Disusun Oleh :
EDI SUPRAPTO
I KETUT BASTIAN AW
EKO HERI KURNIAWAN
RAHMAD HIDAYAT 2020206203422P
AHMAD SYAIFUDIN
LENI BENDIWATI
ANDRI KURNIAWAN
1
A. Definisi
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan
ditularkan oleh unggas.Flu burung (bahas Inggris: avian influenza) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti
burung dan mamalia (Rahmat Ilham, 2010).
B. Etiologi
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza
termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah
bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus
influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua
huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak
jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1,
H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9.
Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah
dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari
pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada 00 C. Virus akan mati
padapemanasan 600 C selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam dan dengan
detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.
C. Manifestasi Klinis
Gejala pada unggas yang sakit cukup bervariasi, mulai dari gejala ringan
(nyaris tanpa gejala), sampai sangat berat. Hal ini tergantung dari keganasan
virus, lingkungan, dan keadaan unggas sendiri. Gejala yang timbul seperti
jengger berwarna biru, kepala bengkak, sekitar mata bengkak, demam, diare,
dan tidak mau makan. Dapat terjadi gangguan pernafasan berupa batuk dan
bersin. Gejala awal dapat berupa gangguan reproduksi berupa penurunan
produksi telur. Gangguan sistem saraf dalam bentuk depresi. Pada beberapa
kasus, unggas mati tanpa gejala. Kematian dapat terjadi 24 jam setelah timbul
gejala. Pada kalkun, kematian dapat terjadi dalam 2 sampai 3 hari.
Gejala flu burung pada dasarnya adalah sama dengan flu biasa lainnya,
hanya cenderung lebih sering dan cepat menjadi parah. Masa inkubasi antara
mulai tertular dan timbul gejala adalah sekitar 3 hari; sementara itu masa
infeksius pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari sesudah gejala
2
timbul pada anak dapat sampai 21 hari.
Gejalanya suhu > 38oC, demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala,
nyeri otot dan sendi, sampai infeksi selaput mata ( conjunctivitis ). Bila
keadaan memburuk, dapat terjadi severe respiratory distress yang ditandai
dengan sesak nafas hebat, rendahnya kadar oksigen darah serta meningkatnya
kadar CO.
D. Patofisiologi
Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung dengan
ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran
pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini
melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk.
Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut
WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari
manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan
juga belum terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi.
Satu-satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia
ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur
dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas.
Penularan pada manusia karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh
unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut
binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan ( termasuk melalui pakan
ternak ). Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para
peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual
beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain. Secara umum, ada 3
kemungkinan mekanisme penularan dari unggas ke manusia.Dalam hal
penularan dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan bahwa penularan pada
dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih hidup dan menular. Unggas yang
telah dimasak, digoreng dan lain-lain, tidak menularkan flu burung ke orang
yang memakannya. Virus flu burung akan mati dengan pemanasan 80°C selama
1 menit.
Masa Inkubasi
3
- Pada Unggas : 1 minggu
- Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari
sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .
Penularan
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia,
melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui
udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekret
burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia
juga dapat terjadi jika terjadi kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu
burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah
produk unggas lainnya.
Penyebaran
Mekanisme penyerangan virus flu burung pada unggas dan ruminansia
hampir sama. Virus memiliki inti virus yang di dalamnya mengandung asam inti
yang dapat memproduksi protein. Dalam istilah ilmu penyakit, asam inti yang
dimiliki oleh virus mempunyai variasi jenis virus. Semakin banyak protein yang
dihasilkan berarti semakin banyak pula variasi jenis
virusnya. Virus pertama kali akan menyerang selaput lendir dengan menempel
menggunakan rambut-rambut tajam yang terdapat pada dinding luar
(envelope).Pada saat menempel, virus merusak dinding pelindung selaput lendir
dan memasukkan asam inti virus. Asam inti virus yang dimasukkan ini akan
merubah susunan protein yang dibentuk selaput lendir sehingga terjadi
perubahan struktur protein. Protein selaput lendir yang telah terkontaminasi
inilah yang kemudian disebarkan keseluruh jaringan dan organ melalui darah.
Bersamaan dengan dimulainya peredaran protein ke seluruh tubuh maka saat itu
juga virus mulai menyebar.
Pencegahan
1. Pencegahn primer
Melakukan promkes dan upaya perlindungan diri melalui sanitasi yang
baik seperti membuat jarak antara rumah dengan kandang ternak,
mengolah produk unggas dengan benar, mengisolasi unggas yang mati
atau sakit secara mendadak, tidak kontak langsung dengan unggas, serta
PHBS.
2. Pencegahan sekunder
Skrining, pengobatan dan perawatan
3. Pencegahan tersier
Terapi dan rehabilitasi bagi penderita
E. Pemeriksaan Penunjang
4
a. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan
untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit),
spesimen serum, aspirasi nasofaringeal.
Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
• Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5.
• Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
• Uji Serologi :
1. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen
konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan
gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
2. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang
diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji
serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot
spesifik H5 positif.
3. Uji penapisan
• Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.
• ELISA untuk mendeteksi H5N1.
2. Pemeriksaan Hematologi
4. Pemeriksaan Radiologik
5
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan,
dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada
mayat (necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan
PCR.
F. Komplikasi
b. Encephalitis ( bulbar )
6
Terjadi jika mengalami gagal nafas akut
7
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kulit : Tidak terjadi infeksi pada sistem integumen
b. Mata : orang yang terkena flu burung sklera merah, adanya
nyeri tekan, infeksi selaput mata.
c. Mulut dan Lidah : Lidah kotor, mulutnya kurang bersih, mukosa
bibir kering.
d. Pemeriksaaan penunjang :
pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan
diagnosa yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang
tepat pula, pemeriksaan yang perlu dilakukan pada orang yang
mengalami flu burung, yaitu pemeriksaan laboratorium dilakukan
dengan pemeriksaaan darah.
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
8
1. Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, b.d peningkatan produksi sekret,
sekresi tertahan, tebal, sekresi kental akibat influenza.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 1x24 jam jalan napas kemabali
efektif kriteria hasil :
d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat
tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distres
berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan
tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu menurunkan
kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
9
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(obstruksi jalan napas oleh sekresi).
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam pertukaran gas kembali
normal Kriteria hasil :
a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA
dalam rentang normal (PCO2 : 35-45 mmHG, PO2 : 80-100 mmHG) dan
tak ada gejala distres pernapasan
b. Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi
Intervensi:
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori,
napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau
kronisnya proses penyakit.
b.Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah
untuk bernapas.
Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi
individu.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
c. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat
sekitar bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral
mengindikasikan beratnya hipoksemia.
d. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak
efektif.
e. Palpasi fremitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara
terjebak.
f. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA
memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang
berhubungan dengan hipoksemia.
g. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi
aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut.
Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai
toleransi individu.
Rasional : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak
mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat
diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun,
10
program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa
menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.
Intervensi:
a. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan.
Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Rasional : Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea,
produksi sputum, dan obat.
b. Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas
gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
c. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali
pakai dan tisu.
Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap
napsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan
kesulitan napas.
d. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan
makan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan
memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
e. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Rasional : Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas
abdomen dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
f. Hindari makanan yang sangat pedas atau sangat dingin.
Rasional : Suhu ekstrim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
g. Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat
badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Catatan: Penurunan berat
badan dapat berlanjut, meskip un masukan adekuat sesuai teratasinya edema.
11
12