Anda di halaman 1dari 37

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERTOLONGAN PERTAMA

DENGAN TEKNIK BALUT BIDAI : LITERATURE REVIEW

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH:

YUDISTIRA FAHRY MAHARDIKA

17111024110121

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITA MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2020
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERTOLONGAN PERTAMA

DENGAN TEKNIK BALUT BIDAI : LITERATURE REVIEW

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH:

YUDISTIRA FAHRY MAHARDIKA

17111024110121

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITA MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2020
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yudistira Fahry Mahardika

Nim : 17111024110121

Program studi : S1 Keperawatan

Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Pengetahuan Pertolongan Pertama


Dengan Teknik Balut Bidai

Menyatakan bahwa penelitian yang saya tulis ini benar – benar hasil karya
saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa terdapat plagiat dalam


penelitian ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
perundang – undangan (Permendiknas No.17, tahun 2010).

Samarinda, ….. Oktober 2020

Materai
Rp.6000,-

Yudistira Fahry Mahardika

17111024110121
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERTOLONGAN PERTAMA


DENGAN TEKNIK BALUT BIDAI

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH:

Yudistira Fahry Mahardika

17111024110121

Disetujui untuk diujikan

Pada tanggal, …. Desember 2020

Pembimbing

Ns. Alfi Arif Fakhrur Rizal, M.Kep

NIDN. 111038601

Mengetahui,

Koordinator Mata Kuliah

Ns. Milkhatun, M.Kep

NIDN. 1121018501
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERTOLONGAN PERTAMA


DENGAN TEKNIK BALUT BIDAI

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH:

Yudistira Fahry Mahardika

17111024110121

Diseminarkan dan diujikan

Pada tanggal, …. Desember 2020

Penguji I Penguji II

NAMA NAMA
NIDN NIDN

Mengetahui,

Ketua
Program Studi S1 Keperawatan

Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M.Kep

NIDN. 1119097601
MOTTO
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan ialah salah satu indikator untuk mengukur tingkat

kesejahteraan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat

dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu faktor lingkungan, perilaku,

pelayanan kesehatan, dan keturunan. Faktor yang terbesar dan

sangat mempengaruhi kesehatan adalah faktor lingkungan. Upaya

kesehatan lingkungan sebagai bentuk kegiatan preventif ditujukan

untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia,

biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap individu atau

masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya (Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan).

Balut bidai merupakan pertolongan pertama kepada korban yang

mengalami cedera pada sistem musculoskeletal. Kecelakaan pada

sistem musculoskeletal harus ditangani dengan cepat dan tepat. Jika

tidak akan menimbulkan cedera yang semakin parah dan dapat

memicu terjadinya perdarahan. Dampak lain yang terjadi dapat

mengakibatkan kelainan bentuk tulang atau kecacatan dan bahkan

kematian. Untuk mencegah terjadinya cedera pada sistem

musculoskeletal dibutuhkan pertolongan balut bidai (Thygerson,


2011). Balut bidai merupakan tindakan memfiksasi atau

mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami cedera yang

menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai

fiksator/imobilisasi.

Fraktur merupakan ancaman potensial maupun aktual terhadap

integritas seseorang, sehingga akan mengalami gangguan fisiologis

maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri

(Mediarti & Seprianti, 2015). Fraktur adalah terpurusnya kontinuitas

tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasamya

disebabkan oleh trauma/radupaksa atau tenaga fisik yang ditentukan

jenis dan luasnya trauma (Lukman, dkk 2011).

Tindakan pertama dalam menolong patah tulang dengan

melakukan pembidaian. Yang sangat dibutuhkah sebagai tindakan

dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah (Susilo, 2008).

Pertolongan pertama merupakan tindakan awal yang harus segera

diberikan pada korban yang mengalami masalah kegawatdaruratan

akibat kecelakaan, insiden gawat darurat ataupun oleh penyakit

mendadak sebelum datangnya, petugas medis terkait lainnya (Chanif,

dkk, 2015).

