Anda di halaman 1dari 19

KARYA TULIS ILMIAH

PENGEMBANGAN METODE ANALISIS RAPID TEST KIT KANDUNGAN


YODIUM DALAM GARAM DAPUR

……(Isi nama anda)….


NIM. ……….

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG
JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI D-III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
MALANG
TAHUN 2021

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan hasil penelitian (Karya Tulis Ilmiah)


Nama : …..
NIM : …..
Judul : Analisis Kandungan Yodium Pada Garam Dapur Yang Beredar Di Pasar Wonokerto
Dengan Metode Rapid Test Kit
Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Malang, ……Agustus 2021

Pembimbing

TTD Ortu

…(Isi dengan nama ortu anda)…….


NIP. ..(Isi dengan No KTP Ortu anda)..

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Analisis Kandungan Yodium Pada
Garam Dapur yang Beredar di Pasar Wonokerto Dengan Metode Rapid Test Kit” Dalam
menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapakan terimakasih kepada:
1. Budi Susatia, S.Kep, M.Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Malang.
2. Tapriadi, SKM., M.Pd, selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik kesehatan Kemenkes
Malang.
3. Dra. Sulistiastutik, M.Kes, selaku ketua Program Studi DIII Analis Farmasi dan Mak
anan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
4. Seluruh dosen dan staf pegawai Program studi D3 Analis Farmasi dan Makanan yan
g telah memberikan ilmu dan bantuannya.
5. Orang tua dan teman-teman yang telah memberikan dukungan baik materiil maupun
spiritual.
6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian
proposal Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga proposal Karya Tulis Ilmiah ini akan bermanfaat bagi semua
pihak.

Malang, …. Agustus 2021


Penulis

(TTD anda)

...(isi dengan nama anda)…


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Status gizi merupakan salah satu keadaan tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat
yang dipengaruhi langsung oleh faktor kuantitas dan kualitas zat gizi dari makanan yang
dikonsumsi dan akan mengambarkan permasalahan gizi. Salah satu masalah gizi yang kurang
diperhatikan oleh masyarakat yaitu kekurangan yodium atau GAKY. Indonesia merupakan
salah satu bangsa yang memiliki masalah gizi berupa GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium) yang terus menigkat. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan
sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium
secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama dan dapat dicegah dengan pemberian
unsur yodium (DepKes RI, 2000).
Yodium merupakan salah satu mineral esensial, sehingga keadaan defisiensi akan
mengganggu kesehatan dan pertumbuhan. Yodium dibutuhkan oleh tubuh sekitar 100-150
mikrogram tiap orang per hari, yodium mempunyai peranan sangat penting dalam
memproduksi hormon tiroid. Hormon ini berperan dalam proses metabolisme tubuh (Sutijda.
T, 1996). Gangguan akibat kekurangan yodium ini berdampak pada tumbuh kembang
manusia. Dimana kekurangan yodium ini dapat menyebabkan gondok dalam berbagai
stadium, kretin endemik yang ditandai oleh gangguan mental, gangguan pendengaran,
gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa. (Supariasa, 2002). Akibat dari GAKY
yang menjadi perhatian khusus saat ini yaitu gangguan saraf pusat yang berdampak pada
kecerdasan. Setiap penderita GAKY akan mengalami defisit IQ point, dimana hal ini terjadi
ketika kebutuhan yodium tidak terpenuhi sehingga menyebabkan sintesis hormon tiroid
terganggu.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa 50,8% rumah tangga di
Indonesia masih mengkonsumsi garam dengan kadar yodium kurang, 43,2% dengan kadar
yodium cukup, 5% dengan kadar yodium berlebih dan 1% tidak beryodium. Sedangkan
menurut riset yang telah dilakukan oleh Tim GAKY Pusat Sejumlah 20 juta penduduk
Indonesia yang menderita GAKY diperkirakan dapat kehilangan 140 juta angka kecerdasan
atau IQ points. Karena masih tingginya kejadian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY) di Indonesia untuk menanggulangi masalah tersebut maka dilakukan berbagai upaya
penanggulangan yaitu upaya penanggulangan jangka pendek dengan pemberian kapsul
yodium, upaya jangaka menengah berupa pemakaian garam beriodium (fortifikasi) dan upaya
jangka panjang dengan meningkatkan konsumsi makanan beryodium dan menghindari bahan
goitrogenik, dengan jalan memberikan lebih banyak pengetahuan berupa penyuluhan yang
lebih intensif dan terarah kepada sasaran,
Namun dalam berbagai upaya tersebut, penggunaan garam beryodium merupakan salah
satu cara yang paling efektif untuk menanggulangi masalah GAKY ini. Cara ini dinilai lebih
alami, lebih murah, dan lebih praktis di kalangan masyarakat. Pemilihan garam sebagai
media iodisasi dikarenakan garam merupakan bumbu dapur yang pasti digunakan di rumah
tangga, serta banyak digunakan untuk bahan tambahan dalam industri pangan, sehingga
diharapkan keberhasilan program GAKY akan tinggi. Selain itu, didukung sifat kelarutan
garam yang mudah larut dalam air.
Akan tetapi dalam penanggulangan masalah GAKY ada beberapa hambatan yang
ditemukan dalam pelaksanaan salah satunya yaitu masih banyak ditemukan garam yang
berlabelkan garam beryodium dengan kadar yodium yang tidak memenuhi standar SNI 01-
3556-2000. Dimana menurut SNI nomor 01-3556-2000 dan Keputusan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan No. 77/1995 tentang proses pembuatan dan pelabelan garam beriodium,
iodium yang ditambahkan dalam garam adalah sebanyak 30-80 mg KIO3/ Kg garam (30-80
ppm).
Dengan memperhatikan masalah tersebut maka diperlukan analisis terhadap garam dapur
beryodium sehingga dapat mengurangi permasalahan yang ditimbulkan akibat GAKY.
Analisis garam beryodium ini dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Cara
pengujian kualitatif hanya mendapatkan hasil apakah garam yang diuji mengandung yodium
atau tidak sedangkan untuk mengetahui kadar yodium dari garam dapur diperlukan analisis
kuantitatif. Menurut jurnal penelitaian analisis kadar kalium iodat dalam garam yodium
dengan metode spektrofotometri uv-vis yang telah dilakukan oleh Anggeia, Fatimawali, dan
Adithya pada tahun 2013 masih banyak ditemukan sampel yang tidak memenuhi persyaratan
SNI. Dimana dalam penilitian sebelumnya peneliti memakai 10 sampel garam yang berlabel
garam beryodium, dari hasil analisis ditemukan 5 sampel yang tidak memenuhi standar kadar
kalium iodat yang di persyaratkan SNI yaitu sebanyak 30-80 mg KIO3/ Kg garam (30-80
ppm).
Dalam penelitian Dita Anisya Keswara pada tahun 2019 tentang identifikasi kadungan
iodium pada garam dapur yang beredar di pasar tradisiona kota makasar tersebut masih
terdapat garam dapur berabekan garam yodium yang tidak memenuhi standart. Dalam
penelitian tersebut menggunakan 16 sampe garam beryodium dan hanya terdapat 6 sampel
yang memenuhi standart SNI yaitu mengandung iodium ≥ 300 ppm, sedangkan 11 sampel
hanya mengandung iodium < 30 ppm. Dan pada penelitian yang dilakukan oeh Muhammad
Akhirudin tahun 2011 tentang analisis kadar kalium iodat dalam garam dapur dengan metode
iodimetri dengan menggunakan 6 sampel pengujian terdapat 3 sampel garam dapur
beryodium yang tidak memenuhi standart yaitu mengandung iodium < 30 ppm.
Dalam menentuan kadar yodium pada garam dapur terdapat beberapa metode yang biasa
digunakan dalam analisis yaitu Titrasi Argentometri, Titrasi Iodometri, Spektrofotometri UV-
VIS, dan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Metode analisis yang sering
digunakan dalam analisis penentuan kadar yodium dalam garam dapur adalah metode Titrasi
Iodometri, metode titrasi iodometri ini sangatlah mudah untuk dilakukan dan tidak memakan
biaya yang mahal namun dalam penentuan kadar yodium dengan menggunakan metode ini
masih sangat kurang akurat. Oleh karena itu dalam SNI dianjurkan menggunakan metode
spektrofotometri UV-VIS karena metode spektrofotometri lebih akurat selain itu caranya
lebih sederhana dibandingkan dengan menggunakan metode KCKT.
Namun dalam prakteknya analisis kuantitatif hanya bisa dilakukan oleh orang yang
sudah ahlinya dalam bidang tersebut dan untuk melakukan analisis menggunakan metode
yang dianjurkan berdasarkan SNI yaitu metode Spektrofotometri UV-VIS haruslah
menggunakan instrument, untuk melakukan analisis dengan menggunakan instrument budget
yang dibutuhkan lumayan banyak. Oleh karena itu, penelitian semi-kuantitatif terhadap kadar
yodium pada garam dapur merupakan solusi agar masyarakat dapat melakukan analisis
dengan mudah, tanpa memerlukan keahlian yang khusus dan budget yang mahal.
Analisis semi-kuantitatif ini merupakan analisis dimana dilakukan perpaduan antara analisis
kualitatif dan kuantitatif. Dalam analisis semi-kuantitatif ini pengujiannya dilakukan dengan
menggunakan metode Test-Kit, dimana prinsip metode Test Kit ini yaitu reaksi oksidasi
pembentukan kompleks antara yod-amilum yang berwarna biru ungu. Maka dari itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian semi-kuantitatif terhadap kadar yodium dalam garam
dapur dengan judul ̋Pengembangan Metode Analisis Rapid Test Kit Kandungan Yodium
dalam Garam Dapur ̋

