PENDAHULUAN
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit
untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi
atau meringankan penyakitnya. Pada anak toddler yaitu anak yang berusia antara 1-3tahun,
hospitalisasi sangat erat kaitannya dengan stress.
Stress hospitalisasi pada anak toddler yang biasanya terjadi pada masyarakat merupakan
fenomena umum yang harus diatasi dengan cara tertentu untuk tiap anak. Mengatasi ketakutan
pada anak usia ini dengan memberikan pemahaman memang sulit dilakukan mengingat hal
tersebut bukan sesuatu yang bisa dipahami oleh anak toddler.
Peran orangtua pasa hospitalisasi anak toddler sebenarnya sangat penting bahkan
memegang kunci utama. Orangtua akan mampu memahami karakter setiap anaknya sehingga
bisa meminimalkan stress hospitalisasi ini. Sehingga nantinya hospitalisasi pada anak toddler
tidak akan menimbulkan stress berkepanjangan yang serius sehingga membutuhkan penanganan
yang lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit
untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi
atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan
ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang
mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit.
Stressor yang mempengaruhi permasalahan di atas timbul sebagai akibat dari dampak
perpisahan, kehilangan kontrol ( pembatasan aktivitas ), perlukaan tubuh dan nyeri, dimana
stressor tersebut tidak bisa diadaptasikan karena anak belum mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru dengan segala rutinitas dan ketidakadekuatan mekanisme koping untuk
menyelesaikan masalah sehingga timbul prilaku maladaptif dari anak.
Perubahan Yang Terjadi Akibat Hospitalisasi adalah:
1. Perubahan konsep diri.
Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citra tubuh ,
perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga diri dan
identitasnya.
2. Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebih rendah
dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
3. Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
4. Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis, tidak
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit bekerjasama
mengatasi masalahnya.
5. Takut dan Ansietas
Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap penyakitnya.
6. Kehilangan dan perpisahan
Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan yang asing
dan jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan, berpisah dengan pasangan dan
terasing dari orang yang dicintai.
Stressor dan Reaksi Anak Sesuai Tingkat Usia
Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai pengalaman yang mengacam
dan stressor. Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Bagi anak hal ini
mungkin
terjadi
karena
Anak
tidak
memahami
mengapa
dirawat
terluka
Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan sehari-hari
Keterbatasan mekanisme koping. Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi oleh :
1. Tingkat Perkembangan Usia
2. Pengalaman sebelumnya
3. Support system dalam keluarga
4. Keterampilan koping
5. Berat ringannya penyakit
Stressor pada Infant Separation anxiety ( cemas karena perpisahan ) Pengertian terhadap
realita terbatas hubungan dengan ibu sangat dekat, Kemampuan bahasa terbatas. Respon Infant
akibat perpisahan dibagi tiga tahap.
1.Tahap Protes ( Fase Of Protes )
-Menangis kuat
-Menjerit
-Menendang
-Berduka
-Marah
2.Tahap Putus Asa ( Phase Of Despair )
-Tangis anak mula berkurang
-Murung, diam, sedih, apatis
-Tidak tertarik dengan aktivitas di sekitarnya.
-Menghisap jari
-Menghindari kontak mata
-Berusaha menghindar dari orang yang mendekati
-Kadang anak tidak mau makan
3.Tahap Menolak ( Phase Detachment / Denial )
-Secara samar anak seakan menerima perpisahan ( pura-pura ).
-Anak mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya.
-Bermain dengan orang lain.
-Mulai membina hubungan yang dangkal dengan orang lain.
-Anak mulai terlihat gembira.
Kehilangan Fungsi dan Kontrol. Hal ini terjadi karena ada persepsi yang salah tentang
prosedur dan pengobatan serta aktivitas di rumah sakit, misalnya karena diikat/restrain tangan,
kaki yang membuat anak kehilangan mobilitas dan menimbulkan stress pada anak. Gangguan
Body Image dan Nyeri Infant masih ragu tentang persepsi body image. Tetapi dengan
berkembangnya kemampuan motorik infant dapat memahami arti dari organ tubuhnya, missal :
sedih/cemas jika ada trauma atau luka. Warna seragam perawat / dokter ( putih ) diidentikan
dengan prosedur tindakan yang menyakitkan sehingga meningkatkan kecemasan bagi infant.