Pertolongan Pertama (First Aid) merupakan usaha dalam

memberikan pertolongan terkait masalah kecelakaan di jalan, tempat

kerja, sekolah maupun di rumah. Peristiwa kecelakaan atau musibah

yang tidak diinginkan dapat terjadi dimana dan kapan saja. Dalam
suatu peristiwa yang membutuhkan penanganan medis, biasanya

orang pertama yang akan memberikan pertolongan adalah mereka

yang berada di tempat kejadian atau anggota keluarga korban

tersebut. Prinsip kemanusian yang utama adalah mengurangi

penderitaan korban dan memberikan pertolongan sesegera dengan

sebaik baiknya.

Pertolongan pertama merupakan tindakan sementara untuk

menangani penderita segera mungkin ditempat kejadian sebelum

tenaga medis melanjutkan/menangani penderita (PMI, 2016). First Aid

sebenarnya dapat dilakukan oleh setiap orang apabila penolong

sudah pernah mendapatkan pengatahuan atau mempraktekkan cara

pertolongan pada kasus trauma atau medis. Pengetahuan first aid

dapat diperoleh dengan pendidikan kesehatan dengan cara pelatihan.

Setiap orang harus mampu melakukan pertolongan pertama, karena

sebagian besar orang pada akhirnya akan berada pada situasi yang

memerlukan pertolongan pertama untuk orang lain atau diri mereka

sendiri.

Angka Kecelakaan Kerja Tahun 2018 merupakan angka

kecelakaan tertinggi dalam 28 tahun terakhir berdasarkan data yang

diberikan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan. Badan tersebut mengungkap bahwa pada tahun

2018 terjadi 173.105 kasus kecelakaan kerja dengan klaim Jaminan

Kecelakaan Kerja (JKK) sebanyak Rp 1.2 Triliun. Jumlah kasus


kecelakaan kerja yang tercatat pada tahun 2018 ini melonjak sekitar

29% dari tahun 2017. Jumlah ini sekaligus “berhasil” mengungguli

catatan kecelakaan kerja di semua tahun semenjak tahun 2001.

Di Indonesia Kasus-kasus kecelakaan kerja menjadi pusat

perhatian. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan

tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda,

korban jiwa/luka/cacat maupun pencemaran. Kecelakaan kerja

merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungan kerja,

(terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan).

Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak

dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban

manusia dan atau harta benda tentunya hal ini dapat mengakibatkan

kerugian jiwa serta kerusakan harta benda. Dalam penangan

kecelakaan kerja ada teknik yang perlu dimiliki oleh tenaga kerja yaitu

pertolongan pertama dengan teknik bantuan hidup dasar. Menurut

data BPJS Ketenagakerjaan (2019) tentang kejadian kecelakaan kerja

di indonesia, didapatkan pada tahun 2017 angka kecelakaan kerja

yang dilaporkan sebanyak 123.041 kasus, sementara itu sepanjang

tahun 2018 mencapai 173.105 kasus.

Kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur

tingkat kesejahteraan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat

dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu faktor lingkungan, perilaku,

pelayanan kesehatan, dan keturunan. Faktor yang terbesar dan


sangat mempengaruhi kesehatan adalah faktor lingkungan. Bantuan

Hidup Dasar (BHD) merupakan tindakan dini yang dilakukan pada

seseorang dengan keadaan gawat darurat, apabila tidak dilakukan

BHD dengan segera dapat menyebabkan kematian biologis (Bachtiar,

2016). Pertolongan pertama merupakan tindakan sementara untuk

menangani penderita segera mungkin di tempat kejadian sebelum

tenaga medis melanjutkan/menangani penderita (PMI, 2016). Di

Indonesia Kasus-kasus kecelakaan kerja menjadi pusat perhatian.

Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak

diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban

jiwa/luka/cacat maupun pencemaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang telah ditemukan pada latar belakang di

atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada

Hubungan Tingkat Pengetahuan Pertolongan Pertama Dengan Teknik

Balut Bidai.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan Proposal Penelitian dalam bentuk literatur

review ini yaitu untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan

Pertolongan Pertama Dengan Teknik Balut Bidai.


D. Manfaat Penelitian

Penulisan Proposal penelitian dalam bentuk literarure review ini

diharapkan dapat bermanfaat dalam aspek yaitu manfaat keilmuan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan pemahaman teoritis dan

praktis (know-how) yang dimiliki manusia. Pengetahuan dapat

disimpan dalam buku, teknologi, praktik, dan tradisi.

