Disusun Oleh:
Kelompok 12
Semester 6A
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tersedak merupakan suatu kegawatdaruratan yang sangat berbahaya, karena dalam
beberapa menit akan terjadi kekurangan oksigen secara general atau menyeluruh sehingga
hanya dalam hitungan menit pasien akan kehilangan refleks nafas, denyut jantung, dan
kematian secara permanen dari batang otak, dalam bahasa lain kematian dari individu
tersebut.
Tersedak merupakan keadaan gawat napas yang masih sering dipandang sebelah mata
oleh masyarakat. Menurut data, angka kematian yang disebabkan oleh obstruksi jalan
napas khususnya tersedak masih tinggi di kalangan bayi (Dwiadhi, 2013 dalam Utami,
2014). Riset yang dilakukan oleh Dr.Gary Smith di Nationwide Children’s Hospital
menjelaskan bahwa dalam satu dekade terdapat 34 anak dibawah 1 tahun di Amerika
dibawa ke IGD karena tersedak makanan dan ASI (RahmaLillahi, 2013 dalam Utami,
2014).
Penyebab bayi tersedak adalah posisi menyusui yang salah dan terlalu banyak susu
yang masuk ke dalam mulut bayi yang tidak seimbang dengan kemampuan bayi
menyedotnya, sehingga membuat bayi kesulitan bernapas, dan menghalangi keluar
masuknya udara, sehingga pada saat inspirasi, laring terbuka dan minuman atau benda
asing masuk kedalam laring, kemudian benda asing itu terjepit di sfingter laring (Shelov,
2005 dalam Utami, 2014). Pada anak-anak, penyebab tersedak adalah tidak dikunyahnya
makanan dengan sempurna dan makan terlalu banyak pada satu waktu. Selain itu, anak-
anak juga sering memasukkan benda-benda padat kecil ke dalam mulutnya (Tim Bantuan
Medis BEM IKM FKUI, 2015).
Bahaya dari tersedak bila tidak tahu tanda-tanda dari tersedak dan tidak dengan segera
dilakukan penanganan dini dapat menyebabkan kesulitan bernapas, kebiruan dan hilang
kesadaran. Oleh karena itu, mengetahui tandatanda tersedak seperti batuk tanpa suara,
kebiruan, ketidakmampuan untuk berbicara atau bernapas (Tim Bantuan Medis BEM
IKM FKUI, 2015). Selain itu, bila ditemukan tanda-tanda penyumbatan ringan dan
korban dapat batuk, jangan menghalangi proses batuk dan usaha bernapas spontan dari
korban.
Penanganan yang dilakukan biasanya berhasil dan tingkat kelangsungan hidup dapat
mencapai 95%. Penanganan dini untuk tersedak terbagi menjadi 3 macam, yaitu meliputi
back blow (tepukan di punggung), abdominal thrust (hentakan pada perut) disebut juga
dengan maneuver Heimich dan chest thrust (hentakan pada dada). Berdasarkan penelitian
dari Utami tahun 2014 didapatkan 19 responden (45,24%) didapatkan ibu yang memiliki
bayi kurang efektif tentang teknik menyusui dan menyendawakan bayinya ketika
tersedak. Penangan tersedak pada bayi biasanya karena ASI sehingga sedikit berbeda
penangananya yaitu dengan cara memperhatikan cara menyusui yang baik dan benar
sesaat sebelum menyusui. Tersedak memang sepintas terlihat sepele, namun jika di
lakukan dengan penanganan yang salah akan menyebakan fatal. Sebagai tenaga kesehatan
harus benar-benar dapat menjelaskan di dalam melakukan edukasi tentang penanganan
tersedak, lebih baik mencegah dari pada menangani (Diane M, 2009 dalam Utami, 2014).
Pengenalan dini akan tanda-tanda tersedak merupakan langkah awal untuk
keberhasilan dalam penanganan kasus tersedak. Penting untuk membedakan kondisi
tersedak dengan kasus-kasus lain seperti asma, serangan jantung, stroke, atau kondisi
sakit lain yang menyebabkan gangguan pernapas.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi tersedak?
