan
membersihkan tulang tersebut tanpa alat steril karena akan memperparah keadaan .
2.Persiapan alat
a.Bidai dalam bentuk jadi /bidai standart yang telah dipersiapkan
b.Bidai sederhana (panjang bidai harus melebihi panjang tulang dan sendi yang akan dibidai
)contoh :papan kayu, ranting pohon.
c.Bidai yang terbuat dari benda keras (kayu) sebaiknya dibalut dengan bahan yang lebih lembut
(kain, kassa, dsb)
d.Bahan yang digunakan sebagai pembalut pembidaian bisa berasal dari pakaian atau bahan
lainnya. Bahan yang digunakan harus bisa membalut dengan sempurna pada ekstremitas yang
dibidai namun tidak terlalu ketat karena dapat menghambat sirkulasi.
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
1. Mitela yaitu pembalut berbentuk segitiga
2. Dasi yaitu mitela yang telipat-lipat sehingga berbentuk dasi
3. Pita yaitu penbalut berperekat
4. Pembalut yang spesifik
5. Kassa steril
6. Sarung tangan steril bila perlu.

PROSEDUR KERJA
1. Jelaskan prosedur kepada klien dan tanyakan keluhan klien
2. Cuci tangan dan gunakan handscoon
3. Jaga privasi klien
4. Lihat bagian tubuh yang akan dibidai
5. Atur posisi klien tanpa menutupi bagian yang akan dilakukan tindakan
6. Lepaskan pakaian atau perhiasan yang menutupi tenpat untuk mengambil tindakan.
7. Perhatikan tempat yang akan dibalut:
a. Bagian tubuh yang mana
b. Apakah ada bagian luka terbuka atau tidak
c. Bagaimana luas luka.
d. Apakah perlu membatasi gerak bagian tertentu atau tidak
8. Lakukan balut bidai dengan melewati dua sendi
9. Hasil balut bidai:
a. Harus cukup jumlahnya, dimulai dari bagian bawah tempat yang patah
b. Tidak kendor dan keras.
10. Rapikan alat-alat yang tidak pergunakan.
11. Buka handscoon dan cuci tangan
12. Evaluasi dan dokumentasi tindakan.

TINDAKAN PELAKSANAAN PEMBIDAIAN


1.Pembidaian meliputi 2 sendi, sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi dibawah dan
diatas patah tulang .Contoh :jika tungkai bawah mengalami fraktur maka bidai harus bisa
memobilisasi pergelangan kaki maupun lutut
2.Luruskan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur secara hati-hati dan jangan memaksa
gerakan ,jika sulit diluruskan maka pembidaian dilakukan apa adanya
3.Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan dapat dilakukan traksi,tapi jika pasien
merasakan nyeri ,krepitasi sebaiknya jangan dilakukan traksi, jika traksi berhasil segara fiksasi,agar
tidak beresiko untuk menciderai saraf atau pembuluh darah.
4.Beri bantalan empuk pada anggota gerak yang dibidai
5.Ikatlah bidai diatas atau dibawah daerah fraktur ,jangan mengikat tepat didaerah fraktur dan
jangan terlalu ketat.
Gambar 1.1

PERHATIAN
1. Pemasangan hati-hati
2. Ingat nyeri dan kemungkinan syok
PEMBALUTAN

PENGERTIAN
Membalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak bergeser
atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

TUJUAN
1. Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya
2. Mencegah terjadinya pembengkakan
3. Menyokong bagian badan yang cidera dan mencegah agar bagian itu tidak bergeser
4. Menutup agar tidak kena cahaya, debu dan kotoran

ALAT DAN BAHAN


1. Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga
2. Dasi adalah mitella yang berlipat – lipat sehingga berbentuk seperti dasi
3. Pita adalah pembalut gulung
4. Plester adalah pembalut berperekat
5. Pembalut yang spesifik
6. Kassa steril

Cara membalut dengan mitela :


 Salah satu sisi mitella dilipat 3 – 4 cm sebanyak 1 – 3 kali
 Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan diluar bagian yang akan dibalut, lalu ditarik
secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan
 Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan b, atau diikatkan
pada tempat lain maupun dapat dibiarkan bebas, hal ini tergantung pada tempat dan
kepentingannya

Jenis luka yang dibalut dengan mitela :


 Luka pada atap tengkorak
 Luka pada dada
 Lengan yang cedera
 Luka Telapak kaki

Cara membalut dengan dasi :


 Pembalut mitella dilipat – lipat dari salah satu sisi sehingga berbentuk pita dengan masing –
masing ujung lancip
 Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
 Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor dengan cara sebelum diikat arahnya saling
menarik
 Kedua ujungnya diikatkan secukupnya
Gambar cara membalut dengan dasi :
 Luka pada mata
 Luka pada dagu
 Luka pada ketiak
 Luka pada siku

Cara membalut dengan pita :


 Berdasar besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka dipilih pembalutan pita ukuran lebar
yang sesuai
 Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari
proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut kemudian dari distal ke
proksimal dibebatkan dengan arah bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan
yang satu dengan bebatan berikutnya
 Kemudian ujung yang dalam tadi diikat dengan ujung yang lain secukupnya

Gambar cara membalut dengan pita :


 Pada kepala
 Pada lengan
 Pada tumit
 Pada telapak tangan

4. Plester adalah pembalut berperekat


a. Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk
merekatkan pada kelainan patah tulang
b. Khusus untuk penutup luka, biasa dilengkapi dengan obat anti septik
c. Cara membalut luka dengan plester
 Jika ada luka terbuka : luka diberi obat antiseptik, tutup luka dengan kassa, baru lekatkan
pembalut plester
 Jika untuk fiksasi (misalnya pada patah tulang atau terkilir) : balutan plester dibuat ”strapping”
dengan membebat berlapis – lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakkan
tertentu perlu kita yang masing – masing ujungnya difiksasi dengan plester

5. Pembalut yang spesifik


a. Snelverband adalah pembalut pita yang sudah ditambah dengan kassa penutup luka dan steril,
baru dibuka pada saat akan dipergunakan, sering dipakai pada luka – luka lebar yang terdapat
pada badan
b. Sufratulle adalah kassa steril yang telah direndam dengan obat pembunuh kuman. Biasa
dipergunakan pada luka – luka kecil

6. Kassa steril
a. Adalah kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil yang sudah
diberi obat – obatan (antibiotik, antiplagestik)
b. Setelah ditutup kassa itu kemudian baru dibalut
PROSEDUR PEMBALUTAN

1. Perhatikan tempat atau letak yang akan dibalut


a. Bagian dari tubuh yang mana yang perlu dibalut
b. Perhatikan ada luka terbuka atau tidak
c. Perhatikan luas luka tersebut
d. Perhatikan perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak

2. Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan ! (dapat salah satu atau kombinasi)

3. Sebelum dibalut jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang
mengandung desinfektan atau dislokasi perlu direposisi

4. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan :


a. Dapat membatasi pergeseran atau gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
b. Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
c. Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita
d. Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya pada balutan berlapis, lapis yang paling bawah
letaknya disebelah distal
e. Tidak mudah kendor atau lepas

Gambar 1.2

Anda mungkin juga menyukai