SEMESTER V
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
DISUSUN OLEH:
Siti Dwi J.I. Amani Fachira (2017.07.1.0015)
Satria Samodra Putra (2017.07.1.0023)
Grace Cecilia (2017.07.1.0025)
Husna Nabilah (2017.07.1.0035)
Riyan Chandra Anggraeni (2017.07.1.0040)
Bella Puspa Dewi (2017.07.1.0041)
Fernaldy Halim (2017.07.1.0052)
Dhinda Putri Nopa (2017.07.1.0066)
Syarifah Fatimatuzzahra (2017.07.1.0068)
Vera Maslakhatul Hidayah (2017.07.1.0084)
Githzsa Dwisty Marantika (2017.07.1.0088)
Salah satu penyakit yang sering terjadi dalam rongga mulut adalah
Gingivostomatitis Herpetika Primer. Gingivostomatitis Herpetika Primer
merupakan penyakit yang disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) tipe I
yang mengenai area orolabialis. Penularan virus paling sering terjadi melalui
kontak langsung dengan lesi atau sekret oral dari individu yang terinfeksi.
Gingivostomatitis Herpetika Primer adalah infeksi yang ditandai dengan
timbulnya luka yang disertai rasa nyeri pada bibir atau bagian lain dari mulut di
sebabkan oleh Herpes Simplex Virus tipe I ( HSV tipe I) (Kusumastuti, 2017)
Umumnya infeksi Herpes labialis terbagi dalam 4 tahap yang berlangsung
selama 2-3 minggu. Tahap pertama ditandai dengan rasa tidak nyaman, gatal, dan
sensasi terbakar di sekitar bibir atau hidung selama 1-2 hari. Selain itu, gejala
tersebut dapat disertai demam dan dengan atau tanpa pembengkakan kelenjar
getah bening di bagian leher . Ketika masuk tahap kedua, muncul bintik-bintik
berisi cairan dalam bentuk tunggal atau multiple yang seringkali disertai rasa
nyeri. Tahap ketiga, bintik-bintik tersebut akan pecah dan membentuk luka yang
basah. Cairan yang keluar dalam vesikel akan menular pada bagian tubuh atau
orang lain yang melakukan kontak langsung dengan bagian yang terluka. Tahap
terakhir ditandai dengan luka yang mulai mengering dan sembuh (Aslanova dan
Zito, 2019)
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Gingivostomatitis Herpetika Primer adalah infeksi yang disebabkan
Herpes simplex virus (HSV) tipe I yang mengenai area orolabialis. Penularan
virus dapat terjadi melalui kontak langsung dengan lesi, seperti droplet saliva
dari individu yang terinfeksi. HSV dapat aktif kembali kapan saja sesuai
kondisi dan bisa menjadi laten di daerah masajaringan saraf dan ganglia
(misalnya, trigeminal ganglion. Umumnya herpes labialis muncul dalam 4
tahap yang berlangsung selama 2-3 minggu (Kusumasuti, 2017)
B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria
maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda.Epidemiologi virus
herpes tipe 1 dan tipe 2 berbeda. Virus herpes tipe 1 mungkin lebih konstan
terdapat pada manusia daripada virus lainnya. Infeksi primer terjadi pada
permulaan kehidupan dansering kali dalam bentuk asimptomatik atau timbul
gingivostomatitis akut. Antibodi timbul, tetapi virus tidak dapat disingkirkan
dari tubuh, keadaan pembawa virus yang berlangsung selama hidup
terbentukdan diperjelas oleh serangan herpes yang hilang timbul. Bila infeksi
primer dapat dihindari pada masa anak-anak, mungkin tidak akan terjadi
infeksi pada kehidupan selanjutnya, karena kemungkinan infeksi dengan virus
berkurang(kurang berkontaj dengan saliva orangyang terinfeksi)
(Kusumastuti, 2017).
Insidensi tertinggi pembawa virus tipe 1 pada orofaring seseorang yang
sehat terjadi antara anak-anak berusia 6 bulan sampai 3tahun. Menjelang
dewasa, 70-90% orang mempunyai antibodi tipe 1.Virus tipe 1 ditularkan
lebih mudah pada keluarga kelompok sosial ekonomi rendah. Keterangan
yang paling tepat karena keadaan kehidupan mereka yang lebih padat dan
standar higien yang rendah.Virus disebarkan secara kontak langsung (saliva)
atau melalui alat-alat yang terkontaminasi dengan saliva penyebar virus.
