Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan
ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian
infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik
Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia
dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi
unggas yang terinfeksi.

Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali,


Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat
dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya
kematian tersebut disebabkan oleh virus new castle, namun konfirmasi terakhir
dari Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza
(AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10
propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang
paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).

Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah


manusia juga meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO
mengkonfirmasikan lima warga negara Vietnam tewas akibat flu burung.
Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu
burung. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta
Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak
dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi.

Komplikasi dari penyakit flu burung itu sendiri, dapat menyebabkan


Meningitis (peradangan pada selaput menginal), Encephalitis (suatu
peradangan dari otak), Myocarditis (peradangan pada otot jantung atau

1
miokardium), Pneumonia (radang paru-paru) dan dapat menyebabkan
kematian.

Perawat sebagai salah satu bagian dari profesi kesehatan turut terlibat
dalam usaha pencegahan dan penanganan kasus Avian Influenza (AI) ini.
Peran perawat dimulai dari usaha promotif, preventif , kuratif, hingga
rehabilitatif.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas individu Metodelogi pada Asuhan Keperawatan
dengan Flu Burung.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i mampu mengetahui pengertin tentang Flu Burung.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi fisiologi organ respiratorik
c. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai etiologi dari flu burung
d. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai manifestasi klinis dari flu
burung
e. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari flu burung
f. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai pemeriksaan penunjang
dari flu burung
g. Mahasiswa mampu menyebutkan komplikasi yang mungkin terjadi
dari flu burung
h. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada
flu burung

C. Manfaat

Makalah ini dapat menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai flu
burung . Dan dapat menerapkan dalam praktik keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Penyakit Flu Burung


Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan
ditularkan oleh unggas. Flu burung (bahas Inggris: avian influenza) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti
burung dan mamalia (Rahmat Ilham, 2010).
Flu burung adalah penyakit influenza (disebabkan oleh virus influenza
tipe A) yang terdapat pada unggas dan umumnya tidak menular pada manusia.
Namun beberapa tipe diantaranya ternyata dapat menyerang manusia
khususnya virus influenza subtipe H5N1. ( Tamher, Noorkasiani. 2008 : 6)
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian influenza) adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan
ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian
infuenza jenis H5N1. (FAO, Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner)
Jadi menurut kelompok, penyakit flu burung itu adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang ditularkan melalui unggas
yang dapat menyerang makhluk hidup (burung dan mamalia). Flu burung
(avian influenza) ini yang dapat menyerang yaitu virus influenza dengan
subtipe H5N1.

B. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan.


1. Anatomi Pernafasan
a. Hidung
Terdapat bagian eksternal dan internal. Bagian internal hidung
adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung
kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut
septum. Rongga hidung dilapisi membran mukosa yang banyak

3
mengandung vaskular disebut mukosa hidung. Hidung berfungsi
sebagai saluran untuk udara yang mengalir ke dan dari paru-paru
sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara
yang dihirup ke dalam paru-paru.
b. Faring
Faring atau tenggorok adalah struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Fungsi faring
adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif.
c. Laring
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan
faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan
terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari
obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
d. Trakea
Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾
cincin tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan
oleh membran fibroelastic menempel pada dinding depan esofagus.
e. Bronkus
Merupakan percabangan trakea kanan dan kiri, menghubungkan
paru-paru dengan trakea. Terdiri dari lempengan tulang rawan dan
dindingnya terdiri dari otot halus.
f. Paru – Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan
kanan. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius
dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior
dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang
mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula,
ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa
setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai
permukaan yang cukup luas untuk tempat pertukaran gas.

4
2. Fisiologi Pernafasan
Pernapasan merupakan pengambilan oksigen dari udara bebas
melalui hidung, oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli.
Kemudian terjadi difusi oksigen dari alveolus ke kapiler arteri paru-paru
yang terletak di dinding alveolus, disebabkan karena adanya perbedaan
tekanan parsial di alveolus dan paru-paru. Kemudian, oksigen di kapiler
arteri akan diikat oleh eritrosit yang mengandung hemoglobin lalu
dibawa ke jantung dan dipompakan ke seluruh tubuh.