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka yang menjadi permasalahannya
yaitu :
1. Berapa kadar yodium dalam garam dapur beryodium yang beredar di Pasar
Wonokerto Bantur Kabupaten Malang ?
2. Apakah kadar yodium dalam garam dapur yang beredar di Pasar Wonokerto Bantur
Kabupaten Malang sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh SNI nomor 01-
3556-2000 yaitu sebesar 30-80 ppm ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui berapa kadar yodium yang terkandung dalam garam beryodium
yang beredar di Pasar Wonokerto Bantur Kabupaten Malang.
2. Untuk mengetahui apakah garam yodium yang beredar di Pasar Wonokerto Bantur
Kabupaten Malang telah memenuhi standart oleh SNI nomor 01-3556-2000.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui seberapa besar kandungan yodium dalam garam yodium
yang di Pasar Wonokerto Bantur Kabupaten Malang dan apakah garam tersebut
telah memenuhi standart oleh SNI nomor 01-3556-2000.
2. Manfaat Bagi Institusi
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bacaan dan sumber pembelajaran
selanjutnya yang berkaitan dengan pengujian penentuan kadar yodium dengan
menggunakan metode Rapid Test Kit (RTK)
3. Manfaat Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian dapat digunakan sebagi referensi dan masukan bagi peneliti lain.
4. Manfaat Bagi Masyarakat
Dapat menjadi informasi mengenai garam yang baik untuk dikonsumsi dan telah
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).