2. Apa saja etiologi dan faktor predisposisi tersedak?
3. Bagaimanakah patogenesis tersedak?
4. Apa saja tanda dan gejala dan tanda tersedak?
5. Bagaimana diagnosis dengan kasus tersedak?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang tersedak?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan tersedak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi tersedak
2. Untuk mengetahui etiologi dan faktor predisposisi tersedak
3. Untuk mengetahui patogenesis tersedak
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dan tanda tersedak
5. Untuk mengetahui diagnosis dengan kasus tersedak
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang tersedak
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan tersedak
D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi tersedak
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dan faktor predisposisi tersedak
3. Mahasiswa dapat mengetahui patogenesis tersedak
4. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala dan tanda tersedak
5. Mahasiswa dapat mengetahui diagnosis dengan kasus tersedak
6. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang tersedak
7. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan tersedak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tersedak adalah suatu keadaan masuknya benda asing (makanan, minuman, atau
benda-benda kecil lainnya) ke dalam saluran napas sehingga menimbulkan keadaan gawat
napas yang dapat mengakibatkan kematian.
Tersedak merupakan kegawatdaruratan yang harus memperoleh penanganan segera
dan tersedak terjadi akibat benda kecil, mainan atau sepotong makanan yang menghalangi
jalan napas. Bayi dan anak-anak kecil memiliki saluran udara yang sangat kecil sehingga
membuat lebih mudah bagi mereka untuk tersedak (Seattle Children’s, 2018). Benda
asing biasanya tersangkut pada bronkus (paling sering pada paru bagian kanan) dan dapat
mengakibatkan kolaps pada bagian distal lokasi penyumbatan (WHO, 2009).
Choking (tersedak) adalah tersumbatnya saluran napas akibat benda asing secara total
atau sebagian, sehingga menyebabkan korban sulit bernapas dan kekurangan oksigen,
bahkan dapat segera menimbulkan kematian (Bagian Diklat RSCM, 2015).
Tersedak merupakan suatu kegawat daruratan yang sangat berbahaya, karena dalam
beberapa menit akan terjadi kekurangan oksigen secara general atau menyeluruh sehingga
hanya dalam hitungan menit klien akan kehilangan reflek nafas, denyut jantung dan
kematian secara permanen dari batang otak, dalam bahasa lain kematian dari individu
tersebut. Ketika tersedak, anak mungkin sudah tidak bisa mengeluarkan suara dengan
jelas untuk mengatakan sakitnya, anak merasa tercekik dan berusaha untuk batuk dan
kemudian akan membuat usaha napas tersengal-sengal. Sianosis akan terjadi, kepala dan
leher terlihat kongesti/membengkak, disertai penurunan kesadaran (Shelov, 2004 dalam
Sumarningsih, D., 2015).
C. Patogenesis
Benda asing mati (inanimate foreign bodies) di hidung cenderung menyebabkan
edema dan inflamasi mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan granulasi
dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. Benda asing hidup (animate foreign bodies)
menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat bervariasi, dari infeksi lokal sampai
destruksi masif tulang rawan dan tulang hidung dengna membentuk daerah supurasi yang
dalam dan berbau.
Tujuh puluh lima persen dari benda asing di bronkus ditemukan pada anak dibawah
umur dua tahun, dengan riwayat yang khas, yaitu pada saat benda atau makanan ada di
dalam mulut, anak terawa atau menjerit, sehingga pada saat inspirasi, laring terbuka dan
makanan atau benda asing masuk ke dalam laring. Pada saar benda asing itu terjepit di
sfingter laring, pasien batuk berulang-ulang, sumbatan di trakea, mengi dan sianosis. Bila
benda asing telah masuk ke dalam trakea atau bronkus, kadang-kadang terjadi fase
asimtomatik selama 24 jam atau lebih, kemudian diikuti oleh fase pulmonum dengan
gejala yang tergantung pada derajat sumbatan bronkus.
Benda asing organik, seperti kacang-kacangan, mempunyai sifat higroskopik, mudah
menjadi lunak dan mengembang oleh air, serta menyebabkan iritasi pada mukosa.
Mukosa bronkus menjadi edema, dan meradang, serta dapat pula terjadi jaringan
granulasi di sekitar benda asingm sehingga gejala sumbatan bronkus semakin menghebat.