C. Etiologi.
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza
termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat
berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan
pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan
Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode
subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis
H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada
binatang H1-H5 dan N1-N9.
Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah
dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4
hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Virus akan mati pada
pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56° C selama 3 jam dan dengan
detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung
iodine.

D. Klasifikasi
Penderita H5N1 dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya penyakit
(MOPH Thailand, 2005)
Derajat I : Penderita tanpa Pneumonia

5
Derajat II : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa
Gagal Nafas
Derajat III : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal
Nafas
Derajat IV: Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF).
Ada banyak sub tipe dari virus flu ini :
a. Tipe H1N1. Sub tipe ini lebih banyak ditemukan di babi sebagai
vektor utamanya. Di kemudian hari, virus tipe ini lebih dikenal sebagai
penyebab flu babi. Berbeda dengan penyebab flu unggas, sub tipe ini justru
lebih efektif ditularkan lewat manusia. Dalam setiap bersin pasien flu babi,
setidaknya terkandung 100.000 virus H1N1. Untungnya, daya bunuh H1N1
hanya 1/12 dari flu burung. Flu babi hanya memiliki kemungkinan fatal
sebesar 6%, jauh di bawah angka 80 persen mili flu unggas.
b. H1N2 adalah sub tipe berikutnya. Sub tipe ini merupakan subtipe dari
virus influenza A yang juga disebut virus flu burung. Oleh para ahli, virus
ini dinyatakan sebagai virus pandemik pada manusia dan hewan, khususnya
babi.
c. H2N2 adalah sub tipe yang lainnya. Virus H2N2 ini sudah termutasi
menjadi banyak sekali variasi virus flu ini. Salah satu bentuk mutasi dari
H2N2 adalah H3N2 dan banyak lagi subtipe virus flu lainnya yang sering
ditemukan pada unggas. Virus model ini dicurigai sebagai penyebab
pandemik pada manusia di tahun 1889.
d. H2N3. Berdasarkan struktur penyusunnya, H2N3 terdiri atas proteins
sebagai “casing”nya, hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Pada
umumnya, virus ini dapat menginfeksi manusia dan unggas.
e. Sub tipe virus Avian Influenza yang paling berbahaya. Dikenal
sebagai penyebab utama flu unggas. H5N1 adalah virus yang sangat
berbahaya. Berdasarkan penelitian para ahli, pasien yang terjangkiti virus
H5N1 hanya memiliki kemungkinan sembuh kurang dari 20%. Meskipun
hanya ditularkan lewat unggas, H5N1 merupakan pembunuh yang efektif.
Daya bunuhnya 12 kali lebih dahsyat dibanding sub tipe virus avian

6
influenza yang lain. Virus ini merupakan jenis virus yang bersifat
epizootik atau bersifat epidemik untuk golongan di luar manusia dan juga
bersifat panzootik yang mampu mempengaruhi beragam spesies hewan.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa virus ini sudah “sukses” membunuh
setidaknya 10 juta unggas di seluruh dunia serta menginfeksi ratusan juta
lainnya.
f. Sub tipe lain yang dianggap patogenik untuk manusia adalah H7N3,
H7N7 dan H9N2. Ketiga jenis ini dianggap sebagai virus avian influenza
yang memiliki daya rusak tingga hingga dapat membunuh pengidapnya.
Menurut update terbaru dari FAO, virus-virus ini secara perlahan tapi pasti
memperkuat kemampuan merusak mereka. Untuk virus H7N7 sendiri bisa
menginfeksi manusia, burung, babi, anjing laut serta kuda. Pada uji
laboratorium, virus ini bisa mengifeksi tikus yang digunakan dalan
percobaan. Virus H9N2 merupakan jenis virus yang menginfeksi bebek.
Pada perkembangannya, virus ini juga menginfeksi manusia. Pada
Desember 2009, ditemukan kasus anak-anak terinfeksi H9N2 di Hongkong.

E. Patofisiologi.
Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung
dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung
hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula
mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur
menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau
binatang lainnya. Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari
unggas ke manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada bukti
penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga belum terbukti penularan
pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu-satunya cara virus flu
burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika
virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu
manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada
manusia karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas

7
secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut
binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan (termasuk melalui
pakan ternak ). Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk
sepatu para peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan
pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain.
Secara umum, ada 3 kemungkinan mekanisme penularan dari unggas ke
manusia.Dalam hal penularan dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan
bahwa penularan pada dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih hidup
dan menular. Unggas yang telah dimasak, digoreng dan lain-lain, tidak
menularkan flu burung ke orang yang memakannya. Virus flu burung akan
mati dengan pemanasan 80°C selama 1 menit.
Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir
keseluruhan respon "bunuh diri" dalam sistem imunitas tubuh manusia.
Makin banyak virus itu tereplikasi, makin banyak pula produksi
sitokin-protein dalam tubuh yang memicu peningkatan respons imunitas
dan berperan penting dalam peradangan. Sitokin yang membanjiri aliran
darah karena virus yang bertambah banyak, justru melukai jaringan tubuh
(efek bunuh diri). Flu Burung banyak menyerang anak-anak di bawah usia
12 tahun. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia menimpa
anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh yang belum begitu kuat.

Masa Inkubasi

a. Pada Unggas : 1 minggu


b. Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari
sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .

Penularan

Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia,
melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui
udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekret
burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia
juga dapat terjadi jika terjadi kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi

8
flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan
penjamah produk unggas lainnya.

Penyebaran

Mekanisme penyerangan virus flu burung pada unggas dan ruminansia


hampir sama. Virus memiliki inti virus yang di dalamnya mengandung asam
inti yang dapat memproduksi protein. Dalam istilah ilmu penyakit, asam inti
yang dimiliki oleh virus mempunyai variasi jenis virus. Semakin banyak
protein yang dihasilkan berarti semakin banyak pula variasi jenis virusnya.
Virus pertama kali akan menyerang selaput lendir dengan menempel
menggunakan rambut-rambut tajam yang terdapat pada dinding luar
(envelope).Pada saat menempel, virus merusak dinding pelindung selaput
lendir dan memasukkan asam inti virus. Asam inti virus yang dimasukkan ini
akan merubah susunan protein yang dibentuk selaput lendir sehingga terjadi
perubahan struktur protein. Protein selaput lendir yang telah terkontaminasi
inilah yang kemudian disebarkan keseluruh jaringan dan organ melalui darah.
Bersamaan dengan dimulainya peredaran protein ke seluruh tubuh maka saat itu
juga virus mulai menyebar.

F. Manifestasi Klinik.
1. Tanda dan Gejala pada unggas
Gejala pada unggas yang sakit cukup bervariasi, mulai dari gejala
ringan (nyaris tanpa gejala), sampai sangat berat. Hal ini tergantung dari
keganasan virus, lingkungan, dan keadaan unggas sendiri. Gejala yang
timbul seperti jengger berwarna biru, kepala bengkak, sekitar mata
bengkak, demam, diare, dan tidak mau makan. Dapat terjadi gangguan
pernafasan berupa batuk dan bersin. Gejala awal dapat berupa gangguan
reproduksi berupa penurunan produksi telur. Gangguan sistem saraf
dalam bentuk depresi. Pada beberapa kasus, unggas mati tanpa gejala.
Kematian dapat terjadi 24 jam setelah timbul gejala. Pada kalkun,
kematian dapat terjadi dalam 2 sampai 3 hari.

9
2. Tanda dan Gejala pada manusia
Gejala flu burung pada dasarnya adalah sama dengan flu biasa
lainnya, hanya cenderung lebih sering dan cepat menjadi parah. Masa
inkubasi antara mulai tertular dan timbul gejala adalah sekitar 3 hari;
sementara itu masa infeksius pada manusia adalah 1 hari sebelum,
sampai 3-5 hari sesudah gejala timbul pada anak dapat sampai 21 hari.
Gejalanya suhu > 38oC, demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala,
nyeri otot dan sendi, sampai infeksi selaput mata ( conjunctivitis ). Bila
keadaan memburuk, dapat terjadi severe respiratory distress yang
ditandai dengan sesak nafas hebat, rendahnya kadar oksigen darah serta
meningkatnya kadar CO.