1.5 Kerangka Konsep


Gambar 1.1. Kerangka Konsep

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Garam Dapur


Garam dapur adalah salah satu dari sembilan bahan makanan pokok yang digunakan
masyarakat yang merupakan bahan makanan yang sangat penting sebagai penambah cita rasa
makan. Bahan ini juga efektif digunakan sebagaii media untuk perbaikan gizi makanan.
Selain itu garam merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. NaCl sebagai unsur utama
di dalam garam dengan komposisi Natrium (40%) dan Klorida (60%). Beberapa mineral lain
juga terkandung dalam garam seperti Magnesium, Kalsium, Phospor, Kobal, Photasium,
Seng, Belerang, Klor, Mangan, Tembaga, Flour dan Iodium. Setiap mineral memiliki peranan
dan fungsinya masing-masing dalam proses metabolisme tubuh (Sasongkowati, 2014).
Garam dapur berbentuk kristal putih, dihasilkan dari sedimentasi air laut. Garam
mempunyai karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air dengan massa molar
58,44 g/mol, densitas 2,16 g/cm3, tingkat kepadatan sebesar 0,8 - 0,9 g/cm3, titik lebur pada
suhu 801 dan titik didih 1465 serta kelarutan di dalam air 35,9 g/100ml (Sasongkowati,
2014). Garam dapur merupakan media yang telah lama digunakan untuk pemberantasan
gangguan akibat kekurangan iodium (gaki), yaitu dengan proses fortifikasi (penambahan)
garam menggunakan garam iodida atau iodat seperti KIO3, KI, NaI, dan lainnya. Garam
dapur untuk keperluan memasak diperkaya dengan unsur iodin dengan menambah 5 g Nal
per kg NaCl (Mulyono,2009).
Garam dapur sebagian besar berasal dari penguapan air laut dan sedikitnya mengandung
95% natrium klorida. Garam dapur sebagai garam konsumsi harus memenuhi beberapa syarat
atau kriteria standar mutu diantaranya penampakan yang bersih, berwarna putih, tidak berbau,
tingkat kelembaban rendah dan tidak terkontaminasi oleh timbal dan bahan logam lainnya.
Menurut SNI nomor 01– 3556 – 2000 garam dapur harus memenuhi syarat komposisi sebagai
berikut:

Tabel 2.1 Komposisi garam dapur menurut SNI nomor 01-3556-2000


Senyawa Kadar
a. Natrium Klorida Minimal 94,7%
b. Air Maksimal 7%
c. Iodium Sebagai KIO3 ≥ 30-80 ppm
d. Oksida Besi (FeO3) -
e. Kalium dan Magnesium -
f. Sulfat (SO4)- -
g. Bagian tak larut dalam air
h. Cemaran logam :
Pb Maksimal 10,0 mg/kg
Cu Maksimal 10,0 mg/kg
Hg Maksimal 10,0 mg/kg
As Maksimal 10,0 mg/kg
i. Rasa Asin
j. Warna Putih
k. Bau Tidak ada
Sumber BPOM RI volume 07 tahun 2000
Sifat-Sifat Garam Dapur diantaranya :
1. Garam dapur sebagian besar berasal dari penguapan air laut dan sedikitnya
mengandung 95% natrium klorida.
2. Merupakan kristal berwarna putih dan berbentuk kubus.
3. Mudah larut dalam air.
4. Pola keadaan padat garam dapur tidak berair tetapi bersifat higroskopis yaitu dapat
menarik air baik dalam bentuk uap maupun cair.
5. Pada suhu dibawah 0 ◦C garam dapur mempunyai rumus NaCl. H2O.
6. Pada suhu normal larutan jenuh dari garam dapur mempunyai berat jenis 1, 204 dan
mengandung NaCl 26, 4%.
7. Mempunyai titik lebur 803 ◦C dan titik didih 1430 ◦C.
8. Rapuh karena peristiwa perubahan bentuk dan kehilangan air kristal sehingga mudah
retak.

2.2 Garam Beryodium


Garam beriodium mempunyai bentuk, rasa dan bau sama seperti garam yang tidak
ditambahkan kalium iodat, sehingga sulit untuk memastikan kecukupan kalium iodat dalam
garam.Bentuk garam yang beredar di pasaran ada 3 jenis yaitu garam halus, bata/briket dan
curai/krosok. Garam halus adalah garam yang kristalnya sangat halus menyerupai gula pasir,
dan biasanya disebut dengan garam meja. Garam ini biasanya ditambahkan dengan iodium
(Kapantow,A.N.dkk,2005).
Garam beryodium merupakan suatu garam yang telah ditambahkan dengan Kalium Iodat
(KIO3) dan bertujuan untuk mencegah kekurangan iodium sebagai uapaya pencegahan
kekurangan iodium jagka panjang. Garam beryodium yang digunakan sebagai garam
konsumsi harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) antara lain mengandung
yodium sebesar 30-80 ppm.

Tabel 2.2 Syarat Mutu Garam Beriodium


No Parameter Satuan Persyaratan Kualitas
1. Kadar Air (H2O) % b/b Maksimal 7
2. Kadar NaCl (Natrium Klorida) % adbk Maksimal 94,7
dihitung dari jumlah klorida
3. Iodium dihitung sebagai mg/kg Minimal 30
Kalium Iodat (KIO3)
4. Timbal (Pb) mg/kg Maksimal 10
Tembaga (Cu) mg/kg Maksimal 10
Raksa (Hg) mg/kg Maksimal 0,1
5. Arsen (As) mg/kg Maksimal 0,1
Keterangan : b/b = bobot/bobot
Adbk = atas dasar bahan kering

Dalam proses pengolahan garam beryodium terdapat proses fortifikasi, dimana fortifikasi
pangan merupakan proses penambahan mikronutrien atau zat gizi ke dalam bahan pangan.
Tujuan utamanya untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat gizi yang ditambahkan
untuk meningkatkan status gizi populasi. Iodisasi garam menjadi metode yang paling umum
digunakan di berbagai negara karena garam digunakan hampir di seluruh lapisan masyarakat.
(Prawira, 2012)
Fortifikasi yang biasa dilakukan pada garam biasanya dengan penambahan Kalium Iodat
dan Kalium Iodida. Kalium Iodat lebih stabil pada penyerapan dan kondisi lingkungan yang
buruk. Penambahan KI bertujuan untuk mencegah perubahan warna pada garam yang
dihasilkan dari kristal iodium yang berwarna violet serta untuk meningkatkan kelarutan dan
mengurangi penguapan iodium, karena iodium sukar larut dalam air (Jagad, 2017)

