Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN FIELD TRIP TERAPI HEMODIALISA

DI RSUD KAB. TANGERANG


Tanggal 05 Agustus 2019

NAMA : ANGGRAINI
NIM : 1714201013

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN,


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN AKADEMIK 2018-2019
A. KONSEP DASAR HEMODIALISA

1. Definisi

Hemodialisis berasal dari kata Hemo yang berarti darah sedangkan


Dialisis artinya memisahkan dari yang lain.

Hemodialisis merupakan proses pemisahan zat-zat tertentu dari darah


melaui suatu membran semi permeabel. Hemodialisa adalah terapi cuci
darah di luar tubuh untuk orang yang ginjalnya sudah tidak bisa berfungsi
dengan optimal. Sebenarnya, tubuh kita secara alami mampu melakukan
cuci darah secara otomatis. Dalam hal ini, ginjal merupakan organ yang
bertanggung jawab dalam melakukan tugas ini. Selain membersihkan
darah dalam tubuh, ginjal juga membentuk zat-zat yang menjaga tubuh
agar tetap sehat. Namun, pada pengidap penyakit ginjal kronis atau gagal
ginjal, organ ini sudah tidak bisa berfungsi dengan baik. Karena itulah,
proses cuci darah bisa dilakukan dengan bantuan alat medis. Hemodialisa
menggantikan fungsi ginjal ketika ginjal sudah tidak lagi bekerja

2. Tujuan

Terapi hemodialisis mempunyai beberapa tujuan. Tujuan tersebut


diantaranya adalah menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi
(membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin,
dan sisa metabolisme yang lain), menggantikan fungsi ginjal dalam
mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin
saat ginjal sehat, meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita
penurunan fungsi ginjal serta Menggantikan fungsi ginjal sambil
menunggu program pengobatan yang lain (Suharyanto dan Madjid, 2009)

3. Indikasi

Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA


untuk sementara smpai fungsi ginjalnya pulih. Pasien-pasien tersebut
dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila terjadi indikasi :

1. Hiperkalemia ( K > 6 mEg/i)


2. Asidosis
3. Kegagalan terapi konservatif
4. Kadar ureum / kreatinin tinggi dalam darah
5. Kelebihan cairan
6. Perikarditis dan konfusi yang berat
7. Hiperkalsemia dan hipertensi
4. Kontraindikasi

Akses vaskuler sulit, hemodinamik tidak stabil dan gangguan kekentalan


darah, penyakit alzhaimer dan enselofati ( PERNEFRI, 2003 )

5. Prinsip Hemodialisa

Prinsip mayor / proses hemodialisa :

a. Askes vaskuler

Seluruh dialisis membutuhkan akses ke sirkulasi darah pasien kronik


biasanya memiliki akses permanen seperti fistula atau graf sementara.
Akut memiliki akses temporer seperti vascooth.

b. Membran semi permiable

Hal ini ditetapkan dengan dialysa actual dibutuhkan untuk mengadakan


kontak diantara darah dan dialisat sehingga dialysis dapat terjadi.

c. Difusi

Dalam dialisat yang dikonvesional, prinsip mayor menyebabkan


pemindahan zat terlarut adalah difusi substansi. Berpindah dari area
konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah Gradien
konsentrasi tercipta antaradarah dan dialisa yang menyebabkan
pemindahan zat terlarut yang diinginkan. Mencegh kehilangan zat yang
dibutuhkan.

d. Konveksi

Saat cairan dipindahan selama hemodialisa, cairan yang dipindahkan


akan mengambil bersama dengan zat terlarut yang tercampur dalam
cairan tersebut.

e. Ultrafiltrasi

Pergeseran air dan zat terlarut melalui membran semipermeabel yang


disebabkan oleh perbedaan tekanan hidrostatik antara kompartemen
darah dan dialisat (Trans Membran Pressur).
6. Perangkat Hemodialisa

A. Perangkat khusus

1) Mesin hemodialisa
2) Ginjal buatan (dializer) yaitu : alat yang digunakan untuk
mengeluarkan sisa metabolisme atau zat toksin laindari dalam
tubuh. Didalamnya terdapat 2 ruangan atau kompartemen :
- kompartemen darah
- kompartemen dialisat.
3) Blood lines : selang yang mengalirkan darah dari tubuh ke dializer
dan kembali ke tubuh. Mempunyai 2 fungsi :
a. Untuk mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa
metablolisme.
b. Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama
dialysis.

B. Alat-alat kesehatan :

a) Tempat tidur fungsional


b) Timbangan BB
c) Pengukur TB
d) Stetoskop
e) Termometer
f) Peralatan EKG
g) Set O2 lengkap
h) Suction set
i) Meja tindakan.