Pengetahuan dapat mengalami suatu perubahan apabila

digunakan semestinya. Pengetahuan memiliki peran penting

bagi kehidupan maupun perkembangan individu, masyarakat

serta organisasi (Basuki, 2017).

Hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek disebut

pengetahuan. Pada penginderaan terjadi yaitu, indera

pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan

perabaan. Pengetahuan pada manusia didapat melalui mata

dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

2. Tingkat Pengetahuan
Menurut (Makhfudli, 2009), pengetahuan mencakupi

enam tingkatan yaitu sebagai berikut:

a. Tahu (Know)

Tahu merupakan proses meningkatkan kembali sesuatu

yang telah dipelajari, pengetahuan dengan tingkatannya

yang paling rendah dan alat ukur yang dipakai untuk kata

kerja seperti menguraikan, menyebutkan, menyatakan,

mendefinisikan, dan sebagainya,

b. Memahami (comprehrension)

Memahami merupakan kemampuan penjelasan secara

tepat dan benar tentang objek materi yang diketahui serta

dapat diinterpretasikan dengan menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya

pada objek yang dipahami.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi merupakan kemampuan yang digunakan untuk

materi yang dipelajari pada situasi maupun kondisi nyata.

d. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan kemampuan dengan menjabarkan

objek pada komponen-komponen di satu struktur

organisasi yang berkaitan satu sama lainnya sehingga

dapat dinilai dan diukur menggunakan kata kerja seperti


dapat menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan,

dan sebagainya.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis merupakan kemampuan dengan meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian pada bentuk keseluruhan

yang baru atau melakukan penyusunan formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan yang melakukan

justifikasi atau penilaian pada materi atau objek yang

didasari oleh kriterian yang ditentukan sendiri atau kriteria-

kriteria yang telah ada.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut (Astutik, 2013), ada beberapa faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu

sebagai berikut:

a. Usia

Usia dapat mempengaruhi daya tangkap serta pola fikir

seseorang, bertambahnya usia membuat berkembang

pula daya tangkap serta pola fikir seseorang. Setelah

melewati usia madya (40-60 tahun), maka daya tangkap

serta pola fikir sesorang akan menjadi menurun.


b. Pendidikan

Pendidikan memliki tingkat pendidikan yang dapat

menentukan tingkat kemampuan seseorang dalam

memahami dan menyerap pengetahuan yang diperoleh.

Umumnya, pendidikan dipengaruhi suatu proses

pembelajaran, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan

maka semakin baik pula tingkat pengetahuan seseorang.

c. Pengalaman

Pengalaman merupakan proses memperoleh kebenaran

pengetahuan dengan mengulang kembali pengetahuan

yang telah diperoleh untuk memecahkan suatu masalah

saat masa lalu dan dapat digunakan dalam memperoleh

pengetahuan.

d. Informasi

Mendapatkan informasi dengan baik dapat dari berbagai

media seperti telivisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-

lain, maka hal tersebut dapat meningkatkan tingkat

pendidikan yang rendah dengan meingkatkan

pengetahuan seseorang.

e. Sosial budaya dan ekonomi

Tradisi atau kebiasaan sering dilakukan masyarakat yang

dapat meningkatkan pengetahuan. Selain itu, status


ekonomi juga dapat mempengaruhi suatu pengetahuan

dengan tersedia fasilitas yang dibutuhkan seseorang.

f. Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh besar pada proses

penyerapan suatu pengetahuan yang berada pada suatu

lingkungan. Hal ini dapat terjadi karena ada interaksi yang

direspon sebagai pengetahuan dari setiap individu.

4. Pengukuran Pengetahuan

Menurut (Arikunto, 2010), pengukuran pengetahuan

dilakukan dengan wawancara atau angket dengan

menanyakan isi materi yang akan diukur dari subjek atau

responden pada pengetahuan yang diukur dan disesuaikan

dengan tingkatannya, ada beberapa jenis pertanyaan yang

digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum

dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut:

a. Pertanyaan subjektif

Pada jenis penggunaan pertanyaan subjektif

menggunakan pernyataan esay dengan penilaian yang

melibatkan faktor subjektif dari penilai, sehingga hasil nilai

berbeda pada setiap penilai dari waktu ke waktu.

b. Pertanyaan objektif

Pada jenis penggunaan pertanyaan objektif menggunakan

pilihan ganda (multiple choise), betul salah dan


pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pas oleh

penilai.