2.3 Iodium
Iodium adalah zat gizi mikro yang esensial. Sebagai unsur halogen, iodium tidak
ditemukan di alam dalam keadaan bebas, karena sangat reaktif. Unsur-unsur ini terdapat di
alam sebagai senyawa garam. Iodium terdapat di alam dalam bentuk senyawa iodat dan
iodida dalam lumut-lumut laut. Terdapat juga dalam bentuk iodida dari air laut yang
terasimilasi dengan rumput laut, sendawa Chili, tanah kaya nitrat, air garam dari air laut yang
disimpan, dan di dalam air payau dari sumur minyak dan garam (Sandjaja 2009). Iodium
merupakan komponen dari hormon Tiroksin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan
bioaktivitas hormon ini adalah Triiodotyronin T3 dan Tetraiodotyronin T4 yang terakhir ini
disebut juga Tiroksin (Sediaoetama, 2008).
Zat Iodium dikonsentrasikan di dalam kelenjar gondok (Glandula Thyroidea) untuk
dipergunakan dalam sintesa hormon Tiroksin. Hormon ini ditimbun dalam folikel kelenjar
gondok, terkonjugasi dengan protein (globulin) dan disebut Tiroglobulin. Bila diperlukan,
thyroglobulin dipecah dan terlepas hormon tiroksin yang dikeluarkan dari folikel kelenjar ke
dalam aliran darah (Sediaoetama, 2008). Iodium sangat dibutuhkan untuk proses
pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan. Iodium juga sebagai pembentukan hormon
kalsitonin, yang juga dihasilkan oleh kelenjar tiroid, berasal dari sel parafoli – kular (sel CO).
hormon ini berperan aktif dalam metabolisme kalsium, maka harus selalu tersedia iodium
yang cukup dan berkesinambungan ( Djokomoeljanto, 2006).
Sumber iodium yang baik adalah berbagai jenis makanan laut seperti ikan, cumi, udang,
kerang serta rumput laut. Sumber lainnya adalah semua jenis sayur dan buah-buahan
(terutama yang tumbuh di daerah pantai), serta daging, susu, dan telur. Kandungan iodium
tumbuhan laut umumnya tinggi berkisar 0,7-4,5 gr/kg bahan makanan, sedangkan untuk
tumbuhan darat umumnya lebih rendah yaitu 0,1 mg/kg bahan makanan. Kandungan iodium
pada rumput laut sekitar 2.400 -155.00 kali lebih banyak dibandingkan kandungan iodium
sayuran darat (Astawan, 2009)
Garam beriodium merupakan sumber iodium dan menjadi cara yang paling ekstentif
digunakan untuk meningkatkan nutrisi iodium.. Di negara maju, banyak asupan garam yang
sekarang berasal dari makanan hasil olahan yang tidak mengandung garam beriodium (Jim
M, 2016).
Iodium memiliki sifat fisika dan sifat kimia diantaranya :
1. Sifat Fisika
 Pada temperatur biasa berupa zat padat yang mengkristal berbentuk keping-
keping, mengkilat seperti logam berwarna hitam kelabu serta bau khas yang
menusuk.
 Iodium mudah menyublin (uap iodium berwarna merah, sedangkan uap murni
berwarna biru tua).
 Iodium mempunyai berat atom 126, 93
 Iodium mendidih pada suhu 183 ◦C dengan titik lebur 144 ◦C.
2. Sifat Kima
 Molekul iodium terdiri dari atom (I2) tetapi jika dipanaskan di atas 500 ◦C akan
terurai menjadi 2 atom I, menurut reaksi:
I2 (s) + 2e-  2 I- (g)
 Iodium kurang reaktif terhadap hidrogen bila dibanding unsur halogen lainnya,
tetapi sangat reaktif terhadap oksigen. Dengan logam-logam dan beberapa
metaloid langsung dapat bersenyawa. Dengan fosfor, misalnya dapat membentuk
triioda:
2P (s) + 3I2(g)  2PI3 (l)
 Apabila gas dialirkan ke dalam larutan iodida maka terjadilah iodium. Reaksinya
serupa dengan reaksi seng dengan asam klorida, hanya ionnya bermuatan negatif.
2KI (aq) + Cl2 (g) 2KCl (aq) + 2I- (aq)
2I- (aq) + Cl2 (g)  2Cl- (aq) + I2 (aq)
3. Reaksi antara iodium dengan amilum
Dalam analisis yodium amilum akan membentuk ikatan dengan sampel berupa iod-
amilum yang akan membentuk warna khas yaitu biru.
Reaksi kimianya sebagai berikut :
KIO3 + 5KI + 6H+  3I2 + 3H2O + 6K+

