Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PENANGANAN PASIEN TERSEDAK

Disusun Oleh:

Kelompok 12

1. Diana Saleha (1714201015)


2. Sindi arianti (1714201020)
3. Amelia Putryanti S (1714201039)

Semester 6A

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tersedak merupakan suatu kegawatdaruratan yang sangat berbahaya, karena dalam
beberapa menit akan terjadi kekurangan oksigen secara general atau menyeluruh sehingga
hanya dalam hitungan menit pasien akan kehilangan refleks nafas, denyut jantung, dan
kematian secara permanen dari batang otak, dalam bahasa lain kematian dari individu
tersebut.
Tersedak merupakan keadaan gawat napas yang masih sering dipandang sebelah mata
oleh masyarakat. Menurut data, angka kematian yang disebabkan oleh obstruksi jalan
napas khususnya tersedak masih tinggi di kalangan bayi (Dwiadhi, 2013 dalam Utami,
2014). Riset yang dilakukan oleh Dr.Gary Smith di Nationwide Children’s Hospital
menjelaskan bahwa dalam satu dekade terdapat 34 anak dibawah 1 tahun di Amerika
dibawa ke IGD karena tersedak makanan dan ASI (RahmaLillahi, 2013 dalam Utami,
2014).
Penyebab bayi tersedak adalah posisi menyusui yang salah dan terlalu banyak susu
yang masuk ke dalam mulut bayi yang tidak seimbang dengan kemampuan bayi
menyedotnya, sehingga membuat bayi kesulitan bernapas, dan menghalangi keluar
masuknya udara, sehingga pada saat inspirasi, laring terbuka dan minuman atau benda
asing masuk kedalam laring, kemudian benda asing itu terjepit di sfingter laring (Shelov,
2005 dalam Utami, 2014). Pada anak-anak, penyebab tersedak adalah tidak dikunyahnya
makanan dengan sempurna dan makan terlalu banyak pada satu waktu. Selain itu, anak-
anak juga sering memasukkan benda-benda padat kecil ke dalam mulutnya (Tim Bantuan
Medis BEM IKM FKUI, 2015).
Bahaya dari tersedak bila tidak tahu tanda-tanda dari tersedak dan tidak dengan segera
dilakukan penanganan dini dapat menyebabkan kesulitan bernapas, kebiruan dan hilang
kesadaran. Oleh karena itu, mengetahui tandatanda tersedak seperti batuk tanpa suara,
kebiruan, ketidakmampuan untuk berbicara atau bernapas (Tim Bantuan Medis BEM
IKM FKUI, 2015). Selain itu, bila ditemukan tanda-tanda penyumbatan ringan dan
korban dapat batuk, jangan menghalangi proses batuk dan usaha bernapas spontan dari
korban.
Penanganan yang dilakukan biasanya berhasil dan tingkat kelangsungan hidup dapat
mencapai 95%. Penanganan dini untuk tersedak terbagi menjadi 3 macam, yaitu meliputi
back blow (tepukan di punggung), abdominal thrust (hentakan pada perut) disebut juga
dengan maneuver Heimich dan chest thrust (hentakan pada dada). Berdasarkan penelitian
dari Utami tahun 2014 didapatkan 19 responden (45,24%) didapatkan ibu yang memiliki
bayi kurang efektif tentang teknik menyusui dan menyendawakan bayinya ketika
tersedak. Penangan tersedak pada bayi biasanya karena ASI sehingga sedikit berbeda
penangananya yaitu dengan cara memperhatikan cara menyusui yang baik dan benar
sesaat sebelum menyusui. Tersedak memang sepintas terlihat sepele, namun jika di
lakukan dengan penanganan yang salah akan menyebakan fatal. Sebagai tenaga kesehatan
harus benar-benar dapat menjelaskan di dalam melakukan edukasi tentang penanganan
tersedak, lebih baik mencegah dari pada menangani (Diane M, 2009 dalam Utami, 2014).
Pengenalan dini akan tanda-tanda tersedak merupakan langkah awal untuk
keberhasilan dalam penanganan kasus tersedak. Penting untuk membedakan kondisi
tersedak dengan kasus-kasus lain seperti asma, serangan jantung, stroke, atau kondisi
sakit lain yang menyebabkan gangguan pernapas.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi tersedak?
2. Apa saja etiologi dan faktor predisposisi tersedak?
3. Bagaimanakah patogenesis tersedak?
4. Apa saja tanda dan gejala dan tanda tersedak?
5. Bagaimana diagnosis dengan kasus tersedak?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang tersedak?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan tersedak?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi tersedak
2. Untuk mengetahui etiologi dan faktor predisposisi tersedak
3. Untuk mengetahui patogenesis tersedak
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dan tanda tersedak
5. Untuk mengetahui diagnosis dengan kasus tersedak
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang tersedak
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan tersedak
D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi tersedak
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dan faktor predisposisi tersedak
3. Mahasiswa dapat mengetahui patogenesis tersedak
4. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala dan tanda tersedak
5. Mahasiswa dapat mengetahui diagnosis dengan kasus tersedak
6. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang tersedak
7. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan tersedak
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Tersedak adalah suatu keadaan masuknya benda asing (makanan, minuman, atau
benda-benda kecil lainnya) ke dalam saluran napas sehingga menimbulkan keadaan gawat
napas yang dapat mengakibatkan kematian.
Tersedak merupakan kegawatdaruratan yang harus memperoleh penanganan segera
dan tersedak terjadi akibat benda kecil, mainan atau sepotong makanan yang menghalangi
jalan napas. Bayi dan anak-anak kecil memiliki saluran udara yang sangat kecil sehingga
membuat lebih mudah bagi mereka untuk tersedak (Seattle Children’s, 2018). Benda
asing biasanya tersangkut pada bronkus (paling sering pada paru bagian kanan) dan dapat
mengakibatkan kolaps pada bagian distal lokasi penyumbatan (WHO, 2009).
Choking (tersedak) adalah tersumbatnya saluran napas akibat benda asing secara total
atau sebagian, sehingga menyebabkan korban sulit bernapas dan kekurangan oksigen,
bahkan dapat segera menimbulkan kematian (Bagian Diklat RSCM, 2015).
Tersedak merupakan suatu kegawat daruratan yang sangat berbahaya, karena dalam
beberapa menit akan terjadi kekurangan oksigen secara general atau menyeluruh sehingga
hanya dalam hitungan menit klien akan kehilangan reflek nafas, denyut jantung dan
kematian secara permanen dari batang otak, dalam bahasa lain kematian dari individu
tersebut. Ketika tersedak, anak mungkin sudah tidak bisa mengeluarkan suara dengan
jelas untuk mengatakan sakitnya, anak merasa tercekik dan berusaha untuk batuk dan
kemudian akan membuat usaha napas tersengal-sengal. Sianosis akan terjadi, kepala dan
leher terlihat kongesti/membengkak, disertai penurunan kesadaran (Shelov, 2004 dalam
Sumarningsih, D., 2015).