Akibatnya timbul gejala laringotrakeobronkitis, toksemia, batuk, dan demam yang tidak
terus-menerus.
Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan yang lebih ringan, dan lebih
mudah didiagnosis dengan pemeriksaan radiologik, karena umumnya benda asing
anorganik bersifat radiopak. Benda asing yang terbuat dari metal dan tipis, seperti peniti,
jarum, dapat masuk ke dalam bronkus yang lebih distal, dengan gejala batuk spasmodik.
Benda asing yang lama berada di bronkus dapat menyebabkan perubahan patologik
jaringan, sehingga menimbulkan komplikasi, antara lain penyakit paru kronik supuratif,
bronkiekatasis, abses paru, dan jaringan granulasi yang menutupi benda asing.
E. Mekanisme
Tersedak merupakan hasil dari obstruksi trakea yang diakibatkan oleh benda asing.
Obstruksi ini dapat berupa obstruksi sebagian maupun seluruhnya. Penyebab dari
terjadinya obstruksi dapat berasal dari benda cair maupun benda padat. Insidensi tersedak
jauh lebih sering pada anak-anak karena kebiasaan mereka memasukan benda-benda ke
dalam mulut. Tersedak berbahaya terutama pada pasien anak berusia dibawah 1 tahun
karena dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas seluruhnya yang berakibat terjadinya
gagal nafas (Cone dkk., 2015).
Gagal nafas adalah ketidakadekuatan dari pertukaran antara oksigen(O2) dan karbon
dioksida (CO2). Pertukaran yang tidak adekuat dapat menyebabkan kekurangan oksigen
(Nugroho et al, 2016) Pertukaran oksigen di otak dan jaringan yang tidak adekuat akan
sangat membahayakan korban serta dapat mengakibatkan kematian (Hutabarat & Putra,
2016). Gagal nafas pada seseorang akan menimbulkan beberapa gejala klinis seperti
batuk-batuk, tidak bisa berbicara, cyanosis dan penurunan kesadaran. Seseorang yang
mengalami tersedak namun masih bisa batuk dengan adanya suara berarti terjadi
obstruksi jalan nafas sebagian sehingga lebih baik jika dibiarkan batuk terlebih dahulu
karena batuk sendiri merupakan mekanisme untuk mengeluarkan benda asing yang salah
masuk ke saluran nafas.
Tindakan gawat darurat dilakukan pada pasien yang batuk hingga tindak
mengeluarkan suara karena disitu terdapat obstruksi seluruhnya (Zhaoutis dan Chiang,
2007). Mekanisme penyumbatan serta penatalaksanaan yang dilakukan pada seseorang
yang tersedak didasari oleh anatomi dari tubuh manusia. Tubuh manusia memiliki jalur
yang berfungsi sebagai jalur lewatnya udara untuk bernafas dan jalur lainnya untuk
lewatnya makanan. Tenggorokan merupakan jalur lewatnya udara untuk bernafas dan
kerongkongan merupakan jalur untuk lewatnya makanan. Tenggorokan dan
kerongkongan berada di belakang lidah dan jalurnya saling bersinggungan serta terdapat
katup epiglotis yang berfungsi sebagai pengatur antara masuknya makanan dengan udara
(Wardhani & Astuti, 2013). Katup epiglotis yang secara otomatis mengatur udara dan
makanan yang masuk kedalam tubuh seseorang. Kejadian tersedak pada seseorang
merupakan keterlambatan dari menutupnya katup epligotis pada tenggorokan. Makanan
yang seharusnya masuk ke kerongkongan, akibat dari keterlambatan epiglotis dalam
menutup makanan masuk ke jalur pernafasan dan menyebabkan seseorang mengalami
tersedak (Hutabarat & Putra, 2016).
G. Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan radiologik dan
laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis.
1. Pemeriksaan radiologi
Leher dalam posisi tegak untuk penilaian jaringan lunak leher dan pemeriksaan toraks
postero anterior dan lateral sangat penting pada aspirasi benda asing. Karena benda
asing di bronkus sering tersumbat di orifisium bronkus utama atau lobus, pemeriksaan
paru sangat membantu diagnosis.