C. Obat-obatan dan cairan :

a) Obat-obatan hemodialisa : heparin, frotamin, lidocain untuk


anestesi.
b) Cairan infuse : NaCl 0,9%, Dex 5% dan Dex 10%.
c) Dialisat
d) Desinfektan : alcohol 70%, Betadin, Sodium hypochlorite 5%
e) Obat-obatan emergency.
7. Pedoman Perawatan Hemodialisa

a. Persiapan sebelum hemodialisa

1) Sambungkan selang air dari mesin hemodialisa.


2) Kran air dibuka.
3) Pastikan selang pembuka air dan mesin hemodialisis
sudah masuk keluar atau saluran pembuangan.
4) Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak.
5) Hidupkan mesin.
6) Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit.
7) Matikan mesin hemodialisis.
8) Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat.
9) Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada
pada mesin hemodialisis.
10) Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap).

b. Menyiapkan sirkulasi darah.

1) Bukalah alat-alat dialisat dari setnya.


2) Tempatkan dialiser pada holder (tempatnya) dan posisi
‘inset’ (tanda merah) diatas dan posisi ‘outset’ (tanda biru)
dibawah.
3) Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung ‘inset’
dari dialiser.
4) Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung ‘outset’ adri
dialiser dan tempatkan buble tap di holder dengan posisi
tengah.
5) Set infuse ke botol NaCl 0,9%-500 cc.
6) Hubungkan set infuse ke slang arteri.
7) Bukalah klem NaCl 0,9%. Isi slang arteri sampai keujung
selang lalu klem.
8) Memutarkan letak dialiser dengan posisi ‘inset’ dibawah
dan ‘ouset’ diatas, tujuannya agar dialiser bebas dari
udara.
9) Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin.
10) Buka klem dari infuse set ABL, UBL.
11) Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100
ml/mnt, kemudian naikkan secara bertahap sampai 200
ml/mnt.
12) Isi buble tap dengan NaCl 0,9% sampai 3/4 cairan.
13) Memberikan tekanan secara intermitten pada UBL untuk
mengalirkan udara dari dalam dialiser, dilakukan sampai
dengan dialiser bebas udara (tekanan tidak lebih dari 200
mmHg).
14) Melakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9%
sebanyak 500 cc yang terdapat pada botol (kalf). Sisanya
ditampung pada gelas ukur.
15) Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9%
baru.
16) Sambungkan ujung biru UBL dengan ujung merah ABL
dengan menggunakan konektor.
17) Menghidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk
dialiser baru 15-20 menit, untuk dialiser reuse dengan
aliran 200-250 ml/mnt.
18) Mengembalikan posisi dialiser ke posisi semula dimana
‘inset’ diatas dan ‘outset’ dibawah.
19) Menghubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat
selama 5-10 menit siap untuk dihubungkan dengan pasien
(soaking).

c. Persiapan pasien.

1) Menimbang BB
2) Mengatur posisi pasien.
3) Observasi KU
4) Observasi TTV
5) Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi,
biasanya mempergunakan salah satu jalan darah/blood akses seperti
dibawah ini:
• Dengan interval A-V Shunt/fistula simino
• Dengan eksternal A-V Shunt/schungula.
• Tanpa 1-2 (vena pulmonalis).

8. Komplikasi yang terjadi

A. Hipotensi

Penyebab : terlalu banyak darah dalam sirkulasi mesin, ultrafiltrasi


berlebihan, obat-obatan anti hipertensi.

B. Mual dan muntah

Penyebab : gangguan GI, ketakutan, reaksi obat, hipotensi.

C. Sakit kepala
Penyebab : tekanan darah tinggi, ketakutan.

D. Demam disertai menggigil.

Penyebab : reaksi fibrogen, reaksi transfuse, kontaminasi bakteri pada


sirkulasi darah.

E. Nyeri dada.

Penyebab : minum obat jantung tidak teratur, program HD yang terlalu


cepat.

F. Gatal-gatal

Penyebab : jadwal dialysis yang tidak teratur, sedang.sesudah transfuse


kulit kering.

G. Perdarahan amino setelah dialysis.

Penyebab : tempat tusukan membesar, masa pembekuan darah lama,


dosis heparin berlebihan, tekanan darah tinggi, penekanan, tekanan tidak
tepat.