Menurut (Arikunto, 2010), pengukuran tingkat

pengetahuan dibedakam menjadi tiga yaitu sebagai

berikut:

1. Pengetahuan baik apabila responden dapat menjawab

76-100% dengan jawaban benar dari total semua

pertanyaan.

2. Pengetahuan cukup apabila responden dapat

menjawab 56-75% dengan jawaban benar dari total

semua pertanyaan.

3. Pengetahuan kurang apabila responden dapat

menjawab <56% dengan jawaban benar dari total

semua pertanyaan.

B. Konsep Tindakan Pertolongan Pertama

1. Pengertian dan Tujuan Tindakan Pertolongan Pertama

Tindakan pertolongan pertama adalah upaya

pertolongan dan perawatan sementara pada korban

kecelakaan yang belum mendapat pertolongan dari dokter

atau tenaga kesehatan lainnya. Pertolongan ini bukan untuk

pengobatan atau penanganan yang telah sempurna tetapi

hanya berupa sementara, dilakukan oleh petugas kesehatan

atau masayarakat umum yang mengetahui cara penolongan


pertama saat pertama kali melihat korban. Tindakan

pertolongan pertama yaitu untuk membantu menyelamatkan

korban, dengan meringankan penderitaan korban dan

mengurangi terjadinya bahaya yang lebih lanjut akibat

kecelakaan, dengan membantu mempertahankan daya tahan

korban sampai pertolongan lebih baik akan diberikan serta

membawa korban ke tempat tim medis terdekat (Buntarto,

2015).

American Heart Association (AHA) 2015 Pertolongan

petama bertujuan mengurangi tingkat morbilitas dan kematian

dengan mengurangi penderita seseorang yang terkena

musibah, dan mencegah terjadinya cedera yang lebih parah.

2. Prinsip Penolong dalam Memberikan Tindakan Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan Kerja

Menurut Buntarto (2015), prinsip penolong dalam

memberikan tindakan pertolongan pertama kecelakaan kerja

adalah sebagai berikut:

a. Pada saat menolong, penolong haruslah bersikap dengan

tenang agar dapat menjadi penolong bukan pembunuh atau

menjadi tersangka.

b. Kemudian memperhatikan dengan cermat, menguatkan

hati saat melakukan tindakan yang dapat menjadikan

korban merasakan perasaan yang tidak nyaman atau


kesakitan sementara, demi keselamatan lakukanlah

tindakan dengan tangkas dan tepat tanpa menambah

cidera makin parah pada korban.

c. Perhatikan keadaan korban saat seperti pingsan, melihat

apakah terjadi pendarahan, luka, patah tulang atau merasa

sangat kesakitan pada korban.

3. Prinsip Dasar Tindak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

Kerja

Menurut Buntarto (2015), prinsip dasar tindakan

pertolongan pertama pada kecelakaan kerja adalah sebagai

berikut:

a. Prinsip P-A-T-U-T

1. P = Penolong mengamankan diri sendiri sebelum

melakukan tindakan pertolongan pertama pada

kecelakaan.

2. A = Amankan korban dari gangguan di tempat

kejadian perkara, sehingga bebas dari bahaya.

3. T = Tandai tempat kejadian perkara, sehingga orang-

orang mengetahui bahwa di tempat tersebut telah

kecelakaan.

4. U = Usahakan menghubungi ambulan, dokter, tenaga

kesehatan lainnya atau rumah sakit terdekat.


5. T = Tindakan pertolongan terhadap korban dalam

urutan yang paling tepat.

b. Pemberian Pertolongan

Menurut Buntarto (2015), pada saat melakukan

pemberian pertolongan dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

1. Menilai situasi, penolong harus mengenali bahaya

yang akan terjadi pada dirinya dan orang lain,

memperhatikan sumber bahaya di sekitar tempat

kejadian perkara, jenis pertolongan yang akan

diberikan dan adanya bahaya susulan yang akan

terjadi di sekitar tempat kejadian perkara.