B. Etiologi dan Faktor Predisposisi


Tersedak merupakan pembunuh tercepat, lebih cepat dibandingkan gangguan
breathing dan circulation. Pada orang dewasa, tersedak paling sering terjadi ketika
makanan tidak dikunyah sempurna, serta makan sambil berbicara atau tertawa. Pada
anak-anak, penyebab tersedak adalah tidak dikunyahnya makanan dengan sempurna dan
makan terlalu banyak pada satu waktu. Selain itu, anak-anak juga sering memasukkan
benda-benda padat kecil ke dalam mulutnya (Junha, 2014 dalam Tim Bantuan Medis
BEM IKM FKUI, 2015). Anak-anak lebih beresiko tinggi tersedak dikarenakan beberapa
alasan. Anak memiliki kebiasaan sering memasukan benda-benda yang baru di kenal
kedalam mulut mereka. Ketidakmatangan fisik anak karena masih belum bisa mengunyah
secara sempurna dan terburu-buru serta kebiasaan anak yang suka berlari, tertawa,
berbicara dapat meningkatkan resiko tersedak. Saluran udara yang sempit pada anak, jika
terjadi obstruksi pada saluran pernafasan akan mengurangi aliran udara yang keluar
masuk secara signifikan. Biasanya obstruksi terjadi faring samapi bronkus (Denny et al,
2015).
Benda tajam kecil dapat tersangkut di bagian laring dan dapat menyebabkan stridor
atau wheezing. Pada kasus yang jarang terjadi, benda berukuran besar dapat tersangkut
pada laring dan mengakibatkan kematian mendadak akibat sumbatan, kecuali segera
ditangani dengan dilakukan trakeostomi (WHO, 2009).
Penyebab bayi tersedak diantaranya adalah posisi menyusui yang salah dan terlalu
banyak susu yang masuk kedalam mulut bayi yang tidak seimbang dengan kemampuan
bayi menyedotnya, sehingga membuat bayi kesulitan bernapas, dan menghalangi keluar
masuknya udara, sehingga pada saat inspirasi, laring terbuka dan minuman atau benda
asing masuk kedalam laring, kemudian benda asing itu terjepit di sfingter laring (Shelov,
2005 dalam Utami 2014).
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran napas
antara lain, faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat
tinggal), kegagalan mekanisme proteksi normal (tidur, kesadaran menurun, alkoholisme,
dan epilepsi), faktor fisik yaitu kelainan dan penyakit neurologik, proses menelan yang
belum sempurna pada anak, faktor dental, medikal dan surgikal (antara lain tindakan
bedah, ekstraksi gigi, belum tumbuhnya gigi molar pada anak yang berumur <4 tahun),
faktor kejiwaan (emosi, gangguan psikis), ukuran dan bentuk serta sifat benda asing,
faktor kecerobohan (meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan yang kurang
baik, makan atau minum yang tergesa-gesa, makan sambil bermain biasanya pada anak-
anak, memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya berlum lengkap.

