Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit
untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi
atau meringankan penyakitnya. Pada anak toddler yaitu anak yang berusia antara 1-3tahun,
hospitalisasi sangat erat kaitannya dengan stress.
Stress hospitalisasi pada anak toddler yang biasanya terjadi pada masyarakat merupakan
fenomena umum yang harus diatasi dengan cara tertentu untuk tiap anak. Mengatasi ketakutan
pada anak usia ini dengan memberikan pemahaman memang sulit dilakukan mengingat hal
tersebut bukan sesuatu yang bisa dipahami oleh anak toddler.
Peran orangtua pasa hospitalisasi anak toddler sebenarnya sangat penting bahkan
memegang kunci utama. Orangtua akan mampu memahami karakter setiap anaknya sehingga
bisa meminimalkan stress hospitalisasi ini. Sehingga nantinya hospitalisasi pada anak toddler
tidak akan menimbulkan stress berkepanjangan yang serius sehingga membutuhkan penanganan
yang lebih lanjut.

BAB II
LANDASAN TEORI

Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit
untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi
atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan
ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang
mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit.
Stressor yang mempengaruhi permasalahan di atas timbul sebagai akibat dari dampak
perpisahan, kehilangan kontrol ( pembatasan aktivitas ), perlukaan tubuh dan nyeri, dimana
stressor tersebut tidak bisa diadaptasikan karena anak belum mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru dengan segala rutinitas dan ketidakadekuatan mekanisme koping untuk
menyelesaikan masalah sehingga timbul prilaku maladaptif dari anak.
Perubahan Yang Terjadi Akibat Hospitalisasi adalah:
1. Perubahan konsep diri.
Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citra tubuh ,
perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga diri dan
identitasnya.
2. Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebih rendah
dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
3. Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.

4. Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis, tidak
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit bekerjasama
mengatasi masalahnya.
5. Takut dan Ansietas
Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap penyakitnya.
6. Kehilangan dan perpisahan
Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan yang asing
dan jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan, berpisah dengan pasangan dan
terasing dari orang yang dicintai.
Stressor dan Reaksi Anak Sesuai Tingkat Usia
Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai pengalaman yang mengacam
dan stressor. Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Bagi anak hal ini
mungkin

terjadi

karena

Anak

tidak

memahami

mengapa

dirawat

terluka

Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan sehari-hari
Keterbatasan mekanisme koping. Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi oleh :
1. Tingkat Perkembangan Usia
2. Pengalaman sebelumnya
3. Support system dalam keluarga
4. Keterampilan koping
5. Berat ringannya penyakit

Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi :


1.Takut :
a. Unfamiliarity
b. Lingkungan rumah sakit yang menakutkan
c. Rutinitas rumah sakit
d. Prosedur yang menyakitkan
e. Takut akan kematian
2. Isolasi. Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak terutama berpengaruh
pada anak dibawah usia 12 tahun. Pengunjung, perawat dan dokter yang memakai
pakaian khusus ( masker, pakaian isolasi, sarung tangan, penutup kepala ) dan keluarga
yang tidak dapat bebas berkunjung.
3. Privasi yang terhambat, terjadi pada anak remaja misalnya rasa malu, tidak bebas
berpakaian. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hospitalisasi pada anak :
a. Berpisah dengan orang tua dan sibling.
b.Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan, monster, pembunuhan dan
diawali oleh situasi yang asing.binatang buas.
c. Gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan.
d. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit.
e. Prosedur yang menyakitkan.
f. Takut akan cacat atau mati.