2. Mengamankan tempat kejadian perkara dengan

memperhatikan penyebab kecelakaan,

mengutamakan keselamatan diri sendiri dengan

menggunakan alat pelindung diri (APD),

menyingkirkan dan menghilangkan faktor sumber

bahaya yang ada, misalnya dengan menghidupkan

exhaus ventilasi, menyingkirkan korban dengan aman.


3. Memberikan pertolongan dengan menilai kondisi serta

menentukan status korban yaitu dengan

membaringkan korban dengan posisi kepala lebih

rendah dari pada tubuh dan prioritas tindakan yang

akan diberikan, melakukan pemeriksa kondisi korban

dengan benar seperti memeriksa kesadaran,

pernafasan, sirkulasi darah dan gangguan lokal,

melakukan resusitasi jantung paru bila terdapat tanda

henti nafas dan jantung pada korban, memberikan

pertolongan seperlunya apabila terdapat luka ringan

serta mencari pertolongan kepada dokter, tenaga

kesehatan lainnya dan rumah sakit terdekat apabila

korban mengalami luka yang berat.

C. Konsep Balut Bidai

1. Definisi Bidai

Balut bidai merupakan tindakan memfiksasi atau

mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami cedera yang

menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel

sebagai fiksator/imobilisasi. Balut bidai adalah perawatan

umum trauma ekstremitas atau imobilisasi dari lokasi trauma

seperti belat untuk mempertahankan posisi bagian tulang

yang patah agar tidak bergerak dan mencegah terjadinya

kontaminasi dan komplikasi. Pertolongan balut bidai dapat


dilakukan oleh semua orang awam yang terlatih (Listiana &

Oktarina, 2019).

Balut bidai merupakan pertolongan pertama kepada

korban yang mengalami cedera pada sistem musculoskeletal.

Kecelakaan pada sistem musculoskeletal harus ditangani

dengan cepat dan tepat. Jika tidak akan menimbulkan cedera

yang semakin parah dan dapat memicu terjadinya

perdarahan. Pelatihan balut bidai bertujuan untuk

meminimalkan dampak yang dapat terjadi agar setiap orang

awam dapat menolong jika menemukan korban yang

mengalami kecelakaan (Sari, 2011).

2. Tujuan Pembalutan dan Pembidaian

a. Tujuan Pembalutan

Pembalutan bertujuan untuk mencegah

kontaminasi, penekanan untuk menghentikan perdarahan,

pemasangan bidai, dan memperbaiki suhu tubuh

(Hardisman & Hippocrates Emergency Team, 2014).

Tujuan pembalutan adalah untuk menutup luka dan

menghentikan pendarahan agar luka tidak terkontaminasi

dan menimbulkan infeksi (Susilowati, 2015). Selain itu

pembalutan bertujuan unruk mencegah pembengkakan,

membatasi pergerakan dan mengikat bidai (Ramsi, 2016).

b. Tujuan Pembidaian
Pemasangan bidai bertujuan untuk imobilisasi,

mengurangi rasa nyeri, mencegah terjadinya komplikasi,

dan memudahkan transportasi korban (Hardisman &

Hippocrates Emergency Team, 2014). Pembidaian adalah

berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan

bagian yang patah. Pembidaian adalah suatu cara

pertolongan pertama pada cedera/trauma sistem

muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (imobilisasi)

bagian tubuh yang mengalami cedera dengan

menggunakan suatu alat. Pembidaian dapat menyangga

atau menahan bagian tubuh agar tidak bergeser atau

berubah dari posisi yang dikehendak. sehinggah

menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari

tempatnya dan mengurangi rasa nyeri (Warouw, 2018).

Tujuan pembidaian adalah imobisisasi luka patah tulang

dan fiksasi eksternal untuk mencegah bertambah

parahnya suatu luka patah tulang, mengurangi nyeri dan

mengurangi timbulnya kecacatan (Asikin, Nasir, Podding,

& Takko, 2016), selain itu pembidaian bertujuan untuk

mengistirahatkan anggota badan yang cidera dan

mempercepat penyembuhan (Ramsi, 2016).