Sumber infeksi untuk anak-anak biasanya adalah orang tua dengan lesi
herpetikaktif (Novitasari dkk, 2017)
Penularan HSV2 biasanya melalui hubungan seksual . Tipe 2 biasanya
didapat karena penyakit yang ditularkan melaui hubungan kelamin, dan
distribusi umur penderita infeksi pertama sesuai dengan fungsi aktivitas
seksual. Bayi baru lahir dapat terkena infeksi tipe 2 dari lesi aktif pada jalan
lahir ibunya.Kontak dengan virus HSV 1 pada saliva dari carrier mungkincara
yang paling penting dalam penyebaran penyakit ini. Infeksidapat terjadi
melalui perantaraan petugas pelayanan kesehatan(seperti dokter gigi) yaitu
dari pasien HSV mengakibatkan lesi herpesbernanah (herpetic whitlow).
Kedua tipe baik tipe 1 dan tipe 2 mungkin ditularkan keberbagai lokasi
dalamtubuh melalui kontak oral-genital, oral-anal, atau anal-genital.Penularan
kepada neonatas biasanya terjadi melalui jalan lahir yang terinfeksi,
jarangterjadi didalam uterus atau postpartum (Novitasari dkk, 2017)
Masa Inkubasi
Masa inkubasi berlangsung dari 2 sampai dengan 12 hari.
Masa Penularan
HSV dapat diisolasi dalam 2 minggu dan kadang-kadang lebihdari 7
minggu setelahmuncul stomatitis primer atau muncul lesigenital primer.
Keduanya, yaitu baik infeksi primer maupuninfeksi ulang mungkin terjadi
tanpa gejala. Setelah itu, HSVmungkin ditemukan secara intermittent pada
mukosal selamabertahun-tahun dan bahkan mungkin seumur hidup, dengan
atautanpa gejala klinis. Pada lesiyang berulang,infektivitis lebihpendek
dibandingkan infeksi primer dan biasanya virus tidakbisa ditemukan lagi
setelah 5 hari (Putri dan Rahmayanti, 2017).
C. ETIOLOGI
E. DIAGNOSIS
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan ekstraoral
Terdapat gelembung-gelembung pada daerah sekitar bibir.
Terdapat krusta pada daerah sekitar bibi.
Bibir terlihat kering dan mengelupas.
Pembesaran kelenjar limfe (limfadenopati), saat dipalpasi akan terasa lunak,
dapat digerakkan, dan terasa sakit (Glick, 2015; Kusumastuti, 2016; Putri,
2017):.
Pemeriksaan intraoral:
Tampak gejala inflamasi berupa kemerahan dan oedema pada gingiva.
Terdapat krusta multiple dengan tepi kemerahan dan dasar coklat pada
gingiva, palatum, dan mukosa oral. Luka tidak dapat dikerok dan burning
sensation.
Terdapat ulser dengan tepi kemerahan dan dasar putih kekuningan pada
gingiva, palatum, dan mukosa oral. Luka terasa nyeri dan burning sensation
(Glick, 2015; Kusumastuti, 2016; Putri, 2017).
Pemeriksaan Penunjang
- Kultur Sel Oral Swab
Isolasi HSV melalui kultur sel merupakan gold standart test untuk diagnosis
karena mudah tumbuh di kultur jaringan. Spesimen biasanya didapatkan dari
oral swab.
Keuntungan kultur sel ini antara lain:
Memiliki sensitivitas dan spesifikasi tinggi.
Memungkinkan untuk amplikasi virion, subtipe, dan pengujian sensitivitas
obat antiviral.
- PCR
Dewasa ini, polymerase chain reaction (PCR) dari swab memberikan hasil
lebih akurat daripada kultur sel. PCR memberikan bukti sangat sensitive dan
spesifik. Namun, pengujian PCR sangat mahal dan mendeteksi DNA dan
tidak pada seluruh partikel infeksi. Sehingga hasil PCR positif HSV tidak
selalu sama dengan infeksi aktif. Namun, PCR adalah tes yang sangat
sensitive (Glick, 2015).
- Serologi
Infeksi HSV primer dikaitkan dengan peningkatan titer imunoglobulin (Ig) M
yang terjadi dalam beberapa hari, diikuti beberapa minggu kemudian oleh
titer IgG permanen (serokonversi) yang menunjukkan infeksi sebelumnya
tetapi tidak memberikan perlindungan terhadap reaktivasi. Infeksi berulang
dikaitkan dengan peningkatan titer antibodi IgG dalam serum akut dan
pemulihan, tetapi peningkatan empat kali lipat (kriteria yang menunjukkan
infeksi aktif) terlihat hanya pada 5% pasien. Uji untuk HSV IgM tidak terlalu
dapat diandalkan untuk tujuan diagnostik, dan secara keseluruhan,
penggunaan serologi saja untuk mendiagnosis infeksi berulang tidak
disarankan (Glick, 2015).
F. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding gingivostomatitis herpetika primer adalah penyakit
ulseratif oral yaitu candidiasis oral, hand foot and mouth disease dan
stomatitis apthosa rekuren. Gambaran karakteristik dapat digunakan untuk
membedakan gingivostomatitis herpetika primer dengan penyakit mulut lain
pada anak dan tidak disertai inflamasi pada gingival (Shah dkk, 2014).
Behcet syndrome
Behcet syndrome merupakan kelainan keradangan dengan diserti adanya ulser
aftosa rekuren disertai beberapa komplikasi sistemik termasuk lesi pada
genital, atritis, uveitis, dan manifestasi pada saluran pencernaan seperti
irritable bowel syndrome (Turton, 2017).
Varicella
Karakteristik vesikel pada varicella dapat ditemukan juga pada kepala dan
tubuh serta ulser kecil yang dapat ditemukan di bagian belakang rongga mulut
(Turton, 2017) .
Acyclovir
Acyclovir termasuk obat herpes kulit yang pertama kali diproduksi dalam
bentuk salep dan saat ini lebih banyak yang berbentuk pil. Obat antivirus ini
sudah digunakan sejak tahun 1982.
Obat herpes jenis ini tergolong aman dan bisa dikonsumsi sehari-hari sesuai
kebutuhan. Dikutip dari American Sexual Health Association acyclovir telah
terbukti aman digunakan setiap hari selama 10 tahun.
Kegunaan
Obat ini bekerja dengan mengurangi tingkat keparahan dan jangka waktu
kemunculan penyakit. Dengan begitu, luka lebih cepat sembuh dan
mengurangi risiko terbentuknya luka baru.
Obat ini juga bisa membantu mengurangi rasa sakit setelah luka sembuh dan
membaik. Pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, obat
herpes ini bisa mengurangi risiko penyebaran virus ke bagian tubuh yang lain.
Penggunaan acyclovir dengan dosis 15 mg/kg sehari pada anak-anak juga
dapat mengurangi demam, mengurangi pelepasan HSV, menghentikan
perkembangan lesi, meningkatkan asuoan oral, dan mengurangi kejadian
masuk rumah sakit.
Rasa mual, diare, sakit kepala, dan muntah bisa muncul setelah minum obat
yang satu ini. Namun, segera konsultasikan ke dokter jika Anda mengalami
berbagai masalah serius seperti:
Untuk acyclovir oles, efek samping yang biasa dirasakan yaitu rasa terbakar
saat memakainya. Jika berbagai efek samping ini berlanjut, beritahukan
dokter yang menangani Anda.
Ingat, selalu konsumsi obat sesuai dengan petunjuk yang diberikan dokter dan
jangan asal-asalan.
Valacyclovir
Obat herpes yang satu ini merupakan terobosan yang lebih baru. Valacycloir
merupakan prodrug acyclovir. Memiliki tiga hingga lima kali lipat
bioavailibilitas acyclovir bersama famcyclovir.
Namun, obat ini menjadikan acyclovir lebih efisien sehingga tubuh bisa jadi
menyerap sebagian besar kandungan obat. Salah satu keunggulannya
dibanding acyclovir adalah obat ini bisa diminum siang hari tanpa
menyebabkan sakit kepala atau keliyengan.
Kegunaan
Mual, sakit perut, sakit kepala, dan pusing bisa muncul sebagai efek samping
obat. Jika salah satu dari efek ini bertahan atau memburuk, beri tahu dokter
atau apoteker Anda segera.
Famciclovir
Kegunaan
Obat herpes yang satu ini membantu mencegah HSV bereplikasi menjadi
semakin banyak. Selain itu, famciclovir juga bisa membantu mengurangi
keparahan dan meredakan gejala.
Efek samping
Sakit kepala, mual, dan diare adalah efek samping paling sering muncul
setelah minum famciclovir. Namun, gejalanya biasanya ringan sehingga tak
sampai mengganggu aktvitas. Jika gejalanya terus memburuk, ada baiknya
untuk segera konsultasi ke dokter.
TERAPI NON-FARMAKOLOGIS