Anda di halaman 1dari 14

By: Kelompok 4

• HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus


yang menyerang/ menginfeksi sel darah putih yang
menyebabkan turunnya kekebala tubuh mannusia. AIDS atau
Aquired Immune Deficiency Syndrom adalah sekumpulan gejala
penyakit yang timbul akibat turunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI.2016).
• Kejadian kasus AIDS di Indonesia berdasarkan kelompok umur
memiliki pola yang jelas. Kasus AIDS yang dilaporka sejak
1987 sampai 2016 triwulan 2 terbanyak pada kelompok usia
20- 29 tahun, diikuti kelompok usia 30- 39 tahun dan 40-49
tahun. Sedangkan kasus terendah adalah pada bayi usia
kurang dari 1 tahun dengan presentase 0,3% dari kasus yang
dilaporkan (Kemenkes RI. 2016).
• Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV
dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru
terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi
terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan jika gejala
sudah jelas kemungkinanannya mencapai 50%. Penularan juga
terjadi selama proses persalinan melalui transfusi fetromaternal
atau kontak antara kulit dan memban mukosa bayi dengan
darah atau sekresi maternal saat kelahiran. Semakin lama
proses kelahiran, semakin besar resiko penularan, sehingga
lama persalinan bisa dicegah dengan operasi sectio caesaria.
Transmisi lain terjadi selama periode postpartum melalui ASI.
Resiko bayi tertular melalui ASI dari ibu yang positif sekitar
10% (Nursalam & Kurniawati. 2008).
• Kategori N: Gejala Ringan
Anak tidak mempunyai tanda dan gejala sebagai akibat infeksi HIV
atau hanya memiliki satu keadaan yang terdapat pada kategori A
• Kategori A: Gejala Sedang
Anak dengan 2 atau lebih kriteria di bawah ini tetapi tidak
menunjukkan adanya kondisi yang tertera pada kategori B dan C:
• Limfadenopati (>0,5 cm) atau lebih pada 2 lokasi (bilateral= satu
lokasi).
• Hepatomegali.
• Splenomegali.
• Dermatitis.
• Parotitis.
• Infeksi pernapasan bagian atas menetap atau berulang, sinusitis,
atau otitis media.
• Kategori B: Gejala Sedang
Anak dengan gejala selain daripada yang tertera pada kategori A atau C
yang menunjukkan adanya infeksi HIV.
• Anemia (<8 g/dl), neutropenia (<1000/mm), atau trombositopenia
(100.000/ mm) menetap >30 hari.
• Meningitis bakterial, pneumonia atau sepsis.
• Kandidisiasis orofaringeal yang menetap (>2 bulan) pada anak usia >6
bulan.
• Karrdiomiopati.
• Infeksi virus sitomegalo yang muncul sebelum usia satu bulan.
• Diare kronis atau berulang.
• Hepatitis.
• Stomatitis virus herpes simplex berulang (> 2 episode dalam 1 tahun)
• Bronkitis, pneumotitis atu esofagitis HSV yang muncul sebelum umur satu
bulan.
• terserang herpes zoster sampai dua kali.
• Leiomiosarkoma.
• Pneumonia interstitial limfoid.
• Kategori C: Gejala Berat
Anak yang menuunjukkan gejala yang tertera seperti pada definisi
kasus HIV kecuali pneumonia interstitial limfoid (masuk kategori B).
• Infeksi bakteri berat dan seing kambuh.
• Kandidiasis esofagus atau paru.
• Coccidimicosis berat.
• Cryptococcosis, di luar paru.
• Spesies mikrobakterium yang lain ( pada kulit, servikal, pembuluh
limfa).
• Kompleks mycobacterium avium
• Pneumonia akibat pneumocytis carinii.
• Leukoensefalopati multifokal progesif.
• Salmonella (nonthyphoid) yang sering kambuh.
• Toksplasmosis otak yang muncul pada usia >1 bulan.
• Wasting syndrome: penurunan BB > 10%, BB menurun setidaknya 2
persentil kurva BB, <persentil ke 5 pada kurva tinggi badan disertai
diare (sedikitnya BAB 2 kali sehari >30 hari) demam >30 hari terus
menerus.
• Karena antibodi ibu bisa dideteksi pada bayi sampai bayi
berusia 18 bulan, maka tes ELISA dan Western Blot akan positif
meskipun bayi tidak terinfeksi HIV karena tes ini berdasarkan
ada atau tidaknya antibodi terhadap virus HIV. Tes paling
spesifik untuk mengidentifikasi HIV adalah PCR untuk DNA HIV.
Kultur HIV yang positif juga menunjukkan pasien terinfeksi HIV.
Untuk pemeriksaan PCR, bayi harus dilakukan pengambilan
sampel darah untuk tes PCR pada dua saat yang berlainan.
DNA PCR pertama diambil pada saat bayi berusia 1 bulan
karena tes ini kurang sensitif selama periode satu bulan setelah
lahir. CDC merekomendasikan pemeriksaan DNA PCR
setidaknya diulang pada saat bayi berusia empat bulan
Dapat riwayat yang berhubungan dengan faktor :
• Resiko terhadap AIDS pada anak- anak
• Exposure in utero terhadap ibu yang terinfeksi HIV : penularan pada miggu
9-20 kehamilan, atau pada proses melahirkan, terjadi kontak drah ibu ke
bayi, melalui ASI, 11-29% tertular.
• Riwayat transfuse darah : pemajanna terhadap produk darah, khususnya
anak dengan hemophilia.
• Pada remaja yang menujukkan perilaku resiko tinggi ( sex bebas, narkoba
dengan cara suntikan)
• Orang tua yang sering berganti pasangan
• Kegagalan pertumbuhan.
Dapatkan riwayat imunisasi : imunisasi sesuai jadwal imunisasi anak sehat :
• Hepatitis B
• Vaksin polio oral
• MMR( boster kedus setelah 3 bulan )
• BCG ( tidak diberikan kecuali pada saat lahir
• Bila tersedia Pneumococcal, Haemophilus Influenza, Meningococcal dan Thypoid vaccination +
Influenza.
• Yellow fever tidak boleh bila suprsi imun berat.
• Varicella bila CD4 > 20%
• Imunisasi yan tetinggal pada anak HIV positif harus segera dilengkapkan.
• Dapatkan riwayat nutrisi : asupan makanan sebelumnya dan saat ini
• Dapatkan riwayat penyakit dahulu : penyakit infeksi yan diderita sebelumnya ( misal : pneumoni,
diare )
• Dapatkan riwayat keluarga : keluarga lain yang terinfeksi HIV
• Tanyakan : apakah anak sudah diperiksa HIV ? jika tidak, apakah ibunya mengetahui status
pemeriksaan HIVnya ?
Pemeriksaan Fisik
• Lihat dan periksa :
• BB dan tinggi badan
• Konjungtiva : pucat/ anemia
• Sariawan dimulut
• Kelenjar limphe membesar dan teraba dilebih dari 1 tempat ( leher ketika dan selangkangan)
• Pembesaran kelenjar parotis.
Pada bayi baru lahir
• Tes antibody HIV tak dapat digunakan pada bayi baru lahir.
Antibody HIV yang positif pada bayi yang baru lahir belum tentu
menandakan adanya infeksi HIV, Karna antibody tersebut dapat saja
merupakan antibody HIV ibu yang di peroleh bayi secara pasif
semasa dalam kandungan
• Diperkirakan antibody HIV pada bayi yang diperoleh dari ibu akan
menghilang setelah bayi berumur 18 bulan. Oleh sebab itu bayi lahir
dengan antibody HIV positif dan tanpa gejala perlu dilakukan
pemeriksaan ulang antibody pada umur lebih dari 18 bulan.
• Non-Antibody assays untuk deteksi dini infeksi HIV pada bayi baru
lahir termasuk : Antigen HIV p24, Kultur viral, Deteki gen virus ( baik
HIV DNA maupun RNA ) dengan pemriksaan PCR
• Hipertermia yang berhubungan dengan penyakit yang
dibuktikkan dengan kulit kemerahan.
• Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif yang dibuktikkan dengan kelemahan.
• Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan
dengan infeksi yang dibuktikkan dengan sputum dalam jumlah
yang berlebihan.
• Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan imunosupresi.
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
yang dibuktikkan dengan diare.
• Resiko keterlambatan perkembangan yang berhubungan
dengan penyakit kronis.
• An. N berusia 20 bulan dibawa ibunya ke UGD RS. XXX dengan
keluhan seminggu belakangan An. N mengalami diare secara terus
menerus. 2 hari sebelum dibawa ke RS An.N mulai terserang batuk.
Selama seminggu, setiap harinya An. N BAB dengan frekuensi lebih
dari 5 kali dalam sehari dengan konsistensi cair. An. N menolak untuk
menyusu pada ibunya. An. N yang mengalami demam selama 8 hari (
sejak 6 Mei 2016) . Ibu An. N mengatakan bahwa suaminya
meninggal 3 minggu lalu akibat AIDS yang dideritanya sedangkan
ibu An. N mengatakan bahwa saat melakukan tes ia dinyatakan HIV
positif. An. N nampak lesu, mata cowong, mukosa bibir kering, badan
nampak kurus. Nadi: 140 dpm, RR: 20x/menit, suhu: 39 C. Tes
Western Bolt : positif HIV. BB sebelum: 5,7 kg BB sesudah: 5 kg, PB:
62 cm. An. A hanya dapat berbicara mama dan papa , berdiri
selama 20 detik namun belum dapat berjalan.

Anda mungkin juga menyukai