Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit flu burung (bird flu, avian influenza/AI) ialah penyakit yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan antar unggas. Unggas
penular tersebut ialah burung, bebek, ayam, selain itu dapat ditularkan oleh
beberapa hewan yang lain seperti babi, kuda, anjing laut, ikan paus, dan
musang. Data lain menunjukkan penyakit ini bisa terdapat di burung puyuh
dan burung onta. Penyakit ini ditularkan dari burung ke burung, tetapi dapat
juga menular ke manusia.. Pada tahun 1918 terjadi kejadian-kejadian luar
biasa virulen influenza A (H1N1) yang mengakibatkan kematian 20 sampai 40
juta orang. Di laporkan bahwa di Asia 44 infeksi H5N1, 32 diantaranya
meninggal, dan Kamboja, Cina,Indonesia, Laos, Malaysia, Thailand, dan
Vietnam terjangkit H5N1 di peternakan unggas.

1.2. Tujuan Umum


2. Agar masyarakat mengetahui tentang penyakit flu burung
3. Agar masyarakat mengetahui cara penyebaran penyakit flu burung
4. Agar masyarakat mengetahui gejala penyakit flu burung
5. Agar masyarakat mengetahui penyebab dan cara pencegahan penyakit flu
burung

1.3.Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa memahami epidemiologi penyakit flu burung
2. Agar mahasiswa bisa memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang
penyakit flu burun

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Avian Influenza (AI) atau flu burung (bird flu) atau sampar unggas (fowl
plague) pertama kali ditemukan menyerang di Italia sekitar 100 tahun yang
lalu. Pada mulanya penyakit ini hanya menyerang unggas mulai dari ayam,
merpati, sampai burung-burung liar. Akan tetapi, laporan terakhir
menyebutkan serangan pada babi dan manusia.
Wabah virus ini menyerang manusia pertama kali di Hongkong pada tahun
1997 dengan 18 korban dan 6 diantaranya meninggal. Di Indonesia, penyakit
ini awalnya diduga sebagai penyakit tetelo atau VVND (Velogenic
Viscerotopic Newcastle Diseae) yang pernah menyerang pada tahun-tahun
sebelumnya.
Penyakit ini merupakan penyakit baru (new emerging disease) yang banyak
menarik perhatian berbagai pihak karena penularannya yang sangat cepat
dengan angka kematian yang tinggi. Avian flu juga melibatkan sektor
peternakan, khususnya unggas, yang mempunyai dampak besar terhadap
ketersediaan daging (gizi) di masyarakat, dan sektor ekonomi para
peternaknya.
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan
oleh unggas. Sejarah dunia telah mencatat tiga pandemi besar yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A. Pandemi pertama terjadi pada tahun
1918 berupa flu Spanyol yang disebabkan oleh subtipe H1N1 dan memakan
korban meninggal 40 juta orang. Pandemi ini sebagian besar terjadi di Eropa
dan Amerika Serikat. Pandemi kedua terjadi pada tahun 1958 berupa flu Asia
yang disebabkan oleh H2N2 dengan korban 4juta jiwa. Pandemi terakhir
terjadi pada tahun 1968 berupa flu Hongkong yang disebabkan oleh H3N2
dengan korban 1 juta jiwa.

2
2.2. Penyebaran dan penularan Flu Burung

Satu-satunya cara virus influenza A (H5N1) dapat menyebar dengan mudah


dari manusia ke manusia ialah jika virus influenza A (H5N1) tersebut
bermutasi dan bercampur dengan virus influenza manusia. Secara umum ada
tiga kemungkinan mekanisme penularan dari unggas ke manusia.
a. Kemungkinan 1

Unggas liar
Unggas domestic
Babi terinfeksi virus influenza-burung dan virus influenza manusia
manusia
Menular ke manusia yang lain

b. Kemungkinan 2

Unggas liar
Unggas domestic
Babi terinfeksi virus influenza-burung dan virus influenza manusia
Menular ke manusia yang lain

c. Kemungkinan 3

Unggas liar
Unggas domestic
Manusia terinfeksi virus influenza-burung
Menular ke manusia yang lain

2.3. Gambaran Klinis

Masa inkubasi AI (H5N1) lebih lama daripada influenza manusia


umumnya. Pada tahun 1997, sebagian kasus terjadi dalam 2–4 hari setelah
terpajan. Laporan yang terbaru menunjukkan interval yang sama tetapi sampai

3
dengan 8 hari. Inkubasi pada anak dapat sampai 21 hari setelah terpajan. Hal ini
kemungkinan karena tidak tahu bilamana waktu terjadinya pajanan terhadap
hewan yang terinfeksi atau sumber lain di lingkungan. Masa inkubasi di unggas
ialah 1 minggu.
Masa inkubasi pada unggas dan manusia pun juga berbeda:
1. pada unggas : 1 minggu
2. pada manusia : 1-3 hari, dan masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5
hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari.

2.4. Tanda dan gejala pada unggas

Gejala unggas yang sakit beragam, mulai dari gejala ringan sampai sangat
berat. Hal ini bergantung keganasan virus, lingkungan, dan keadaan unggas
sendiri. Gejala awal berupa penurunan produksi telur. Gejala yang timbul seperti
jengger berwarna biru, kepala bengkak, sekitar mata bengkak, demam,
diare,depresi dan tidak mau makan. Di beberapa kasus,unggas mati tanpa gejala.
Kematian terjadi setelah 24 jam timbul gejala. Di kalkun, kematian dapat terjadi
dalam 2–3 hari.

2.5. Tanda dan gejala pada manusia

Sebagian besar penderita gejala AI (H5N1) pada dasarnya sama dengan


influenza lainnya awal demam lebih 38° C dan gejala saluran napas bawah.
Diare,muntah-muntah, nyeri perut, nyeri dada (pleuritik)dan perdarahan dari
hidung dan gusi pada beberapa penderita. Sputum yang dihasilkan bervariasi
kadang-kadang dengan darah, pernapasan tertekan(respiratory distress), tachipnea
dan inspirasi dedas(crackle). Kegagalan pernapasan yang progresif difus, bilateral,
infiltrasi dan tampilan gejala napas akut(ARDS=acute respiratoric distress
syndrome).Kegagalan banyak organ disfungsi ginjal, jantung termasuk dilatasi
dan supraventrikular aritmia. Komplikasi yang lain ventilator berhubungan
pneumonia, perdarahan paru, pneumothoraks, pancytopenia, gejala dari Reye dan

4
sepsis tanpa bakteremia.4 Awal penyakit yang tiba-tiba dan cepat memburuk,
demam tinggi, nyeri otot, dan batuk kering sering dijumpai di infeksi AI(H5N1).9
Diagnosis banding AI (H5N1) diantaranya ialah respiratory syncytial virus (RSV),
adenovirus, parainfluenza virus, rhinovirus, Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia
pneumoniae, Legionella pneumophila. Ada beberapa perbedaan gejala AI(H5N1)
dan influenza lain(crackle).

2.6. Klasifikasi Diagnosis

Departemen Kesehatan Republik Indonesia(DEPKES RI) membagi


diagnosis AI (H5N1) di manusia menjadi kasus dugaan, kemungkinan(probable),
dan kasus terkukuhkan (konfirmasi).Kasus dugaan AI (H5N1) ialah bila seseorang
mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)disertai demam (≥ 38° C),
batuk dan atau sakit tenggorokan dengan salah satu kegiatan
sebelumnya.Misalnya: seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang terjangkit
KLB (kejadian luar biasa) AI (H5N1),bersentuhan dengan kasus terkukuhkan
(konfirmasi) AI (H5N1) dalam masa penularan, bekerja di laboratorium yang
memproses spesimen manusia atau hewan yang dicurigai menderita AI (H5N1).
Dalam hal itu pemeriksaan darah menunjukkan lekopeni (lekosit ≤ 3000/uL) dan
atau trombositopeni (trombosit ≤ 150.000/uL), ditemukan titer antibody <1:20
terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HAI,foto dada menggambarkan pneumonia
atipikal atau infiltrat di kedua sisi paru yang meluas (foto serial). Kriteria kasus
dugaan yang lain, jika terjadi ARDS dengan satu atau lebih gejala: lekopeni atau
limfopenia dengan atau tanpa trombositopenia, foto dada menunjukkan
pneumonia atipikal atau infiltrate kedua sisi paru yang makin luas.Kasus
kemungkinan (probable) yaitu kasus suspek dengan salah satu keadaan: bukti
laboratorium terbatas mengarah ke virus influenza A H5N1.Misalnya kenaikan 4
kali titer antibodi dengan uji HAI terhadap sepasang serum yang diambil setelah
10–14 hari saat pengambilan yang pertama, terkenalinya antigen atau bahan
genetika virus atau adanya titer antibodi spesifik yang sangat tinggi dalam serum