Stressor pada Infant Separation anxiety ( cemas karena perpisahan ) Pengertian terhadap
realita terbatas hubungan dengan ibu sangat dekat, Kemampuan bahasa terbatas. Respon Infant
akibat perpisahan dibagi tiga tahap.
1.Tahap Protes ( Fase Of Protes )
-Menangis kuat
-Menjerit
-Menendang
-Berduka
-Marah
2.Tahap Putus Asa ( Phase Of Despair )
-Tangis anak mula berkurang
-Murung, diam, sedih, apatis
-Tidak tertarik dengan aktivitas di sekitarnya.
-Menghisap jari
-Menghindari kontak mata
-Berusaha menghindar dari orang yang mendekati
-Kadang anak tidak mau makan
3.Tahap Menolak ( Phase Detachment / Denial )
-Secara samar anak seakan menerima perpisahan ( pura-pura ).
-Anak mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya.
-Bermain dengan orang lain.
-Mulai membina hubungan yang dangkal dengan orang lain.
-Anak mulai terlihat gembira.

Kehilangan Fungsi dan Kontrol. Hal ini terjadi karena ada persepsi yang salah tentang
prosedur dan pengobatan serta aktivitas di rumah sakit, misalnya karena diikat/restrain tangan,
kaki yang membuat anak kehilangan mobilitas dan menimbulkan stress pada anak. Gangguan
Body Image dan Nyeri Infant masih ragu tentang persepsi body image. Tetapi dengan
berkembangnya kemampuan motorik infant dapat memahami arti dari organ tubuhnya, missal :
sedih/cemas jika ada trauma atau luka. Warna seragam perawat / dokter ( putih ) diidentikan
dengan prosedur tindakan yang menyakitkan sehingga meningkatkan kecemasan bagi infant.
Berdasarkan theory psychodynamic, sensasi yang berarti bagi infant adalah berada di sekitar
mulut dan genitalnya. Hal ini diperjelas apabila infant cemas karena perpisahan, kehilangan
control, gangguan body image dan nyeri infant biasanya menghisap jari, botol.

Stressor pada anak usia awal Toddler & pra sekolah. Reaksi emosional ditunjukan dengan
menangis, marah dan berduka sebagai bentuk yang sehat dalam mengatasi stress karena
hospitalisasi. Pengertian anak tentang sakit :
a. Anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku buruk, hal ini terjadi
karena anak masih mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar mereka.
b. Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bias bermain
dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga membuat mereka harus
pergi ke rumah sakit dan harus mengalami hospitalisasi.
c. Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat passive, cooperative,
membantu atau anak mencoba menghindar dari orang tua, anak menjadi marah.
Separation /perpisahan :
a. anak takut dan cemas berpisah dengan orang tua.
b. anak sering mimpi buruk.
Kehilangan fungsi dan control. Dengan adanya kehilangan fungsi sehubungan dengan
terganggunya fungsi motorik biasanya mengakibatkan berkurangnya percaya diri pada anak
sehingga tugas perkembangan yang sudah dicapai dapat terhambat. Hal ini membuat anak

menjadi regresi; ngompol lagi, suka menghisap jari dan menolak untuk makan. Restrain /
Pengekangan dapat menimbulkan anak menjadi cemas. Gangguan Body Image dan nyeri seperti
merasa tidak nyaman akan perubahan yang terjadi dan ketakutan terhadap prosedur yang
menyakitkan.

STRESSOR PADA USIA PERTENGAHAN


Restrain atau immobilisasi dapat menimbulkan kecemasan. Pengertian tentang sakit:
-Anak usia 5 7 tahun mendefinisikan bahwa mereka sakit sehingga membuat mereka harus
istirahat di tempat tidur
-Pengalaman anak yang terdahulu selalu mempengaruhi pengertian anak tentang penyakit yang
di alaminya.
Separation /Perpisahan
-Dengan semakin meningkatnya usia anak, anak mulai memahami mengapa perpisahan terjadi.
-Anak

mulai

mentolerir

perpisahan

dengan

orang

tua

yang

berlangsunng

lama.