3. Prinsip Pembalutan dan Pembidaian


Prinsip-prinsip pembalutan yaitu. Prinsip pembalutan,

membersihkan luka sebelum dilakukan pembalutan,

pembalutan dilakukan pada bagian tubuh yang cidera, tidak

boleh terlalu ketat dan tidak boleh terlalu longgar (Ramsi,

2016). Prinsip-prinsip pembidaian yaitu jika panjang bidai

mencakupi 2 sendi, bidai tidak mudah patah dan tidak terlalu

lentur, dan ikatan bidai mantap (dengan sistem roll on)

(Hardisman & Hippocrates Emergency Team, 2014). Prinsip

pembidaian, jika cidera terjadi pada tulang maka bidai harus

melewati 2 sendi, namun jika yang cidera adalah sendi maka

pembidaian harus melewati 2 tulang pada sendi yang cidera

(Ramsi, 2016).

4. Jenis Balut dan Bidai

a. Pembalut

Pada Buku BLS TBMP, (2016) macam pembalutan ada:

1. Pembalutan cepat, dapat dipasang secara cepat,


pembalutan menggunakan pembalut gulung dan kain
steril.
Gambar 2.8 Pembalut cepat sumber: Adisaputra
2015
2. Pembalut segitiga yang disebut Mitela, terbuat dari
kain tipis dengan ukuran alas 125cm dan tinggi 50cm.
Mitela dapat di lipat lipat sehingga dapat digunakan
sesuai kebutuhan.

Gambar 2.9 Pembalut segitiga Mitela sumber:


Adisaputra 2015
3. Pembalut gulung atau pita, mempunyai berbagai
macam ukuran sesuai tempat luka.

Gambar 2.10 pembalut gulung sumber: jakarta


medical service 119
b. Bidai

Pada buku Gawat Darurat Medis Praktis (2014), bidai

terbagi 2 yaitu:
1. Bidai anatoms/body splint, menggunakan bagian yang

sehat sebagai bidai terhadap bagian tubuh yang lain.

2. Bidai kayu/rigid splint, prosedur pemasangan rigid

splint yaitu sesuakan ukuran bidai dengan panjang

tangan atau kaki (melewati dua sendi), periksa fungsi

sensorik (peraba), motorik (pergerakan) dan nadi di

ujung bagian yang cedera, letakkan dua bidai di kanan

dan kiri bagian yang cedera, balut bidai dengan kasa

menggunakan sistem roll on sampai melewati dua

sendi, dan periksa ulang fungsi sensorik, motorik serta

nadi di bagian ujung yang cedera.

Pada Buku BLS TBMP, (2016) macam pembidaian ada:


a) Bidai Rigid: bidai ini terbuat dari bahan yang keras
seperti kayu atau aluminium, menggunakan bidai rigid
harus dilapisi terlebih dahulu menggunakan kain agar
bidai tidak menambah luka pada korban

Gambar 2.11 Bidai rigid sumber: Budiman (2013)

b) Bidai Soft: bidai yang terbuat dari bahan yang lunak


contohnya handuk, bantal atau selimut
Gambar 2.12 Bidai lunak sumber: Amalia (2015)

c) Bidai Traksi: untuk menstabilkan tulang yang patah

Gambar 2.13 Bidai traksi sumber: (Stewart, 2018)

5. Komplikasi Pembalutan dan Pembidaian

a. Komplikasi Pembalutan

Pembalutan yang kurang tepat dapat menimbulkan

berbagai komplikasi. Jika balutan yang dipakai

menggunakan kain yang tidak steril maka dapat terjadi

infeksi, selain itu kuat lemahnya ikatan pembalutan juga

dapat menimbulkan komplikasi, jika pembalutan terlalu

kencang maka akan menghambat aliran darah sehingga

dapat menyebabkan kerusakan pada syaraf dan

pembuluh darah, namun ketika pembalutan terlalu kendor

dapat mengakibatkan pendarahan yang berlebih pada

vena (Lukman & Ningsih, 2013).


b. Komplikasi pembidaian

Pembidaian yang kurang tepat dapat menimbulkan

komplikasi seperti, luka tekan yang dapat mengakibatkan

adanya ulkus dan anoreksia jaringan, biasanya berada

pada lokasi punggung kaki, tumit, dan permukaan patella

(Asikin, Nasir, Podding, & Takko, 2016).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan ialah suatu strategi yang dibuat peneliti agar

penelitian dapat diterapkan atau dilakukan secara efektif dan efesien.

