Anda di halaman 1dari 4

STANDAR OPERASIONAL

PROSEDUR

GANGGUAN PERNAPASAN
Dinas Kesehatan Public Safety Center
Kab. Tojo Una-Una (PSC) 119
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
00 1/4
Standar Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :
Operasional Kepala Dinas Kesehatan
Prosedur 03 Januari 2019 Kab. Tojo Una-Una,

Dra. Jafanet Alfari, MAP., M.Kes


NIP. 19650115 199303 2 003
Pengertian Kondisi dimana paru-paru tidak dapat menyediakan cukup
oksigen ke tubuh seseorang yang berpotensi mengancam jiwa.
Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan pada
Tujuan
pasien kegawatdaruratan sistem pernapasan dengan masalah
gangguan pernapasan
Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tojo Una-
Kebijakan
Una Nomor : 188.45/01.60/DINKES Tentang Pelayanan
Kesehatan Dan Jenis-Jenis Penyakit Yang Bisa Ditangani
Public Safety Center (PSC) 119 Sivia Patuju Dinas Kesehatan
Kabupaten Tojo Una-Una
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Referensi
Tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2016 Tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT)
3. Kementerian Kesehatan RI, (2018), Panduan Keperawatan
Gawat Darurat, BPPSDMK Kemenkes RI, Jakarta
1. Neck collar sesuai ukuran
Alat dan Bahan
2. Oropharyngeal tube (Mayo) sesuai kebutuhan
3. BVM (Ambubag)
4. Tabung o2 & flowmeter
5. Humidifier & air steril
6. Nasal kanul & slang
7. Masker & slang
8. Sarung tangan
9. Gunting dan Plester
10. Bengkok
11. Tounge spatel
12. Kassa steril
13. Handsrub
Prosedur A. Fase Persiapan
1. Siapkan dan dekatkan alat
2. Perawat cuci tangan dan pakai sarung tangan bersih.

B. Fase Kerja
1. Petugas melakukan pengkajian secara spesifik, akurat dan
sesuai dengan kondisi pasien yang meliputi data subjektif
dan data obyektif.
2. Perhatikan apakah ada tanda-tanda cidera servikal, bila
ada segera lakukan pemasangan neck collar, dengan
langka-langkah sebagai berikut :
1) Jelaskan tujuan dilakukannya tindakan
2) Atur posisi pasien yaitu tempat yang aman, datar,dan
keras
3) Perawat 1, melakukan stabilisasi leher–kepala.
Perawat 2, mengukur besar collar neck.
4) Setelah selesai pengukuran, perawat 2 memasang
coller neck perlahan lahan dengan memasukkan ke
belakang kepala dan direkatkan
5) Cek keketatan coller neck dengan cara memasukkan 1-
2 jari dibawah coller neck atau menanyakan ke pasien.
3. Apabila didapatkan pangkal lidah jatuh kebelakang pada
pasien tidak sadar maka dilakukan pemasangan
Oropharyngeal tube dengan langkah sebagai berikut :
1) Jelaskan tujuan dilakukannya tindakan
2) Atur posisi pasien yaitu tempat yang aman, datar,dan
keras
3) Perawat cuci tangan dan pakai sarung tangan bersih.
4) Pilihlah ukuran OPA yang sesuai dengan pasien. Cara:
menempatkan ujung OPA pada sudut mulut, ujung
yang lain pada sudut rahang bawah atau pada ujung
telinga bawah.
5) Cara pemasangan :
a. Cara tidak langsung :
Membuka mulut pasien dengan cross finger,
masukkan OPA dengan menghadap ke palatum
kemudian diputar 180 derajat sambil ditekan ke
bawah.
b. Cara langsung :
Membuka mulut pasien dengan cross finger, lidah
ditekan dengan spatel lidah masukkan OPA
langsung sesuai anatomis
6) Observasi apakah udara pernafasan sudah keluar
dengan lancar.
4. Bila didapatkan nadi teraba dan pernapasan tidak ada
maka lakukan bantuan pernapasan menggunakan BVM
(Bag Valve Mask), dengan langkah sebagai berikut :
1) Jelaskan tujuan dilakukannya tindakan
2) Atur posisi pasien yaitu tempat yang aman, datar,dan
keras
3) Atur posisi kepala yaitu head tilt chin lif bila tidak ada
trauma leher. Bila ada trauma leher dengan cara jaw
thrust maneuver.
4) Meletakkan masker menutup mulut dan hidung pasien.
5) Ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf C
sedangkan jari-jari lainnya memegang rahang bawah
sekaligus membuka jalan napas dengan membentuk
huruf E.
6) Memompa udara dengan cara tangan satu memegang
bag sambil memompa udara dan yang satunya
memegang dan memfiksasi masker pada saat
memegang masker
7) Pada dewasa : Berikan nafas sebanyak 10-12 x per
menit dengan jeda setiap pompa 5-6 detik.
8) Pada bayi : Berikan nafas sebanyak 20 x per menit
dengan jeda setiap pompa 3 detik
9) Setelah 1 menit, evaluasi pernafasan. Apabila nafas
tidak ada lakukan bantuan nafas sesuai langkah no 11.
Namun bila nafas ada maka berikan posisi recoveri
5. Segera setelah dilakukan posisi recoveri dan pernapasan
spontan ada, lakukan pemberian oksigen tambahan :
1) Pemberian oksigen melalui nasal
a. Atur posisi semi fowler (jika bisa)
b. Jelaskan tujuan terapi O2
c. Sambungkan tabung O2 dengan humidifier dan
selang O2.
d. Cek gelembung O2 di humidifier.
e. Pasang selang O2 ke hidung, selang melingkar di
telinga dan dirapatkan di bagian dagu
f. Atur flow rate sesuai kebutuhan (1-3 lt)
g. Anjurkan pasien untuk menarik nafas
h. Nilai jumlah pernafasan
2) Pemberian oksigen melalui masker
a. Atur posisi semi fowler (jika bisa)
b. Jelaskan tujuan terapi O2
c. Sambungkan tabung O2 dengan humidifier dan
selang O2.
d. Cek gelembung O2 di humidifier.
e. Pasang selang O2 ke hidung, selang melingkar di
telinga dan dirapatkan di bagian dagu
f. Atur flow rate sesuai kebutuhan (4-6 lt)
g. Anjurkan pasien untuk menarik nafas
h. Nilai jumlah pernafasan
6. Posisikan pasien dengan kondisi yang nyaman dan
maksimalkan ventilasi
7. Pastikan kegawatdaruratan sistem pernapasan telah
tertangani

C. Fase Terminasi
1. Bila sudah selesai, buka sarung tangan.
2. Rapikan pasien dan alat
3. Perawat cuci tangan
4. Dokumentasi respon dan prosedur
5. Rujuk pasien kepelayanan yang lebih tinggi untuk
mendapatkan penanganan lanjutan, apabila diperlukan.
Unit Pelaksana Dokter dan perawat PSC 119 Dinkes Tojo Una-Una

Rekaman Histori Perubahan

No. Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai


Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai