Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH DENGAN FLU BURUNG

Di Susun Oleh:

KELOMPOK IV

1. TRI OKTAVIANI
2. MAYA NOVITA SARI
3. ESTER KRISTIYANI
4. ALPHIN D
5. DIAH MARDIYANA
6. SRI ASTUTI
7. KETUT DARMANTI
8. EKO SETIAWAN
9. KURNIATI
10. IRWAN RACHMANTO
11. ACHMAD NAWAWI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Flu burung telah menjadi perhatian yang luas dari masyarakat
karena telah menewaskan banyak korban baik unggas maupun manusia.
Pada awal tahun 1918, wabah pandemi virus influenza telah membunuh
lebih dari 40.000 orang, dimana subtipe yang mewabah saat itu adalah
virus H1N1 yang dikenal dengan “Spanish Flu”. Tahun 1957 virus
bermutasi menjadi H2N2 atau “Asian Flu” menyebabkan 100.000
kematian. Tahun 1968 virus bermutasi menjadi H3N2 atau “Hongkong
Flu” menyebabkan 700.000 kematian. Tahun 1977 virus bermutasi
menjadi H1N1 atau “Russian Flu”. Akhirnya pada tahun 1997, virus
bermutasi lagi menjadi H5N1 atau “Avian Influenza”. Beberapa tahun
kemudian, awal wabah pada peternakan di dunia telah dikonfirmasi sejak
Desember 2003. Pada 8 Februari 2006, Organisasi Kesehatan Hewan
Dunia menyatakan bahwa wabah flu burung pertama kali terjadi di
Nigeria, kemudian menyebar hingga ke Mesir dan Kamerun.
Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur
transportasi atau peternakan unggas sebagai jalur migrasi burung liar.
Sehingga pada 21 Juli 2005, tiga kasus fatal terjadi di Tangerang, yang
disebabkan oleh flu burung subtipe H5N1. Hingga 6 Juni 2007, WHO
telah mencatat sebanyak 310 kasus dengan 189 kematian pada manusia
yang disebabkan virus ini termasuk Indonesia dengan 99 kasus dengan 79
kematian. Hal ini dipengaruhi oleh matapencaharian penduduk Indonesia
sebagai peternak unggas sehingga Indonesia rawan pada penyebaran
penyakit flu burung. Selain itu, kurangnya pengetahuan sebagian
penduduk Indonesia terhadap dampak dari flu burung juga ikut
berpengaruh pada kasus penyebaran flu burung.
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A yang menyebar
antar unggas. Virus influenza ini termasuk famili Orthomyxoviridae.
Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (drift, shift), dan dapat
menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus flu burung yang sedang
berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang ditandai adanya
Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N) dan memiliki waktu inkubasi
selama 1 minggu pada unggas dan 3 hari pada manusia. Burung liar dan
unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Virus
ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan,
minuman, dan sentuhan. Virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi (60ᵒC
selama 30 menit), namun dapat bertahan hidup pada suhu rendah (0ᵒC
selama lebih dari 30 hari). Gejala flu burung pada unggas adalah kematian
secara mendadak dengan laju mortalitas mendekati 100%, jengger
berwarna biru, dan luka pada kaki. Sedangkan gejala umum yang terjadi
pada manusia adalah demam tinggi (suhu badan di atas 38ᵒC), batuk dan
nyeri tenggorokan, radang saluran pernapasan atas, pneumonia, infeksi
mata, dan nyeri otot. Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat
sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis. Virus H5N1
lebih patogen daripada subtipelainnya sehingga disebut dengan Highly
Pathogenic H5N1 Avian Influenza (HPAI).