Penentuan rancangan penelitian dilakukan untuk mencapai suatu

tujuan dan menjawab pertanyaan penelitian (Nursalam, 2020).

Tujuan penelitian literature review ini adalah untuk mengetahui

hubungan tingkat pengetahuan pertolongan pertama dengan teknik

balut bidai.

B. Pencarian Literature

Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder

yang tidak diperoleh dari pengalaman langsung, data tersebut

diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu. Data

sekunder yang didapatkan merupakan sumber yang relevan dengan

topik yang menggunakan databased melalui Science Direct, Pubmed,

dan Google Schooler.

Penelitian ini menggunakan artikel atau jurnal dengan

melakukan pencarian untuk memperluas atau menspesifikasikan

pencarian menggunakan Keyword dan Boolean operator (AND, OR


NOT or AND NOT), sehingga mempermudah pencarian dalam

penelitian ini untuk penentuan artikel atau jurnal.

C. Kriteria Inklusi dan Eklusi

1) Tipe Studi

Pada penelitian ini, literature yang digunakan merupakan

jurnal penelitian dengan desain penelitian eksperimen.

2) Hasil Ukur

Pada penelitian ini, out come yang diukur adalah hubungan

tingkat pengetahuan pertolongan pertama dengan teknik balut

bidai

3) Strategi Pencarian Literature

Pada penelitian ini, strategi pencarian literature yang

digunakan adalah jurnal nasional maupun jurnal internasional.

Dalam pencarian jurnal dilakukan menggunakan pencarian

Science Direct, Pubmed, dan Google Schooler. Pencarian artikel

atau jurnal menggunakan Keyword dan Boolean operator (AND,

OR NOT or AND NOT) yang digunakan untuk memperluas atau

menspesifikan pencarian, sehingga mempermudah dalam

penentuan artikel atau jurnal yang digunakan. Jurnal yang

digunakan sebagai bahan literature penelitian ini adalah yang

memenuhi kriteria inklusi yang kemudian dianalisis. Jurnal yang


dipilih adalah yang dipublikasikan dari tahun 2012 sampai dengan

2020.

KRITERIA INKLUSI
Jangka Waktu Rentang waktu publikasi jurnal

adalah 8 tahun (2012 – 2020)


Bahasa Jurnal Internasional (Bahasa

Inggris) dan jurnal nasional

(bahasa Indonesia)
Subjek Subjek dalam jurnal penelitian

berupa manusia
Jenis Jurnal Artikel penelitian orisinil Full Text
Tema Isi Jurnal Hubungan tingkat pengetahuan

pertolongan pertama dengan

teknik balut bidai


Gambar 3.1 Kriteria Inklusi

4) Penelusuran Jurnal

Pencarian jurnal dilakukan menggunakan pencarian

Science Direct, Pubmed, dan Google Schooler. Dari semua hasil

penelusuran jurnal, akan disesuaikan kriteria inklusi dan yang

tidak sesuai akan diekslusi. Setelah disesuaikan, jurnal dengan

kriteria inklusi yang telah terkumpul selanjutnya akan dilakukan

penilaian RAC (Research Appraisal Checklist) pada jurnal.


5) Analisis Data

Pada penelitian ini, pembuatan analisis data akan diolah

menggunakan program statistik deskriptif.

6) Penyajian Data

Pada penelitian ini, penyajian data akan disajikan dalam

bentuk tabular.

D. Defisini Oprasional

Definisi operasional adalah suatu nilai atau sifat dari objek atau

kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2015).

Untuk memudahkannya pelaksanaan penelitian ini, maka

dibuatlah definisi operasional sebagai berikut:

1. Pengetahuan merupakan pemahaman teoritis dan praktis

(know-how) yang dimiliki manusia. Pengetahuan dapat

mengalami suatu perubahan apabila digunakan semestinya

dan memiliki peran penting bagi kehidupan maupun

perkembangan individu.