5
tunggal dengan uji penetralan di laboratorium rujukan. Dalam waktu singkat
keadaan tersebut berlanjut menjadi pneumonia atau gagal pernapasan,bahkan
meninggal dengan pembuktian tidak ada penyebab lain.
Sampai saat ini pandemik AI masih terjadi baik dinegara berkembang
maupun maju, kemungkinan transmisi dari perpindahan burung dari Negara
endemis ke nonendemis.Meskipun penyakit AI menyerang unggas, atau binatang
ternak lain tapi dapat menular ke manusia selain itu antar manusia belum dapat
dibuktikan.Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan pemeriksaan
lekosit, trombosit yang dilakukan pada kasus dicurigai.Pemeriksaan yang klinis
mencurigakan AI dapat dilakukan secara bersamaan yaitu mengambil darah untuk
serologi, usap tenggorok, nasofaring, danorofaring untuk pemeriksaan RT-PCR
maupun untuk uji emas kultur virus sebagai konfirmasi.Kelemahan pemeriksaan
laboratorium belum semua laboratorium rujukan dapat melakukan pemeriksaan
RT-PCR.Cara penanganan sampel harus dilakukan secara cermat agar tidak
timbul hasil negatif atau positif palsu. Pemantauan di daerah endemik perlu
dilakukan baik pada peternak maupun penduduk sekitarnya.Perlu diwaspadai
gejala klinik pneumonia dengan pneumonia non AI, karena gejala hampir sama
atau mirip. Sudah saatnya Indonesia mengembangkan pemeriksaan RT-PCR
mengingat banyak kasus AI yang sudah tersebar di sebagian daerah Indonesia atau
kegunaan lain untuk diagnosis penyakit yang tidak dapat dipantau secara
konvensionil.

2.7. Populasi Penyebarannya

Penyebaran Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain: .


Ayam dan manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian
Influenza A (H5N1) telah menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di
rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran
tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi flu
burung. Pada tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya kasus Avian Influenza
A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa menimbulkan kematian. Pada tahun 2003, di

6
Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A(H5N1) dan satu orang
meninggal. Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A
(H7N7) dan satu diantaranya meninggal. Pada Januari 2004, di beberapa provinsi
di Indonesia terutama Bali, Botabek (Bogor,Tangerang, Bekasi), Jawa Timur,
Jawa Tengah,Kalimantan Barat, dan Jawa Barat dilaporkan kejadian kematian
ayam yang luar biasa. Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit AI di 10
provinsi diperkirakan 3.842.275 ekor dan paling tinggi di provinsi Jawa Barat
sebesar 1.541.427 ekor.Awal kematian tersebut diduga akibat virus New Castle,
tetapi pengukuhan terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh AI
(H5N1).Pada 19 Januari 2004, WHO mengumumkan Pada Januari 2004, di
beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak
yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new
castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh
virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah
penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor
(4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat
(1.541.427 ekor ).
Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah
manusia juga meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO
mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu
di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu burung, seorang
remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang
dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat
Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu
burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung
sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang terinfeksi virus flu
burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8
orang yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis.
Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)
Penyakit flu burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia

7
dan yang meninggal mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit
SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%).
Berdasarkan hasil penelitian sementara (serosurvei) Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan dan Dirjen P2MPLP, Depkes RI pada tanggal 1-3
Februari di sejumlah wilayah Indonesia ( di Kabupaten Tangerang, Propinsi
Banten dan Kabupaten Tabanan & Karang Asem Bali) belum ditemukan adanya
kasus flu burung pada manusia.
Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya
kasus flu burung di Indonesia, tetapi harus tetap waspada, terutama bagi kelompok
yang beresiko karena kita tidak bisa memungkiri bahwa virus ini di negara lain
telah menginfeksi manusia.
Dengan tambahan dua kasus korban Flu Burung lagi di Indonesia,
mencapai jumlah 94 orang dengan 74 orang di antaranya meninggal dunia. Jumlah
propinsi yang terjangkitpun akhir bulan lalu telah bertambah menjadi 10 propinsi
dengan dikonfirmasinya satu kasus asal Palembang, Propinsi Sumatera Selatan,
yaitu M (P, 22) yang meninggal tanggal 24 Maret 2007.Propinsi DKI Jakarta
memiliki jumlah kasus Flu Burung kedua terbanyak setelah Propinsi Jawa Barat.
Dalam kurun waktu 1 Januari-7 April 2007, sudah enam (6) warga Jakarta dan
dua (2) warga Jawa Tengah terjangkit Flu Burung.Kasus ke lima di Jawa Tengah
meninggal pada tanggal 19 Januari 2007. Di DKI Jakarta, meski Gubernur
Sutiyoso telah memberlakukan larangan memelihara unggas di kawasan
pemukiman pada pertengahan Januari 2007, lima (5) warga Jakarta meninggal
dunia setelah masa pemberlakuan tersebut. Dari penyelidikan epidemiologis di
lingkungan tempat tinggal kasus Flu Burung, terbukti bahwa unggas masih
dipelihara warga yang tinggal di lingkungan pemukiman. Tampaknya walaupun
peraturan daerah tersebut telah diketahui kebanyakan warga, warga masih enggan
memisahkan diri dari unggas-unggasnya.Dengan 94 kasus Flu Burung, kini
Indonesia memiliki jumlah kasus Flu Burung terbanyak di dunia, melebihi
Vietnam yang memiliki 93 kasus Flu Burung. Flu Burung mulai menjangkiti
warga Vietnam sejak tahun 2003, namun Pemerintah Vietnam telah berhasil
menghentikan pertambahan jumlah kasus Flu Burung di negara sosialis tersebut

8
sejak akhir November 2005. Membandingkan CFR, Indonesia pun duduk di
peringkat teratas dengan Angka Kematian Kasus mencapai 78,72% sementara
Vietnam hanya 45,16%. Diakui pakar dunia bahwa strain virus Flu Burung di
Indonesia memang lebih membahayakan daripada strain virus Vietnam. Apalagi
warga baru pergi berobat setelah lebih dari 2 hari merasa demam dan
menampakkan gejala flu. Padahal obat Tamiflu hanya efektif jika diberikan dalam
jangka waktu kurang dari 2 x 24 jam (dua hari) setelah gejala sakit muncul. Pada
tanggal 29 April 2009, WHO menyatakan bahwa dunia sudah memasuki fase 5
pandemi yaitu terjadi penularan antar manusia untuk virus influenza baru yaitu
Swine Flu H1N1 (Flu Meksiko). Negara-negara yang sudah terinfeksi sampai
tanggal 30 April 2009 adalah Meksiko, Amerika Serikat ( California, Texas, New
York, Ohio, Kansas,Massachusetts, Michigan, Nevada , Indiana, Arizona), Israel,
Selandia Baru, Spanyol, United Kingdom, Austria dan Jerman. Jumlah kasus yang
konfirmasi yang dilaporkan ke WHO adalah 148 kasus dengan 8
kematian.Kondisi tersebut memerlukan kewaspadaan dan kesiapan yang tinggi
dari semua negara di dunia termasuk Indonesia dalam menghadapi penyebaran
virus Swine Influenza H1N1 tersebut.

