Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT FLU BURUNG

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Penyakit flu burung (bird flu, avian influenza/AI) ialah penyakit yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A dan ditularkan antar unggas. Unggas penular tersebut ialah burung,
bebek, ayam, selain itu dapat ditularkan oleh beberapa hewan yang lain seperti babi,
kuda, anjing laut, ikan paus, dan musang. Data lain menunjukkan penyakit ini bisa
terdapat di burung puyuh dan burung onta. Penyakit ini ditularkan dari burung ke burung,
tetapi dapat juga menular ke manusia.. Pada tahun 1918 terjadi kejadian-kejadian luar
biasa virulen influenza A (H1N1) yang mengakibatkan kematian 20 sampai 40 juta orang.
Di laporkan bahwa di Asia 44 infeksi H5N1, 32 diantaranya meninggal, dan Kamboja,
Cina,Indonesia, Laos, Malaysia, Thailand, dan Vietnam terjangkit H5N1 di peternakan
ungags.

B.TUJUAN UMUM

1. Agar masyarakat mengetahui tentang penyakit flu burung

2. Agar masyarakat mengetahui cara penyebaran penyakit flu burung

3. Agar masyarakat mengetahui gejala penyakit flu burung

4. Agar masyarakat mengetahui penyebab dan cara pencegahan penyakit flu burung

C. TUJUAN KHUSUS

1. Agar mahasiswa memahami epidemiologi penyakit flu burung

2. Agar mahasiswa bisa memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit flu burung

D.GAMBARAN TERJADINYA WABAH

Adanya kematian tiba-tiba (dalam waktu 1-4 jam)tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya,
burung yang ditemukan mati di beberapa tempat terpisah, kasus yang melibatkan lebih
dari satu rumah/kumpulan burung dan kematian melebihi 80% dalam waktu 2-3 hari .
Analisis awal dari data yang telah dikumpulkan sejauh ini menunjuk kan bahwa peternak
menghubungkan kematian tiba-tiba dan jengger/kepala yang membiru dengan
HPAI(gunakan sebutan penyakit ini dalam bahasa setempat), dan keluarnya lendir
hidung, lemas,torticolis dan diare berwarna putih dengan ND. Dua tanda klinis, badan
yang membiru dan tingginya kematian (>80%)belum secara khusus dihubungkan
penyakit tersebut.Pengamatan ini berkaitan dengan pola yang diperkirakan untuk
sebagian besar wabah HPAI meskipun ada pengecualian kasus yang mungkin sulit untuk
dicari ciricirinya,contohnya, wabah yang melibatkan strain velogen. Hasil yang
dipaparkan diberikan berdasarkan data yang dikumpulkan dengan teknik matriks
penilaian sederhana dimana peternak diminta untuk mengurutkan tanda-tanda klinis
sesuai dengan konsistensi dan kejadiannya saat wabah melanda. Hal ini dilakukan untuk
masing-masing penyakit.

BAB II

PEMBAHASAN EPIDEMIOLOGI FLU BURUNG

Satu-satunya cara virus influenza A (H5N1) dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke
manusia ialah jika virus influenza A (H5N1) tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus
influenza manusia. Secara umum ada tiga kemungkinan mekanisme penularan dari unggas ke
manusia.

Kemungkinan 1

Unggas liar

Unggas domestic

Babi terinfeksi virus influenza-burung dan virus influenza manusia

manusia

Menular ke manusia yang lain

Kemungkinan 2

Unggas liar

Unggas domestic

Babi terinfeksi virus influenza-burung dan virus influenza manusia

Menular ke manusia yang lain

Kemungkinan 3

Unggas liar

Unggas domestic

Manusia terinfeksi virus influenza-burung

Menular ke manusia yang lain

Gambaran Klinis

Masa inkubasi AI (H5N1) lebih lama daripada influenza manusia umumnya. Pada tahun
1997,
sebagian kasus terjadi dalam 2–4 hari setelah terpajan. Laporan yang terbaru menunjukkan
interval

yang sama tetapi sampai dengan 8 hari. Inkubasi pada anak dapat sampai 21 hari setelah
terpajan. Hal

ini kemungkinan karena tidak tahu bilamana waktu terjadinya pajanan terhadap hewan yang
terinfeksi

atau sumber lain di lingkungan. Masa inkubasi di unggas ialah 1 minggu.