Gambar 2.1 Reaksi pembentukan kompleks iod-amilum

2.4 Metode Analisis Yodium


Metode pengujian yodium dalam suatu makanan dapat dilakukan dengan menggunakan
metode kualitatif maupun kuantitatif. Metode kualitatif ini hanya untuk mengetahui ada
tidaknya kandungan yodium dalam makanan. Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk
mengetahui kadar yodium yang terkandung dalam makanan. Dalam analisis penentuan kadar
kalium iodat (KIO3) pada garam dapur ada beberapa metode yang dapat digunakan
diantaranya titrasi agentometri, titrasi iodometri dan iodimetri, Spektrofotomtetri UV-VIS,
dan metode kromatografi cair kinerja tinggi pasangan ion (KCKT).
Dalam prakteknya metode penentuan kadar yodium yang sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) 01-3556-2000 yaitu metode Spektrofotometri UV-VIS. Banyak metode yang
dapat digunakan untuk melakukan analisis kalium iodat namun metode penentuan kadar
kaium iodat KIO3 dalam garam dapur yang sering digunakan yaitu metode titrasi iodometri
dan metode spektrofotometri uv-vis. Dimana metode titrasi iodometri ini selain mudah
dikerjakan juga tidak membutuhkan biaya yang besar untuk menentukan kadar kaium iodat
pada garam dapur.
Metode titrasi iodomteri ini dilakukan menggunakan Na2S2O3 sebagai titran dan sampel
yang telah ditambahkan KI dan H2SO4. Volume Na2S2O3 selama titrasi digunakan untuk
perhitungan kadar KIO3. Larutan garam dengan reagen HNO3 dan KI digunakan untuk
penentuan KIO3 metode spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 413 nm. Nilai
absorbansi digunakan untuk penentuan kadar KIO3 pada sampel. Selain itu metode
spektrofotometri uv-vis juga sering digunakan dalam analisis kadar kaium iodat karena
dengan metode spektrofotometri uv-vis hasil yang didapat lebih akurat dan cara
pengoperasian instrument uv-vis tersebut cukup mudah.

2.5 Metode Test Kit


Test kit merupakan metode analisis kualitatif maupun kuantitatif yang mereaksikan suatu
zat (sampel) dengan suatu pereaksi tertentu untuk mengetahui kandungan yang ada dalam zat
atau sampel tersebut yang ditandai dengan adanya perbahan warna atau adanya bercak pada
kertas saring. Dimana test kit merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi
kadar suatu senyawa dengan cukup akurat yang mudah digunakan dan dioperasikan oleh
berbagai kalangan (Sulistyarti, dkk., 2015).
Prinsip kerja dari metode test kit yaitu dengan menambahkan cairan (reagen) pada bahan
makanan yang diduga mengandung bahan yang diselidiki, dengan hasil akhir terjadinya
perubahan warna yang khas. Untuk teknik pembacaan test kit, di dalam kemasan test kit
terdapat kisaran warna yang proporsional terhadap konsentrasi (Sheng, 2008).
Test kit ini mempunyai keunggulan yaitu dapat menguji ataupun mendeteksi suatu
senyawa yang terkandung dalam suatu bahan minuman/makanan secara cepat, praktis untuk
uji lapangan, proses preparasi sampel tidak terlalu lama dan mudah. Test kit untuk pengujian
yodium dapat dilakukan dengan menggunakan reagen amilum. Dimana penggunaan amilum
ini berfungsi untuk membentuk senyawa absopsi dengan iodium.
2.6 Pencitraan Digital
Pencitraan digital merupakaan teknik metode analisis secara kolorimetri yang
menggunakan software seperti image J, Photoshop dll untuk menghasilkan intensitad pada
masing-masing warna komplementer, merah, hijau, biru kemudian diolah dalam penentuan
absorbansi dengan menggunakan persamaan Lambert-Beer. Program ini dikenal dengan
teknik pencitraan digital dan telah berhasil digunakan untuk analisis sampel air sumur dalam
penentuan kadar besi (III) (Rusnawan, et al., 2011).
Metode ini memiliki potensi yang baik dalam analisis kuantitatif dikarenakan metode ini
sederhana, tidak memerlukan alat yang mahal dan memiliki potensi yang tinggi dalam
analisis kolorimetrik (Suzuki, dkk., 2006). Metode citra digital pada analisisnya
menggunakan data RGB (Red, Green, Blue) dari suatu sampel yang merupakan perluasan
data dari suatu sistem warna, yang diinterprestasikan sebagai pantulan cahaya suatu objek
dan memiliki rentang nilai 0 sampai 225 unit (Bustomi, dkk., 2014).
Pada umumnya metode citra digital hanya menggunakan teknik analisis data sederhana
yaitu Single Linier Regression (SLR), yang hanya menggunakan satu data RGB, seperti pada
penelitian yang menggunakan data B (Blue) dalam analisis ion logam berat dengan
nanopartikelperak sebagai indikator kolorimetrik (Rismiarti dan Renn, 2017). Nilai RGB
sangat dipengaruhi oleh faktor pada kondisi pengambilan foto, yaitu tingkat kecerahan,
tingkat kejernihan, sumber pencahayaan, cahaya objek, dan kamera (Dinata, dkk., 2019).
Adobe Photoshop CS3 Extended yang selanjutnya disingkat menjadi Photoshop CS3
adalah program aplikasi pengolah gambar bitmap. Gambar bitmap tersebut merupakan
gambar yang dibentuk dari grid-grid warna. Photoshop CS3 memiliki tiga mode warna yang
bisa digunakan yaitu RGB, CYMX, dan Index Color. Layar komputer atau monitor memiliki
elemen pembentukan warna Red, Green, dan Blue (RGB). Mode warna tersebut dapat
digunakan untuk menentukan intensitas warna pada gambar. Adapun persamaan Lambert-
Beer yang digunakan adalah sebagai berikut.
Io
Absorbansi=log
I
Keterangan =
I = nilai intensitas larutan uji
Io = nilai intensitas larutan standar (blanko)

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian Eksperimental, dengan variabel yang digunakan
adalah kosentrasi KIO3.

3.2 Tempat dan Waktu Pengujian


Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari sampai Maret bertempat di Laboratorium
Kimia Universitas Ma Chung.

3.3 Populasi Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh garam halus kemasan berlabelkan garam
beryodium yang beredar di Pasar Wonokerto Bantur, Kab. Malang.
3.3.2 Sampel
Sampel yang diambil sebanyak 3 merk garam kemasan berlabelkan garam beryodium
dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling dimana teknik
pengambilan sampel ini berdasarkan kriteria sampel yang diperlukan yaitu sampel garam
halus yang memiliki label garam beryodium dan paling banyak beredar di pasar wonokerto
bantur.