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Flu Burung?
2. Etiologi Flu Burung?
3. Patogenesis Flu Burung?
4. Tanda dan Gejala Flu Burung?
5. Pengobatan Flu Burung?
6. Pencegahan Flu Burung?
7. Hubungan Flu Burung dengan Epidemiologi Kesehatan Lingkungan?
8. Teori Simpul Flu Burung?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu Flu Burung.
2. Mengetahui penyebab dari Flu Burung.
3. Mengetahui bagaimana perkembangan atau perjalanan penyakit Flu
Burung.
4. Mengetahui bagaimana tanda dan gejala dari penyakit Flu Burung.
5. Mengetahui cara pengobatan Flu Burung.
6. Mengetahui cara pencegahan Flu Burung.
7. Mengetahui apa hubungannya Flu Burung dengan Epidemiologi
Kesehatan Lingkungan.
8. Mengetahui bagaimana teori simpul dari Flu Burung.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Flu burung atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan avian flu atau
avian influenza (AI) adalah penyakit menular yang disebabkan virus
influenza A sub tipe H5N1 yang biasanya menyerang unggas tetapi juga
dapat menyerang manusia. Virus ini termasuk family Orthomyxoviridae dan
memiliki diameter 90-120 nanometer. Virus avian influenza ini menyerang
alat pernapasan, pencernaan dan system saraf pada unggas.
Secara normal, virus tersebut hanya menginfeksi ternak unggas seperti
ayam, kalkun dan itik, akan tetapi tidak jarang dapat menyerang spesies
hewan tertentu selain unggas misalnya baabi, kuda, haarimau, macan tutul
dan kucing. Walaupun hampir semua jenis unggas dapat terinfeksi virus
yang terkenal sangat ganas ini, tetapi diketahui yang lebih rentan adalah
jenis unggas yang diternakkan secara massal. Penyakit flu burung atau flu
unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas baik
berupa burung, bebek, ayam, serta beberapa binatang lain seperti babi. Data
lain menunjukkan penyakit ini dapat juga mengena pada puyuh dan burung
unta. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis
H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea,
Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan
Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi
unggas yang terinfeksi.
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali,
Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat
dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya
kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun
konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu
burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah
penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275
ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi
Jawa Barat (1.541.427 ekor). Kehebohan itu bertambah ketika wabah
tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal. Pada tanggal 19
Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas
akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang
tewas akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan
menjadi orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah
tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr.
Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang
anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang terinfeksi virus flu burung
di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang
yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis.

Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory


Syndrome) Penyakit flu burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di
seluruh dunia dan yang meninggal mencapai 19 orang (CFR=76%).
Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya 774
orang (CFR = 9,6%).

B. Etiologi Flu Burung


Etiologi penyakit ini adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini,
yaitu dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih
dari 30 hari pada 0°C. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang
sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C selama
30 menit. Dikenal beberapa tipe Virus influenza, yaitu tipe A, tipe B dan
tipe C. Virus Inluenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu H1N 1,
H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain. Saat ini, penyebab flu burung
adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Viru, strain H5N1
(H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari basil studi
yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus
Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus
Inluenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas.
Secara umum, virus Flu Burung tidak menyerang manusia, namun
beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang
manusia.

C. Patogenesis Flu Burung


Pada awalnya virus H5N1 hanya terbatas pada unggas, tetapi
dalam beberapa tahun terakhir telah mucul sebagai penyakit menular yang
sangat fatal pada manusia. Pada tahun 1997, Avian Influenza Tipe A
subtipe H5N1 telah menginfeksi manusia untuk pertama kalinya, dimana
dari 18 orang pertama yang terinfeksi 6 diantaranya meninggal dunia. Pada
bulan Januari 2003, flu burung kembali menginfeksi manusia di Hongkong
dan sejak tahun 2004 infeksi pada manusia banyak terjadi di negara-negara
Asia lainnya.
Meskipun reservoir alami virus Al adalah unggas liar yang sering
bermigrasi (bebek liar), tetapi hewan tersebut resisten terhadap penyakit
in. Menurut WHO, kontak hewan tersebut dengan unggas ternak
menyebabkan epidemik flu burung di kalangan unggas. Penularan
penyakit ini terjadi melalui udara dan ekskret (kotoran, urin, dan ingus)
unggas yang terdeteksi.
Virus Al dapat hidup selama 15 hari diluar jaringan hidup. Virus
pada unggas akan mati pada pemanasan 80oC selama 1 menit dan virus
pada telur akan mati pada suhu 64oC selama 5 menit. Virus akan mati
dengan pemanasan sinar matahari dan pemberian desinfektan.
Selain itu, dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut
binatang itu, kadang, alat-alat peternakan, pakan ternak, pakaiaan, tinja
ternak dan sepatu para peternak yang langsung mengenai unggas yang
sakit, juga pada saat jual-beli ayam hidup dipasar, dan mekanisme lainnya.
Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui udara (air borne) dan melalui
kontak langsung dengan unggas sakit atau kontak dengan bahan bahan
infeksius seperti tinja, urin, dan sekret saluran napas unggas sakit.
Penularan antar ternak unggas seekor unggas yang terinfeksi virus
H5N1 akan menularkannya dalam waktu singkat. Jika semua unggas
peliharaan memiliki daya tahan yang bagus  maka infeksi tidak akan
menyebabkan kematian, dengan kata lain virus tidak aktif. Sebaliknya, jika
kondisi unggas berada dalam kondisi buruk maka flu burung dapat
mematikan.