C. Patogenesis
Benda asing mati (inanimate foreign bodies) di hidung cenderung menyebabkan
edema dan inflamasi mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan granulasi
dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. Benda asing hidup (animate foreign bodies)
menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat bervariasi, dari infeksi lokal sampai
destruksi masif tulang rawan dan tulang hidung dengna membentuk daerah supurasi yang
dalam dan berbau.
Tujuh puluh lima persen dari benda asing di bronkus ditemukan pada anak dibawah
umur dua tahun, dengan riwayat yang khas, yaitu pada saat benda atau makanan ada di
dalam mulut, anak terawa atau menjerit, sehingga pada saat inspirasi, laring terbuka dan
makanan atau benda asing masuk ke dalam laring. Pada saar benda asing itu terjepit di
sfingter laring, pasien batuk berulang-ulang, sumbatan di trakea, mengi dan sianosis. Bila
benda asing telah masuk ke dalam trakea atau bronkus, kadang-kadang terjadi fase
asimtomatik selama 24 jam atau lebih, kemudian diikuti oleh fase pulmonum dengan
gejala yang tergantung pada derajat sumbatan bronkus.
Benda asing organik, seperti kacang-kacangan, mempunyai sifat higroskopik, mudah
menjadi lunak dan mengembang oleh air, serta menyebabkan iritasi pada mukosa.
Mukosa bronkus menjadi edema, dan meradang, serta dapat pula terjadi jaringan
granulasi di sekitar benda asingm sehingga gejala sumbatan bronkus semakin menghebat.
Akibatnya timbul gejala laringotrakeobronkitis, toksemia, batuk, dan demam yang tidak
terus-menerus.
Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan yang lebih ringan, dan lebih
mudah didiagnosis dengan pemeriksaan radiologik, karena umumnya benda asing
anorganik bersifat radiopak. Benda asing yang terbuat dari metal dan tipis, seperti peniti,
jarum, dapat masuk ke dalam bronkus yang lebih distal, dengan gejala batuk spasmodik.
Benda asing yang lama berada di bronkus dapat menyebabkan perubahan patologik
jaringan, sehingga menimbulkan komplikasi, antara lain penyakit paru kronik supuratif,
bronkiekatasis, abses paru, dan jaringan granulasi yang menutupi benda asing.

D. Gejala dan Tanda


Tanda dari seseorang yang mengalami tersedak akan memunculkan banyak reaksi
dan dapat dikategorikan menjadi berat dan ringan. Reaksi yang sering muncul adalah
reaksi batuk-batuk, karena batuk merupakan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan
benda asing yang masuk ke tenggorokan atau saluran pernapasan. Apabila semakin besar
benda asing yang masuk maka akan menimbulkan gejala lain seperti sesak napas, mengi,
suara serak, hingga tidak ada suara napas sehingga perlu mendapatkan penanganan medis
segera (Sufiana, 2015). Tersedak juga dapat dikategorikan berat yaitu ketika pertukaran
udara yang buruk sehingga kesulitan saat bernapas, seperti batuk tanpa suara, kebiruan,
dan ketidakmampuan untuk berbicara, sedangkan untuk tersedak dengan kategori ringan
ketika korban masih dapat kooperatif saat diajak bicara dan masih dapat bernapas (Tim
Bantuan Medis BEM IKM FKUI, 2015). Tersedak dapat mengakibatkan kematian, saat
tersedak tidak ditangani dengan segera maka dalam waktu 4 menit tubuh akan mengalami
perubahan warna pada kulit seseorang menjadi sianosis (kebiruan), dan dalam waktu 6
menit seseorang akan mengalami syncope (tidaksadarkan diri), lebih dari 8 menit tidak
ditangani akan terjadi kerusakan dan kematian pada otak manusia (Dechoker UK, 2018).
Pengenalan tanda-tanda tersedak merupakan kunci dari keberhasilan penanganan.
Benda asing dapat menyebabkan penyumbatan yang ringan atau berat. Penyelamat harus
segera melakukan penanganan jika korban tersedak menunjukkan tanda-tanda
penyumbatan yang berat, yaitu tanda-tanda pertukaran udara yang buruk dan kesulitan
bernapas, antara lain batuk tanpa suara, kebiruan, dan ketidakmampuan untuk berbicara
atau bernapas (Berg, et al., 2010 dalam Tim Bantuan Medis BEM IKM FKUI, 2015).
Korban dapat sambil memegang atau mencengkeram lehernya. Hal itu merupakan tanda
umum dari tersedak. Segera tanyakan, “Apa anda tersedak?” Jika korban mengiyakan
dengan bersuara dan masih dapat bernapas, ini dapat menunjukkan korban mengalami
sumbatan saluran napas yang ringan. Jika korban mengiyakan dengan menganggukkan
kepalanya tanpa berbicara, ini dapat menunjukkan korban mengalami sumbatan saluran
napas yang berat (ECC Guidelines, 2000 dalam Tim Bantuan Medis BEM IKM FKUI,
2015).
Pada bayi yang tersedak, harus diperhatikan apakah ada perubahan sikap
menyebabkan bayikarena mereka belum bisa melakukan tanda umum tersedak.
Perubahan yang mungkin terlihat adalah kesulitan bernapas, batuk yang lemah, dan suara
tangisan lemah. (Berg, et al., 2010 dalam Tim Bantuan Medis BEM IKM FKUI, 2015).
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda
asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk, dan ukuran benda asing.
Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing akan mengalami 3 stadium, yaitu:
1. Stadium permulaan, yaitu batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysm of coughing),
rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging), bicara gagap
(sputtering), dan obstruksi jalan napas yang terjadi segera.
2. Stadium kedua, ialah gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatik. Hal
ini karena benda asing tersebut tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan gejala
rangsangan akut menghilang. Stadium ini berbahaya, sering menyebabkan
keterlambatan diagnosis karena gejala belum jelas.
3. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi
sebagai akibat rekasi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis,
pneumonia, dan abses paru.

E. Mekanisme
Tersedak merupakan hasil dari obstruksi trakea yang diakibatkan oleh benda asing.
Obstruksi ini dapat berupa obstruksi sebagian maupun seluruhnya. Penyebab dari
terjadinya obstruksi dapat berasal dari benda cair maupun benda padat. Insidensi tersedak
jauh lebih sering pada anak-anak karena kebiasaan mereka memasukan benda-benda ke
dalam mulut. Tersedak berbahaya terutama pada pasien anak berusia dibawah 1 tahun
karena dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas seluruhnya yang berakibat terjadinya
gagal nafas (Cone dkk., 2015).
Gagal nafas adalah ketidakadekuatan dari pertukaran antara oksigen(O2) dan karbon
dioksida (CO2). Pertukaran yang tidak adekuat dapat menyebabkan kekurangan oksigen
(Nugroho et al, 2016) Pertukaran oksigen di otak dan jaringan yang tidak adekuat akan
sangat membahayakan korban serta dapat mengakibatkan kematian (Hutabarat & Putra,
2016). Gagal nafas pada seseorang akan menimbulkan beberapa gejala klinis seperti
batuk-batuk, tidak bisa berbicara, cyanosis dan penurunan kesadaran. Seseorang yang
mengalami tersedak namun masih bisa batuk dengan adanya suara berarti terjadi
obstruksi jalan nafas sebagian sehingga lebih baik jika dibiarkan batuk terlebih dahulu
karena batuk sendiri merupakan mekanisme untuk mengeluarkan benda asing yang salah
masuk ke saluran nafas.
Tindakan gawat darurat dilakukan pada pasien yang batuk hingga tindak
mengeluarkan suara karena disitu terdapat obstruksi seluruhnya (Zhaoutis dan Chiang,
2007). Mekanisme penyumbatan serta penatalaksanaan yang dilakukan pada seseorang
yang tersedak didasari oleh anatomi dari tubuh manusia. Tubuh manusia memiliki jalur
yang berfungsi sebagai jalur lewatnya udara untuk bernafas dan jalur lainnya untuk
lewatnya makanan. Tenggorokan merupakan jalur lewatnya udara untuk bernafas dan
kerongkongan merupakan jalur untuk lewatnya makanan. Tenggorokan dan
kerongkongan berada di belakang lidah dan jalurnya saling bersinggungan serta terdapat
katup epiglotis yang berfungsi sebagai pengatur antara masuknya makanan dengan udara
(Wardhani & Astuti, 2013). Katup epiglotis yang secara otomatis mengatur udara dan
makanan yang masuk kedalam tubuh seseorang. Kejadian tersedak pada seseorang
merupakan keterlambatan dari menutupnya katup epligotis pada tenggorokan. Makanan
yang seharusnya masuk ke kerongkongan, akibat dari keterlambatan epiglotis dalam
menutup makanan masuk ke jalur pernafasan dan menyebabkan seseorang mengalami
tersedak (Hutabarat & Putra, 2016).