3.4 Alat dan Bahan


3.4.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas beaker, corong gelas, batang
pengaduk, spatula, labu takar, bola hisap, pipet ukur, pipet volume, botol semprot, neraca
analitik, tabung reaksi, rak tabung reaksi, Bunsen, kaki tiga, botol gelap, botol vial, pipet
tetes, dan smartphone.
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah aquades, KIO3 merk pudak, KI, HCl
Pekat, Kanji merk rose brand, dan Sampel Garam Dapur merk A, B, C.

3.5 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah ciri-ciri yang melekat pada subyek yang diteliti dan
mempunyai variasi dari hasil pengukurannya. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap
menentukan variabel terikat, variabel bebas dalam penelitian ini adalah sampel garam
beryodium. Sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang berubah karena variabel
bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar KIO3.

3.6 Definisi Operasional Variabel


Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No Nama Definisi Satuan dan Alat Skala
Variabel Pengukuran Pengukuran
1. Standar warna Warna yang Cm/cm Interval
digunakan sebagai (absorbansi)
standar untuk deteksi Pencitraan digital
yodium dari sampel dengan aplikasi
garam photoshop CS3

3.7 Metode Penelitian


3.7.1 Pembuatan Larutan
 Larutan KI 10%
Serbuk KI sebanyak 10 gram ditimbang dan dilarutkan dengan menggunakan aquades,
kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Ditandabataskan dengan aquades dan
dikocok hingga homogen.
 Larutan Amilum 1%
Ditimbang kanji sebanyak 5 gram dan dilarutkan kedalam aquades sebanyak 50 ml,
kemudian 960 ml aquades dipanaskan hingga mendidih, setelah mendidih dimasukkan
larutan kanji kedalamnya dan diaduk hingga homogen.
 Larutan Sampel
Sampel garam dengan merk A, B, dan C ditimbang sebanyak 2 gram dan dilarutkan
dengan aquades, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml. Ditandabataskan dengan
aquades dan dikocok hingga homogen.
3.7.2 Komposisi Larutan Test Kit Yodium
Disiapkan masing-masing reagen yang akan digunakan yaitu larutan KI 10%, Amilum,
dan HCl pekat, diambil masing-masing reagen sebanyak 1 ml dan dimasukkan kedalam
tabung reaksi.
3.7.3 Pembuatan Standar Warna
 Pembuatan larutan Induk KIO3 1000 ppm
Sebanyak 100 mg serbuk KIO3 ditimbang dan dilarutkan dengan aquades, kemudian
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Ditandabataskan dengan aquades dan dikocok
hingga homogen.
 Pembuatan larutan Baku KIO3 100 ppm
Pipet sebanyak 1 ml larutan induk KIO3 1000 ppm dan dimasukkan kedalam labu takar
10 ml, kemudian ditandabataskan dengan aquades dan dikocok hingga homogen.
 Pembuatan larutan Standar KIO3 10-100 ppm
Ambil larutan baku KIO3 100 ppm masing-masing sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5
ml, 6 ml, 7 ml, 8 ml, 9 ml, 10 ml. Masing-masing larutan yang telah diambil dimasukkan ke
dalam labu takar 10 ml dan ditandabataskan dengan aquades. Kemudian larutan dikocok
hingga homogen.
 Pembuatan deret warna 0-100 ppm
Ambil masing-masing larutan standar KIO3 sebanyak 1 ml dan dimasukkan kedalam
tabung reaksi yang telah berisi larutan test kit yodium (1 ml KI 10%, 1 ml amilum, dan 1 ml
HCl pekat), diamati perubahan warna yang terjadi dan dilakukan uji lineritas sebanyak 3 kali
(triplo).
3.7.4 Uji Linieritas Larutan Test Kit Yodium
Masing-masing larutan standar warna dari masing-masing konsentrasi yang telah
ditambahkan reagen tes kit diamati perubahan warna dan dilakkan pengukuran absorbansi
pada masing-masing larutan dengan menggunakan Pencitraan Digital. Dalam pencitraan
digital digunakan smartphone untuk mendokumentasikan perubahan warna yang dihasilkan
pada masing-masing konsentrasi, pada pengambilan gambar menggunakan smartphone
dikondisikan pada jam yang sama, penerangan yang sama. Kemudian hasil dokumentasi
dilihat nilai intensitas warna RGB yang diperoleh dengan menggunakan aplikasi Photoshop
CS3 dan dihitung absorbansi dari masing-masing konsentasi. Kemudian dihitung persamaan
linier serta LOD dan LOQ.
3.7.5 Uji Presisi Larutan Test Kit Yodium
Diukur absorbansi dari larutan standar warna konsentrasi 30 ppm yang telah
ditambahkan reagen tes kit dengan menggunakan Pencitraan Digital. Dalam pencitraan
digital digunakan smartphone untuk mendokumentasikan perubahan warna yang dihasilkan
pada masing-masing konsentrasi, pada pengambilan gambar menggunakan smartphone
dikondisikan pada jam yang sama, penerangan yang sama. Kemudian hasil dokumentasi
dilihat nilai intensitas warna RGB yang diperoleh dengan menggunakan aplikasi Photoshop
CS3 dan dihitung absorbansi dari larutan standar warna 30 ppm. Dan dihitung nilai SD serta
RSD.
3.7.6 Uji Akurasi Larutan Test Kit Yodium
Diukur absorbansi dari larutan standar warna konsentrasi 50 ppm yang telah
ditambahkan reagen tes kit dengan menggunakan Pencitraan Digital. Dalam pencitraan
digital digunakan smartphone untuk mendokumentasikan perubahan warna yang dihasilkan
pada masing-masing konsentrasi, pada pengambilan gambar menggunakan smartphone
dikondisikan pada jam yang sama, penerangan yang sama. Kemudian hasil dokumentasi
dilihat nilai intensitas warna RGB yang diperoleh dengan menggunakan aplikasi Photoshop
CS3 dan dihitung absorbansi dari larutan standar warna 50 ppm. Dan dihitung % recovery.
3.7.7 Uji Daya Simpan Test Kit Yodium
Diukur absorbansi dari larutan standar warna konsentrasi 10 ppm yang telah
ditambahkan reagen tes kit dengan menggunakan Pencitraan Digital. Pada pengukuran
absorbansi uji daya simpan dilakukan selama 2 jam, setiap 30 menit didokumentasikan
perubahan warna yang dihasilkan. Hasil dokumentasi larutan dengan menggunakan
smartphone dilihat intensitas warna RGB yang diperoleh dengan menggunakan aplikasi
Photoshop CS3 dan dihitung absorbansi. Dari hasil absorbansi tersebut dilihat perubahan nilai
absorbansi yang terjadi pada test kit yodium selama 2 jam.
3.7.8 Aplikasi Larutan Test Kit Yodium Pada Sampel Garam
Ambil masing-masing larutan sampel garam sebanyak 1 ml dan dimasukkan kedalam
tabung reaksi yang telah berisi larutan test kit yodium (1 ml KI 10%, 1 ml amilum, dan 1 ml
HCl pekat), kemudian dilihat perubahan warna yang dihasilkan dari masing-masing sampel
dan didokumentasi. Hasil dokumentasi sampel dengan menggunakan smartphone dilihat
intensitas warna RGB yang diperoleh dengan menggunakan aplikasi Photoshop CS3 dan
dihitung absorbansi. Dari hasil absorbansi tersebut dibandingkan dengan larutan standar
warna dengan konsentrasi 30 ppm. Dihitung konsentrasi dari setiap sampel garam.