Secara singkat, penyakit flu burung dapat ditularkan dari unggas ke


unggas lain atau dari peternakan ke peternakan lainnya dengan cara
sebagai berikut :
1. Kontak langsung dari unggas terinfeksi dengan hewan yang
peka
2. Melalui lendir yang berasal dari hidung dan mata
3. Melalui kotoran (feses) unggas yang terserang flu burung
4. Lewat manusia melalui sepatu dan pakaian yang
terkontaminasi dengan virus.
5. Melalui pakan, air, dan peralatan kandang yang terkontaminasi.
6. Melalui udara karena memiliki peran penting dalam penularan
dalam satu kandang, tetapi memiliki peran terbatas dalam
penularan antar kandang.
7. Melalui unggas air yang dapat berperan sebagai sumber
(reservoir) virus dari dalam saluran intestinal dan dilepaskan
lewat kotoran.
Penularan dari ternak ke manusia faktor yang memengaruhi
penularan flu burung dari ternak ke manusia adalah jarak dan intensitas
dalam aktivitas yang berinteraksi dengan kegiatan peternakan. Semakin
dekat jarak peternakan yang terkena wabah virus dengan lingkungan
manusia maka peluang untuk menularnya virus bisa semakin besar.
Penularan virus ke manusia lebih mudah terjadi bila orang tersebut
melakukan kontak langsung dengan aktivitas peternakan.Orang yang
mempunyai risiko tinggi terserang flu burung adalah pekerja peternakan
unggas, penjual, penjamah unggas, sampai ke dokter hewan yang bertugas
memeriksa kesehatan ternak di peternakan. Penularan antar manusia
penularan flu burung antar manusia belum dapat dibuktikan, tetapi tetap
perlu diwaspadai. Hal ini dikarenakan virus cepat bermutasi dan
beradaptasi dengan manusia sehingga memungkinkan adanya varian baru
dari virus flu burung yang dapat menular antar manusia.

Virus yang masuk ke dalam tubuh manusia akan berinkubasi


terlebih dahulu selama 3-7 hari sebelum menimbulkan gejala.

D. Tanda dan Gejala


Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia. 
1. Gejala pada unggas:
a. Jengger berwarna biru
b. Borok di kaki 
c. Kematian mendadak
2. Gejala pada manusia:
a. Demam (suhu badan diatas 38 °C) 
b. Lemas 
c. Pendarahan hidung dan gusi 
d. Sesak nafas 
e. Muntah dan nyeri perut serta diare 
f. Batuk dan nyeri tenggorokan 
g. Radang saluran pernapasan atas 
h. Pneumonia 
i. Infeksi mata 
j. Nyeri otot