Tanda dan gejala pada unggas

Gejala unggas yang sakit beragam, mulai dari gejala ringan sampai sangat berat. Hal ini
bergantung

keganasan virus, lingkungan, dan keadaan unggas sendiri. Gejala awal berupa penurunan
produksi

telur. Gejala yang timbul seperti jengger berwarna biru, kepala bengkak, sekitar mata
bengkak, demam,

diare,depresi dan tidak mau makan. Di beberapa kasus,unggas mati tanpa gejala. Kematian
terjadi setelah 24 jam timbul gejala. Di kalkun, kematian dapat terjadi dalam 2–3 hari.

Tanda dan gejala pada manusia

Sebagian besar penderita gejala AI (H5N1) pada dasarnya sama dengan influenza lainnya
awal demam lebih 38° C dan gejala saluran napas bawah. Diare,muntah-muntah, nyeri perut,
nyeri dada (pleuritik)dan perdarahan dari hidung dan gusi pada beberapa penderita. Sputum
yang dihasilkan bervariasi kadang-kadang dengan darah, pernapasan tertekan(respiratory
distress), tachipnea dan inspirasi dedas(crackle). Kegagalan pernapasan yang progresif difus,
bilateral, infiltrasi dan tampilan gejala napas akut(ARDS=acute respiratoric distress
syndrome).Kegagalan banyak organ disfungsi ginjal, jantung termasuk dilatasi dan
supraventrikular aritmia. Komplikasi yang lain ventilator berhubungan pneumonia,
perdarahan paru, pneumothoraks, pancytopenia, gejala dari Reye dan sepsis tanpa
bakteremia.4 Awal penyakit yang tiba-tiba dan cepat memburuk, demam tinggi, nyeri otot,
dan batuk kering sering dijumpai di infeksi AI(H5N1).9 Diagnosis banding AI (H5N1)
diantaranya ialah respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus, parainfluenza virus,
rhinovirus, Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, Legionella pneumophila. Ada
beberapa perbedaan gejala AI(H5N1) dan influenza lain(crackle).

Klasifikasi Diagnosis

Departemen Kesehatan Republik Indonesia(DEPKES RI) membagi diagnosis AI (H5N1) di


manusia menjadi kasus dugaan, kemungkinan(probable), dan kasus terkukuhkan
(konfirmasi).Kasus dugaan AI (H5N1) ialah bila seseorang mengalami infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA)disertai demam (≥ 38° C), batuk dan atau sakit tenggorokan dengan
salah satu kegiatan sebelumnya.Misalnya: seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang
terjangkit KLB (kejadian luar biasa) AI (H5N1),bersentuhan dengan kasus terkukuhkan
(konfirmasi) AI (H5N1) dalam masa penularan, bekerja di laboratorium yang memproses
spesimen manusia atau hewan yang dicurigai menderita AI (H5N1). Dalam hal itu
pemeriksaan darah menunjukkan lekopeni (lekosit ≤ 3000/uL) dan atau trombositopeni
(trombosit ≤ 150.000/uL), ditemukan titer antibody <1:20 terhadap H5 dengan pemeriksaan
uji HAI,foto dada menggambarkan pneumonia atipikal atau infiltrat di kedua sisi paru yang
meluas (foto serial). Kriteria kasus dugaan yang lain, jika terjadi ARDS dengan satu atau
lebih gejala: lekopeni atau limfopenia dengan atau tanpa trombositopenia, foto dada
menunjukkan pneumonia atipikal atau infiltrate kedua sisi paru yang makin luas.Kasus
kemungkinan (probable) yaitu kasus suspek dengan salah satu keadaan: bukti laboratorium
terbatas mengarah ke virus influenza A H5N1.Misalnya kenaikan 4 kali titer antibodi dengan
uji HAI terhadap sepasang serum yang diambil setelah 10–14 hari saat pengambilan yang
pertama, terkenalinya antigen atau bahan genetika virus atau adanya titer antibodi spesifik
yang sangat tinggi dalam serum tunggal dengan uji penetralan di laboratorium rujukan.
Dalam waktu singkat keadaan tersebut berlanjut menjadi pneumonia atau gagal
pernapasan,bahkan meninggal dengan pembuktian tidak ada penyebab lain.