3.8 Pengolahan, Penyajiaan, dan Analisis Data


3.8.1 Pencitraan Digital
Hasil pencitraan digital menggunakan Photoshop CS3 akan diperoleh data sebagai
berikut.
Tabel 3.2 Data Nilai RGB
Konsentrasi Intensitas Warna
(ppm) Red (R) Green (G) Blue (B)

Masing-masing nilai intensitas RGB yang diperoleh pada Photoshop CS3


dikonversikan menjadi absorbansi dengan menggunakan rumus persamaan Lamberr-Beert.
Io
A=log
I

Dimana :
I : Intensitas warna (R/G/B)
I0 : Intensitas warna blanko (KI 10%, Amilum, dan HCl pekat)
Nilai absorbansi yang didapat pada analisis sampel dihitung konsentrasinya dengan
satuan ppm menggunakan kurva regresi yang didapatkan dari pengukuran larutan standar
warna 0-100 ppm.
y=ax+ b
Dimana :
b : Intersep yang menunjukkan kepekaan analisis
a : nilai slope
x : kadar (ppm)
y : absorbansi sampel
3.8.2 Validasi Metode
a. Linieritas
Rumus yang digunakan dalam uji linieritas adalah
y=ax+ b
b. LOD dan LOQ
Rumus yang digunakan pada LOD dan LOQ adalah
 SE of Intercept
Excel  Data Analisis – Regession – Tabel Ke 3 (Standard Eror Intercept)
 SD of Intercept
 SD of Intercept =SE of Intercept x √ N
 LOD (Limit of Detection)
SD
LOD=3,3 x
Slope
 LOQ (Limit of Quantification)
SD
LOQ=10 x
Slope
c. Uji Presisi (Keakuratan)
Rumus yang digunakan dalam uji presisi adalah

n
SD= √SD
∑ ¿¿¿¿
i=1

RSD= x 100 %

Keterangan :
SD : Standar Deviasi
RSD : Simpangan Baku Relative
X : Kadar rata-rata
n : Jumlah pengulangan analisis

d. Uji Akurasi (Ketepatan)


Rumus akurasi yang digunakan dalam uji akurasi adalah
C
%Recovery= a x 100 %
Cb
Ket :
Ca : Konsentrasi sampel yang sebenarnya
Cb : Konsentrasi sampel teoritis

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M. 2009. Gizi Pangan untuk Keluarga. Jakarta: Dian Rakyat.