E. Pengobatan
Pengobatan flu burung pada ternak virus flu burung yang dapat
menyerang pada hewan saat ini belum diketahui obat maupun vaksin yang
tepat untuk mengobatinya. Pemberian obat maupun vaksin dilakukan lebih
ke arah pencegahan supaya tidak menular kepada hewan lain maupun
manusia di sekitarnya. Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam
penanggulangan pengobatan flu burung antara lain sebagai berikut:
1. Biosekuriti
Disebut juga keamanan hayati, yaitu perlakuan yang
ditujukan untuk menjaga keamanan hayati demi
pemeliharaan kesehatan dan memperkecil ancaman terhadap
individu yang dilindungi. Usaha ini antara lain:
a. Membatasi secara ketat lalu lintas unggas atau ternak,
produk unggas, pakan, kotoran, bulu, dan alas kandang.
b. Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan
keluar masuk peternakan.
c. Peternak dan orang yang hendak masuk peternakan harus
memakai pakaian pelindung seperti masker, kaca mata
plastik, kaos tangan, dan sepatu.
d. Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar.
2. Depopulasi
Depopulasi adalah tindakan pemusnahan unggas secara
selektif di peternakan yang tertular virus flu burung.
Tindakan ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit
lebih luas. Cara pemusnahan unggas yang terinfeksi virus flu
burung adalah menyembelih semua unggas yang sakit dan
yang sehat dalam satu kandang (peternakan). Selain itu, dapat
juga dilakukan dengan cara disposal, yaitu membakar dan
mengubur unggas mati, sekam dan pakan yang tercemar,
serta bahan dan peralatan yang terkontaminasi.
3. Vaksinasi
Dilakukan pada semua jenis unggas yang sehat di daerah
yang telah diketahui ada virus flu burung. Vaksin yang
digunakan adalah vaksin inaktif (killed vaccine) yang resmi
dari pemerintah.
Pengobatan flu burung pada manusia Flu burung pada manusia
belum ada obatnya. Meskipun tidak semua penderita mengalami kematian,
flu burung tetap harus diwaspadai karena dikhawatirkan virus ini akan
mengalami mutasi menjadi lebih ganas.

Berikut ini beberapa tindakan untuk mewaspadai flu burung:


1. Berolahraga secara teratur, sehingga fisik sehat.
2. Makan makanan yang bergizi, agar dapat menyuplai energi untuk
pembentukan kekebalan tubuh yang optimal.
3. Mengkonsumsi produk unggas yang benar-benar sudah matang.
4. Hindari berkunjung ke peternakan.
5. Seringlah mencuci tangan dan hindari meletakkan tangan di hidung
dan mulut.
6. Membiasakan hidup bersih dan menjaga kebersihan lingkungan.
7. Cukup istirahat.

F. Pencegahan
1. Pada Unggas: 
a. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
b. Vaksinasi pada unggas yang sehat 
2. Pada Manusia: 
Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang): 
a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja. 
b. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi
flu burung.
c. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian
kerja).
d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja. 
e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari. 
f. Imunisasi.
3. Masyarakat umum: 
a. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi &
istirahat cukup.
b. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu : Pilih unggas
yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya) 
c. Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800 °C selama 1
menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640 °C selama 4,5
menit.
d. Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga
melakukan disinfeksi tangan (dapat dengan alcohol 70%, atau
larutan pemutih/khlorin 0,5%untuk alat2/instrumen) 
e. Lakukan pengamatan pasif terhadap kesehatan mereka yang
terpajan dan keluarganya. Perhatikan keluhan-keluhan seperti Flu,
radang mata, keluhan pernafasan.

G. Hubungan Flu Burung dengan Epidemiologi Kesehatan Lingkungan


Interaksi berbagai komponen lingkungan baik fisik, kimia, dan
biologi telah menjadi penyebab timbulnya penyakit flu burung.
Lingkungan biologis adalah semua mahluk hidup yang berada disekitar
manusia yaitu flora dan fauna, termasuk manusia (Budiarto dan Anggraeni
2003). Komponen lingkungan biologi dan kimia yang berperan langsung
terhadap timbulnya penyakit flu burung adalah golongan virus influenza
tipe A yang terdiri atas Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N). Penularan
dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup
udara yang mengandung virus flu burung atau kontak langsung dengan
unggas yang terinfeksi. Lingkungan air merupakan tempat hidup virus
H5N1 juga bahkan dapat bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22º C
dan lebih dari 30 hari pada 0º C (Depkes 2004).
Isu utama perubahan iklim disebabkan fluktuasi secara alami dan
banyak menunjukkan fluktuasi kesehatan secara musiman dan tahunan.
Hal tersebut hanya menegaskan bahwa penyakit memiliki kebergantungan
pada musim dan perubahan iklim (IPCC, 2001). Pada musim dingin,
burung liar bermigrasi ke arah selatan melintasi Indonesia. Migrasi burung
liar yang merupakan reservoir virus pada hewan domestik yang ada di
jalur perjalanan mereka. Para ilmuwan menyakini bahwa burung
liar/burung air yang bermigrasi membawa virus H5N1 dalam bentuk
HPAIV (High Pathogenic Avian Influenza Virus). Hal ini terbukti dengan
KLB flu burung pada hewan di Asia Tenggara yang terjadi pada musim
dingin 2003-2004. Saat itu, kepadatan burung-burung liar di Asia
Tenggara berada pada puncaknya. Semakin banyak hewan peliharaan yang
terinfeksi maka risiko penularan pada manusia semakin besar (Endarti dan
Juwita, 2006).
Faktor Lingkungan