-Perpisahan dengan teman sekolah dan guru merupakan hal yang berarti bagi anak sehingga
dapat mengakibatkan anak menjadi cemas.
Kehilangan Fungsi Dan Kontrol
-Bagi anak usia pertengahan ancaman akan harga diri mereka sehingga sering membuat anak
frustasi, marah dan depresi. Dengan adanya kehilangan fungsi dan control anak merasa bahwa
inisiatif mereka terhambat.
Gangguan body image dan nyeri. Anak mulai menyadari tentang nyeri. Anak tidak mau melihat
bagian tubuhnya yang sakit atau adanya luka insisi.
STRESSOR PADA ANAK USIA AKHIR
-Anak mulai mulai memahami konsep sakit yang bias disebbkan oleh factor eksternal atau
bakteri, virus dan lain-lain.

-Mereka percaya bahwa penyakit itu bisa dicegah


Separation / Perpisahan
-Perpisahan dengan orang tua buakan merupakan suatu masalah
-Perpisahan dengan teman sebaya / peer group dapat mengakibatkan stress
-Anak takut kehilangan status hubungan dengan teman
Kehilangan fungsi control. Anak takut kehilangan control diri karena penyakit dan rasa nyeri
yang dialaminya.
Gangguan body Image. Anak takut mengalami kecacatan dan kematian. Anak takut sesuatu yang
terjadi atau berpengaruh terhadap alat genitalianya.

BAB III
ROLE PLAY

Pada suatu kota besar terdapat sebuah keluarga yang mapan dan berkecukupan. Keluarga
tersebut terdiri dari seorang ayah yang bernama Pak Yogi yang bekerja sebagai dosen di sebuah
perguruan tinggi ternama di kota tersebut. Sementara istrinya yaitu Ayu adalah seorang guru SD
yang dikenal lembut dan ramah terhadap semua orang. Pasangan suami istri tersebut memiliki
dua orang anak, anak pertamanya bernama Abi telah duduk di kelas 2 SMP dan juga seorang
anak perempuan yang diberi nama Ina, saat ini anak tersebut telah berusia 3tahun. Kedua
orangtua mereka selalu mengajarkan kedisiplinan dan kejujuran kepada anak-anaknya. Anak
keduanya meskipun usianya baru 3tahun, tapi kecerdasannya sudah seperti anak yang berusia
5tahun, ia sudah bisa mengenal abjad, angka, menggambar, bernyanyi, dan juga pandai bergaul.
Begitu pula dengan Abi yang selalu mendapat juara kelas dan memiliki banyak teman.
Pada suatu saat, Ina merengek kepada orangtuanya untuk menyekolahkannya. Akhirnya
Ina didaftarkan di Play Group Funny dan ia mendapat banyak teman disana. Semakin hari Ina
tumbuh dengan baik dan pintar. Di Play Group tersebut Ina memiliki teman sebaya yang akrab
dengannya yaitu Lia. Mereka selalu bermain bersama karena kebetulan rumah mereka juga tidak
begitu jauh.
Pada suatu siang saat Ina dan Lia bermain bersama di halaman rumah, Lia mengajak Ina
membeli es cendol yang lewat di depan rumah. Meskipun awalnya Ina tidak mau karena ingat
pesan ibunya agar tidak jajan sembarangan, tapi akhirnya ia terpengaruh oleh Lia yang tampak
asyik menikmati es cendolnya tersebut. Keesokan harinya Ina didapati demam oleh kedua
orangtuanya, ia juga mengalami diare berat sampai lemas. Karena panik, kedua orangtuanya
segera membawanya ke Rumah Sakit terdekat dan Ina pun akhirnya harus dirawat inap. Ina
sangat takut, ia menangis, tampak gelisah, dan sangat rewel. Terlebih lagi saat melihat perawatperawat yang akan menyuntiknya dan dokter yang memeriksanya, ia semakin takut dan

menangis. Ina menjalani hari-harinya dengan sangat tak bersemangat, ia mengalami stress
hospitalisasi.
Akhirnya setelah mendapat perawatan di Rumah Sakit tersebut selama 5 hari, Ina
diperbolehkan untuk kembali pulang ke rumah setelah keadaanya membaik. Kedua orangtuanya
mengingatkannya untuk tidak lagi jajan sembarangan. Hari-hari Ina pun penuh dengan keceriaan
lagi seperti biasanya dan ia menjadi anak yang penurut.