Bustomi, M.A., Ahmad Zaki Dzulfikar. 2014. Analisis Distribusi Intensitas RGB Citra
Digital untuk Klasifikasi Kualitas Biji Jagung menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan,
Jurnal Fisika Dan Aplikasinya. 10(3): 127-132.
Database Dinas Kesehatan RI. http://www.bankdata. depkes.go.id /propinsi/public /report/
createtablepit. diakses pada tanggal 23 Oktober 2020.
Depkes RI dan Kesos. 2000. Penanggulangan GAKY di Indonesia. Jakarta : Direktorat Gizi
Masyarakat.
Dinata, A.A., Lutfi, Firdaus., Rina, Elvia. 2019. Penerapan Kemometrik Pada Metode Citra
Digital Untuk Analisis Kuantitatif Ion Merkuri (II). Undergraduated thesis,
Universitas Bengkulu.
Djokomoeljanto. 2006. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, dan Hipertiroidisme, dalam: Aru
WS., editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV, Jilid III. Jakarta: FKUI. Hal:
1802.
Jim M, A. S. 2016. Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jagad. 2017. Jagad Kimia. Cara Membuat Larutan Iodium.
Kapantow A., N., Fatimawali, Yudistira, adithya. 2005. Identifikasi dan penetapan kalium
iodat dalam garam dapur yang besar Kota Bitung dengan metode Spektrofotometri
UV-Vi. Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT. Manado.
Mulyono, H. 2009. Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 72, 74.
Prawira. 2012. Program Fortifikasi Pangan. About Food.
Riskesdas. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Rismiarti,Z.,Renny Indrawati. 2017. Karakterisasi Metode Paper Analytical Device Berbasis
Pencitraan Digital Untuk Deteksi Kadmium, Chem. Prog. 10 (2): 52-57
Sandjaja. dkk. 2009. Kamus Gizi. Jakarta. PT Kompas Media Nusantara
Sasongkowati, R. 2014. Bahaya Gula, Garam dan Lemak. Yogyakarta: Penerbit Indoliterasi.
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2008. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia.
Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat. Hal: 177-178.
Sheng, R., P. Wang., Y. Gao., Y. Wu., W. Liu., J.Ma., H. Li., S. Wu. 2008. Colorimetric Test
SNI SNI nomor 01-3556-2000 Tentang Garam Konsusmsi Beryoodium
Sulistyarti, H., dkk. 2015. Test Kit Untuk Analisis Sianida Dalam Ketela Pohon Berdasarkan
Pembentukan Hidrindantin. Kimia Student Journal, Vol.1, No.1,pp. 704-710,
Universitas Brawijaya Malang.
Supariasa, D. N. 2017. Penilaian Statys Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Suzuki Y., M. Endo, J. Jin, K. Iwasw., M. Iwarsuki. 2006. Tristimulus Colorimetry Using a
Digital Still Camera and Its Application to Determination of Iron and Residual
Chlorine in Water Sample. Anal.Sci., 20(1):411-414.

LAMPIRAN

1. Pembuatan Larutan Larutan KI 10%


Diketahui : % b/v = 10%
Volume larutan = 100 ml
Ditanya : Massa KI yang dibutuhkan ?
b massa(gr )
Jawab :% = x 100 %
v volume(ml )
massa
10 %= x 100 %
100 ml
massa=10 gram
2. Larutan Amilum 1%
Diketahui : % b/v = 1 %
Volume larutan = 1000 ml
Ditanya : Massa Amilum yang dibutuhkan ?
b massa ( gr )
Jawab : % = x 100 %
v volume ( ml )
massa( gr)
1 %= x 100 %
1000 ml

massa=5 gram

3. Larutan Induk KIO3 1000 ppm


Diketahui : M. KIO3 = 1000 ppm = 1000 mg/L
Volume larutan = 100 ml = 0,1
Ditanya : Massa KIO3 yang dibutuhkan ?
massa(mg)
Jawab :M¿
volume( L)
massa(mg)
1000 mg/L ¿
0,1 L
Massa ¿ 100 mg
4. Larutan Baku KIO3 100 ppm
Diketahui : M1 = 1000 ppm
M2 = 100 ppm
V2 = 10 ml
Ditanya : Volume (V1) yang dibutuhkan ?
Jawab : M1 x V1 = M2 x V2
1000 ppm x V1 = 100 ppm x 10 ml
V1 = 1 ml
5. Larutan Standar KIO3 10 ppm
Diketahui : M1 = 100 ppm
M2 = 10 ppm
V2 = 10 ml
Ditanya : Volume (V1) yang dibutuhkan ?
Jawab : M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 10 ppm x 10 ml
V1 = 1 ml
6. Larutan Standar KIO3 20 ppm
Diketahui : M1 = 100 ppm
M2 = 20 ppm
V2 = 10 ml
Ditanya : Volume (V1) yang dibutuhkan ?
Jawab : M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 20 ppm x 10 ml
V1 = 2 ml
7. Larutan Standar KIO3 30 ppm
Diketahui : M1 = 100 ppm
M2 = 30 ppm
V2 = 10 ml
Ditanya : Volume (V1) yang dibutuhkan ?
Jawab : M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 30 ppm x 10 ml
V1 = 3 ml
8. Larutan Standar KIO3 40 ppm
Diketahui : M1 = 100 ppm
M2 = 40 ppm
V2 = 10 ml
Ditanya : Volume (V1) yang dibutuhkan ?
Jawab : M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 40 ppm x 10 ml
V1 = 4 ml
9. Larutan Standar KIO3 50 ppm
Diketahui : M1 = 100 ppm
M2 = 50 ppm
V2 = 10 ml
Ditanya : Volume (V1) yang dibutuhkan ?
Jawab : M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 50 ppm x 10 ml
V1 = 5 ml
10. Larutan Standar KIO3 60 ppm
Diketahui : M1 = 100 ppm
M2 = 60 ppm
V2 = 10 ml
Ditanya : Volume (V1) yang dibutuhkan ?
Jawab : M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 60 ppm x 10 ml
V1 = 6 ml
11. Larutan Standar KIO3 70 ppm
Diketahui : M1 = 100 ppm
M2 = 70 ppm
V2 = 10 ml
Ditanya : Volume (V1) yang dibutuhkan ?
Jawab : M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 70 ppm x 10 ml
V1 = 7 ml
12. Larutan Standar KIO3 80 ppm
Diketahui : M1 = 100 ppm
M2 = 80 ppm
V2 = 10 ml
Ditanya : Volume (V1) yang dibutuhkan ?
Jawab : M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 80 ppm x 10 ml
V1 = 8 ml
13. Larutan Standar KIO3 90 ppm
Diketahui : M1 = 100 ppm
M2 = 90 ppm
V2 = 10 ml
Ditanya : Volume (V1) yang dibutuhkan ?
Jawab : M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 90 ppm x 10 ml
V1 = 9 ml
14. Larutan Standar KIO3 100 ppm
Diketahui : M1 = 100 ppm
M2 = 100 ppm
V2 = 10 ml
Ditanya : Volume (V1) yang dibutuhkan ?
Jawab : M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 100 ppm x 10 ml
V1 = 10 ml

Anda mungkin juga menyukai