Berdasarkan theory psychodynamic, sensasi yang berarti bagi infant adalah berada di sekitar
mulut dan genitalnya. Hal ini diperjelas apabila infant cemas karena perpisahan, kehilangan
control, gangguan body image dan nyeri infant biasanya menghisap jari, botol.
Stressor pada anak usia awal Toddler & pra sekolah. Reaksi emosional ditunjukan dengan
menangis, marah dan berduka sebagai bentuk yang sehat dalam mengatasi stress karena
hospitalisasi. Pengertian anak tentang sakit :
a. Anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku buruk, hal ini terjadi
karena anak masih mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar mereka.
b. Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bias bermain
dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga membuat mereka harus
pergi ke rumah sakit dan harus mengalami hospitalisasi.
c. Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat passive, cooperative,
membantu atau anak mencoba menghindar dari orang tua, anak menjadi marah.
Separation /perpisahan :
a. anak takut dan cemas berpisah dengan orang tua.
b. anak sering mimpi buruk.
Kehilangan fungsi dan control. Dengan adanya kehilangan fungsi sehubungan dengan
terganggunya fungsi motorik biasanya mengakibatkan berkurangnya percaya diri pada anak
sehingga tugas perkembangan yang sudah dicapai dapat terhambat. Hal ini membuat anak
menjadi regresi; ngompol lagi, suka menghisap jari dan menolak untuk makan. Restrain /
Pengekangan dapat menimbulkan anak menjadi cemas. Gangguan Body Image dan nyeri seperti
merasa tidak nyaman akan perubahan yang terjadi dan ketakutan terhadap prosedur yang
menyakitkan.
mulai
mentolerir
perpisahan
dengan
orang
tua
yang
berlangsunng
lama.
-Perpisahan dengan teman sekolah dan guru merupakan hal yang berarti bagi anak sehingga
dapat mengakibatkan anak menjadi cemas.
Kehilangan Fungsi Dan Kontrol
-Bagi anak usia pertengahan ancaman akan harga diri mereka sehingga sering membuat anak
frustasi, marah dan depresi. Dengan adanya kehilangan fungsi dan control anak merasa bahwa
inisiatif mereka terhambat.
Gangguan body image dan nyeri. Anak mulai menyadari tentang nyeri. Anak tidak mau melihat
bagian tubuhnya yang sakit atau adanya luka insisi.
STRESSOR PADA ANAK USIA AKHIR
-Anak mulai mulai memahami konsep sakit yang bias disebbkan oleh factor eksternal atau
bakteri, virus dan lain-lain.
BAB III
ROLE PLAY
Pada suatu kota besar terdapat sebuah keluarga yang mapan dan berkecukupan. Keluarga
tersebut terdiri dari seorang ayah yang bernama Pak Yogi yang bekerja sebagai dosen di sebuah
perguruan tinggi ternama di kota tersebut. Sementara istrinya yaitu Ayu adalah seorang guru SD
yang dikenal lembut dan ramah terhadap semua orang. Pasangan suami istri tersebut memiliki
dua orang anak, anak pertamanya bernama Abi telah duduk di kelas 2 SMP dan juga seorang
anak perempuan yang diberi nama Ina, saat ini anak tersebut telah berusia 3tahun. Kedua
orangtua mereka selalu mengajarkan kedisiplinan dan kejujuran kepada anak-anaknya. Anak
keduanya meskipun usianya baru 3tahun, tapi kecerdasannya sudah seperti anak yang berusia
5tahun, ia sudah bisa mengenal abjad, angka, menggambar, bernyanyi, dan juga pandai bergaul.
Begitu pula dengan Abi yang selalu mendapat juara kelas dan memiliki banyak teman.
Pada suatu saat, Ina merengek kepada orangtuanya untuk menyekolahkannya. Akhirnya
Ina didaftarkan di Play Group Funny dan ia mendapat banyak teman disana. Semakin hari Ina
tumbuh dengan baik dan pintar. Di Play Group tersebut Ina memiliki teman sebaya yang akrab
dengannya yaitu Lia. Mereka selalu bermain bersama karena kebetulan rumah mereka juga tidak
begitu jauh.
Pada suatu siang saat Ina dan Lia bermain bersama di halaman rumah, Lia mengajak Ina
membeli es cendol yang lewat di depan rumah. Meskipun awalnya Ina tidak mau karena ingat
pesan ibunya agar tidak jajan sembarangan, tapi akhirnya ia terpengaruh oleh Lia yang tampak
asyik menikmati es cendolnya tersebut. Keesokan harinya Ina didapati demam oleh kedua
orangtuanya, ia juga mengalami diare berat sampai lemas. Karena panik, kedua orangtuanya
segera membawanya ke Rumah Sakit terdekat dan Ina pun akhirnya harus dirawat inap. Ina
sangat takut, ia menangis, tampak gelisah, dan sangat rewel. Terlebih lagi saat melihat perawatperawat yang akan menyuntiknya dan dokter yang memeriksanya, ia semakin takut dan
menangis. Ina menjalani hari-harinya dengan sangat tak bersemangat, ia mengalami stress
hospitalisasi.
Akhirnya setelah mendapat perawatan di Rumah Sakit tersebut selama 5 hari, Ina
diperbolehkan untuk kembali pulang ke rumah setelah keadaanya membaik. Kedua orangtuanya
mengingatkannya untuk tidak lagi jajan sembarangan. Hari-hari Ina pun penuh dengan keceriaan
lagi seperti biasanya dan ia menjadi anak yang penurut.
: Ayo kalian berdua cepet abisin sarapannya. Udah siang nie ntar telat lagi
berangkatnya. (melihat arloji)
Ibu
Abi
: Iya buk, ntar Abi ada bimbingan sebelum lomba minggu depan.
Ayah
Abi
: Iya yah..
Ina
: Ina juga ntar mau diajarin nyusun puzzle sama ibu gurunya lho..
Ibu
Keluarga itupun berangkat bersama. Mereka semua melakukan aktivitas sehari-hari seperti
biasanya. Setelah kegiatan Ina di Play Group selesai, ia dijemput oleh pembantu rumahnya yaitu
Sule.
Sule
Ina
: Iya Bang Sule, Lia juga mau ikut pulang sama kita ya..
Sule
: Ayo kalo gitu, naik semuanya! Pegangan yang kuat ya.. Bang Sule mau ngebut
nie..
Ina&Lia
Sesampainya di rumah, setelah makan siang Ina bermain di halaman rumah bersama Lia. Siang
itu jam menunjukan pukul 12.00WITA, anggota keluarga yang lain belum saja pulang. Saat
mereka berdua asyik main, lewatlah seorang penjual es candol di depan rumah.. Lia yang sedang
kehausan kemudian memanggil penjual es tersebut.
Lia
Dagang Es
Lia
Ina
: Nggak ah, kata ibu Ina nggak dibolehin jajan sembarangan tau!!
Lia
Dagang Es
Lia
: Hmmm.. Enaknya!! Seger banget.. Manis lagi.. (meminum es) Ina nggak mau?
Ina
Lia
Ina dengan rasa penasaran yang amat sangat akhirnya membeli segelas es cendol juga.
Ina
Dagang Es
Ina
Lia
Ina
Dagang Es
Lia
Dagang Es
Ina
: Iya nih Lia, nggak boleh gitu tau!! Ini nih Mas, Ina yang bayar! (menyerahkan
uang 5 ribu)
Dagang Es
Ina
Dagang Es
Ina
Dagang Es
Lia
: Iya dong, kan dia itu banyak maem bayam kaya Popeye!!
Ina
Lia
: (tertawa)
Dagang Es
Ina
Dagang Es
: Iya-iya Dek! Besok beli esnya lagi ya!! (meninggalkan mereka berdua)
Ina&Lia
: Iya!!
Lia
Ina
Lia
: Dadaaahh!!
Setelah itu merekapun berpisah. Esok harinya, Ina dibangunkan oleh ibunya untuk berangkat ke
sekolah.
Ibu
Ina
Ibu
Ayah
Ibu
Ayah
: Mana coba? (mengusap dahi Ina). Wah, dia harus dibangunin nie, trus disuruh
makan biar bisa minum obat!
Ibu
Ina
Ibu
: Hua..aaaaa.
Ibu
Ina
Ibu
: Iya nggak papa, jangan nangis gitu! Sekarang maem dulu yok!
Ina
Ina terus saja BAB sampai 6 kali pagi itu, kemudia kedua orangtuanya segera mengajaknya ke
Rumah Sakit karena badannya juga demam. Sampai di Rumah Sakit, Ina kembali histeris dan
menangis karena takut.
Perawat A
Ayah
Perawat B
Kemudian Ina ditidurkan di sebuah bed dan seorang perawat akan mengukur suhunya.
Ina
Perawat A
: Ini nggak disuntik dek! Cuma mau tau panasnya adek aja kok!
Ibu
Tak lama kemudian, setelah pemeriksaan dokter akhirnya Ina disarankan untuk dirawat selama
beberapa hari karena kondisinya tersebut. Kemudian 2 orang perawat bersiap untuk melakukan
pemasangan infuse, dengan wajah takut Ina melihat alat yang dibawa oleh perawat tersebut dan
ia sangat takut. Dengan susah payah dan bantuan kedua orangtuanya yang memegangi kaki dan
tangannya akhirnya pemasangan infuse pun selesai. Kemudian Ina segera dibawa ke ruang
perawatan anak.
Perawat A
Ayah
Ina
: Mau kemana lagi sekarang? Ina nggak mau lagi disuntik gitu! (berkaca-kaca)
Ibu
: Mau dirawat biar cepet sembuh ya sayang! Jangan nangis lagi ya sekarang, ntar
tambah sakitnya..
Ina
Ayah
: Kak Abinya lagi ada lomba di sekolahnya jadi nggak bisa ikut.
Ibu
: Iya, kan ibu sama ayah juga udah nemenin Ina disini sekarang.
Ina
: (menangis)
Ayah
: Jangan cengeng ya sayang, nggak boleh gitu! Sekarang ayok ayah gendong, ke
tempat Ina bakal dirawat biar cepet sembuh ya!
Ina
: (berkaca-kaca)
Sesampainya di ruang perawatan, Ina menjadi sangat rewel dan sering merengek sejak saat itu.
Ke dua orang tuanya sampai susah membujuknya untuk makan dan minum obat karena dia selalu
saja menangis. Setiap melihat perawat datang membawa obat, dia selalu menangis. Seperti pada
siang itu..
Perawat A
Ina
Perawat B
Ayah
: Iya, karang Ina minum dulu obatnya biar cepet sembuh! Trus kalo sudah
sembuh, kita jalan-jalan ke Spongebob Land ya sayang!
Ibu
: Iya, ni liat ntar diketawain sama Spongebobnya kalo nggak mau minum obat
lho!! Kan malu..
Ina
Ibu
Perawat A
Ina
: Hiks (berkaca-kaca)
Perawat B
Ayah&Ibu
: Terimakasih ya Pak!
Kemudian perawat itupun kembali ke ruang jaga. Saat Ina terbangun dari tidurnya, ia kembali
menangis karena merasa sangat tidak nyaman.
Ina
: Huaaa..aaaaaaaaa.
Ibu
Ayah
: Ntar kalo nangis terus Ina jadi lemes, jadi lama ada disini!
Ina
: Ina nggak betah disini, Ina nggak mau sakit.. Ina janji nggak bakal ikut jajan
sembarangan sama Lia!!
Ayah
Ina
Ibu
: Besok jangan gitu lagi ya, ntar sakit kaya sekarang kan nggak enak.
Ina
Ayah
: Jangan cengeng ya sayang, ntar kalo waktunya minum obat Ina harus mau ya!
Ina
: (mengangguk)
Selama 5 hari dirawat, Ina selalu saja tampak sedih dan sering menangis. Hingga pada akhirnya
dokter memperbolehkannya untuk pulang. Ina sangat senang sekali..
Perawat A
: Pak, bu.. Berdasarkan pemeriksaan dokter tadi, keadaan Ina sekarang sudah
membaik. Bapak dan ibu bisa membawanya pulang hari ini.
Ayah
Ibu
Ina
Ayah
: Iya, tapi biar bener-bener Ina sehat, baru kita jalan - jalan ya!
Perawat B
Ina
Perawat A
: Nggak kok dek, kalo dibuka tu nggak sakit kaya waktu disuntik lagi rasanya ya!
Ibu
Ina
: (mengangguk)
Kemudia perawat tersebut melepaskan infusenya, dan Ina bersiap-siap untuk pulang. Seketika itu
juga Ina kembali terlihat sebagai anak yang manis, lucu, dan periang karena rasa takutnya
dirawat di rumah sakit sudah hilang. Ina kembali bermain dengan temen-temanya dan ia berjanji
tidak akan jajan sembarangan lagi.
DAFTAR PUSTAKA