Gambar Proses Menelan


F. Diagnosis
Diagnosis klinis tersedak ditegakkan berdasarkan anamnesis adanya riwayat
masuknya benda asing ke dalam saluran napas, tiba-tiba timbul choking (rasa tercekik),
gejala, tanda, pemeriksaan fisik dengan auskultasi, palpasi dan pemeriksaan radiologi
sebagai pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti benda asing di saluran napas ditegakkan
setelah dilakukan endoskopi atas indikasi diagnostik dan terapi.
Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan, karena kasus aspirasi benda asing sering
tidak segera dibawa ke dokter pada saat kejadian. Perlu diketahui macam benda atau
bahan yang teraspirasi dan telah berapa lama tersedak benda asing tersebut.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan radiologik dan
laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis.
1. Pemeriksaan radiologi
Leher dalam posisi tegak untuk penilaian jaringan lunak leher dan pemeriksaan toraks
postero anterior dan lateral sangat penting pada aspirasi benda asing. Karena benda
asing di bronkus sering tersumbat di orifisium bronkus utama atau lobus, pemeriksaan
paru sangat membantu diagnosis.
2. Video fluoroskopi
Merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara keseluruhan, dapat
mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya obstruksi parsial.
Enfisiema obstruktif merupakan bukti radiologik benda asing di saluran napas setelah
24 jam benda teraspirasi. Gambaran emfisiema tampak sebagai pergeseran
mediastinum ke sisi paru yang sehat pada saat ekspirasi dan pelebaran interkostal.
3. Bronkogram
Berguna untuk benda asing radiolusen yang berada di perifer pandangan endoskopi,
serta perlu untuk menilai bronkiekatasis akibat benda asing yang lama berada di
bronkus.
4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah diperlukan untuk mengetahu adanya gangguan keseimbangan
asam basa serta tanda infeksi traktus trakeobronkial.

H. Penatalaksanaan

Sumbatan jalan nafas parah ?

Sumbatan berat (batuk tidak Sumbatan ringan (batuk


adekuat) dan/atau tidak adekuat)
mampu bersuara

Bantu pasien untuk dapat batuk:


Tidak sadar Masih sadar
awasi adanya penurunan
kesadaran, batuk tidak adekuat,
lakukan RJP sampai sumbatan hilang
Lakukan 5x :