G. Komplikasi.
1. Meningitis (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu
membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang.
Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri
ataupun jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke
dalam cairan otak.
2. Encephalitis ( bulbar )
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak
tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan disebabkan oleh infeksi-infeksi.
Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus.
Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang
menyebabkan peradangan dari otak.
3. Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau Pericarditis
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium,
pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat
sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin
bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999).

10
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui
mekanisme dasar, yaitu:
a.Invasi langsung ke miokard.
b. Proses immunologis terhadap miokard.
c.Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
d. Paralisis akut flaksid.
e.Pneumonia ( peradangan paru )

Penyakit pada paru-paru dengan kondisi pulmonary alveolus (alveoli)


yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan
terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan
(parasite). Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh kepedihan
zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat
dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum
alkohol.

H. Penatalaksanaan Medis.
Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah istirahat, peningkataan
daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic, perawatan
respirasi, anti inflamasi, imunomodulators.
Untuk penatalaksanaan umum dapat dilakukan pelayanan di fasilitas
kesehatan non rujukan dan di rumah sakit rujukan flu burung.
1. Untuk pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan flu burung
diantaranya adalah :
a. Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg (jika
anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan flu burung.
b. Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan oseltamivir
sesuai skoring di bawah ini, sementara pada puskesmas yang tidak terpencil
pasien langsung dirujuk ke RS rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir
dengan sistem skoring, dimodifikasi dari hasil pertemuan workshop “Case
Management” & pengembangan laboratorium regional Avian Influenza,
Bandung 20 – 23 April 2006.

11
2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan
Pasien Suspek H5N1, probabel, dan konfirmasi dirawat di ruang isolasi.
a.Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien ke
ruang pemeriksaan.
b. Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan
APD dan melakukan kewaspadaan standar.
c.Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
d. Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia)
diulang setiap hari sedangkan HI diulang pada hari kelima dan pada
waktu pasien pulang.
e.Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga
perawatan.
f. Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang setiap
lima hari.
g. Penatalaksanaan di ruang rawat inap.
4. Pengobatan
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:
a) Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
b) Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
c) Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7
hari.
d) Anti replikasi neuramidase (inhibitor): Tamiflu dan Zanamivir.
e) Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam
waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg
BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45
kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.

12
I. Pemeriksaan Penunjang.
1. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan
untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis
Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal.

Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :


a.Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction)
untuk H5.Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
b. Uji Serologi :
1) Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari
spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil
<7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi
konvalesen harus pula >1/80.
2) Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum
yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit)
disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah
merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
c.Uji penapisan
a) Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.
b) ELISA untuk mendeteksi H5N1.
2. Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total.
Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
3. Pemeriksaan Kimia darah
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase,
Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin,
peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin,
peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau
abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit
dan komplikasi yang ditemukan.

13
4. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap
tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa
kasus ini adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah
pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi
hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.

5. Pemeriksaan Post Mortem


Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan,
dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi
pada mayat (necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi
anatomi dan PCR.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan
oleh unggas. Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung
dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Satu-satunya cara virus
flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika
virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia.
Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia
karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara langsung,
juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di
kandangnya dan alat-alat peternakan (termasuk melalui pakan ternak).
Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak
yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam
hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain.

B. Saran

Kita sebagai perawat hendaknya memberikan penyuluhan dan informasi yang


adekuat kepada masyarakat mengenai penyakit flu burung, sehingga
masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup tentang tanda-tanda yang akan
muncuul ketika seseorang terinfeksi virus H5N1 dan segera membawa ke
rumah sakit dan diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan
dan pengobatan dengan baik agar tidak terjadi infeksi yang lebih berat. Selain
itu sebagai tenaga kesehatan sebaiknya berusaha semaksimal mungkin untuk
melakukan pencegahan penyebaran virus H5N1, dengan meminimalkan faktor
penyebab dengan kolaborasi tenaga kesehatan lain, pemerintah serta
kerjasama dengan masyarakat

15
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes,M.E.2008.Rencana Asuhan Keperawatan,Pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perwatan pasien.Jakarta: EGC

Muttaqin,Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika

Padila.2012.Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta: Nuha Medika

Hidayat,A.A.Aziz.2006.Pengantar kebutuhan Dasar Manusia :Aplikasi konsep &


Proses Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika

16

Anda mungkin juga menyukai