Lingkungan adalah agregat dari semua kondisi dan pengaruh-


pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu
organisasi (Azwar, 1999). Faktor lingkungan dapat berupa lingkungan
biologi, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial ekonomi (Budiarto dan
Anggraeni, 2003).

Lingkungan Biologi

Lingkungan biologi ialah semua mahluk hidup yang berada


disekitar manusia yaitu flora dan fauna, termasuk manusia. Misalnya
wilayah dengan flora yang berbeda akan mempunyai pola penyakit
berbeda. Faktor lingkungan biologi ini selain bakteri dan virus patogen,
ulah manusia juga mempunyai peranan penting dalam terjadinya penyakit.
Bahkan dapat dikatakan penyakit timbul karena ulah manusia. Lingkungan
biologi yang berhubungan dengan penyakit flu burung akan diuraikan
secara rinci berikut ini.

Virus Penyebab Penyakit Flu Burung

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza


termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus inflenza tipe A dapatberubah-
rubah bentuk (drifshift). Berdasarkan sub tipe virusterdiri atas
hemaglutinin (H) dan neuramidase(N). Kedua huruf ini digunakan sebagai
identifikasi kode sub tipe flu burung yang banyak jenisnya. Penjamu
Alami Burung-burung air yang liar, terutama yang termasuk dalam ordo
Anserformis (bebek dan angsa) dan Charadiformis (burung camar dan
burung-burung pantai), adalah pembawa (carier) semua varietas
subtipedari virus influenza A. Oleh karenanya, sangat mungkin merupakan
penampung (reservoir) alami untuk semua spesies burung dianggap
sebagai rentan terinfeksi, beberapa spesies unggas domestik-ayam, kalkun,
balam. Puyuh dan merak diketahui terutama rentan terhadap sekuele
(lanjutan) dari infeksi virus influenza.

Virus

Virus influenza A unggas biasanya tidak menimbulkan penyakit


pada pejamu alami mereka. Sebaliknya virus-virus tersebut tetap dalam
suatu keadaan statis yang evolusioner, yang secara molekuler ditandai
dengan rendahnya rasio mutasi N/S (non synonymous vs synonymous)
yang menunjukkan adanya evolusi pemurnian (Gorman, et al. 1992;
Taubenberger,et al.2005). Antara pejamu dengan virus agaknya terjadi
saling toleransi yang seimbang, yang secara klinis ditunjukan dengan tidak
adanya penyakit dan replikasi virus secara efiesien. Sejumlah besar virus
sampai sebanyak 10 8,7 x 50% dosis infektif (egg-infective dose) per gram
tinja, dapat dikeluarkan (Webster 1978dalam Mohamad 2006 ). Jika virus
tersebut menular ke spesies unggas yang rentan, dapat timbul gejala-gejala
sakit yang kalau ada hanya bersifat ringan. Virus dari fenotip seperti ini
disebut sebagaiberpatogenisitas rendah (LPAIV; Low Pathogenic Avian
Influenza Virus). Pada umumnya, hanya mengakibatkan terjadinya
penurunan produksi telur yang bersifat ringan dan sementara dalam
unggas petelur, atau menurunkan penambahan berat badan dalam unggas
pedaging (Capua and Minelli, 2001). Strain-strain dari subtipe H5 dan H7
berpotensi untuk mengalami mutasi menjadi bentuk yang sangat patogen
setelah mengalami perpindahan dan adaptasi unggas terhadap pejamu
baru. Kelahiran bentuk yang sangat patogen dari H5 dan H7 atau subtipe
yang lain tidak pernah dijumpai pada unggas liar (Webster 1998). Oleh
karena itu, orang dapat mengambil kesimpulan bahwa bentuk yang sangat
patogen tersebut sebenarnya merupakan hasil perbuatan manusia juga,
akibat kelakuan manusia yang mempengaruhi keseimbangan sistem
alami.Sekali fenotip HPAIV tumbuh dalam unggas domestik, mereka akan
dapat ditularkan secara horisontal dari unggas ternak kembali ke burung
liar. Kerentanan burung liar terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh
HPAIV sangat bervariasi bergantung pada spesies dan umur unggas, serta
strain virusnya. Sampai pada munculnya virus ganas (HPAIV) garis H5N1
di Asia, limpahan dari HPAIV ke populasi burung liar hanya terjadi secara
sporadik dan terbatas pada suatu daerah saja, kecuali satu yaitu pada
kematian sekelompok sterna (sejenis camar) di Afrika Selatan pada tahun
1961 (Becker 1996). Sebegitu jauh unggas liar secara epidemiologik tidak
dianggap mempunyai peranan penting dalam penyebaran HPAIV.
Pandangan ini kini berubah secara fundamental sejak awal 2005. Ketika
terjadi wabah virus ganas (HPAIV) yang terkait dengan garis H5N1 Asia
pada ribuan burung unggas di cagar alam Danau Qinghai di barat laut
China (Chen et al, 2005).