Pada suatu pegi yang cerah di kediaman keluarga Pak Aris.


Ayah

: Ayo kalian berdua cepet abisin sarapannya. Udah siang nie ntar telat lagi
berangkatnya. (melihat arloji)

Ibu

: Iya, ntar Abi jadi pulang agak sore ya?

Abi

: Iya buk, ntar Abi ada bimbingan sebelum lomba minggu depan.

Ayah

: Ya sudah, inget belajar yang bagus ya Bi..

Abi

: Iya yah..

Ina

: Ina juga ntar mau diajarin nyusun puzzle sama ibu gurunya lho..

Ibu

: Iya sayang, sekarang ayo kita berangkat.

Keluarga itupun berangkat bersama. Mereka semua melakukan aktivitas sehari-hari seperti
biasanya. Setelah kegiatan Ina di Play Group selesai, ia dijemput oleh pembantu rumahnya yaitu
Sule.
Sule

: Ayo Dek Ina, kita pulang sekarang!

Ina

: Iya Bang Sule, Lia juga mau ikut pulang sama kita ya..

Sule

: Ayo kalo gitu, naik semuanya! Pegangan yang kuat ya.. Bang Sule mau ngebut
nie..

Ina&Lia

: Ayok kita came on!!!.. Huuuu..

Sesampainya di rumah, setelah makan siang Ina bermain di halaman rumah bersama Lia. Siang
itu jam menunjukan pukul 12.00WITA, anggota keluarga yang lain belum saja pulang. Saat
mereka berdua asyik main, lewatlah seorang penjual es candol di depan rumah.. Lia yang sedang
kehausan kemudian memanggil penjual es tersebut.

Lia

: Mas, mas.. Aku mau belie s cendolnya!!

Dagang Es

: Iya, 1 aja Dek?

Lia

: Ina mau beli juga nggak?

Ina

: Nggak ah, kata ibu Ina nggak dibolehin jajan sembarangan tau!!

Lia

: Ya udah.. 1 aja deh esnya Mas..

Dagang Es

: Ini esnya Dek.. (memberikan segelas es cendol)

Lia

: Hmmm.. Enaknya!! Seger banget.. Manis lagi.. (meminum es) Ina nggak mau?

Ina

: Enak ya rasanya? (penasaran dan tampak ingin mencicipi)

Lia

: Iya.. Ina beli aja deh!! Jangan minta punyaku!

Ina dengan rasa penasaran yang amat sangat akhirnya membeli segelas es cendol juga.
Ina

: Ina juga mau 1 Mas..

Dagang Es

: Iya, ini Dek..

Ina

: Waw.. Enak ya.. (senang)

Lia

: Iya, makanya aku sering belie es cendol ini Na!

Ina

: Punya Ina udah abis, berapa bayarnya Mas?

Dagang Es

: Semuanya 4 ribu Dek!

Lia

: Ini uangnya Mas! (menyerahkan uang mainan)

Dagang Es

: Ini kan uang mainan Dek!!

Ina

: Iya nih Lia, nggak boleh gitu tau!! Ini nih Mas, Ina yang bayar! (menyerahkan
uang 5 ribu)

Dagang Es

: Gitu dong! Makasi ya Dek!! (bersiap pergi)

Ina

: Lho Mas.. Mana kembalinya?

Dagang Es

: Kan uangnya udah pas Dek..

Ina

: Masnya curang tu.. Kembali lagi seribu tau!! (jengkel)

Dagang Es

: Kamu pinter ya ternyata!

Lia

: Iya dong, kan dia itu banyak maem bayam kaya Popeye!!

Ina

: Popeye itu kuat tau.. Bukannya pinter..

Lia

: (tertawa)

Dagang Es

: Ini lagi seribu Dek!

Ina

: Gitu dong mas, jangan curang!

Dagang Es

: Iya-iya Dek! Besok beli esnya lagi ya!! (meninggalkan mereka berdua)

Ina&Lia

: Iya!!

Lia

: Ina, aku pulang dulu ya sekarang udah siang nih..

Ina

: Ya udah, sampe besok lagi Lia! Dadaaah..

Lia

: Dadaaahh!!

Setelah itu merekapun berpisah. Esok harinya, Ina dibangunkan oleh ibunya untuk berangkat ke
sekolah.
Ibu

: Sayang, ayo bangun udah pagi nih.. (mengusap dahi Ina)

Ina

: Hhmmm. (masih tidur dan tampak meracau)

Ibu

: Kok panas gini badannya! Ayah, sini bentar!

Ayah

: Ia, Kenapa bu?

Ibu

: Ini liat Ina badannya panas banget!!

Ayah

: Mana coba? (mengusap dahi Ina). Wah, dia harus dibangunin nie, trus disuruh
makan biar bisa minum obat!

Ibu

: Ina, ayo bangun nak!! (mengusap-usap kepala Ina)

Ina

: Ehhmmm.. Ina sakit perut bu!! Mau pup!!

Ibu

: Ayok kalo gitu! (mengantar ke kamar mandi)

Setelah selesai, Ina menangis..


Ina

: Hua..aaaaa.

Ibu

: Kenapa kok nangis?

Ina

: Itu pupnya tadi kaya jus apel.. (menangis)

Ibu

: Iya nggak papa, jangan nangis gitu! Sekarang maem dulu yok!

Ina

: Nggak mau.. perutnya sakit!!

Ina terus saja BAB sampai 6 kali pagi itu, kemudia kedua orangtuanya segera mengajaknya ke
Rumah Sakit karena badannya juga demam. Sampai di Rumah Sakit, Ina kembali histeris dan
menangis karena takut.
Perawat A

: Kenapa ini Pak?

Ayah

: Ini anak saya diare dan badannya demam!

Perawat B

: Mari bawa anaknya masuk Pak!

Kemudian Ina ditidurkan di sebuah bed dan seorang perawat akan mengukur suhunya.
Ina

: Nggak mau disuntik!! (Takut)

Perawat A

: Ini nggak disuntik dek! Cuma mau tau panasnya adek aja kok!

Ibu

: Iya, kan ibu juga nemenin disisni..

Tak lama kemudian, setelah pemeriksaan dokter akhirnya Ina disarankan untuk dirawat selama
beberapa hari karena kondisinya tersebut. Kemudian 2 orang perawat bersiap untuk melakukan
pemasangan infuse, dengan wajah takut Ina melihat alat yang dibawa oleh perawat tersebut dan
ia sangat takut. Dengan susah payah dan bantuan kedua orangtuanya yang memegangi kaki dan
tangannya akhirnya pemasangan infuse pun selesai. Kemudian Ina segera dibawa ke ruang
perawatan anak.
Perawat A

: Sekarang mari kita ke ruang perawatannya Pak.

Ayah

: Iya.. Ayok kita kesana sekarang!

Ina

: Mau kemana lagi sekarang? Ina nggak mau lagi disuntik gitu! (berkaca-kaca)

Ibu

: Mau dirawat biar cepet sembuh ya sayang! Jangan nangis lagi ya sekarang, ntar
tambah sakitnya..

Ina

: Kak Abinya mana? Ina mau ditemenin sama Kak Abi!

Ayah

: Kak Abinya lagi ada lomba di sekolahnya jadi nggak bisa ikut.

Ibu

: Iya, kan ibu sama ayah juga udah nemenin Ina disini sekarang.

Ina

: (menangis)

Ayah

: Jangan cengeng ya sayang, nggak boleh gitu! Sekarang ayok ayah gendong, ke
tempat Ina bakal dirawat biar cepet sembuh ya!

Ina

: (berkaca-kaca)

Sesampainya di ruang perawatan, Ina menjadi sangat rewel dan sering merengek sejak saat itu.
Ke dua orang tuanya sampai susah membujuknya untuk makan dan minum obat karena dia selalu
saja menangis. Setiap melihat perawat datang membawa obat, dia selalu menangis. Seperti pada
siang itu..
Perawat A

: Adek Ina, sekarang waktunya minum obat ya..