2. Balut Bidai merupakan tindakan memfiksasi atau

mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami cedera yang

menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel

sebagai fiksator/imobilisasi.
3. Tindakan pertolongan pertama adalah suatu upaya

pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban

kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih

sempurna dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.

E. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

Identifikasi melalui pencarian Menghapus artikel yang


basis data elektronik mirip dan mereview artikel
(Science Direct, Pubmed, (n=18)
dan Google Schooler)
(n=20)

Menyaring artikel yang


sesuai
(n=15) Mereview artikel secara utuh
untuk menyesuaikan
kelayakan, serta mencari
yang tidak memenuhi
keriteria inklusi
(n=12)
Jumlah akhir artikel yang di
literature review
(n=10)

Gambar 3.2 Flow Diagram


F. Jalannya Penelitian

Jalannya penelitian di bagi dalam beberapa tahap yaitu :

1. Tahap Awal

a. Tahap awal ini peneliti membuat dan mengajukan judul kepada

Dosen pembimbing.

b. Setelah judul disetujui, peneliti melakukan studi pendahuluan.

c. Melakukan penyusunan proposal.

d. Proposal yang dikerjakan peneliti adalah bab I, II dan III

berdasarkan data yang ada dan literature yang berkaitan

dengan variabel. Dalam pembuatan proposal ini selalu

mendapatkan bimbingan,arahan dan revisi dari dosen

pembimbing.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melakukan pengumplan literature menggunakan pencarian

data base SCOPUS, ProQuest, Science Direct, Web of

Science, CINAHL, Pubmed, Research Gate, Sage, EconLit,

PsycINFO, Medline data based , dan Google Schooler .

3. Tahap Analisa Data

Jurnal yang terkumpul akan di analisis dan dibahas untuk menarik

kesimpulan dan menjawab pertanyaan peneliti.

4. Tahap Akhir

a. Melakukan penyusunan laporan yang terdiri dari interpretasi

data
b. Membahas hasil kegiatan literature review sesuai dengan

data yang sudah ada.

c. Pemaparan hasil kegiatan literature review dengan cara

tertulis dan soft copy.

d. Sidang penelitian dan revisi atau perbaikan susulan

keputusan hasil sidang penelitian.

e. Penyetoran laporan tertulis hasil kegiatan penelitian yang

sudah direvisi atau diperbaiki kepada Fakultas Kesehatan

dan Farmasi Universitas Muhammadiyah KalimantanTimur.


DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association (2015). Guidelines Update for

Cardiopulmonary Resuscitation CPR and Emegency

Cardiovascular Care (ECC).

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Asikin, M,. Nasir, M,. Podding, I Takko. 2016. Keperawatan Medikal

Bedah: Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Buntarto. 2015. Panduan Praktis Keselamatan & Kesehatan Kerja untuk

Industri. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Hardisman & Hippocrates Emergency Team. (2014). Gawat Darurat

Medis Praktis. Yogyakarta: Penerbit Buku Kedokteran Gosyen

Publishing.

Listiana, D., & Oktarina, A. R. (2019). Pengaruh pelatihan balut bidai

terhadap pengetahuan dan keterampilan siswa/i palang merah

remaja (pmr) di sma n. 4 kota bengkulu 1.

Lukman dan Ningsih, N. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Makhfudli & Effendi, F. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas.

Jakarta: Salemba Medika.

Notoadmodjo, S. 2010. Metode penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.
Ramsi, IF dkk. 2014. Basic Life Support, Edisi 13. Jakarta: EGC.

Sari, Dwi Pemtiyati Aryuna. 2011. Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘ Aisyiyah Yogyakarta. Pengaruh

Pelatihan Balut Bidai Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan

Siswa Di SMA Negeri 2 Sleman, Yogyakarta., 1–11.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:

Alfabeta.

Warouw, J. A. 2018. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dan Simulasi

Terhadap Pengetahuan Tentang Balut Bidai Pertolongan Pertama

Fraktur Tulang Panjang Pada Siswa Kelas X Smk Negeri 6

Manado. Jurnal Keperawatan, 6(1).

Anda mungkin juga menyukai