H. Teori Simpul

SIMPUL A (SUMBER) a. Ternak unggas seperti ayam,


kalkun dan itik, akan tetapi
tidak jarang dapat menyerang
spesies hewan tertentu selain
unggas misalnya baabi, kuda,
haarimau, macan tutul dan
kucing.
SIMPUL B (AMBIENT) a. Kontak langsung dari unggas
terinfeksi dengan hewan yang
peka
b. Melalui lendir yang berasal
dari hidung dan mata
c. Melalui kotoran (feses)
unggas yang terserang flu
burung
d. Lewat manusia melalui sepatu
dan pakaian yang
terkontaminasi dengan virus.
e. Melalui pakan, air, dan
peralatan kandang yang
terkontaminasi.
f. Melalui udara karena
memiliki peran penting dalam
penularan dalam satu
kandang, tetapi memiliki
peran terbatas dalam
penularan antar kandang.
g. Melalui unggas air yang dapat
berperan sebagai sumber
(reservoir) virus dari dalam
saluran intestinal dan
dilepaskan lewat kotoran.

SIMPUL C (MANUSIA) a. Menyerang semua bagian


tubuh manusia. Mulai dari
pernafasan, kulit, pencernaan,
dan lain sebagainya.
SIMPUL D (DAMPAK) a. Manusia yang terkena
penyakit flu burung ada yang
bisa sembuh ada juga yang
berujung pada kematian
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza
yang menyerang burung/unggas/ayam . Salah satu tipe yang perlu
diwaspadai adalah yang disebabkan oleh virus influenza dengan kode
genetik H5N1 (H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang selain dapat
menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke
manusia Flu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan
langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu
burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat
pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan
hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia
atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular
dari unggas ke manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada
bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga belum terbukti
penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Saat ini, penyebab
flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Viru, strain H5N1
(H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari basil studi
yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus
Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus
Inluenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas.
Secara umum, virus Flu Burung tidak menyerang manusia, namun
beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang
manusia. Ada berbagai macam cara pengobatan dan pencegahan dari
penyakit flu burung ini.

B. Saran
Saran dari kami kelompok VI yaitu masyarakat tetap menanamkan
pola pikir dan perilaku hidup bersih dan sehat agar bisa terhindar dari
berbagai macam penyakit terutama penyakit flu burung ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13409-Chapter1.pdf
http://rivafauziah.wordpress.com/2006/02/25/pengertian-flu-burung/
http://dreamfile.wordpress.com/2012/03/09/flu-burung-gejala-cara-penularan-
pencegahan-dan-pengobatannya/
http://individuasi.blogspot.com/2011/10/makalah-flu-burung-dbd.html
http://fluburung.org/gejala-pada-manusia.asp
 http://tiopenta.wordpress.com/tag/flu-burung/

Anda mungkin juga menyukai