Sampai saat ini pandemik AI masih terjadi baik dinegara berkembang maupun maju,
kemungkinan transmisi dari perpindahan burung dari Negara endemis ke
nonendemis.Meskipun penyakit AI menyerang unggas, atau binatang ternak lain tapi dapat
menular ke manusia selain itu antar manusia belum dapat dibuktikan.Pemeriksaan
laboratorium dapat dilakukan dengan pemeriksaan lekosit, trombosit yang dilakukan pada
kasus dicurigai.Pemeriksaan yang klinis mencurigakan AI dapat dilakukan secara bersamaan
yaitu mengambil darah untuk serologi, usap tenggorok, nasofaring, danorofaring untuk
pemeriksaan RT-PCR maupun untuk uji emas kultur virus sebagai konfirmasi.Kelemahan
pemeriksaan laboratorium belum semua laboratorium rujukan dapat melakukan pemeriksaan
RT-PCR.Cara penanganan sampel harus dilakukan secara cermat agar tidak timbul hasil
negatif atau positif palsu. Pemantauan di daerah endemik perlu dilakukan baik pada peternak
maupun penduduk sekitarnya.Perlu diwaspadai gejala klinik pneumonia dengan pneumonia
non AI, karena gejala hampir sama atau mirip. Sudah saatnya Indonesia mengembangkan
pemeriksaan RT-PCR mengingat banyak kasus AI yang sudah tersebar di sebagian daerah
Indonesia atau kegunaan lain untuk diagnosis penyakit yang tidak dapat dipantau secara
konvensionil.

POPULASI PENYEBARANYYA

Penyebaran Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain: . Ayam dan
manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian Influenza A (H5N1)
telah menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya
meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan
1,5 juta ayam yang terinfeksi flu burung. Pada tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya
kasus Avian Influenza A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa menimbulkan kematian. Pada
tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A(H5N1) dan satu orang
meninggal. Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7) dan
satu diantaranya meninggal. Pada Januari 2004, di beberapa provinsi di Indonesia terutama
Bali, Botabek (Bogor,Tangerang, Bekasi), Jawa Timur, Jawa Tengah,Kalimantan Barat, dan
Jawa Barat dilaporkan kejadian kematian ayam yang luar biasa. Jumlah unggas yang mati
akibat wabah penyakit AI di 10 provinsi diperkirakan 3.842.275 ekor dan paling tinggi di
provinsi Jawa Barat sebesar 1.541.427 ekor.Awal kematian tersebut diduga akibat virus New
Castle, tetapi pengukuhan terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh AI
(H5N1).Pada 19 Januari 2004, WHO mengumumkan Pada Januari 2004, di beberapa propinsi
di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa
Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian
tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh
Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah
unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar
yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi
Jawa Barat (1.541.427 ekor ).

Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga
meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga
Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas
akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang
Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Seorang Epidemiologis
dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu
burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO
menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh
dan seorang lagi dalam kondisi kritis.

Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit flu
burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal
mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang
meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%).

Berdasarkan hasil penelitian sementara (serosurvei) Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan dan Dirjen P2MPLP, Depkes RI pada tanggal 1-3 Februari di sejumlah wilayah
Indonesia ( di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten dan Kabupaten Tabanan & Karang
Asem Bali) belum ditemukan adanya kasus flu burung pada manusia.

Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu
burung di Indonesia, tetapi harus tetap waspada, terutama bagi kelompok yang beresiko
karena kita tidak bisa memungkiri bahwa virus ini di negara lain telah menginfeksi manusia.