Ina

: Nggak mau.. Itu obatnya pait.. (menutup mulut)

Perawat B

: Ntar kalo nggak minum obat kan nggak sembuh-sembuh jadinya!

Ayah

: Iya, karang Ina minum dulu obatnya biar cepet sembuh! Trus kalo sudah
sembuh, kita jalan-jalan ke Spongebob Land ya sayang!

Ibu

: Iya, ni liat ntar diketawain sama Spongebobnya kalo nggak mau minum obat
lho!! Kan malu..

Ina

: Ya udah.. Tapi mana dia Spongebobnya?

Ibu

: Ini! Ayo minum obatnya sekarang (membantu meminumkan obat)

Perawat A

: Gitu dong dek, ntar kan jadi cepet sembuh ya!

Ina

: Hiks (berkaca-kaca)

Perawat B

: Iya, sekarang istirahat ya dek!

Ayah&Ibu

: Terimakasih ya Pak!

Kemudian perawat itupun kembali ke ruang jaga. Saat Ina terbangun dari tidurnya, ia kembali
menangis karena merasa sangat tidak nyaman.
Ina

: Huaaa..aaaaaaaaa.

Ibu

: Kenapa lagi sayang? Kok baru bangun udah nangis?

Ayah

: Ntar kalo nangis terus Ina jadi lemes, jadi lama ada disini!

Ina

: Ina nggak betah disini, Ina nggak mau sakit.. Ina janji nggak bakal ikut jajan
sembarangan sama Lia!!

Ayah

: Emangnya Ina dapet jajan apa?

Ina

: Kemaren sempet belie es cendol di depan rumah!

Ibu

: Besok jangan gitu lagi ya, ntar sakit kaya sekarang kan nggak enak.

Ina

: Iya, tapi Ina mau cepet pulang!

Ayah

: Jangan cengeng ya sayang, ntar kalo waktunya minum obat Ina harus mau ya!

Ina

: (mengangguk)

Selama 5 hari dirawat, Ina selalu saja tampak sedih dan sering menangis. Hingga pada akhirnya
dokter memperbolehkannya untuk pulang. Ina sangat senang sekali..
Perawat A

: Pak, bu.. Berdasarkan pemeriksaan dokter tadi, keadaan Ina sekarang sudah
membaik. Bapak dan ibu bisa membawanya pulang hari ini.

Ayah

: Iya, Terima kasih.!

Ibu

: Tu denger sayang, ntar lagi kita pulang ya!

Ina

: Iya, trus kita jalan-jalan ya!

Ayah

: Iya, tapi biar bener-bener Ina sehat, baru kita jalan - jalan ya!

Perawat B

: Sekarang infusnya dibuka dulu ya dek!

Ina

: Huaaa Sakit!! (menangis)

Perawat A

: Nggak kok dek, kalo dibuka tu nggak sakit kaya waktu disuntik lagi rasanya ya!

Ibu

: Iya sayang, jangan takuk dong! Katanya Ina udah pinter!

Ina

: (mengangguk)

Kemudia perawat tersebut melepaskan infusenya, dan Ina bersiap-siap untuk pulang. Seketika itu
juga Ina kembali terlihat sebagai anak yang manis, lucu, dan periang karena rasa takutnya
dirawat di rumah sakit sudah hilang. Ina kembali bermain dengan temen-temanya dan ia berjanji
tidak akan jajan sembarangan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Akper_Akbid. 2009. Hospitalisasi Pada Anak. http://akper-akbid.blogspot.com. Diakses 2 Juni


2010.
http://grahacendikia.wordpress.com/2009/03/27/hubungan-antara-pengetahuan-dengan-sikapperawat-dalam-meminimalkan-stress-akibat-hospitalisasi-pada-anak-pra-sekolah/

Anda mungkin juga menyukai