2. Video fluoroskopi
Merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara keseluruhan, dapat
mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya obstruksi parsial.
Enfisiema obstruktif merupakan bukti radiologik benda asing di saluran napas setelah
24 jam benda teraspirasi. Gambaran emfisiema tampak sebagai pergeseran
mediastinum ke sisi paru yang sehat pada saat ekspirasi dan pelebaran interkostal.
3. Bronkogram
Berguna untuk benda asing radiolusen yang berada di perifer pandangan endoskopi,
serta perlu untuk menilai bronkiekatasis akibat benda asing yang lama berada di
bronkus.
4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah diperlukan untuk mengetahu adanya gangguan keseimbangan
asam basa serta tanda infeksi traktus trakeobronkial.
H. Penatalaksanaan
Tepuk punggung
manuver Heimlich
Telepon ambulans
Segera bawa ke
Klinik/Rumah
Sakit terdekat
Terdapat beberapa manuver yang terbukti efektif untuk menangani tersedak, antara
lain back blow (tepukan di punggung), abdominal thrust (hentakan pada perut) disebut
juga dengan manuver Heimlich, dan chest thrust (hentakan pada dada) (Berg, et al.,
2010 dalam TBM, 2015).
a. Tepukan di punggung (back blow)
Tepukan di punggung (back blow) dilakukan dengan memberikan lima kali
tepukan di punggung korban. Berikut cara melakukan tepukan di punggung (back
blow):
1) Berdiri di belakang korban den sedikit bergeser kesamping.
2) Miringkan korban sedikit ke depan dan sangga dada korban dengan salah satu
tangan.
3) Berikan lima kali tepukan di punggung bagian atas di antara tulang belikat
menggunakan tangan bagian bawah.
2. Penanganan tersedak untuk anak usia >1 tahun – dewasa yang tidak sadar
Penanganan tersedak pada anak apabila tidak sadarkan diri. Lakukan
pertolongan pertama atau berikan bantuan hidup dasar (American Heart Association,
2015). Langkah pertolongan pada anak yang tersedak dan sampai tidak sadarkan diri
adalah dengan memperhatikan tiga hal terlebih dahulu, yaitu mengamankan penolong,
mengamankan lingkungan, dan mengamankan korban. Memberikan respon dengan
menepuk dada atau bahu korban yang tidak sadarkan diri.
Korban yang tidak ada respon setelah pemberian respon, penolong dapat
mencari pertolongan dan menghubungi layanan gawat darurat yang tersedia. Penolong
dapat mengecek napas dan nadi secara bersamaan dalam waktu < 10 detik. Apabila
tidak ada napas atau nadi, berikan kompresi sebanyak 5 siklus, 1 siklus sebanyak 30
kompresi dan 2 kali napas bantuan, dengan kecepatan kompresi 100-120x/menit dan
napas buatan setiap 3-5 atau sekitar 12-20 napas buatan per menit.
Penolong dapat mengecek kembali keadaan napas dan nadi korban setelah
diberikan kompresi, apabila sudah terdapat nadi namun tidak terdapat napas, penolong
dapat memberikan napas bantuan kepada korban. Penolong terlebih dahulu mengecek
jalan napas korban, apakah tersumbat atau tidak, Apabila terdapat sumbatan makanan
atau bendal lain, penolong harus membebaskan jalan napas terlebih dahulu.
Memberikan napas bantuan dapat dilakukan dengan mulut ke mulut. Pemberian napas
bantuan, setiap satu tiupan napas bantuan berselang enam detik sekali selama 2 menit.
Cek kembali pernapasan dan nadi, apabila sudah normal, penolong dapat melakukan
Recovery Position (posisikan korban miring) dan melakukan evaluasi setiap 2 menit.
Pertolongan dapat berakhir apabila penolong mengalami kelelahan, sudah tidak
mampu untuk menolong atau sampai bantuan medis datang.