 Tepuk punggung
 manuver Heimlich

Telepon ambulans

Segera bawa ke
Klinik/Rumah
Sakit terdekat

Gambar ALGORITMA TERSEDAK


1. Penanganan tersedak untuk anak usia >1 tahun – dewasa yang masih sadar
Secara anatomi pada anak usia dibawah 1 tahun terdapat perbedaan antara
anak dan orang dewasa, karena pada kepala anak lebih besar daripada tubuhnya dan
ketika berbaring leher anak akan tertekuk ketika di permukaan yang datar, pada anak
lidahnya lebih besar dan rahang bawahnya lebih pendek. Hal tersebut meningkatkan
resiko tertutupnya jalan napas pada anak (Bhananker et al, 2014). Pada orang dewasa
lebih cenderung tersangkut di bagian bronkus sebelah kanan karena segaris lurus
dengan trakea dan bagian bronkus sebelah kanan lebih besar. Sampai usia 15 tahun
sehingga sudut dan ukuran bronkusnya antara kanan dan kiri hampir sama, sehingga
pada anak-anak lokasi tersangkutnya benda asing lebih sering terjadi antara bronkus
utama kanan dan kiri (Fitri & Subroto, 2015).
a. Untuk tersedak ringan:
Jika korban masih bisa batuk, anjurkan korban untuk batuk terus menerus sekeras-
kerasnya. Yang tidak boleh dilakukan:
1) Memberi minum pada korban (jalan napas hanya boleh dilalui oleh udara)
2) Memasukkan jari ke dalam mulut sebagai usaha untuk mengeluarkan benda
asing
b. Untuk tersedak berat:
1) Tanyakan kepada korban “Apakah Anda tersedak?”, sekilas langkah ini
terlihat agak rancu dan tidak mungkin dilakukan. Tetapi hal ini dilakukan
untuk membedakan antara tersedak dan penyakit lain yang menyebabkan
gawat napas.
2) Lakukan abdominal thrust (Heimlich manuever) selama beberapa kali sampai
benda asing keluar atau sampai korban menjadi tidak sadar.

Terdapat beberapa manuver yang terbukti efektif untuk menangani tersedak, antara
lain back blow (tepukan di punggung), abdominal thrust (hentakan pada perut) disebut
juga dengan manuver Heimlich, dan chest thrust (hentakan pada dada) (Berg, et al.,
2010 dalam TBM, 2015).
a. Tepukan di punggung (back blow)
Tepukan di punggung (back blow) dilakukan dengan memberikan lima kali
tepukan di punggung korban. Berikut cara melakukan tepukan di punggung (back
blow):
1) Berdiri di belakang korban den sedikit bergeser kesamping.
2) Miringkan korban sedikit ke depan dan sangga dada korban dengan salah satu
tangan.
3) Berikan lima kali tepukan di punggung bagian atas di antara tulang belikat
menggunakan tangan bagian bawah.

Tepukan di punggung (back blow)

b. Manuver hentakan pada perut (abdominal thrust)/manuver Heimlich


Manuver hentakan pada perut hanya boleh dilakukan untuk anak berusia diatas
1 tahun dan dewasa. Manuver hentakan pada perut dapat membuat korban batuk
yang diharapkan cukup kuat untuk menghilangkan sumbatan pada saluran napas.
Manuver hentakan pada perut membuat tekanan (penekanan) pada paru-paru dan
memaksa udara keluar. Udara yang dipaksa keluar juga akan memaksa keluar
benda yang membuat korban tersedak. Berikut cara melakukan manuver hentakan
pada perut:
1) Miringkan korban sedikit ke depan dan berdiri di belakang korban dan
letakkan salah satu kaki di sela kedua kaki korban.
2) Buat kepalan pada satu tangan dengan tangan lain menggenggam kepalan
tangan tersebut. Lingkarka tubuh korban dengan kedua lengan kita.
3) Letakkan kepalan tangan pada garis tengah tubuh korban tepat di bawah
tulang dada atau di ulu hati.
4) Buat gerakan ke dalam dan ke atas secara cepat dan kuat untuk membantu
korban membatukkan benda yang menyumbat saluran napasnya. Manuver ini
terus diulang hingga korban dapat kembali bernapas atau hingga korban
kehilangan kesadaran.
5) Jika korban kehilangan kesadaran, baringkan korban secara perlahan sehingga
posisinya terlentang dan mulai lakukan RJP. Setiap saluran napas dibuka saat
RJP, penyelamat harus memeriksa apakah terdapat benda asing pada mulut
korban dan mengambilnya apabila menemukannya.

Abdominal thrust atau Hemlich manuever

c. Manuver hentakan pada dada (chest thrust)


Apabila korban tersedak sedang hamil atau mengalami kegemukan, manuver
hentakan pada perut mungkin tidak efektif. Pada keadaaan-keadaan tersebut, dapat
dilakukan manuver hentakan pada dada.
1) Letakkan tangan di bawah ketiak korban
2) Lingkari dada korban dengan lengan kita
3) Letakkan bagian ibu jari pada kepalan di tengah-tengah tulang dada korban
(sama seperti tempat melakukan penekanan dada pada RJP)
4) Genggam kepalan tangan tersebut dengan tangan satunya dan hentakan ke
dalam dan ke atas.