2.8. Upaya Pencegahaan


1. Tidak menyentuh unggas yang sakit atau mati. Jika terlanjur, segera
bersihkan tubuh dengan sabun. Langsung laporkan kejadian tersebut pada
RT/RW atau Kepala Desa,
2. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung, dan Vaksinasi pada
unggas yang sehat.
3. Menggunakan air dan sabun untuk mencuci tangan dan peralatan masak.
Masak unggas dan telur unggas hingga matang,
4. Memisahkan unggas dari manusia. Pisahkan unggas baru dari unggas lama
selama 3 minggu,
5. Memeriksakan diri ke Puskesmas atau rumah sakit (terutama rumah sakit
rujukan pemerintah) jika mengalami gejala flu dan demam, terutama setelah
berdekatan dengan ungags

9
6. Usahakan kebersihan kandang dan semprotkan bahan desinfektan (anti
hama)
7. Mencuci tangan dengan sabun setelah kontak langsung dengan unggas atau
produk unggas.
8. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat
cukup

2.9. Pengawasan
Seseorang yang terkena flu harus istirahat dan tidur yang cukup dan
banyak minum. Obat demam dan sirup obat batuk berguna untuk meringankan
gejala. Apabila tidak ada infeksi karena bakteri, obat antibiotika jangan dipakai.
Pasien juga perlu menjaga kebersihan diri dan sering cuci tangan untuk
menghindari penyebaran virus dari tangan yang kena virus sewaktu menyentuh
hidung atau mulut. Aspirin tidak boleh digunakan untuk anak-anak, karena dapat
mengakibatkan sindrom Reye. Penderita yang memiliki kekebalan melawan
penyakit yank rendah atau apabila terjadi tanda-tanda memburuknya kondisi
badan, perlu segara meminta nasehat dokter.Flu burung H5N1 pada umumnya
lebih menyengsarakan daripada flu biasa, dan seringkali memerlukan perawatan
di rumah sakit. Penderita harus berkonsultasi ke dokter sesegara mungkin.
Berberapa obat anti virus mungkin efektif untuk pengobatan penyakit itu. Obat-
obatan harus digunakan secara hati-hati sesuai instruksi dokter, karena obat-
obatan itu kemungkinan dapat mendatangkan akibat sampingan yang kurang baik.
Perlindungan terbaik terhadap influenza dan flu burung adalah dengan
membangun ketahanan tubuh yang baik. Hal ini bisa diperoleh melalui pola
makan seimbang, olahraga teratur, istirahat yang cukup, pengurangan ketegangan
dan tidak merokok. Apabila anda memiliki gejala-gejala flu, lebih baik
menghindari tempat-tempat umum yang ramai yang memiliki sirkulasi udara
buruk.Kotoran-kotoran burung dan unggas hidup yang terinfeksi dapat membawa
virus flu burung. Orang harus menghindari untuk menyentuh burung dan unggas
serta kotorannya. Apabila anda telah memegang burung dan u ggas hidup. segara
cuci tangan dengan sabun cair dan air dengan benar. Apabila anda memeliharan

10
burung di rumah, hindari memegang burung itu dan mencuci tangan dengan benar
memakai sabun cair setiap kali sehabis memegangnya atau setelah membersihkan
kotorannya. Sekolah-sekolah dan tempat-tempat penitipan anak harus mengambil
tindakan-tindakan untuk menghindari anak-anak untuk menyantuh unggas hidup.
Unggas dan telur harus dimasak dengan benar sebelum dimakan. Apabila
melakukan perjalanan keluar negri, hindari memegang burung dan unggas hidup.
Apabila mengalami gejala flu setelah kembali dari daerah berjangkitnya flu
burung, harus segera berkonsultasi ke dokter. Beritahu dokter riwayat perjalanan
anda. Pakailah masker untuk menghindari penyebaran penyakit itu.
Perhatikan selalu kebersihan diri dan lingkungan dengan baik setiap saat. Pelihara
kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan memakai sabun cair, terutama
sebelum makan, memegang hidung, mulut dan mata. Tutup mulut dan hidung
anda dengan kertas batuk atau bersin. Buang kertas tisu kotor ke dalam tempat
sampah yang memiliki tutup, lalu cuci tangan dengan benar.

2.10. Pengobatan

Pengobatan Penyakit flu Burung Pengobatan bagi penderita flu


burung:
1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
4. Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48
jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam
2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
Selain cara diatas dapat digunakan cara berikut ini:
1. Suportif : vitamin, misalnya vitamin C dan B kompleks
2. Simtomatik: analgesik, antitusif, mukolitik
3. Profilaksis: antibiotik
4. Pengobatan antivirus dengan Olsetamivir 75 mg (Tamiflu).

11
Dosis profilaksis adalah 1 x 75 mg selama 7 hari yang diberikan pada semua
kasus suspek. Dosis terapi adalah 2 x 75 mg selama 5 hari yang diberikan pada
semua kasus suspek yang dirawat. Dosis anak tergantung dari berat badannya.
Penggunaan antivirus sanga membantu, terutama pada 48 jam pertama, karena
virus akan menghilang sekitar 7 hari setelah masuk ke dalam tubuh.

12
BAB III
ASKEP

13
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan
ditularkan oleh unggas.
2. Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtipe
H5N1.
3. Tingkat kematian flu burung tinggi (CFR 76%) . Membandingkan CFR,
Indonesia pun duduk di peringkat teratas dengan Angka Kematian Kasus
mencapai 78,72% sementara Vietnam hanya 45,16%. Diakui pakar dunia
bahwa strain virus Flu Burung di Indonesia memang lebih membahayakan
daripada strain virus Vietnam.
4. Gejala pada unggas: Jengger berwarna biru, Borok di kaki, dan Kematian
mendadak
5. Gejala pada manusia yaitu: Demam (suhu badan diatas 38 °C), Batuk dan
nyeri tenggorokan, Radang saluran pernapasan atas, Pneumonia, Infeksi
mata, dan Nyeri otot
6. Untuk pencegahan, Pada Unggas dilakukan: Pemusnahan unggas/burung
yang terinfeksi flu burung, dan Vaksinasi pada unggas yang sehat; Pada
Manusia : Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja,
Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu
burung, Menggunakan alat pelindung diri. (contoh: masker dan pakaian
kerja), Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja, Membersihkan kotoran
unggas setiap hari, Imunisasi, Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan
makanan bergizi & istirahat cukup, dan Mengolah unggas dengan cara yang
benar.
4.2. Saran
Perlu adanya penyuluhan/promosi kesehatan dari tenaga kesehatan kepada
masyarakat tentang penyakit flu burung agar masyarakat tidak panik dan takut
untuk mengkonsumsi produk unggas namun harus tetap waspada.

14
DAFTAR PUSTAKA

Santoso, M., Salim, H., Alim, H., Avian influenza (flu


burung).2005:Jakarta,Cermin dunia Kedokteran.
Anorital,Epidemiologi avian influenza Denpasar, Desember 2005.Kumpulan
makalah pelatihan penanganan sampel flu burung (avian influeza).
Fadhilah,Siti.pencegahan flu burung .Retrived 18 maret 2010
from:http://www.madina.on line.go.id
NHARTI .Penyakit Flu Burung.Retrived 18 maret 2010 From:
http://nartifkmug.blogspot.com/2009/04/flu-burung
Community-Based Avian Influenza Control Project.flu burung.Retrived 20 maret
2010. From: http://www.dai.com/work/project_detail.
World Health Organization.Flu Burung.Retrived 20 maret 2010.From:
http://www.who.int/csr/disease/avian_influenza/en/index.html
KOMNAS FBPI.Bahaya FluBurung.Retrived 20 Maret 2010.From:
http://www.komnasfbpi.go.id/utama_eng.php
Departemen Pertanian, Republik Indonesia.Flu Burung.Retrived 20 maret
2010.From:
http://www.deptan.go.id
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.Kasus Flu Burung.Retrived 20 Maret
2010.From:
http://www.depkes.go.id/en/index_en.htm

15

Anda mungkin juga menyukai