Teknik chest thrust atau tekanan dada Teknik back slaps atau tepuk punggung
Jika benda asing belum bisa keluar dan bayi menjadi tidak sadar (bayi terkulai
lemas, tidak ada pergerakan, bibir membiru, tidak dapat menangis atau mengeluarkan
suara) penanganannya adalah sebagai berikut:
1. Baringkan bayi di atas permukaan yang rata dan keras
2. Buka jalan napas bayi (mulut bayi) dan lihat apakah benda asing terlihat atau
tidak. Jika terlihat ambil dengan menggunakan sapuan jari. Jika benda asing tidak
terlihat jangan lakukan “blind finger swab”/mengkorek-korek mulut bayi dengan
tujuan untuk mencari benda asing tersebut
3. Jika benda asing tidak terlihat lakukan langkah selanjutnya yaitu lakukanlah CPR
yang terdiri dari 30 kali penekanan dada diikuti 2 kali napas. Tetapi, perbedaan
CPR korban tersedak dengan korban biasa adalah setiap selesai melakukan 30
kali penekanan dada periksalah dahulu mulut bayi sebelum memberikan 2 kali
bantuan napas.
Jika setelah 5 kali siklus CPR, benda asing masih belum dapat keluar dan bayi
masih belum sadar. Panggil bantuan medis segera, kemudian lanjutkan CPR sampai
bantuan medis datang atau benda asingnya keluar.
I. Pencegahan
Pencegahan tersedak dapat dilakukan dengan cara (Yulianingsih, 2017), yaitu:
a. Menghindari makan maupun minum pada saat bercanda.
b. Jangan makan dengan terburu-buru.
c. Pada saat orang kejang, tidak sadar, atau seseorang yang sedang mengalami sesak
napas jangan diberikan makan maupun minuman.
d. Pada balita, lansia atau seseorang yang ada gangguan menelan jangan diberikan
makanan yang keras atau susah di kunyah.
e. Posisi ibu dalam pemberian ASI jangan dilakukan dengan cara berbaring atau tiduran.
Usahakan dalam pemberian ASI posisi ibu setengah duduk atau posisi duduk
membentuk sudut 45 derajat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tersedak merupakan salah satu kasus kegawat daruratan yang sangat berbahaya,
sehingga membutuhkan penanganan yang tepat dan cepat. Karena apabila tersedak
berlangsung lama tanpa penanganan, akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen secara
menyeluruh sehingga korban akan kehilangan refleks nafas, denyut jantung, dan dapat
menyebabkan kematian pada batang otak, bahkan kematian.
Untuk mendiagnosa suatu keadaan tersedak ditegakkan melalui anmnesis berupa
adanya riwayat masuknya benda asing ke dalam saluran napas, didapatkan gejala dan
tanda berupa rasa tercekik, sulit bernapas, bicara gagap, bahkan sampai tidak sadarkan
diri.
Penanganannya sendiri berbeda-beda, tergantung dari usia pasien (bayi, anak, atau
dewasa) dan juga kondisi pasien sendiri (sadar atau tidak sadar). Beberapa manuever
dapat diaplikasikan dalam menolong pasien tersedak, seperti Haemlich mauever,
abdominal thrust, chest thrust, ataupun back slaps tergantung dari kondisi dan usia
pasien. Dengan mengetahui cara penanganan awal dapat menghentikan komplikasi yang
lebih lanjut.
B. Saran
Dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang baik mengenai penatalaksaksaan
tersedak khususnya bagi perawat dan mahasiswa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Boies LR, Adams GL. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi VI. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG; 1997.
Prakash UBS, Cartese DA. Tracheo-bronchial Foreign Bodies. In: Prakash UBS, eds.
Brochoscopy. Raven Press, New York 1994: p.253-74
Darraw DH, Holinger LD. Foreign bodies of the larynx, trachea, and bronchi. In: Bluestone
CD, Stool SE, Kenna MA, eds. Pediatric Otolaryngology, vol.2. Piladelphia, Pa. WB.
Saunders, 1996: p.39-401
Bagian Diklat RSCM. (2015). Tersedak. Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup Dasar
2015.
Pusponegoro, A.D., et al. (2012). Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac Life Support.
Edisi kelima. Jakarta : Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118.
Tim Bantuan Medis BEM IKM FKUI. (2015). Modul bantuan hidup dasar dan penanganan
tersedak. Jakarta: Universitas Indonesia.