Pengganti Hemlich manuever pada korban wanita hamil

2. Penanganan tersedak untuk anak usia >1 tahun – dewasa yang tidak sadar
Penanganan tersedak pada anak apabila tidak sadarkan diri. Lakukan
pertolongan pertama atau berikan bantuan hidup dasar (American Heart Association,
2015). Langkah pertolongan pada anak yang tersedak dan sampai tidak sadarkan diri
adalah dengan memperhatikan tiga hal terlebih dahulu, yaitu mengamankan penolong,
mengamankan lingkungan, dan mengamankan korban. Memberikan respon dengan
menepuk dada atau bahu korban yang tidak sadarkan diri.
Korban yang tidak ada respon setelah pemberian respon, penolong dapat
mencari pertolongan dan menghubungi layanan gawat darurat yang tersedia. Penolong
dapat mengecek napas dan nadi secara bersamaan dalam waktu < 10 detik. Apabila
tidak ada napas atau nadi, berikan kompresi sebanyak 5 siklus, 1 siklus sebanyak 30
kompresi dan 2 kali napas bantuan, dengan kecepatan kompresi 100-120x/menit dan
napas buatan setiap 3-5 atau sekitar 12-20 napas buatan per menit.
Penolong dapat mengecek kembali keadaan napas dan nadi korban setelah
diberikan kompresi, apabila sudah terdapat nadi namun tidak terdapat napas, penolong
dapat memberikan napas bantuan kepada korban. Penolong terlebih dahulu mengecek
jalan napas korban, apakah tersumbat atau tidak, Apabila terdapat sumbatan makanan
atau bendal lain, penolong harus membebaskan jalan napas terlebih dahulu.
Memberikan napas bantuan dapat dilakukan dengan mulut ke mulut. Pemberian napas
bantuan, setiap satu tiupan napas bantuan berselang enam detik sekali selama 2 menit.
Cek kembali pernapasan dan nadi, apabila sudah normal, penolong dapat melakukan
Recovery Position (posisikan korban miring) dan melakukan evaluasi setiap 2 menit.
Pertolongan dapat berakhir apabila penolong mengalami kelelahan, sudah tidak
mampu untuk menolong atau sampai bantuan medis datang.

3. Penanganan tersedak untuk bayi (<1 tahun)


Penanganan tersedak untuk bayi tentunya berbeda dengan anak yang berusia lebih
dari 1 tahun. Kita tidak bisa melakukan penekanan perut (Heimlich manuever) pada
bayi karena dapat mencederai organ dalam. Penanganan tersedak untuk bayi terdiri
atas kombinasi penekanan dada (chest thrust) dan tepukan punggung (back slaps).
Berikut ini merupakan langkah-langkah pertolongan tersedak terhadap bayi
yang masih sadar:
a. Gendonglah bayi dengan posisi duduk atau berlutut
b. Buka pakaian bayi
c. Gendong bayi dengan posisi wajah ke bawah telungkup di atas pangkuan tangan.
Buat kepala bayi lebih rendah dari kakinya. Sangga kepala dan rahang bawah bayi
menggunakan tangan (hati-hati untuk tidak menekan leher bayi, karena ini akan
menyebabkan tersumbatnya saluran napas).
d. Berikan 5 kali tepukan di punggung (tepuklah dipunggung, antara 2 tulang belikat
bayi, jangan menepuk di tengkuk). Gunakan pangkal telapak tangan ketika
memberikan tepukan.
e. Setelah memberikan 5 kali tepukan punggung, sanggalah leher belakang bayi
dengan tangan dan balikkan tubuh bayi sehingga dalam posisi terlentang. Buat
posisi kepala bayi lebih rendah dari kakinya
f. Lakukan 5 kali penekanan dada (lokasi penekanan sama dengan posisi penekanan
dada pada proses CPR yaitu di tengan-tengan tulang dada/di bawah garis imajiner
antara 2 puting susu bayi). Hanya gunakan 2 jari saja yaitu jari telunjuk dan jari
tengah untuk melakukan chest thrust.
Ulangi langkah di atas sampai benda asing keluar dari mulut bayi.