Dengan tambahan dua kasus korban Flu Burung lagi di Indonesia, mencapai jumlah 94 orang
dengan 74 orang di antaranya meninggal dunia. Jumlah propinsi yang terjangkitpun akhir
bulan lalu telah bertambah menjadi 10 propinsi dengan dikonfirmasinya satu kasus asal
Palembang, Propinsi Sumatera Selatan, yaitu M (P, 22) yang meninggal tanggal 24 Maret
2007.Propinsi DKI Jakarta memiliki jumlah kasus Flu Burung kedua terbanyak setelah
Propinsi Jawa Barat. Dalam kurun waktu 1 Januari-7 April 2007, sudah enam (6) warga
Jakarta dan dua (2) warga Jawa Tengah terjangkit Flu Burung.Kasus ke lima di Jawa Tengah
meninggal pada tanggal 19 Januari 2007. Di DKI Jakarta, meski Gubernur Sutiyoso telah
memberlakukan larangan memelihara unggas di kawasan pemukiman pada pertengahan
Januari 2007, lima (5) warga Jakarta meninggal dunia setelah masa pemberlakuan tersebut.
Dari penyelidikan epidemiologis di lingkungan tempat tinggal kasus Flu Burung, terbukti
bahwa unggas masih dipelihara warga yang tinggal di lingkungan pemukiman. Tampaknya
walaupun peraturan daerah tersebut telah diketahui kebanyakan warga, warga masih enggan
memisahkan diri dari unggas-unggasnya.Dengan 94 kasus Flu Burung, kini Indonesia
memiliki jumlah kasus Flu Burung terbanyak di dunia, melebihi Vietnam yang memiliki 93
kasus Flu Burung. Flu Burung mulai menjangkiti warga Vietnam sejak tahun 2003, namun
Pemerintah Vietnam telah berhasil menghentikan pertambahan jumlah kasus Flu Burung di
negara sosialis tersebut sejak akhir November 2005. Membandingkan CFR, Indonesia pun
duduk di peringkat teratas dengan Angka Kematian Kasus mencapai 78,72% sementara
Vietnam hanya 45,16%. Diakui pakar dunia bahwa strain virus Flu Burung di Indonesia
memang lebih membahayakan daripada strain virus Vietnam. Apalagi warga baru pergi
berobat setelah lebih dari 2 hari merasa demam dan menampakkan gejala flu. Padahal obat
Tamiflu hanya efektif jika diberikan dalam jangka waktu kurang dari 2 x 24 jam (dua hari)
setelah gejala sakit muncul. Pada tanggal 29 April 2009, WHO menyatakan bahwa dunia
sudah memasuki fase 5 pandemi yaitu terjadi penularan antar manusia untuk virus influenza
baru yaitu Swine Flu H1N1 (Flu Meksiko). Negara-negara yang sudah terinfeksi sampai
tanggal 30 April 2009 adalah Meksiko, Amerika Serikat ( California, Texas, New York,
Ohio, Kansas,Massachusetts, Michigan, Nevada , Indiana, Arizona), Israel, Selandia Baru,
Spanyol, United Kingdom, Austria dan Jerman. Jumlah kasus yang konfirmasi yang
dilaporkan ke WHO adalah 148 kasus dengan 8 kematian.Kondisi tersebut memerlukan
kewaspadaan dan kesiapan yang tinggi dari semua negara di dunia termasuk Indonesia dalam
menghadapi penyebaran virus Swine Influenza H1N1 tersebut.

UPAYA PENCEGAHAN

1. Tidak menyentuh unggas yang sakit atau mati. Jika terlanjur, segera bersihkan tubuh dengan
sabun. Langsung laporkan kejadian tersebut pada RT/RW atau Kepala Desa,

2. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung, dan Vaksinasi pada unggas yang sehat.

3. Menggunakan air dan sabun untuk mencuci tangan dan peralatan masak. Masak unggas dan
telur unggas hingga matang,

4. Memisahkan unggas dari manusia. Pisahkan unggas baru dari unggas lama selama 3 minggu,

5. Memeriksakan diri ke Puskesmas atau rumah sakit (terutama rumah sakit rujukan pemerintah)
jika mengalami gejala flu dan demam, terutama setelah berdekatan dengan ungags

6. Usahakan kebersihan kandang dan semprotkan bahan desinfektan (anti hama)

7. Mencuci tangan dengan sabun setelah kontak langsung dengan unggas atau produk unggas.

8. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup

Pengawasan

Seseorang yang terkena flu harus istirahat dan tidur yang cukup dan banyak minum. Obat
demam dan sirup obat batuk berguna untuk meringankan gejala. Apabila tidak ada infeksi
karena bakteri, obat antibiotika jangan dipakai. Pasien juga perlu menjaga kebersihan diri dan
sering cuci tangan untuk menghindari penyebaran virus dari tangan yang kena virus sewaktu
menyentuh hidung atau mulut. Aspirin tidak boleh digunakan untuk anak-anak, karena dapat
mengakibatkan sindrom Reye. Penderita yang memiliki kekebalan melawan penyakit yank
rendah atau apabila terjadi tanda-tanda memburuknya kondisi badan, perlu segara meminta
nasehat dokter.Flu burung H5N1 pada umumnya lebih menyengsarakan daripada flu biasa,
dan seringkali memerlukan perawatan di rumah sakit. Penderita harus berkonsultasi ke dokter
sesegara mungkin. Berberapa obat anti virus mungkin efektif untuk pengobatan penyakit itu.
Obat-obatan harus digunakan secara hati-hati sesuai instruksi dokter, karena obat-obatan itu
kemungkinan dapat mendatangkan akibat sampingan yang kurang baik. Perlindungan terbaik
terhadap influenza dan flu burung adalah dengan membangun ketahanan tubuh yang baik.
Hal ini bisa diperoleh melalui pola makan seimbang, olahraga teratur, istirahat yang cukup,
pengurangan ketegangan dan tidak merokok. Apabila anda memiliki gejala-gejala flu, lebih
baik menghindari tempat-tempat umum yang ramai yang memiliki sirkulasi udara
buruk.Kotoran-kotoran burung dan unggas hidup yang terinfeksi dapat membawa virus flu
burung. Orang harus menghindari untuk menyentuh burung dan unggas serta kotorannya.
Apabila anda telah memegang burung dan u ggas hidup. segara cuci tangan dengan sabun
cair dan air dengan benar. Apabila anda memeliharan burung di rumah, hindari memegang
burung itu dan mencuci tangan dengan benar memakai sabun cair setiap kali sehabis
memegangnya atau setelah membersihkan kotorannya. Sekolah-sekolah dan tempat-tempat
penitipan anak harus mengambil tindakan-tindakan untuk menghindari anak-anak untuk
menyantuh unggas hidup. Unggas dan telur harus dimasak dengan benar sebelum dimakan.
Apabila melakukan perjalanan keluar negri, hindari memegang burung dan unggas hidup.
Apabila mengalami gejala flu setelah kembali dari daerah berjangkitnya flu burung, harus
segera berkonsultasi ke dokter. Beritahu dokter riwayat perjalanan anda. Pakailah masker
untuk menghindari penyebaran penyakit itu.

Perhatikan selalu kebersihan diri dan lingkungan dengan baik setiap saat. Pelihara kebersihan
tangan dengan sering mencuci tangan memakai sabun cair, terutama sebelum makan,
memegang hidung, mulut dan mata. Tutup mulut dan hidung anda dengan kertas batuk atau
bersin. Buang kertas tisu kotor ke dalam tempat sampah yang memiliki tutup, lalu cuci tangan
dengan benar.

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

1. Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.

2. Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtipe H5N1.

3. Tingkat kematian flu burung tinggi (CFR 76%) . Membandingkan CFR, Indonesia pun duduk
di peringkat teratas dengan Angka Kematian Kasus mencapai 78,72% sementara Vietnam
hanya 45,16%. Diakui pakar dunia bahwa strain virus Flu Burung di Indonesia memang lebih
membahayakan daripada strain virus Vietnam.

4. Gejala pada unggas: Jengger berwarna biru, Borok di kaki, dan Kematian mendadak

5. Gejala pada manusia yaitu: Demam (suhu badan diatas 38 °C), Batuk dan nyeri tenggorokan,
Radang saluran pernapasan atas, Pneumonia, Infeksi mata, dan Nyeri otot

6. Untuk pencegahan, Pada Unggas dilakukan: Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu
burung, dan Vaksinasi pada unggas yang sehat; Pada Manusia : Mencuci tangan dengan
desinfektan dan mandi sehabis bekerja, Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas
yang terinfeksi flu burung, Menggunakan alat pelindung diri. (contoh: masker dan pakaian
kerja), Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja, Membersihkan kotoran unggas setiap
hari, Imunisasi, Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat
cukup, dan Mengolah unggas dengan cara yang benar.

B. Saran

Perlu adanya penyuluhan/promosi kesehatan dari tenaga kesehatan kepada masyarakat


tentang penyakit flu burung agar masyarakat tidak panik dan takut untuk mengkonsumsi
produk unggas namun harus tetap waspada.

http://kumpulankuliahbidan.blogspot.com/2010/03/makalah-epidemiologi-penyakit-flu_30.html

Anda mungkin juga menyukai