H. Kram otot

Penyebab : penarikan cairan dibawah BB standar. Penarikan cairan


terlalu cepat (UFR meningkat) cairan dialisat dengan Na rendah BB naik
> 1kg. Posisi tidur berubah terlalu cepat.
RESUME ASKEP INTRA HEMODIALISA
I. Pengkajian

Nama : M. Mastar Gaik


Jenis kelamin : laki-laki
Golongan darah : AB
Agama : Islam
TTL : 17 Mei 1962
Pendidikan terakhir : SD
Status : Menikah
Pekerjaan : -
Alamat : Kota Bumi
Tgl & jam pengkajian : 05 Agustus 2019 09.00 WIB
A. PERSIAPAN HD
1. Type Dializer : Polypure 16 S N/R
2. Reuse ke : R1/R2/R3/R4/R5/R6/R7
3. Lama Dialisis : 2 jam, 3 jam, 3 1/2 jam, 4 jam, 5 jam
4. Conductivity : 13,7
5. AliranDialisat : 500/mnt (bikarbonat aksit)
6. Antikoagulan : Heparine/TINZA
7. Inisiasi : 500 U, 1000 U, 2000 U, 3000 U, 4000
U,............
8. Kontinyu : 500 U, 1000 U, 1500 U / jam
9. JenisAcces : IJ / SC / AVF/AVG / Cimino
10. Ukuran jarum fistula : 17 G/ 16G/ 15 G ( 1 inci)
11. Total Blood Volume : 250
12. Pengobatanselama HD
a. Transfusidarah : - kolf
1. Golongandarah : AB
2. No Kolf : -
b. Inj. Hemapo/ Recormon / Epprex / Dialifer
1. 2000 iu /3000 iu / 5000 iu
2. Diberikanoleh : Perawat / dari Dokter
c. Obat yang diberikan
Nama Obat Dosis
Dialifer 20 iu

3. Pengawasancairanselama HD
1. Volume Priming : 250 cc
2. Cairanmasuk : 200
Sisa Priming : 100 cc
Cairan Drip : - cc
Darah : - cc
Wash out : 150 cc
JUMLAH : 700 cc
4. Penyulitselama HD
Shunt problem
Perdarahan
:Mualmuntah :
:
Kejang
:
Kram
Panas/Menggigil
Koma :
Sakit dada
Gatal-gatal
Hypotensi
Hypertensi
13. AlergiDializer :
14. HasilpemeriksaanFiskidanlainnya : (Data Fokus )

No Data Subjektif Data Objektif


1. Pasien mengatakan mual -pasien terlihat pucat
-pasien terlihat lemas
2. Pasien mengatakan lemas

Hasil ttv :
3. Pasien mengatakan BAK lancar - TD : 120/80mmHg
tidak keruh - S : 36 C
- N : 80 x/mnt
- RR : 20 x/mnt
-
B. Analisa Data

No Data Etiologi ( Flow) Problem


1. Ps mengatakan Gagal Ginjal Kronik Intoleransi aktivitas
mual (GGK)
2. 
Ps mengatakan Ketidaknyamanan
lemas setelah aktivitas
3. 
Ttv : Perubahan
TD : 120/80 Elektrokardiogram
mmHg (EKG)
S : 36 C 
N : 80 x/mnt Respon tekanan darah
RR : 20 x/mnt abnormal terhadap
4. aktivitas Gangguan
ketidakseimbangan
Pasien terlihat cairan elektrolit
tidak nyaman Difusi ginjal
Kelebihan volume cairan
I. Diagnosa Keperawatan

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit :


1Intoleransi aktivitas b/d Gagal Ginjal Kronik (GGK)

III s/d V Penecanaan. Implementasi dan Evaluasi.

N NOC NIC IMPLEMENTASI EVALUASI


o
1. Keseimbangan -atur posisi pasien -mengatur posisi S : pasien merasa
cairan elektrolit: semi fowler / fowler pasien semi fowler nyaman
-mual -auskultasi bunyi / fowler
-kelelahan jantung paru -mengauskultasi O : -KU
-target dialisis 3,5 kg bunyi jantung paru composmetis
-observasi tanda-tanda -target dialisis 3,5 -TD : 130/80 mmHg
ketidakseimbangan kg -S : 36,5 C
cairan asidosis -mengkaji -N : 80 x/mnt
metabolik/kejang, kemampuan -RR : 20 x/mnt
kembung pasien mengelola
-kolaborasi cairan A : Gangguan
obat/EKG/AGD/LAB/ -mengobservasi keseimbangan
Therapy. tanda-tanda cairan dan elektrolit
ketidakseimbanga
n cairan/elektrolit
Dosis metabolik P : HD sesuai
kejang/kembung/n jadwal
yeri dada/sakit
kepala/peningkata
n vena Juguralis
dan edema

Anda mungkin juga menyukai