Teknik chest thrust atau tekanan dada Teknik back slaps atau tepuk punggung

Jika benda asing belum bisa keluar dan bayi menjadi tidak sadar (bayi terkulai
lemas, tidak ada pergerakan, bibir membiru, tidak dapat menangis atau mengeluarkan
suara) penanganannya adalah sebagai berikut:
1. Baringkan bayi di atas permukaan yang rata dan keras
2. Buka jalan napas bayi (mulut bayi) dan lihat apakah benda asing terlihat atau
tidak. Jika terlihat ambil dengan menggunakan sapuan jari. Jika benda asing tidak
terlihat jangan lakukan “blind finger swab”/mengkorek-korek mulut bayi dengan
tujuan untuk mencari benda asing tersebut
3. Jika benda asing tidak terlihat lakukan langkah selanjutnya yaitu lakukanlah CPR
yang terdiri dari 30 kali penekanan dada diikuti 2 kali napas. Tetapi, perbedaan
CPR korban tersedak dengan korban biasa adalah setiap selesai melakukan 30
kali penekanan dada periksalah dahulu mulut bayi sebelum memberikan 2 kali
bantuan napas.
Jika setelah 5 kali siklus CPR, benda asing masih belum dapat keluar dan bayi
masih belum sadar. Panggil bantuan medis segera, kemudian lanjutkan CPR sampai
bantuan medis datang atau benda asingnya keluar.

I. Pencegahan
Pencegahan tersedak dapat dilakukan dengan cara (Yulianingsih, 2017), yaitu:
a. Menghindari makan maupun minum pada saat bercanda.
b. Jangan makan dengan terburu-buru.
c. Pada saat orang kejang, tidak sadar, atau seseorang yang sedang mengalami sesak
napas jangan diberikan makan maupun minuman.
d. Pada balita, lansia atau seseorang yang ada gangguan menelan jangan diberikan
makanan yang keras atau susah di kunyah.
e. Posisi ibu dalam pemberian ASI jangan dilakukan dengan cara berbaring atau tiduran.
Usahakan dalam pemberian ASI posisi ibu setengah duduk atau posisi duduk
membentuk sudut 45 derajat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tersedak merupakan salah satu kasus kegawat daruratan yang sangat berbahaya,
sehingga membutuhkan penanganan yang tepat dan cepat. Karena apabila tersedak
berlangsung lama tanpa penanganan, akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen secara
menyeluruh sehingga korban akan kehilangan refleks nafas, denyut jantung, dan dapat
menyebabkan kematian pada batang otak, bahkan kematian.
Untuk mendiagnosa suatu keadaan tersedak ditegakkan melalui anmnesis berupa
adanya riwayat masuknya benda asing ke dalam saluran napas, didapatkan gejala dan
tanda berupa rasa tercekik, sulit bernapas, bicara gagap, bahkan sampai tidak sadarkan
diri.
Penanganannya sendiri berbeda-beda, tergantung dari usia pasien (bayi, anak, atau
dewasa) dan juga kondisi pasien sendiri (sadar atau tidak sadar). Beberapa manuever
dapat diaplikasikan dalam menolong pasien tersedak, seperti Haemlich mauever,
abdominal thrust, chest thrust, ataupun back slaps tergantung dari kondisi dan usia
pasien. Dengan mengetahui cara penanganan awal dapat menghentikan komplikasi yang
lebih lanjut.

B. Saran
Dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang baik mengenai penatalaksaksaan
tersedak khususnya bagi perawat dan mahasiswa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Boies LR, Adams GL. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi VI. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG; 1997.

Purwadianto A, Sampurna B. Kedaruratan Medik. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Binarupa


Aksara; 2000.

Prakash UBS, Cartese DA. Tracheo-bronchial Foreign Bodies. In: Prakash UBS, eds.
Brochoscopy. Raven Press, New York 1994: p.253-74

Darraw DH, Holinger LD. Foreign bodies of the larynx, trachea, and bronchi. In: Bluestone
CD, Stool SE, Kenna MA, eds. Pediatric Otolaryngology, vol.2. Piladelphia, Pa. WB.
Saunders, 1996: p.39-401

Birrel JF. Paediatric Otolaryngology, Wright, Bristol 1986: p.212-55

Bagian Diklat RSCM. (2015). Tersedak. Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup Dasar
2015.

Pusponegoro, A.D., et al. (2012). Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac Life Support.
Edisi kelima. Jakarta : Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118.

Tim Bantuan Medis BEM IKM FKUI. (2015). Modul bantuan hidup dasar dan penanganan
tersedak. Jakarta: Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai