Anda di halaman 1dari 149

KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. D DENGAN DEMAM


HEMORHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG RAWAT INAP ANAK RSUD Dr.
ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2019

OLEH :

TIKA GENESHA PUTRI


NIM : 1614401030

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN PERINTIS PADANG TAHUN 2019

1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. D DENGAN DENGUE
HEMORHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG RAWAT INAP ANAK RSUD Dr.
ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2019

LAPORAN STUDI KASUS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma
III Keperawatan Di STIKes Perintis Padang

OLEH :

TIKA GENESHA PUTRI


NIM : 1614401030

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN PERINTIS PADANG TAHUN 2019

2
3
4
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN Karya Tulis Ilmiah,
Juli 2019

TIKA GENESHA PUTRI


1614401030

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.D DENGAN DENGUE


HEMORHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG RAWAT INAP ANAK RSUD DR.
ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2019

V BAB + 123 Halaman + 8 Tabel + 4 Lampiran

ABSTRAK

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabakan


oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Insiden
Dengue Hemorhagic Fever ( DHF ) di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
tahun 2017 sebanyak 17 orang, pada tahun 2018 terdapat kasus sebanyak 18
orang. Tujuan penulisan laporan ini adalah mampu melakukan Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Hasil
laporan kasus di temukan data pada An.D yaitu Ibu klien mengatakan demam
sejak 4 hari yang lalu, ibu mengatakan suhu tubuh turun naik, ibu klien
mengatakan klien minum kurang, ibu klien mengatakan klien buang air besar
tidak ada, klien mengatakan terasa pusing, letih, nafsu makan klien menurun. Ibu
klien mengatakan bingung dengan penyaakit anaknya, ibu mengatakan bingung
cara menaikan trombosit anaknya lagi, ibu klien mengatakan trombosit klien
menurun, klien mengatakan badan lemas. Hasil pengkajian tersebut didapatkan
masalah keperawatan pada An. D kekurangan volume cairan ( hipovolemia ),
defisit nutrisi, defisit pengetahuan, dan resiko perdarahan . Berdasarkan masalah
keprawatan maka disusunlah rencana dan melakukan tindakan keperawatan serta
evaluasi yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil. Dari empat Diagnosa diatas
dapat disimpulkan bahwa masalah klien teratasi, dan klien rencana pulang hari
Senin, 24 Juli 2019. Dengue Hemorhagic Fever ( DHF ) merupakan kejadian yang
sering terjadi di kalangan masyarakat Indonesia dimana jika tidak ditangi secara
tepat bisa mengancam kehidupan pasien. Oleh karena itu di sarankan kepada
instasi rumah sakit untuk melakukan Asuhan Keperawatan pasien Dengue
Hemorhagic Fever ( DHF ) secara tepat dan benar.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan Dengue Hemorhagic Fever ( DHF )

Daftar pustaka : 20 ( 2000 – 2018 )

5
High School of Health Science Perintis Padang
Diploma III Study of Nurshing Progran
Scientific Writing, July 2019

TIKA GENESHA PUTRI


1614401030

NURSING CARE IN AN.D WITH DENGUE HEMORHAGIC FEVER (DHF)


IN CHILDREN'S HOSPITAL ROOM, DR. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI IN 2019

V CHAPTER + 123 Pages + 8 Table + 4 Attachment

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused by the dengue


virus and transmitted by the bite of the aedes aegypti mosquito. The incidence of
dengue hemorrhagic fever (DHF) in Dr. Hospital Achmad Mochtar Bukittinggi in
2017 as many as 17 people, in 2018 there were 18 people. The purpose of this
report is to be able to carry out nursing care in patients with dengue hemorrhagic
fever (DHF). The results of the case report were found on An.D, namely the
client's mother said fever since 4 days ago, the mother said the body temperature
dropped, the client's mother said the client was drinking less, the client's mother
said there was no defecation client, the client said it felt dizzy, tired, the client's
appetite decreases. The client's mother said she was confused with her son's
illness, the mother said she was confused how to raise her child's platelets again,
the client's mother said the client's platelets decreased, the client said the body
was limp. The results of the study found an nursing problem in An. D lack of
fluid volume (hypovolemia), nutritional deficits, and knowledge deficits. Based
on the problem of care, a plan was prepared and carried out nursing actions as
well as evaluations that refer to the objectives and outcome criteria. From the four
diagnoses above, it can be concluded that the client problem is resolved, and the
client plans to go home on Monday, July 24, 2019. Dengue Hemorhagic Fever
(DHF) is an event that often occurs in Indonesian society where if it is not
matched properly it can threaten the lives of patients. Therefore, it is
recommended to the hospital staff to carry out nursing care for dengue
hemorrhagic fever patients (DHF) correctly and correctly.

Keywords : Nursing Care Dengue Hemorhagic Feve ( DHF )

Bibliograpy : 20 ( 2000 – 2018 )

6
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatulllahi Wabarakatu.

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun laporan

Studi Kasus ini dapat terselesaikan. Laporan Studi Kasus ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikkan Program Diploma (D III)

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang tahun 2019 dengan

judul “Asuhan Keperawatan Pada An. D Dengan Dengue Hemorhagic Fever

(DHF) Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

Sumatera Barat Tahun 2019”

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada-Nya junjungan Nabi

Muhammad Saw, semoga atas izin Allah SWT penulis dan teman-teman

seperjuangan semua mendapatkan syaafaatnyaa nanti. Amin Ya Rabbal Alamin.

Penyusun Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat dukungan,

dorongan, motivasi, bimbingan, nasehat, dan semangat dari orang terdekat dan

orang yang berada disekitar penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikannya.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada Yth.

Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Biomed Selaku pembimbing 1 dan Ibu Ns. Susi

Dewi Yanti, S.Kep selaku pembimbing klinik Ruang Rawat Inap Anak RSUD

7i
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Sumatera Barat yang telah banyak meluagkan

waktunya dengan penuh perhatian. Petunjuk dan bimbingan sehingga Karya Tulis

Ilmiah dapat terselesaikan.

Seterusnya ucapan terima kasih saya kepada :

1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M. Biomed selaku Ketua STIKes Perintis

Padang.

2. Ibu Ns. Endra Amalia, M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan

STIKes Perintis Padang.

3. Bapak Dr. Khairul Said, Sp.M selaku direktur RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi yang telah memberikan izin untuk melakukan studi kasus ini, beserta staf yang

telah memberi izin dalam pengambilan data yang penulis butuhkan.

4. Bapak Ns. FaleriSiska Yunere, M.Kep selaku Pembimbing Akademik yang

telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan bimbingan selama mengikuti pendidikan.

5. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Biomed, selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dalam pembuatan Laporan Studi Kasus ini.

6. Ibu Ns. Susi Dewi Yanti, S.Kep selaku Pembimbing Klinik yang telah

memberikan bimbingan dalam pembuatan Laporan Studi Kasus ini.

7. Khususnya kepada kedua orangtua ku tercinta serta seluruh keluarga atas

jerih payah, curahan kasih sayang, bantuan moral maupun material serta

Do’a yang tulus dan ikhlas bagi kesuksesan penulis.

8. Teman-teman mahasiswa-mahasiswi STIKes Perintis Padang Prodi D III

Keperawatan yang telah memberi masukan dan dukungan kepada penulis.

8
ii
Penulis menyadari bahwa Laporan Studi Kasus ini jauh dari

kesempurnaan, hal ini bukanlah suatu kesenjangan melainkan karena

keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis berharap

tanggapan dan kritikan serta saran yang bersifat membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan Laporan Studi Kasus ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar Laporan Studi Kasus ini

bermanfaat bagi kita semua, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan

hidayah kepada kita semua, Amin Ya Rabbal Alamin.

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wb.

Bukittinggi, 4 Juli 2019

Penulis

iii9
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN

HALAMAN PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR...................................................................................................vii

DAFTAR TABEL........................................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang.................................................................................................1

1. 2 Tujuan

1. 2. 1 Tujuan Umum...................................................................................4

1. 2. 2 Tujuan Khusus..................................................................................4

1.3 Manfaat

1. 3. 1 Bagi Penulis………………………………….………… 5

1. 3. 2 Bagi Institusi Pendidikan…………………….………… 5

1. 3. 3 Bagi institusi rumah sakit…………………….……….. 6

10iv
BAB II TINJAUAN TEORITIS

2. 1 Konsep Dasar

2. 1. 1 Konsep Dasar Kep. Anak..........................................................7

2.2 Tumbuh Kembang

2. 2. 1 Pengertian tumbuh kembang………………….....…….. 12

2. 2. 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh Kembang.......13

2. 2. 3 Ciri proses tumbuh kembang......................................................16

2. 2. 4 Tahap-tahap Tumbuh Kembang…………………….17

2.3 Konsep Dasar

2. 1. 1 Pengertian...........................................................................................18

2. 1. 2 Anatomi Fisiologi............................................................................19

2. 1. 3 Etiologi................................................................................................27

2. 1. 4 Manifestasi Klinis............................................................................28

2. 1. 5 Klasifikasi………………………………………………. 30

2. 1. 6 Patofisiologi.......................................................................................30

2. 1. 7 Pemeriksaan Penunjang.................................................................33

2. 1. 8 Penatalaksanaan

a. Keperawatan.................................................................................33

b. Medis..............................................................................................36

2.1.9 Komplikasi.........................................................................................38

2.4 Asuhan Keperawatan Teoritis

2. 3. 1 Pengkajian........................................................................................38

2. 3. 2 Diagnosa Keperawatan.................................................................44

2. 3. 3 Intervensi..........................................................................................45

11v
2. 3. 4 Implementasi..................................................................... 57

2. 3. 5 Evaluasi............................................................................. 57

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian.................................................................................... 58

3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................ 72

3.3 Intervensi..................................................................................... 73

3.4 Implementasi............................................................................... 78

3.5 Evaluasi ........................................................................................ 78

BAB IV PEMBAHASAN

4. 1 Pengkajian..................................................................................... 103

4. 2 Diagnosa........................................................................................ 108

4. 3 Intervensi....................................................................................... 111

4. 4 Implementasi................................................................................. 114

4. 5 Evaluasi ......................................................................................... 117

BAB V PENUTUP

5. 1 Kesimpulan................................................................................... 120

5. 2 Saran.............................................................................................. 122

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi12
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 anatomi pembuluh darah...................................................................................8

Gambar 2.2 anatomi darah.....................................................................................................10

vii
13
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan........................................................................................40

Tabel 3.1 Laboratorium 1........................................................................................................68

Tabel 3.2 Laboratorium 2........................................................................................................69

Tabel 3.3 Laboratorium 3........................................................................................................69

Tabel 3.4 Laboratorium 4........................................................................................................70

Tabel 3.5 Analisa Data............................................................................................................72

Tabel 3.6 Intervensi...................................................................................................................75

Tabel 3.7 Implementasi...........................................................................................................79

14viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Konsultasi Bimbingan

Lampiran 3 Lemnbar Konsul Revisi

Lampiran Daftar Hadir Ujian Pengamatan Kasus

15ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak fundamental setiap individu yang ditanyakan secara global dlm

konstitusi WHO merupakan kesehatan, pada decate terakhir telah disepakati

komitmen global Millenium Development Goals ( MDGs ) yang penyatakan

pembangunan kesehatan adalah pangkal kecerdasan, produktivitas dan

kesejahteraan manusia serta Kementrian Kesehatan telah menetapkan visi “

Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan “ ( Kemenkes, 2011 )

Mufidah (2012), berdasarkan data World Health Organization (WHO),

diperkirakan 500.000 pasien DBD membutuhkan perawatan di rmah skit

dalam setiap tahunnya dan sebagian besar penderitanya adalah anak-anak.

Ironisnya, sekitar 2,5% diantara pasien anak tersebut diperkirakan meninggal

dunia. Penyebaran penyakit DBD semakin besar ketika musim hujan atau

pancaroba tiba. Hampir bisa dipastikan terjadi peningkatan jumlah

masyarakat yang terjangkit DBD (Mufidah, 2012). Menurut data Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2008 jumlah Incident Rate (IR)

59,02 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,86%.

Sedangkan di tahun 2009 jumlah Incident Rate (IR) 68,22 per 100.000

penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,89%. Dan pada tahun 2010

jumlah Incident Rate (IR) 65,70 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality

Rate (CFR) 0,87% (Kemenkes RI, 2011).

1
Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya kasus Dengue Hemorhagic

Fever, karena tempat hidup nyamuk hamper seluruhnya adalah buatan

manusia mulai dari kaleng bekas, ban bekas hingga bak mandi. Karena itu,

10 kota dengan tingkat DBD paling tinggi seluruhnya merupakan ibukota

provinsi yang padat penduduknya. Data kementrian kesehatan ( Kemenkes )

Republik Indonesia mencatat jumlah kasus Dengan Berdarah Dengue (DBD)

pada tahun 2009 mencapai sekitar 150 ribu. Angka ini cendrung stabil pada

tahun 2010, sehingga kasus Demam Berdarah Dengue di Indonesia belum

bisa dikatakan berkurang. Demikian juga dengan tingkat kematiannya, tidak

banyak berubah dari 0,89%. Pada tahun 2009 menjadi 0,87% pada tahun

2010. Berarti ada sekitar 1.420 korban tewas akibat Demam Berdarah

Dengue pada 2009 dan sekitar 1.317 korban tewas pada tahun 2010.

( pramudiarja, 2011 )

Dinas Kesehatan Sumatra Barat melaporkan bahwa kota Padang merupaka

kota tertinggi angka kejadian demam berdarah dengue di Sumatra Barat,

dilaporkan pada tahun 2014 angka kejadian DBD yaitu 666 kasus dan

meningkat pada tahun 2015 yaitu 830 kasus DBD (Dinkes Sumbar, 2016)

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang penduduk Kota Padang

tahun 2016 dengan jumlah penduduk 1.001.396 jiwa, ditemukan penderita

Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 930 kasus pada tahun 2016. Dari

11 kecamatan dikota padang ditemukan daerah tertinggi kejadian demam

berdarah dengue (DBD) adalah kecamatan Kuranji dengan 168 ditahun 2015

dan 201 di tahun 2016 kasus dan kejadian terendah adalah kecamatan Bungus

dengan 11 kasus ditahun 2015 dan 20 kasus ditahun 2016 (Dinas Kesehatan

2
Kota Padang, 2016). Jika ditinjau dari data ke- 3 puskesmas yang ada di

kecamatan Kuranji puskesmas belimbing mengalami angka kejadian tertinggi

penyakit DBD yaitu tahun 2016 sebanyak 104 kasus, dimana tahun

sebelumnya 2015 yaitu 59 kasus, meningkat ditahun 2016. Dan puskesmas

terendah terdapat di puskesmas Bungus Selatan tahun 2016 yaitu 20 kasus,

dimana sebelumnya tahun 2015 yaitu 42 kasus, tahun 2015 adalah angka

tertinggi kejadian DBD di puskesmas bungus, kecamatan Bungus.

Komplikasi dari DHF adalah ensafalopatif, perdarahan intracranial,

pneumonia, syok, perdarahan otak,hidrasi berlebihan, hernia batang otak, dan

sepsis.

Berdasarkan dari data yang didapatkan dari pengkajian di ruanngan Inap

Anak RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2017 jumlah kasus Dengue

Hemorhagic Fever ( DHF ) sebanyak 17 kasus, pada tahun 2018 terdapat

kasus sebanyak 18 kasus dan pada tahun 2019 dari januari sampai april

terdapat kasus sebanyak 8 kasus.

Peran perawat terhadap penyakit DHF salah satunya adalah pemberi

informasi kepada penderita penyakit DHF, untuk menghindari kemungkinan

efek yang lebih lanjut. Banyak sekali efek buruk yang terjadi pada penyakit

DHF, oleh karena itu penting sekali perawat dalam memberikan informasi

tentang DHF. Selain itu peran perawat adalah sebagai advokat pasien

memberikan pelayanan sesuai standar yang harus di berikan kepada pasien.

Dan juga sebagai sebagai fasilitator, peran ini dilakukan karena perawat

bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi

dan lain-lain berupaya mengidentifikasi pelayanan

3
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam

penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

Berdasarkan latarbelakang yang telah penulis paparkan diatas dan mengingat

pentingnya pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk dan penyakit

DHF, sehingga penulis tertarik membuat karya tulis ilmiah dengan judul “

Asuhan Keperawatan Pada An. D dengan DHF (Dengeu HaemorrhagicFever)

di ruang Inap Anak RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 20019 ”

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) yang dirawat di ruang Anak RSUD

Dr Achmad Mochtar .

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mampu menyusun konsep dasar Dengue Hemorhagic Fever ( DHF )

b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan terhadap asuhan

keperawatan pada anak yang mengalami Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) .

c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap asuhan

keperawatan pada anak yang mengalami Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) .

4
d. Mampu menyusun intervensi keperawatan terhadap asuhan

keperawatan pada anak mengalami Dengue Hemorrhagic Fever

(DHF) .

e. Mampu melakukan implementasi keperawatan terhadap asuhan

keperawatan pada anak yang mengalami Dengue Hemorrhagic

Fever (DHF)

f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan terhadap asuhan

keperawatan pada anak yang mengalami Dengue Hemorrhagic

( DHF ) .

g. Mampu melakukan pendokumentasian keperawatan terhadap

asuhan keperawatan pada anak yang mengalami Dengue

Hemorhagic Fever (DHF).

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi Penulis

Dengan membuat Karya Tulis Ilmiah atau Laporan studi Kasus dapat

menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan

keperawatan pada anak DHF. Dan sebagai bekal ilmu bagi penulis

untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat terkait

dengan DHF.

1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada institusi

pendidikan, khususnya tentang laporan studi kasus dalam memberikan

asuhan keperawatan pada anak dengan DHF dan masalh – masalah

yang muncul muncul pada penyakit DHF.


5
1.3.3 Bagi Institusi Rumah Sakit

Laporan Studi Kasus dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan

asuhan Keperawatan terutama pada pasien Dengue Hemorhagic Fever

( DHF ) dan sebagai masukan dalam upaya promotif, preventif dan

Kuratif dalam penanganan pasien Dengue Hemorhagic Fever ( DHF ).

6
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2. 1 Konsep Dasar

2. 1. 1 Konsep Dasar Keprawatan Anak a. Atraumatic Care

1) Pengertian Atraumatic Care

Menurut Supartini (2004), dalam Debbi (2013), Atraumatic

care merupakan perawatan terapeutik yang diberikan oleh

tenaga kesehatan dalam bentuk tatan pelayanan kesehatan

anak melalui penggunaan tindakan yg dapat mengurangi

distress fisik maupun psikologis yg dialami ank maupun

orang tua.

Perawatan terapeutik pencegahan dapat dilakukan melalui

tindakan, penerapan diagnostik, pengobatan dan baik

perwatan pada kasus akut maupun kronis dengan mencakup

intervensi pendekatan psikologis (Supartini, 2004, dalam

Debbi, 2013).

2) Prinsip Atraumatic Care

Menurut Hidayat (2005) dalam Debbi (2013), ada beberapa

prinsip atraumatic care perawatan yang harus dimiliki oleh

perawat anak, yaitu:

a) Mencegah atau menurunkan dmpak perpisahan dari

keluarga

7
Perpisahan dari keluarga berdampak pada anak akan

mengalami gangguan psikologis seperti kurangnya

kasih sayang, ketakutan, kecemasan, gngguan ini akan

menghambat proses penymbuhan anak dan dpat

mengganggu prtumbuhan dan prkembangan anak.

b) Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol

perawatan pada anak

Perasaan kehilangan kontrol dapat dicegah dengan

menghindari pembatasan fisik jika anak kooperatif

terhadap petugas kesehatan.

c) Mengurangi atau mencegah cedera (injury) dan nyeri

(dampak psikologis)

Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak dapat

dihilangkan namun dapat dikurangi melalui teknik

farmakologi (seperti prinsip penggunaan obat enam

benar) dan teknik nonfarmakologi (seperti

mempersiapkan psikologi orang tua dan anak.

d) Tidak melakukan kekerasan pada anak

Kekrasan pda anak akn menimbulkan gangguann

psikologis yang sangat berarti dlm kehidpan anak. Pada

saat anak dalam proses tumbuh kembang apabila itu

terjadi maka kemungkinan pencapaian kematangan akan

terhambat, dngan demikian tindkan kekerasan pda

8
anak sangat tidak dianjurkan karna akan memperberat

kondsi anak.

e) Modifikasi lingkungan fisik

Modifikasi ruang perawatan anak dapat dilakukan

dengan cara membuat situasi ruang anak yang

bernuansa anak, seperti menempelkan gambar tokoh

kartun, dinding ruangan berwarna cerah, dan terdapat

hiasan mainan anak.

b. Family Center Care (FCC)

1) Pengertian Family Center Care (FCC)

Family Center Care (FCC) didefinisikan oleh Association

for the Care of Chidren’s Health (ACCH) sebagai filosofi

dimana pemberi perawatan meningkat dan peran penting

dari keluarga melibatkan dukungan keluarga akan

membangun kekuatan, membantu umtuk membuat suatu

pilihan yang trbaik, dan mningkatkan pola normal yang ada

dlam kesehariannya selama anak sakit dan menjalani

penymbuhan.

Family Center Care didefinisikan menurut Hanson dalam

Yetti, dkk (2018) sebagai pendkatan inovatif dalam

merncanakan, melakukan dan mengevaluasi tindakan

keperawatan yng diberikan berdasarkan pda manfaat

hubungan antara perawat dan keluarga yaitu orang tua.

9
2) Tujuan Family Center Care

Tujuan penerapan konsep Family Center Care dalam

perawatan anak, menurut Brunner and suddarth (1986)

dalam Yetti, dkk (2018) adalah mmberikan kesemptan bagi

orang tua umtuk merawat anak mereka selama proses

hospitalisasi dngan pengawasan dri perawat sesuai dngan

aturan yng berlaku.

Selain itu Family Center Care juga bertujuan umtuk

meminimalkan trauma selama perwatan anak dirumah sakit

dan meningkatkn kemandirian sehngga peningkatan

kualitas hdup dpat tercapai.

3) Elemen Family Center Care

Menurut Shelton (1987) dalam Yetti, dkk (2018) terdapat

beberapa elemen Family Center Care, yaitu:

perawat menyadari bahwa keluarga adalah bagian yang

konstan dalam kehidupan anak, memfasilitai kerjasama

antara keluarga dan perawat disemua tingkat pelayanan

kesehatan, mengakui kekuatan keluarga dan individualitas,

memberikan informasi yng lengkap dan jelas kepada orng

tua dan secara berkelanjutan dngan dukungan penuh,

menghormati keanekargaman ras, etnis bdaya dan sosial

ekonomi dalam keluarga, mendorong dan memfasilitasi

keluarga untuk saling mendukung, memahami dan

menggabungkan kebutuhan dalam setiap perkembangan

10
bayi, anak-anak, remaja dan keluarga kedalam sistem

perawatan kesehatan, menrapkan kebjakan yng

komprehensif dan program yng membrikan dukungan

emosional dan keuangan umtuk memenuhi kehidupan

keluarga, dan merncang sistem perwatan kesehatan yng

fleksibel.

4) Prinsip Family Center Care

a) Kehormatan dan Martabat

Praktisi keperawatan menghormati dan mendengarkan

pandangan dan pilihan pasien. Pngetahuan, nlai,

kepercayaan, dan latar belkang budaya pasien dan

keluarga bergabung dlam rencana dan intervensi

keprawatan.

b) Berbagi informasi

Praktisi keprawatan berkomunikasi dan memberikan

informasi yng berguna bgi pasien dan kluarga dngan

benar dan tdak memihak kepda keluarga dan pasien.

c) Partisipasi

Keluarga dan pasien termotivasi dalm perwatan dan

pngambilan keputusan sesuai dngan kesepakatan yng

tlah mereka buat.

d) Kolaborasi

Keluarga dan pasien jga termasuk kedalam kmponen

dasar kolaborasi. Perwat berklaborasi dngan keluarga

11
dan pasien dlam pengambilan kebijakaan dan

pengembangan program, implementasi, dan evaluasi,

desain fsilitas keshatan dan pndidikan profesional

tertama dalm pemberian kperawatan (Potter & Oerry,

2007 dalam Yetti, dkk, 2018).

2.2 Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Anak umur 13-18

tahun

2. 2. 1 Pengertiann Pertmbuhan dan Perkmbangan

a. Prtumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif,

yaitu brtambahnya jmlah, ukurann, dimensi, pada tngkat sel, organn, maupunn indiividu.

Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur organ-

organ tubuh dan otak. Sebagai contoh, hsil dri pertumbuhann otak adalah anak mempnyai

kpasitas lbih besaar umtuk plajar mengingat, dan memprgunakan akalnya. Jadi anak tmbuh

baik scara fisik maupunn mental. Pertmbuhan fsik dpat dinilai dngan ukurann berat (gram,

pound, kilogram), ukran panjang(cm, m) umr tlang, dan tnda-tnda seks skunder (Soetjingsih,

2013). Menurut Karl E. Garrison (Samsusbahri, 2013) Prtumbuhan adalah prubahan indiividu

dlam bntuk ukran bdan, prubahan otot, tlang, kulit, raambut dan kelenjar.

b. Perkembangan (development) adalah prubahan secra berangsur-

angsur dan brtambah sempurnanyaa fngsi alat tubuh, mningkat dan meluasnyaa kpasitas

sseorang mlalui prtumbuhan, kematangann atau kedewasaann (maturation), dan pmbelajaran

(learning).

12
Perkembangan manusiaberjalan scara progresiff, sistmatis dan

berksinambungan dngan prkembangan di waktu yang lalu.

Perkembangan terjadi perubahan dalambentuk dan fngsi

kematanganorgan mlai dri aspekfisik, intlektual dan emsional.

Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah dengan

bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan itelektual

ditnjukkan dengn kemampuan scara simbolmaupun abstrk seprti

brbicara, brmain dan brhitung. Prkembangan emsional dapt dilihatt

dari perilaku sosial lingkungan anak (Depkes, 2007 dalam Tari,

2018).

2. 2. 2 Faktor-fktor yng mempngaruhi tmbuh kmbang

Setiapmanusia mengalamii pertumbuhann dan prkembangan yng

brbeda-bda antarasatu dngan mnusia lainnya, bsa dngan cpat bahkann

lmbat trgantung pda individudan lngkungannya. Proses trsebut

dipengruhi olehbeberapa fktor-faktordi antaranya: a. Faktor

Heriditeratau Gnetik

Fktor hriditer pertumbuhann adalahsuatu prses almiah yng trjadi

pda idividu yaitu scara brtahap, brat dantinggi ank smakin

brtambah dansecara simultann mngalami pningkatan umtuk

brfungsi baiksecara kgnitif, pskososial maupunn spritual

(Supartini, 2010 dalam Tari 2018).

b. Faktor Lingkungan/ eksternal

Lngkungan mrupakan faktr yng mempngaruhi individuu stiap hri

mlai lhir smpai akhirhayatnya, dan sngat mmpengaruhi tercapainya

13
atau tidk ptensi yng sdah adaa dalm dri mnusia trsebut ssuai dngan

gnetiknya. Fktor lngkungan inisecara gris bsar dibagi menjadi 2

yaitu:

1) Lngkungan Prnatal (faktorlingkungan ktika msih dalam

kandungan)

Faktorpranatal yng brpengaruh atara lainn gzi ibupada wktu

hmil, fktor mkanis, tksin atau zat kmia, endkrin, rdiasi, infksi,

stress, imnitas, dananoksia embrio.

2) Lingkungan Postnatal (lingkungan setelah melahirkan) Lngkungan

pstnatal dpat dgolongkan mnjadi:

a. Lingkunganbiologis, mliputi ras, jnis klamin, gzi, prawatan

ksehatan, pnyakit konis, dan fngsi mtabolisme.

b. Lingkunganfisik, mliputi snitasi,cuaca, keadan rmah, dan

rdiasi.

c. Lingkungan psikkososial, mliputi stimlasi, mtivasi beljar, tman

sbaya, strss, seklah, cintaa ksih, dan iteraksi ank dngan orng tuaa.

d. Lingkungan kluarga dan dat istiadt, mliputi oekerjaan atu

pndapatan kluarga, pndidikan orng ua, stbilitas rmah tngga, dan kepribadian orang tua.

3) Fktor tatus Ssial Eknomi

Sttus ssial eknomi dpat brpengaruh pda tmbuh kmbang nak.

Anak yng lhir dan dbesarkan dlam lngkungan sttus ssial yng

tnggi cnderung lbih dpat trcukupi kebtuhan giznya

14
dbandingkan dngan ana yng ahir dan dibsarkan dlam sttus

eknomi yng endah.

4) Faktor Nutrisi

Ntrisi adlah slah stu omponen pnting dlam mnunjang

klangsungan prses tmbuh kmbang. Selama msa tumbh kembng,

nak sngat mmbutuhkan zat gzi sperti protei, krbohidrat, lmak,

mneral, vtamin, danair. Apbila kbutuhan trsebut tdak dipenuhi

mka prosestumbuh kmbang selnjutnya dpat terhmbat.

5) Faktor Kesehatan

Sttus ksehatan dpat brpengaruh pada pncapaian tmbuh kembng.

Padaanak dngan kndisi tbuh yng shat, prcepatan umtuk tmbuh

kmbang sngat mdah. amun sbaliknya, pabila kndisi sttus

ksehatan krang bik akn trjadi prlambatan (Supartini, 2010

dalamm Tari, 2018).

2. 2. 3 CiriProses Tmbuh Kmbang

Menurut Soetjiningsih (2013), tmbuh kembng anak dimlai dri msa

knsepsi smpai dewsa mmiliki ciri-ciri trsendiri yaitu:

a. Tumbuh kmbang dalah prses yng kntinyu sjak knsepsi smpai

mturitas (dwasa) yng dipengruhi olehfaktor bwaan dan lngkungan.

b. Dalm priode trtentu trdapat prcepatan dan perlambtan dlam prses

tmbuh kmbang paada stiap organn tbuh brbeda.

c. Pla perkembngan ank adalahh sma, ttapi kcepatannya brbeda antara

anak satu dngan yng lainnya.

15
d. Aktivitas sluruh tbuh dganti dngan rspon tbuh yng khass

olehsetiap organ.

Scara gris bsar mnurut Markum (1994) dalam Tari (2028) tmbuh

kmbang dbagi mnjadi 3 yaitu:

1) Tumbuh kembang fisis

Tmbuh kmbang fisiss mliputi prubahan dlam kuran bsar dan

fngsi rganisme atau indvidu. Perubahan ni brvariasi dri fngsi

tngkat mlekuler yng sderhana sperti atifitas ezim trhadap

difrensi sell, smpai kpada prses mtabolisme yng kmpleks dan

prubahan bntuk fisk di msa pbertas.

2) Tumbuh kembang intelektual

Tmbuh kmbang intelektualberkaitan dngan kpandaian

brkomunikasi dankemampuan mnangani mteri yng brsifat

bstrak dan smbolik sperti brmain, brbicara, brhitung, atau

mmbaca.

3) Tumbuh kembang emosional

Prosess tmbuh kembng mosional brgantung pda kmampuan

byi umtuk mmbentuk iktan btin, kmampuan umtuk

bercintakasih.

Prinsip tumbuh kembang menurut Potter & Perry (2015) yaitu

perkembngan mrupakan hal yng tratur dan mngikuti rah

rankaian tertent. Perkembangann dalah suatuu yng trarah dan

brlangsung trus mnerus, dlam pla sbagai brikut

Cephalocaudalyaitu prtumbuhan brlangsung trus dri kpala

16
kearah bwah bgian tbuh, Prximodistal yaituu perkembangann

brlangsung trus dri daerahh psat (proksimall) tubuhke arah

luar tubuh (distal), Differentation yaituperkembangan

brlangsung trus dri yng mdah kearah yng lbih kmpleks.

Perkembangan mrupakan halyang kmpleks, dpat diprediksi,

trjadi dngan pla yng knsisten dankronologis.

2. 2. 4 Tahap-Tahap Tumbuh Kembang

Thap-thap tumbuhkembang pda mnusia dalah sbagai berikut:

a. Thap tumbuhkembang usia0-6 tahun, trbagi atas :

 MasaPranatal mlai msa mbrio (mulaikonsepsi-8minggu), msa

ftus (9minggu smpai lhir),

 MasaPascanatal mlai dri masaneonatus (0-28 hari), msa bayii

(29hari-1 tahun), msa anak (1-2 tahun), dan masaprasekolah (3-6 tahun).

b. Tahap tumbuhkembang sia 6tahun keatas, trdiri atas:

 MasaSekolah (6-12 tahun)

 MasaRemaja (12-18 tahun)

Tnda-tanda msa rmaja wal : sikap ngative disebabkanalam

pkirannya yng kritiss mlihat knyataan rang-orang bragama

scara hypocrite yng pngakuan danucapannya tdak slalu sma

cdengan prbuatannya, pndangan dlam halke- tuhanan mnjadi

kcau arena iabingung trhadap brbagai knsep tntang liran

danpaham yng sling brtentangan.

17
Tanda-tanda remajaakhir :sikap kmbali kearahh psitif dngan

trcapainya kdewasaan ntelektual, pndangan dlam halke-

tuhanan dpahamkan dlam knteks agma yng dianutt dandipilih,

pnghayatan rhaninya kmbali tnang stelah mlalui prses

dentifikasi danmembedakan aagama sbagai dktrin bagipara

penganutnya.

2.3 Konsep Dasar DHF

2. 3. 1 Pengertian

Demam Dengue Fever ( DHF ) atauu DBD adalah pnyakit infeksi

yng dsebabkan olehvirus dngue mnifestasi klinisdemam, nyeriotot

tau nyerisendi yng dsertai leukpenia, ruam,limfadenopati, trombosit

opnia dandiathesis hmoragic. Pda DBD trjadi prembesan lasma yng

dtandai dngan hmokonsentrasi (pningkatan hematocrit) tau

pnumpukan cairann dirongga tbuh. Sindrom renjatan dengue (dengue

syoksyndrome) dalah dmam brdarah yng dtandai leh rnjatan/syokk

(Sudowo et al, 2009).

DBD dalah suatuu pnyakit yng dsebabkan leh virusdengue

(arbovirus) yng msuk kdalam tbuh mlalui ggitan nyamukaedes

aegepty (suriadi & rita yuliani, 2010).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalahpenyakit dmam kut yng

dtandai dngan empatgejala klnis utamayaitu dmam tinggi, prdarahan,

hpatomegali, dantanda keggalan srkulasi smpai tmbul rjatan (sndrom

18
rejatan dngue) sbagai kibat dri kbocoran plsma yng dpat

mnyebabkan kematian(Padila, 2013).

2. 3. 2 Anatomi Fisiologi a. Pembuluh Darah

Gambar 2.3 Anatomi Pembuluh Darah (Pearce 2006)

Pembuluh darah ada 3 yaitu :

1. Arteri

merupakan pmbuluh drah yng kluar dri jntung yng

mmbawa drah kseluruh bagian dan alattubuh. Pmbuluh drah

arteri yng pling besar yang keluar dari ventrikel sinistra

disebut aorta. Arteri ini mempunyai dindingyang kuat

dantebal ttapi sifatnyaelastic dan terdiri dari 3lapisan.

Asuhan Keperawatanpda arteri yng palingg bsar didalam

tbuh yaituu orta dan arteripulmonalis, gris tengahnya kira-

kira 1-3cm. Arteri inimempunyai cabang-cabang

keseluruhan tubuh yang disebut arteriolayang akhirnya akan

mnjadi pmbuluh darah rambut(kapiler). Arteri mndapat

darah dari darah yng mngalir ddalamnya tetapi

19
hnya untuk tunika intima. Sedangkan umtuk lapisan lainnya

mendapat darah dari pembuluh darah yng dsebut

vasavasorum.

2. Vena

Vna (pmbuluh darah balik) mrupakan pmbuluh d4arah yng

mmbawa darah dri bgian/alat-alat tbuh masuk kedalam

jntung. Tentang bentuk ssunan dan juga prnafasan pmbuluh

drah yng mnguasai vena sama dngan padaarteri. Katup-

katup pada vena kbanyakan terdiri dari duakelompok yang

gunanya umtuk mncegah darah agar tidakkembalilagi.

Vena-vena yng ukrannya bsar diantaranyaa vna kavadan

venapulmonalis. Venaini jga mmpunyai cbang yng lbih kcil

yng dsebut venolusyang slanjutnya mnjadi kpiler.

3. Kapiler

Kpiler (pmbuluh darahrambut) mrupakan pmbuluh drah

yng sngat hlus. Diameternya kra-kira 0,008mm. Asuhan

Keperawatan pada dndingnya trdiri dri suatulapisan ndotel.

Bgian tbuh yng tdak trdapat kpiler yaituu: rambut,kuku, dan

tlang rwan. Pembuluhdarah rambut/kapiler pda mumnya

mliputi sel-sel jringan. Oleh Karen itudindingnya sngat tipis

maka plasma dan zat mkanan mdah mrembes kecairan

jringan antarsel.

b. Darah

20
Gambar 2.4 Anatomi Darah (Syaifudin 2011)

Drah dalah cairann didalam pmbuluh drah yng mmpunyai fngsi

sngat pnting dlam tbuh yaitufungsi trnsportasi dlam tbuh

yaitumembawa ntrisi, oksigendari sus danparu-paru umtuk

kmudian diedarkann keseluruh tbuh. Drah mmpunyai

2komponen yaitukomponen pdat dan koomponencair. Darah

brwarna mrah, wrna mrah trsebut keadaannyaa tdak ttap,

trgantung kpada bnyaknya O2danCO2 didalamnya. Apbila

kndungan O2 lbih anyak mka wrnanya kan mnjadi mrah mda.

Sdangkan Drah jga pmbawa danpenghantar hrmon. Hrmon dri

klenjar ndokrin keorgan ssarannya. Drah mngangkut nzim,

elektrolitdan brbagai zatt kmiawi umtuk ddistribusikan

keseluruh tbuh.

Peran pnting yng dilakukan darh yaitu dlam pengaturan suhu

tubuh, karena dengan cara konduksi darah membawa pnas tubh

dri pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan

ke selruh tubuh dn permukaan tubuh yang ada akhirnya ditur

21
pelepasannya dalam upaya homeostasis suhu (termoregulasi).

Jumlah darah manusiaa bervariasi tergantung dari berat baadan

seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70 cc/kgBB.

Dalm komponeen cair atau plasma ini mempunyai fungsi

sebagai media transport, berwarna kekuningan. Sedangkan

pada komponen padt terdri dari sel-sel darah eritrosit, leukosit

dan trombosit. Pada batas tertentu diatur olh teknan osmotik

dlam pembluh darah dan jaringan. Bagian-bagian padt darah

terndam dalam plama.

1. Sel-sel darah :

a. Eritrosiit

Eritrosit dibuat didlam sumsum tulang, di dalam

sumsum tulang masih berainti, inti dilepaskan sesaat

sebelum dilepaskan / keluar. Pda proses

pembentukannya diperlukan Fe, Vit. B12, asam folat dan

rantai globlin yang merupkan senyawa protein. Selain

itu untuk proses pematangan (maturasi) diperlkan

hormon eritropooetin yang dibuat oleh ginjal, sehingga

bila kekrangan salah satu unsur pembentkan seperti di

atas (kurang gizi) ataau ginjal mengalami keruusakan,

maka terjadi gangguaan eritroosit (anemia). Umur

peredaran eritrosit sekitar 105-120 hari. Pada kedaan

penghancran eritrosit yang berlebihan, misalny pada

hemdialisis darah, hepar kewawalahan kewalahan

22
menglah bilirubin yang tiba-tiba banyak jumlahnya.

Maka akan timbul juga gejla kuning walaupun hati tidak

mengalaami kerusaakan. Eritroosit dihancurkan di

organ lien terutama pada proses penghancurannya

dilepakan zat besi dan pigmen bilirubin. Zat besi yang

diguunakan untuk proses sintesa sel eritrosit baru,

sedangkan pigmeen bilirbin di dalam hati akan

mengalami proises konjugasi kimiawi menjadi pigmen

empdu dan keluar berama cairan empedu ke dalam usus.

3
Jumlah normal eritrost pada laki-laki 5,5 juta sel/mm ,

3
pada permpuan 4,8 juta sel/mm . Di dalam sel eritrosit

didapat hemglobin suatu senyawa kimiawi yang tediri

dari atas molekul hem yang mempunyai ion Fe (besi)

yang terait dengan rantai globulin (suatu senyawa

protein). Hemoglobin berpweran mengangkut O2 dan

CO2, jumlah Hb pada laki-laki 14-16 gr%, pada

perempuan 12-14 gr%.

b. Leukosit

Fungsi utama leukosit adalah sebagai perthanan tubuh

dengan cara menghncurkan antigen (kuman, virus,

toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leuksit yaitu neutrofil,

eosinoofil, basofil, limfosit, monosit. Jumah nomal

3
leukosit 5.000-9.000 /mm . Bila jumlanya berkurang

23
disebut leukopenia. Jika tubuh tidak membuat lekosit

sama sekali disebut agraanulasitosis.

c. Trombosit

Trobosit bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk

keping yang merupkan bagian-bagian kecil dari sel

besar yang membuatny yaitu megakaryosit, di sumsum

tulang dan lien. Ukurannya sekitar 2-4 mikron, dan

umur peredarannya sekitar 10 hari. Trombosit

mempunyai kemampuan untuk melakukan :

 daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)

 daya adhesi (melekat)

 daya agregasi (berkelompok)

3
Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm , fungsinya

seabagai hemostasis dan pembekuan darah. Pembekuan

darah proses kimiawi yang mempunyi pola tertentu dan

berjalan dalam waktu singkat. Bila ada kerusakan pada

dinding pembuluh darah maka trombosit akan

berkumpul dan menutup lubang yang bocor dengan cara

saling melekat, berkelompok dan menggumpal dan

kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan darah

.Kemampuan trombosit seperti ini karena trobosit

mempunyai 2 zat yaitu Prostaglandin dan Tromboxan

yang segera dikeluarkan bila ada kerusakan dinding

pembuluh darah atau kebocoran, zat ini menimbulkan

24
efek vassokontriksi pembuluh darah, sehingga aliran

darah berkurang dan membantu proses pembekuan

darah.

2. Plasma

Plasma merupkan bagian caair dari darah. Plasma

membntuk sektar 5% dari berat badan tubuh. Plasma adalah

sebagai media sirkulasi elmen-elemen darah yang berbntuk

(sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, trombosit). Plasma

juga berfungsi sebagai media transportasi bahan-bahan

organk dan anorganik dari satuu organ atau jaringan ke

organ atau jaringan lain.

Komposisi dari plasma :

 Air : 91-92%

 Protein plasma :

o Albumin (bagian besar pembentuk plasma protein,

dibentuk di hepar).

o Globulin (terbentuk di dalam hepar, limfosit dan

sel-sel retikuloendotelial). Immunoglobulin

merupakan bentuk globulin.

o Fibrinogen

o Protrombin.

 Unsur-unsur pokok anorganik : Na, K, Cl, Magnesium, zat

besi, Iodin

25
 Unsur-unsur pokok organik : urea, asam urat, kreatinin,

glukose, lemak, asam amino, enzim, hormon.

Fungsi Protein Plasma :

a) Memprtahankan tekanan osmotik plasma yang

diperlukan untuk pembentukan dan penyerapan cairan

jaringan.

b) Dngan bergabung bersama asam dan alkali protein

plasma bertndak sebagai penyngga dalam

mempertahnkan pH normal tubuh.

c) Fibringen dan protrombin adlah penting untuk pembekuan

darah.

d) Immunglobulin merupakan hal yang esensial dalam

pertahanan tuuh melawan infeksi.

2.3.3 Etiologi

Menurut Soedarto (2012), demam haemorrhagic fever (DHF)

disebabkan oleh :

a. Virus Dengue.

Virus dngue yg menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke

dalam Arbvirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat

tipe yaitu virs dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue

tersebut terdpat di Indonesia dn dapat dibedakan satu dari yg

lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam gens

flavirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak

dengan baaik pada berbagai macam kultur jaringan baik

26
yang bersal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby

Homster Kiney) maupun sel – sel Arthrpoda misalnya sel aedes

Albopictuus.

b. Vektor.

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui

vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus,

aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor

yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan

menimbulkn antibodi seumur hidup terhadap serootipe

bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe

jeniis yang lainnya.

2.3.4 Manifestasi Klinis

Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah :

1) Demam.

Demam tinggi sampai 40 oC dan mendadak , Demam terjadi secara

mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju

suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung

demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya

anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri

kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.

2) Perdarahan.

Uji tourniquet positif h. Perdarahan, petekia, epitaksis,

perdarahan massif. Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2

dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat

27
berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada

tempat fungsi vena, petekia ( bintik-bintik merah akibat

perdarahan intradermak / submukosa ) purpura ( perdarahan di

kulit ), epistaksis ( mimisan ), perdarahan gusi, . Perdarahan

ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian

atas hingga menyebabkan haematemesis, dan melena ( tinja

berwarna hitam karena adanya perdarahan. Perdarahan

gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang

hebat.

3) Anoreksia

4) Mual muntah

5) Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut

6) Nyeri kepala

7) Nyeri otot dan sendi

8) Trombositopenia (< 100.000/ mm3 )

9) Hepatomegali.

Pda permulaan dari demam biasaanya hati sudah teraba,

meskipun pada anak yang kurng gizi hati juga sudah. Bila terjadi

peningkatan dari hepatomgali dan hati teraba kenyal harus di

perhatikan kemuungkinan akan tejadi renjtan pada penderita.

10) Renjatan (Syok).

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya

penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu

kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki srta

28
sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam

maka biasanya menunjukan prognosis yg buruk.

2.3.5 Klasifikasi

WHO dalam buku Nurarif (2013) membagi DBD/DHF menjadi 4

derajat, yaitu sebagai berikut:

 Derajat I

Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi

perdarahan(ujitourniquiet positif).

 Derajat II

Seperti derajat I disertai perdaarahan spontan di kulit dan

perdarhan lain.

 Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dgn adanya nadi cepat dn

lmah, tekanan darah meurun (kurang dari 20 mmHg) atau

hipotnsi disrtai kulit yang dingin dan lembab, gelisah

 Derajat IV

Rnjatan berat dengan nadi tak terba dan tekanan darah yang tidak

dapat diukur

2.3.6 Patofisiologi dan WOC

a. Patofisiologi

Menurut Huda dan Kusuma 2015

Virus dengue maasuk ke dalaam tubuh manuusia akan

menyebabkn klien mengalami viremia. Beberpa tanda dan gejala

yang muncul seeperti demam, sakit kepla, mual nyeri

29
otot, pegal seluruh tubuh, timbulny ruam dan kelainan yang

mungkin terjadi pada sistem vskuler. Pada penderita DBD,

terdapat kerusakan yng umum pada sistem vaskuler yang

mengakibatkan terjadinya penngkatan permeabilitas dinding

pembuluh darah. Plsma dapat menembus dinding vaskuler

selama pross perjalanan penyakit, dari mulai demam hingga

klieen mengalami renjatan berat. Volume plasma dapat

meniurun hingga 30%. Hal ini lah yang dapat mengakibatkan

seseorang mengalami kegagalan sirkulasi. Adanya kebcoran

plasma ini jika tidak segera di tangani dapat menyebabkn

hipokisia jaringan, asidosis metabolik yang pada akhirny dapat

berakibat fatal yaitu kematian. Virmia jga menimbulkan agresi

trombosit dalam darah sehingga menyebabkan trombositopeni

yang berpengaruh pada proses pembekuan 15 darah. Pubahan

fungsioner pembuluh darah akibat kebocoran plasma yng

berakhir pada perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun

saluran cerna biasanya menimbulkn tanda seprti munculnya

prpura, ptekie, hematemesis, atapun melena

30
PATHWAY DHF ( Sumber : Huda dan Kusuma 2015 )

beredar dalam aliran infeksi virus dengue


A darah (viremia)
Arbovirus (melalui
A nyamuk aedes

Membentuk & Mengaktifkan system


PGE2 Hipothalamus
melepaskan zat C3a, C5a komplemen

Hipertermi Peningkatan reabsorbsi Permeabilitas


Na+ dan H2O membrane meningkat

Kerusakan endetol Resiko syok


Agregasi trombosit
hipovolemik
pembuluh darah

Trombositopeni
Merangsan & renjatan hipovolemik
mengaktivasi faktor dan hipocensi

Kebocoran plasma
DIC

Resiko perdarahan Perdarahan

Resiko perfusi jaringan


tidak efektif

Asidosis Metabolik Hipoksia Jaringan

z Resiko syok
(hipovolemik) Kekurangan volume Ke extravaskuler

cairan

Paru-paru hepar Abdomen

Efusi pleura
hepatomegali Assites
Ketidakefektifan pola Mual, muntah
Penekanan intra abdomen

Ketidakseimbangan nutrisi

dari kebutuhan tubuh

nyeri
31
2.3.7 Pemeriksaan Penunjang

a) Darah

 Trombosit menurun

 Hb Meningkat lebih 20 %

 Ht Meningkat Lebih 20 %

 Leukosit menurun pada hari ke – 2 dan ke – 3

 Protein darah rendah

 Ureum PH bias meningkat

 Na dan Cl rendah

b) Rontgen thorax

c) Uji tourniket ( Positif )

2.3.8 Penatalaksanaan (Nursalam, 2008)

a. Keperawatan

Masaalah pasien yg perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan

sirkulasi darah, resiko terjadi pendrahan, gangguan suhu tubuh,

akibat infeksi virus dengue, ganggan rasa amman dan nyaman,

kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.

 Kegagalan sirkulasi darah

Dngan adanya kebcoran plasma dari pembuluh darah ke dalam

jaringan ekstrovaskular, yang pncaknya terjadi pada saat

renjatan akan terliht pada tubh pasien mnjadi sembab (edema)

dan drah menjadi kental. Pengawasan tanda vital (nadi, TD,

suhu dan pernafasan) perlu dilakakan secara kontinu, bila

perlu setiap jam. Pemeriksan Ht, Hb dan trombosit sesuai

32
permintaan dokter setiap 4 jam. Perhatikan apakah pasien

kencing / tidak.

 Risiko terjadi pendarahan

Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan

menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab

terjadinya pendarahan utama pada traktus gastrointestinal.

Pendarahan grastointestinal didahului oleh adanya rasa sakit

perut yang hebat atau daerah retrosternal.

Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu

diukur. Karena melihat seberapa banyak darah yang keluar

perlu tindakan secepatnya. Makan dan minum pasien perlu

dihentikan. Bila pasien sebelumnya tidak dipasang infus

segera dipasang. Formulir permintaan darah disediakan.

Perawatan selanjutnya seperti pasien yang menderita syok.

Bila terjadi pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat

banyaknya / warnanya serta waktu terjadinya pendarahan.

Pasien yang mengalami pendarahan gastrointestinal biasanya

dipasang NGT untuk membantu mengeluarkan darah dari

lambung.

 Gangguan suhu tubuh

Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit

atau hari ke-2 sampai ke-7 dan tidak jarang terjadi

hyperpyrexia yang dapat menyebabkan pasien kejang.

Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka

33
pengobatannya dengan pemberian antipiretika dan anti

konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan mencegah

agar tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang

perlu diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu yang mendadak

disertai berkeringat banyak sehingga tubuh teraba dingin dan

lembab, nadi lembut halus waspada karena gejala renjatan.

Kontrol TD dan nadi harus lebih sering dan dicatat secara baik

dan memberitahu dokter.

 Gangguan rasa aman dan nyaman

Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena

penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada

pasien DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht,

trombosit, Hb secara periodik (setiap 4 jam) dan mudah terjadi

hematom, serta ukurannya mencari vena jika sudah stadium II.

Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan

tenang, yakinkan dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika

terjadi hematom segera oleskan trombophub gel / kompres

dengan alkohol. Bila pasien datang sudah kolaps sebaiknya

dipasang venaseksi agar tidak terjadi coba-coba mencari vena

dan meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat. Jika

sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set

venaseksi yang telah seteril (Ngastiyah, 2005).

34
b.Medis

Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan

suportif

 DHF tanpa renjatan

Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan

pasien dehidrasi dan harus. Pada pasien ini perlu diberi banyak

minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan

teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara

memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang

menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau

minum sesuai yang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan

sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan. Keadaan

hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres

dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konvulsan

lainnya. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1

tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit

kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3

mg/kg BB. Anak di atas 1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1

tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi

vital. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :

1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum

sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.

35
2) Hematokrit yang cenderung meningkat.

Hemtokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya

mendahului munculnya secara klinik perubahan fungsi vital

(hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan turunnya

nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit.

Oleh karena itu, pada pasien yang diduga menderita DHF

harus diperiksa hemoglobin, hematokrit dan trombosit

setiap hari mlai hari ke-3 sakit sampai demam telah turun 1

sampai 2 hari. Nilai hematokrit itulah yang menentukan

apabila pasien perlu dipasang infus atau tidak.

 DHF disertai renjatan (DSS)

Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang

infus sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran

plasma. Cairan yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika

pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma atau

plasma ekspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kgBB. Pada

pasien dengan renjatan berat diberikan infus harus diguyur

dengan cara membuka klem infus. Apabila renjatan telah

teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar, tekanan

sistolik 80 mmHg / lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10

liter/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24 sampai 48

jam, maka pemberian infus dipertahankan sampai 1 sampai 2

hari lagi walaupun tanda-tanda vital telah baik. Pada pasien

renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang Central

36
Venous Pressure (CVP) untuk mengukur tekanan vena sentral

melalui vena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien

dirawat di ICU. Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan

perdarahan gastrointestinal yang berat. Kadang-kadang

perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai

hemoglobin dan hematokrit menurun sedangkan perdarahannya

sedikit tidak kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi klinik

yang telah disebut, maka dengan keadaan ini dianjurkan

pemberian darah.

2.3.9 Komplikasi

Menuruut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut:

a. Gagal ginjal.

b. Efusi pleura.

c. Hepatomegali.

d. Gagal jantung

2.4 Asuhan Keperawatan

2.4.1 Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak

dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat,

pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan

orang tua.

37
2. Keluhan Utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke

rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai

menggigil dan saat demam kesadaran composmentis. Turunnya

panas terjadi antara hari ke-3 sampai ke-7, dan anak semakin

lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri

telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri

otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa

pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade

III, IV), melena atau hematesis.

4. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa

mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.

5. Riwayat penyakit keluarga

Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien

6. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan

akan timbulnya komplikasi dapat dihindari

7. Riwayat gizi Status gizi

anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status

gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor

predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami

38
keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi

ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang

mencukupi, maka anak akan mengalami penurunan berat badan

sehingga status gizinya menjadi kurang.

8. Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan

yang kurang bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan

baju di kamar).

9. Pola kebiasaan

a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan

berkurang, dan nafsu makan menurun.

b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami

diar/konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi melena.

c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering

kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.

d. Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena

mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun

istirahat kurang.

e. Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.

39
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya

untuk menjaga kesehatan.

10. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan

perkusi dari ujung rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik

secara umum:

1) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-

tanda vital dan nadi lemah.

Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada

perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta

nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.

Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,

nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.

Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba,

tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,

berkeringat, dan kulit.

2) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII),

nadi tidak teraba (grade IV), tekanan darah menurun ( sistolik menurun sampai 80mmHg atau

kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC)

3) Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala

terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.

40
4) Mata Konjungtiva anemis

5) Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada

gradeII,III, IV.

6) Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak

ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.

7) Mulut

Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi

perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan

hyperemia pharing.

8) Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak

mengalami pembesaran

9) Dada / thorak

I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.

Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama

Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun

pada paru

A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III,

dan IV.

10) Abdomen

I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.

Pal :Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)

Per : Terdengar redup

A : Adanya penurunan bising usus

41
11) Sistem integument

Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji

tourniquet. Turgor kuit menurun, dan muncul keringat dingin,

dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan

terlebih dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya

diberikan 24 tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat

ukur yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan

selama 5 menit, perhatikan timbulnya petekie di bagian

volarlenga bawah (Soedarmo,2008).

12) Genitalia Biasanya tidak ada masalah

13) Ekstremitas

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada

kuku sianosis/tida

14) Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

 Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).

 Trobositopenia (< dari 100.000/ml).

 Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).

 Ig. D. dengue positif.

 Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan :

hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.

 Urium dan pH darah mungkin meningkat.

 Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3

rendah.

42
 SGOT / SGPT mungkin meningkat.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir

kering

b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk

makan) makanan ditandai dengan berat badan menurun

c. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif

ditandai dengan kurang informasi

d. Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi

(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia

e. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai

dengan suhu tubuh diatas nilai normal

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai

dengan mengeluh lelah

43
2.4.3 INTERVENSI ( RENCANA KEPERAWATAN )
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan  Manajemen hipovolemia
kehilangan cairan aktif ditandai keperawatan 1 x 24 jam diharapkan Observasi :
dengan mukosa bibir kering hipovolemia terpenuhi. Periksa tanda dan gejala
Kriteria Hasil : hipovolemik ( tekanan darah
Status Cairan menurun, membrane mukosa
 Turgor kulit kering, hematocrit meningkat )
 Perasaan lemah - Monitor intake dan output cairan
 Keluhan haus Terapeutik :
 Tekanan darah - Hitung kebutuhan cairan
 Intake cairan membaik - Berikan posisi modified
 Suhu tubuh trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral

Edukasi :
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan IV

44
isotonis ( misalnya : NaCl, RL )
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
( missal : glukosa 2,5%, NaCl 0,4% )
- Kolaborasi pemberian cairan koloid ( miosal
: albumin, plasmanate )
- Kolaborasi pemberian produk darah
 Pemantauan cairan Observasi :
- Monitor status hidrasi ( mis. Frekuensi nadi,
kekuatan nadi,
akral, pengisian kapiler,
kelembaban mukosa, turgor kulit,
tekanan darah )
- Monitor berat badan
- Monitorhasilpemeriksaan
laboratorium ( mis. MAP, CVP,
PAP, PCWP jika tersedia )
Terapeutik :
- Catat intake-output dan hitung balans cairan
24 jam
- Berikan asupan cairan, sesuai

45
kebutuhan
- Berikan cairan intravena, jika
perlu
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian diuretik,
jika perlu
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Setelah dilakuan tindakan  Manajemen nutrisi
psikologis(keengganan untuk keperawatan 1 x 24 jam diharapkan Observasi :
makan) makanan ditandai dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang - Identifikasi status nutrisi
berat badan menurun dari kebutuhan tubuh terpenuhi. - Identifikasi alergi dan intoleransi
Kriteria Hasil : makanan
Status Nutrisi - Identifikasi makanan yang disukai
 Porsi makanan yang dihabiskan - Identifikasi kebutuhan kalori dan
sedang jenis nutrient
 Frekuensi makan - Identifikasi perlunya penggunaan
 Nafsu makan cukup membaik selang nasogastric
 Mermban mukosa sedang - Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman
dier ( mis. Piramida makanan )

46
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk
menjegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk jika
mampu
- Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan ( mis. Pereda nyeri, antiemetic ), jika perlu
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan

47
 Pemantauan nutrisi Observasi :
- Identifikasi factor yang mempengaruhi
asupan gizi ( mis.
Pengetahuan,ketersediaan
makanan, agama/kepercayaan,
budaya, mengunyah tidak adekuat,
gangguan menelan, penggunaan
obat-obatan atau pascaoperasi )
- Identikasi perubahan berat badan
- Identifikasi kelainan pada kulit
- Identintifikasi kelainan eliminas ( mis.
Kering, tipis, kasar, dan mudah patah )
- Identifikasi pola makan ( mis.
Kesukaan/ketidaksukaan makanan, konsumsi makanan cepat saji, makan terburu-buru )
- Identifikasi kelainan pada kuku ( mis. Diare,
darah, lender, dan eliminasi yang tidak teratur )
- Identifikasi kemampuan menelan ( mis.
Fungsi motoric wajah, reflex menelan, dan reflex gag )

48
- Identifikasi kelainan rongga mulut ( mis.
Peradangan, gusi berdarah, bibir kering dan retak, luka )
- Identifikasi kelainan eliminasi ( mis. Diare,
darah, lender. Dan eliminasi yang tidak teratur )
- Monitor mual dan muntah
- Monitor asupan oral
- Monitor warna konjungtiva
- Monitor hasil laboratorium ( mis. Kadar
kolestrol, albumin serum, transferrin, kreatinin, hemoglobin,
hematocrit, dan elektrolit darah )
Terapeutik :
- Timbang berat badan
- Ukur antropometrik komposisi tubuh ( mis.
Indeks massa tubuh, pengukuran pinggang, dan ukuran lipatan kulit )
- Hitung perubahan berat badan
- Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan Edukasi :

49
- Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
3. Defisit Pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan tindakan  Edukasi Kesehatan
dengan gangguan fungsi kognitif keperawatan 1 x 24 jam diharapkan Observasi :
ditandai dengan kurang informasi deficit pengetahuan meningkat. - Identifikasi kesiapan dan
Kriteria Hasil : kemampuan menerima informasi
Tingkat Pengetahuan - Identifikasi faktor-faktor yang
 Kemampuan menjelaskan dapay meningkatkan dan
pengetahuan tentang suatu menurunkan motivasi perilaku
topik meningkat hidup bersih dan sehat
 Pertanyaan tentang masal;ah Terapeutik :
yang dihadapi meningkat - Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi :
- Jelaskan factor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat

50
- Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
4. Resiko Perdarahan berhubungan Setelah dilakukan tindakan  Pencegahan Perdarahan
dengan gangguaan koagulasi keperawatan 1 x 24 jam diharapkan Observasi :
(penurunan trombosit) ditandai tingkat perdarahan menurun . - Monitor tanda dan gejala
dengan trombositopenia Kriteria Hasil : perdarahan
Tingkat Perdarahan - Monitor nilai hematocrit /
 Kelembapan membran hemoglobin sebelum dan sesudah
mukosa kehilangan darah
 Suhu tubuh meningkat - Monitor tanda dan gejala ortostatik
 Hematokrit membaik - Monitor koagulasi ( mis.
Prothrombin time (PT), Partial
thromboplastin time (PTT),
fibrinogen, deradasi fibrin
dan/atau platelet )
Terapeutik :
- Pertahankan bedrest selama
perdarahan
- Batasi tindakan invasive, jika perlu
- Gunakan kasur pencegah
decubitus
- Hindari pengukuran suhu rektal

51
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
- Anjurkan menggunakan kaus kaki
saat ambulasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
untuk menghindari konstipasi
- Anjurkan menghindari aspirin atau
antikoagulan
- Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
- Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk
darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak
tinja
5. Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan  Manajemen Hipertermia
proses infeksi virus dengue keperawatan 1 x 24 jam diharapkan Observasi :
hipertermi membaik. - Identifikasi penyebab hipertemia (
Kriteria Hasil : mis. Dehidrasi, terpapar

52
Termoregulasi
 Menggigil
 Kulit merah
lingkungan panas, penggunaan
 Kejang
incubator )
 Pucat
- Monitor suhu tubuh
 Suhu tubuh - Monitor kadar elektrolit
 Tekanan darah - Monitor haluan urine
- Monitorkomplikasiakibat
hipertermia
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hyperhidrosis ( keringat berlebihan
)
- Lakukan pendinginan eksternal ( mis.
Seliput hipotermia atau kompres dingin di dahi,
leher, dada, abdomen, aksila )
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen jika perlu

53
Edukasi :
- Anjurkan tiring baring
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan
elektrolit intravena, jika perlu
6. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan  Manajemen energi
dengan kelemahan fisik keperawatan 1 x 24 jam diharapkan Observasi :
intoleransi aktivitas meningkat. - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
Kriteria Hasil yang mengakibatkan kelelahan
Toleransi aktivitas - Monitor kelelahan fisik dan
 Frekuensi nadi emosional
 Kemudahan dalam - Monitor pola dan jam tidur
melakukan aktivitas sehari- - Monitor lokasi dan
hari ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus ( mis. Cahaya,
suara, kunjungan )
- Lakukan latihan rentang gerak
pasif atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempay

54
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi perawatb jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan
makanan

55
2.4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang

dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu

pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah

kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam

rencana keperawatan (Nursallam, 2011).

2.4.5 Evaluasi

Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua

jenis yaitu :

a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan

dimana evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai

b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam

metode evaluasi ini menggunakan SOAP.

56
BAB III

TINJAUAN KASUS

3. 1 Pengkajian

Tanggal Pengambilan Data : 21 Juni 2019

MRS : 20 Juni 2019

Ruang : Inap anak

Reg : 522707

3. 1. 1 Identitas Pasien

Nama : An.D

Tempat / Tanggal Lahir : Bukittinggi / 29 Februari

2006

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Ayah / Ibu : Dalimin / Sariyus Mahera

Pekerjaan Ayah : Petani

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga ( IRT )

Alamat : Jorong Bateh Sariak ,

Nagari Nan Tujuah

Kecamatan Palupuah,

Kabupaten Agam.

Suku Bangsa : Minang

Agama : Islam

57
Biaya Ditanggung Oleh : BPJS

3. 1. 2 Alasan Masuk

Klien datang ke IGD tanggal 20 Juni 2019 jam 12.30 dengan

keluhan demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,

mimisan satu jam sebelum dibawa ke rumah sakit, muntah 2

kali, dan BAB susah.

3. 1. 3 Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu klien mengatakan demam sejak 4 hari yang lalu, ibu

mengatakan suhu tubuh turun naik, ibu klien mengatakan klien

buang air besar tidak ada sejak hari minggu sebelum masuk

rumah sakit, klien mengatakan terasa pusing saat duduk dan

berdiri, klien mengatakan badan terasa letih,ibu klien

mengatakan nafsu makan menurun, minum kurang, ibu klien

mengatakan trombosit klien menurun.

3. 1. 4 Riwayat Kesehatan Dahulu

Ibu klien mengatakan klien pernah di rawat pada umur 4 tahun

di RSUD Achmad Mochtar dengan penyakit ssama.

3. 1. 5 Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu klien mengatakan keluarga klien ada yang sedang

mengalami penyakit yang sama yaitu kakak klien, ibu

mengatakan ibu memiliki penyakit vertigo, dan tidak ada

keluarga lainnya yang memiliki penyakit hipertensi, DM,

jantung dan penyakit lainnya.

58
GENOGRAM

Keterangan :

1. Laki – Laki

2. Perempuan :

3. Klien :

4. Meinggal :
5. Serumah :

3. 1. 6Riyawat Kehamilan dan Kelahiran

1) Prenatal

Ibu klien mengatakan saat hamil klien rutin melakukan

pemeriksaan kehamilan 1 x 1 bulan ke bidan. Ibu klien

tidak ada mengkonsumsi obat-obatan saat hamil.

59
2) Natal

Ibu klien melahirkan klien secara normal di RS. Achmad

Mochtar, usia kehamilan saat lahir 9 bulan 15 hari. Berat

Badan 4 Kg, Panjang Badan 47 cm.

3) Post Natal

Keadaan ibu saat pasca melahirkan tidak ada mengalami

perdarahan, ASI ibu dapat keluar dan banyak.

3. 1. 7Riwayat Sosial

1) Yang mengasuh : klien tinggal di kos bersama kakaknya,

kakaknya saying dengan adiknya. Dan orang tua klien sering ke kosan klien dan orang tua

klien sangat saying dengan klien

2) Hubungan dengan keluarga : saat di rumah sakit ibu dan ayah

klien selalu nemanin klien dan anggota keluarga yang lain bergntian untuk menjaga klien

seperti adik dari ibunya klien.

3) Hubungan dengan teman sebaya : baik

4) Pembawaan secara umum : pada saat komunikasi dengan

perawat klien tampakk malu tapi klien sangat kooperatif dan mudah akeab

5) Lingkungan rumah : Bersih, aman dan nyaman

60
3. 1. 8Kebutuhan Dasar

1) Makanan yang disukai / tidak disukai

Klien mengatakan suka makan ayam, ikan, nasi goring,

manga, pisang, dan makanan yang tidak disukai klien

nenas.

2) Pola Tidur

Klien mengatakan tidur siang hanya 4 jam semenjak sakit

dan tidur malam hanya 6 jam.

3) Mandi

Klien saat sehat rajin mandi,klien mandi 2 kali sehari tetapi

semenjak sakit klien tidak ada mandi atau hanya di lap

dengan waslap basah.

4) Aktivitas Bermain

Klien waktu sehat sering bermain dengan teman sebayanya,

tapi saat sakit sekarang klien tidak ada bermain.

5) Eliminasi

BAB : Klien belum ada BAB semenjak sakit ini.

BAK : buang air kecil klien lancar, frekuensi 4x sehari, bau

pesing,warna kuning, konsistensi cair dan tidak ada

kesulitan dalam BAK.

3. 1. 9 Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4M6V5 = 15

BB / TB : 45 Kg / 130 Cm

61
Tanda Vital : TD : 100/70 mmHg

N : 64 x/m

P: 20 x/m

S : 36,5 ˚C

1) Kepala

 Rambut

I : Rambut klien tampak hitam, rambut klien berminyak

dan lepek, tidak ada ketombe, tidak ada

kutu

P : Tidak ada terdapat udem dan pembengkakan pada

kepala

 Mata

Bersih, tidak ada kotoran, mata simetris kiri dan kanan,

Pupil isokor, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, tidak

ada gangguan penglihatan.

 Telinga

Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen,

tidak ada gangguan pendengaran.

 Hidung

Bersih, bentuk simetris, tidak ada sekresi, tidak ada polip,

tidak ada gangguan penciuman.

 Mulut dan Gigi

Bersih, mukosa bibir kering, , gigi rapi, bibir simetris kiri

dan kanan, tidak ada kelainan.

62
2) Leher

Tidak ada terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tida ada

kelainan pada leher.

3) Thorak

 Paru – Paru

I : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada

menggunakan otot bantu pernafasan.

P : Pergerakan dinding dada teratur, traktil fremitus

sama, tidak ada oedem

P : Sonor

A : Irama pernafasan vesikuler

 Jantung

I : simetris kiri dan kanan, Ictus cordis Terlihat, tidak ada

palpitasi

P : Suara jantung vesikuler

A : Suara jantung terdengar S1 S2, lup dup

4) Abdomen

I : Perut klien tampak simetris, Tidak ada bekas operasi,

tidak ada lesi

A : Bising usus 12 x/menit

63
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada oedem atau masa,

pembesaran hepar tidak ada

P : Tympani

5) Punggung : tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, tidak ada

kelainan pada punggung

6) Esktremitas

Atas : CRT < 2 detik, Klien terpasang infus RL 30 tts/m

ditangan sebelah kiri.

Bawah : Klien tidak terpasang

kateter Kekuatan otot :

55555555

55555555

7) Genetalia

tampak bersih, tidak ada kelainan pada genetalia

8) Integument

warna kulit sawo matang, kulit ada bintik-bintik merah,

turgor kulit jelek.

3. 1. 10 Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

1) Kemandian dan Bergaul

Klien sangat mandiri saat bermain, klien sudah mampu mandi

atau memakai pakaian sendiri dan berinteraksi dengan

keluarga secara baik.

2) Motorik Halus

Klien mampu membaca,menggambar dan belajar sendiri

64
3) Motorik Kasar

Klien mampu berjalan mundur dan melangkah, klien mampu

bermain aktif saat sehat dan tidak ada kendala saat berjalan

dan bermain.

4) Kognitif dan Bahasa

Klien mampu menjawab dengan benar dan berbahasa

Indonesia atau bahasa minang dengan benar. Klien mampu

mengucapkan kata-kata lebih dari 2 kata atau mengucapkan

dengan baik.

3. 1. 11 Data Penunjang

 Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 21 Juni 2019 Jam

09.51 wib

Tabel 3.1 Laboratorium

No Nama Pemeriksa Jumlah Satuan Nilai Normal

1. HGB 14.6 [g/dL] 13.0 – 16.1


2. RBC 4.90 [10^6/uL] 4.5 – 5.5
3. HCT 41.2 [%] 40.0 – 48.0
4. WBC 2.95 [10^3/uL] 5.0 – 10.0
5. EO% 1.7 [10^3/uL] 1–3
6. BASO% 0.3 [10^3/uL] 0–1
7. NEUT 24.1 [10^3/uL] 50 – 70
8. LYMPH 65.1 [10^3/uL] 20 – 40
9. MONO% 8.8 [10^3/uL] 2–8
10. PLT 19* [10^3/uL] 150 - 400

65
Laboratorium tanggal 21 Juni 2019 jam 16.57 WIB

Tabel 3.2

No Nama Pemeriksa Jumlah Satuan Nilai Normal


1. HGB 14.4 [g/dL] 13.0 – 16.1
2. RBC 4.74 [10^6/uL] 4.5 – 5.5
3. HCT 40.7 [%] 40.0 – 48.0
4. WBC 3.44 [10^3/uL] 5.0 – 10.0
5. EO% 2.3 [10^3/uL] 1–3
6. BASO% 0.3 [10^3/uL] 0–1
7. NEUT 22.1* [10^3/uL] 50 – 70
8. LYMPH 66.9* [10^3/uL] 20 – 40
9. MONO% 8.4* [10^3/uL] 2–8
10. PLT 16* [10^3/uL] 150 - 400

Laboratorium tanggal 22 Juni 2019

Tabel 3.3

No Nama Pemeriksa Jumlah Satuan Nilai Normal


1. HGB 14.6 [g/dL] 13.0 – 16.1
2. RBC 4.92 [10^6/uL] 4.5 – 5.5
3. HCT 42.4 [%] 40.0 – 48.0
4. WBC 3.69 [10^3/uL] 5.0 – 10.0
5. EO% 2.3 [10^3/uL] 1–3
6. BASO% 0.8 [10^3/uL] 0–1
7. NEUT 23.3* [10^3/uL] 50 – 70
8. LYMPH 64.5* [10^3/uL] 20 – 40
9. MONO% 9.5* [10^3/uL] 2–8
10. PLT 12* [10^3/uL] 150 - 400

66
Laboratorium tanggal 23 Juni 2019

Tabel 3.4

No Nama Pemeriksa Jumlah Satuan Nilai Normal


1. HGB 13.7 [g/dL] 13.0 – 16.1
2. RBC 4.65 [10^6/uL] 4.5 – 5.5
3. HCT 40.4 [%] 40.0 – 48.0
4. WBC 4.67 [10^3/uL] 5.0 – 10.0
5. PLT 23* [10^3/uL] 150 - 400

3. 1. 12 Data Pengobatan

a. Paracetamol tablet 3x500 mg

b.Infus RL 30 tts/menit

3. 1. 13 Data Fokus

a. Data Subjektif

1) Ibu klien mengatakan klien kurang minum

2) Ibu klien mengatakan klien letih

3) Ibu klien mengatakan suhu tubuh klien turun naik

4) Ibu klien mengatakan nafsu makan klien menurun

5) Klien mengatakan pusing saat berdiri dan duduk

6) Ibu klien mengatakan klien tadi siang muntah

7) Ibu klien mengatakan klien sudah 3 hari tidak BAB

8) Ibu klien mengatakan kurang pengatuhuan tengtang

penyakitnya

9) Ibu tampak mengatakan kurang informasi tentang penyakit

anaknya

10) Ibu klien mengatakan trombosit anaknya menurun

67
11) Klien mengatakan lemah b.Data Objektif

1) Klien tampak letih

2) Klien tampak ada bintik-bintik merah di tangan klien, pada

tangan ( + )

TD : 100/70 P : 24 x/m

N : 64 x/m S: 36,5 ˚C

- Input : 1170 cc

- Output : urine : 1300 cc

- IWL : 38 x 10 x 7 / 2 jam = 110,8 cc

- Balance Cairan : - 240,8 cc

3) Klien tampak tidak nafsu makan

4) Klien hanya menghabiskan 3 sendok dari porsi yang diberikan

5) Mukosa bibir klien tampak pucat

6) Ibu klien tampak bingung

7) Ibu klien tampak sering bertanya tentang penyakit anaknya

8) Trombosit : 19* [10^3/uL]

68
ANALISA DATA

Tabel 3.5

No Data Masalah Etiologi


1.DS : Hipovolemia Peningkatan
- Ibu klien mengatakan klien permeabilitas
kurang minum kapiler
- Ibu klien mengatakan klien
letih
- Ibu klien mengatakan klien
tadi siang muntah 2x
- Ibu klien mengatakan suhu
tubuh klien turun naik
DO :
- Klien tampak letih
- Klien tampak ada bintik-bintik merah di tangan klien
- TD : 100/70
P : 24 x/m
N : 64 x/m S: 36,5 ˚C
- Pteke pada tangan ( + ) Input : 1170 cc Output : urine : 1300 cc
IWL : 38 x 10 x 7 / 2 jam =
110,8 cc
Balance Cairan : - 240,8 cc

2. DS : Defisit Psikologis
- Ibu klien mengatakan nafsu Nutrisi (keengganan
makan klien berkurang. untuk makan)
- Klien mengatakan pusing saat
berdiri dan duduk
- Ibu klien mengatakan klien

69
tadi siang muntah
- Ibu klien mengatakan klien
sudah 3 hari tidak BAB
DO :
- Klien tampak tidak nafsu makan
- Klien hanya menghabiskan 3 sendok dari porsi yang diberikan
- Mukosa bibir klien tampak pucat
- TD : 100/70 mmHg
N : 64 x/m
P : 24 x/m
S : 36,5 °C
BB : 38 Kg TB : 1 cm
IMT : BB / TB²
38 / (144)² = 18,3
3. DS : Defisit Gangguan fungsi
- Ibu klien mengatakan kurang Pengetahuan kognitif
pengatuhuan tengtang
penyakitnya
- Ibu tampak mengatakan
kurang informasi tentang
penyakit anaknya
DO :
- Ibu klien tampak bingung
- Ibu klien tampak sering
bertanya tentang penyakit
anaknya
DS : Resiko Gangguan
- Ibu klien mengatakan Perdarahan Koagulasi

70
trombosit klien menurun (penurunsn
- Pasien mengatakan lemas trombosit)

DO :
- Trombosit klien 19*
[10^3/uL]
- Pasien tampak lemah

3.2 Diagnosa Keperawatan

3.2.1 Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir

kering

3.2.2 Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk

makan) makanan ditandai dengan berat badan menurun

3.2.3 Kurang Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif

ditandai dengan kurang informasi

3.2.4 Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi

(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia

71
3.3 INTERVENSI ( RENCANA KEPERAWATAN )
Tabel 3.6 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan  Manajemen hipovolemia
Peningkatan permeabilitas kapiler keperawatan 3 x 24 jam diharapkan Observasi :
ditandai dengan mukosa bibir hipovolemia membaik. - Periksa tanda dan gejala
kering Kriteria Hasil : hipovolemik ( tekanan darah
Status Cairan menurun, membrane mukosa
 Turgor kulit kering, hematocrit meningkat )
 Perasaan lemah - Monitor intake dan output cairan
 Intake cairan membaik Terapeutik :
 Suhu tubuh - Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis ( misalnya : RL )

72
 Pemantauan cairan
Observasi :
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
- Berikan cairan intravena
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian diuretik
2. Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakuan tindakan  Manajemen nutrisi
dengan psikologis (keengganan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan Observasi :
untuk makan) ditandai dengan berat ketidakseimbangan nutrisi kurang - Identifikasi alergi
badan menurun dari kebutuhan tubuh terpenuhi. - Identifikasi makanan yang disukai
Kriteria Hasil : Terapeutik :
Status Nutrisi - Berikan makanan tinggi serat
 Porsi makanan yang dihabiskan untuk mencegah konstipasi
sedang Edukasi :
 Frekuensi makan - Anjurkan posisi duduk jika
mampu

73
 Nafsu makan cukup membaik Kolaborasi :
 Mermban mukosa sedang - kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan
 Pemantauan nutrisi
Observasi :
- Identifikasi kelainan pada kulit
- Identintifikasi kelainan eliminasi
- Monitor mual dan muntah
Terapeutik :
- Timbang berat badan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi

3. Defisit Pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan tindakan  Edukasi Kesehatan


dengan fungsi kognitif ditandai keperawatan 3 x 24 jam diharapkan Observasi :

74
dengan kurang informasi deficit pengetahuan meningkat. - Identifikasi kesiapan dan
Kriteria Hasil : kemampuan menerima informasi
Tingkat Pengetahuan - Identifikasi faktor-faktor yang
- Kemampuan menjelaskan dapat meningkatkan dan
pengetahuan tentang suatu menurunkan motivasi perilaku
topik meningkat hidup bersih dan sehat
- Pertanyaan tentang masal;ah Terapeutik :
yang dihadapi meningkat - Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
- Berikan kesempatan bertanya
Edukasi :
- Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup sehat

Resiko Perdarahan berhubungan Setelah dilakukan tindakan  Mencegahan Perdarahan


dengan gangguaan koagulasi keperawatan 1 x 24 jam diharapkan
Observasi :
(penurunan trombosit) ditandai tingkat perdarahan menurun .
- Monitor tanda dan gejala
dengan trombositopenia Kriteria Hasil :
perdarahan
Tingkat Perdarahan

75
 Kelembapan membran - Monitor nilai hematokrit / hemoglobin
mukosa sebelum dan sesudah
 Suhu tubuh meningkat kehilangan darah
 Hematokrit membaik Terapeutik :
- Pertahankan bedrest selama perdarahan
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- Anjurkan meningkatkan asupan
untuk menghindari konstipasi
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu

76
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tabel 3.7 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
NO HARI / TANGGAL DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Jumat / 21 Juni 2019 Hipovolemia 08.00  Memanajemen hypovolemia Jam : 13.00


berhubungan S:
Observasi :
dengan  Ibu klien mengatakan klien kurang
1. Memperiksa tanda dan
Peningkatan minum
gejala hipovolemik (
permeabilitas  Ibu klien mengatakan klien letih
tekanan darah 100/70
kapiler ditandai  Ibu klien mengatakan klien tadi
mmHg, membran mukosa
dengan mukosa siang muntah
bibir klien kering, bibir
bibir kering  Ibu klien mengatakan suhu tubuh
pecah-pecah, lidah klien
klien turun naik
putih,hematocrit
O:
meningkat, dari hasil
 Klien tampak letih
laboratorium klien
 Klien tampak ada bintik-bintik
hematokrit klien tidak
merah di tangan klien, Pteke
meningkat 41.2 [%] )
pada tangan ( + )
2. Memonitor intake dan
 TD : 100/70 P : 24 x/m
output cairan
77

Intake: 1170 cc N : 64 x/m S: 36,5 ˚C


Output : urine : 1300 cc Intake : 1170 cc
Output : urine : 1300 cc
T:
IWL : 38 x 10 x 7 / 2 jam =
3. Memberikan asupan cairan
110,8 cc
oral, sebanyak 4 gelas dari jam 08.00-14.00, 1200 cc
Balance Cairan : - 20,8 cc
E:
A : Hipovolekimi
4. Menganjurkan
P : Intervensi dilanjutkan
memperbanyak asupan
 Memanajemen hipovolemia no 1,2,3,
cairan oral, dengan cara
dan 5
memberi tahu kepada
 Memantau cairan no 2,3 dan 4
keluarga atau klien untuk
memperbanyak minum
sesuai kebutuhan tubuh
sekitar 2400 cc / 24 jam

K:
5. Memantau pemberian
cairan IV isotonis ( RL 30
78
tts/m )
 Memantauan cairan Observasi :
1. Memonitor berat badan (BB sebelum sakit 45 Kg)
2. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium ( hematokrit 41.2 [%] )

3. Berikan asupan cairan oral sebanyak 4 gelas dari jam 08.00-14.00, 1200 cc
4. Memberikan cairan intravena ( RL 30 tts/m )
Kolaborasi :
5. Melakukan Kolaborasi
pemberian diuretic tidak
dilakukan, karena tidak
sesuai dengan kondisi

79
klien. Klien urine nya
lancar tidak memakai
kateter.

2. Jumat / 21 Juni 2019 Defisit Nutrisi 10.00  Manajemen nutrisi S:


berhubungan Observasi :  Ibu klien mengatakan nafsu
dengan 1. Mengidentifikasi alergi, makan klien menurun.
psikologis klien tidak ada alergi  Klien mengatakan pusing saat
(keengganan terhadap obat maupun berdiri dan duduk
untuk makan) makanan.  Ibu klien mengatakan klien tadi
ditandai dengan 2. Mengidentifikasi makanan siang muntah
berat badan yang disukai, makanan  Ibu klien mengatakan klien
menurun yang disukai klien. sudah 3 hari tidak BAB
Makanan yang disukai O :
klien ayam, ikan, nasi  Klien tampak tidak nafsu makan
goring, mangga, pisang dan  Klien hanya menghabiskan 3
makanan yang tidak
sendok dari porsi yang diberikan
disukai klien nenas.
 Mukosa bibir klien tampak pucat

80
 TD : 100/70 mmHg
Terapeutik : N
3. Memberikan makanan P
tinggi serat untuk S
mencegah konstipasi ( BB : 38 Kg
pepaya ) IMT : BB / TB²

Edukasi :
4. Menganjurkan posisi A : Defisit nutrisi
duduk jika mampu, agar P : Intervensi dilanjutkan
klien tidak merasa letih dan  Memanajemen
lemah. dan 5
 Pemantauan
K:
dan 4
5. Melakukan kolaborasi
dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan

81
 Memantau nutrisi Obdervasi :
1. Mengidentifikasi kelainan pada kulit, ( pada kulit klien terdapat bintik-bintik
merah di tangan klien ).
2. Mengidentintifikasi kelainan eliminasi, BAK klien lancar, sedangkan BAB
klien susah
3. Memonitor mual dan muntah ( klien merasakan mual dan muntah )

Terapeutik :
4. Menimbang berat badan, berat badan klien 42 kg

Edukasi :
5. Menjelaskan tujuan

82
prosedur pemantauan (ibu
tujuan pemantauan nutrisi
agar nutrisi klien
terpenuhi)

3. Jumat / 21 Juni 2019 Defisit 12.00  Edukasi Kesehatan S:


pengetahuan Observasi :  Ibu klien mengatakan kurang
berhubungan 1. Mengidentifikasi faktor- pengatuhuan tengtang
dengan faktor yang dapat penyakitnya
gangguan meningkatkan dan  Ibu mengatakan kurang
fungsi kognitif menurunkan motivasi informasi tentang penyakit
ditandai dengan perilaku hidup bersih dan anaknya
kurang sehat ( yang dapat O :
informasi meningkatkan hidup bersih  Ibu klien tampak bingung
dan sehat dengan cara  Ibu klien tampak sering bertanya
mencuci tangan setiap tentang penyakit anaknya
sebelum atau sesudah  TD : 100/70 mmHg
melakukan aktivitas,
N : 64 x/m
membersihkan rumah.
P : 24 x/m

83
Yang dapat menurunkan S : 36,5 ˚
motivasi prilaku hidup A : Masalah defisit Pengetahu
bersih dan sehat yaitu teratasi
kurangnya partisipasi P : Intervensi dilanjutkan
keluarga dalam  Edukasi Kesehatan
membersihkan lingkungan
rungan dan keluarga tidak
mengajarkan hidup bersih
dan sehat kepada anak )
Terapeutik :
2. Memberikan kesempatan
bertanya ( keluarga klien
menanyakan bagaimana
cara menaikan trombosit
anaknya yang turun )
Edukasi :
3. Menjelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan ( faktor yang

84
dapat mempengaruhi
kesehatatan yaitu
lingkungan, bak mandi,
genangan air jernih banyak
jentik-jentik nyamuk yang
mengakinatkan demam
berdarah )
4. Mengajarkan perilaku
hidup sehat ( mengajarkan
cara cuci tangan yang
benar, dan membuang
sampah pada tempatnya )

Jumat / 21 Juni 2019 Resiko 08.00  Mencegahan Perdarahan Jam 13.00


Perdarahan S:
Observasi :
berhubungan  Ibu klien mengatakan trombosit
1. Memonitor tanda dan
dengan anaknya menurun
gejala perdarahan
gangguaan  Pasien mengatakan lemah
(perdarahan pada hidung /
koagulasi O::
mimisan, muntah terus
(penurunan
85

trombosit) menerus)  Trombosit klien 19* [10^3/uL]


ditandai dengan 2. 
Memonitor nilai Pasien tampak lemah
trombositopenia hematokrit 2.95 [10^3/uL]
A : Resiko Perdarahan
Terapeutik : P : Intervensi dilanjutkan
3. Mempertahankan
 bedrest
Mencegahan perdarahan 1, 2, 3 dan
selama perdarahan
Edukasi :
4. Menjelaskan tanda dan
gejala perdarahan ( tanda
gejala perdarahan yaitu
mimisan, mual muntah,
feses berwarna hitam,
kesemutan ditangan atau
kaki )
5. Menganjurkan
meningkatkan asupan
untuk menghindari
konstipasi ( banyak
mengkonsumsi pepeaya

86
agar tidak terjadi konstipasi
)
Kolaborasi :
6. Melakukan Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu (tidak
ada diberikan obat)

5. Sabtu / 22 Juni 2019 Hipovolemia 08.00  Memanajemen Jam 13.00


berhubungan hipovolemia S:
dengan Observasi :  Ibu klien mengatakan klien sudah
Peningkatan 1. Memperiksa tanda dan mau minum
permeabilitas gejala hipovolemik (  Ibu klien mengatakan klien tidak
kapiler ditandai tekanan darah menurun ada merasa letih atau lemah lagi
dengan mukosa 100/70 mmHg, membran  Ibu klien mengatakan klien siang
bibir kering mukosa klien masih kering, tidak ada muntah
bibir pecah-pecah, lidah  Ibu klien mengatakan suhu tubuh
klien putih, hematokrit

87
meningkat 42,4
meningkat, dari hasil
laboratorium klien )
hematokrit klien tidak
2. Memonitor intake dan
klien masih turun naik
output cairan
O:
Intake: oral : 1200
 Klien tampak sudah segar
Output : urine : 100 cc
Terapeutik :  Bintik-bintik merah di tangan klien
sudah berkuran
3. Memberikan asupan cairan
 TD : 100/70 P : 30 x/m
oral, sebanyak 4 gelas dari jam 08.00-14.00, 1200 cc Edukasi :
N : 83 x/m S : 35,0 ˚C
4. Mengingatkan kembali
kepada keluarga dan klien  Pteke pada tangan ( + ) Input : 1200 cc

untuk memperbanyak Output : urine : 100 cc IWL : 38 x 10 x 7 / 2


minum sesuai kebutuhan jam =
tubuh sekitar 2400 cc / 24 110,8 cc

jam Balance Cairan : - 310,8


A : Hipovolemik teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
 Memanajemen Hipovolekimia
no 1,2,3, dan 5

88
Kolaborasi :
5. Memantau pemberian
cairan IV isotonis ( RL 30
tts/m )
 Memantau cairan Observasi :
1. Memonitor berat badan ( BB 38 Kg )
2. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium (
hematokrit 42,4 [%] )

3. Berikan asupan cairan oral sebanyak 4 gelas dari jam 08.00-14.00, 1200 cc
4. Memberikancairan
intravena ( RL 30 tts/m )
Kolaborasi :
Melakukan Kolaborasi

89
pemberian diuretic tidak
dilakukan, karena tidak
sesuai dengan kondisi
klien. Klien urine nya
lancar tidak memakai
kateter.
5. Sabtu / 22 Juni 2019 Defisit Nutrisi 10.00  Manajemen nutrisi S:
berhubungan O:  Ibu klien mengatakan nafsu
dengan 1 dan 2 sudah dilakukan makan klien sudah mulai enak.
prikologis pada hari pertama  Klien mengatakan pusing saat
(keengganan T: berdiri dan duduk sudah
untuk makan) 3. Memberikan makanan berkurang
ditandai dengan tinggi serat untuk  Ibu klien mengatakan klien
berat badan mencegah konstipasi ( tidak ada muntah
menurun papaya, sayur bayam )  Ibu klien mengatakan klien
E: sudah ada BAB satu kali
4. Menganjurkan posisi O :
duduk jika mampu, agar  Klien tampak nafsu makan
klien tidak merasa letih dan

90
lemah.
K: mulai membaik

5. Melakukan kolaborasi  Klien hanya menghabiskan ½ dari


dengan ahli gizi untuk porsi yang diberikan
menentukan jumlah kalori  Mukosa bibir klien tampak pucat

dan jenis nutrien yang  TD : 100/70 mmHg


dibutuhkan N : 84 x/m

 Memantau nutrisi O : P : 30 x/m

1. Mengidentifikasi kelainan  S : 35 ˚C

pada kulit, ( pada kulit klien tbintik-bintik merah di tangan klien sudah berkurang ). A : Defisit nutrisi teratasi sebagian

2. Mengidentintifikasi P : Intervensi dilanjutkan

kelainan eliminasi, BAK klien lancar, sedangkan BAB klien sudah ada 1  Memanajemen Nutrisi
 Pemantauan Tanda Vital

91
kali.
3. Memonitor mual dan
muntah ( klien sudah tidak
merasakan mual dan
muntah )
T:
4. Menimbang berat badan,
berat badan 45 kg
6. Sabtu / 22 Juni 2019 Defisit 12.00  Edukasi Kesehatan S:
Pengetahuan Observasi :  Ibu klien mengatakan kurang
berhubungan 1. Mengulang kembali pengatuhuan tentang
dengan Mengidentifikasi faktor-  penyakitnya
gangguan faktor yang dapat  Ibu mengatakan kurang
fungsi kognitif meningkatkan dan informasi tentang penyakit
ditandai dengan menurunkan motivasi anaknya
kurang perilaku hidup bersih dan O :
informasi sehat ( yang dapat  Ibu klien tampak bingung
meningkatkan hidup bersih  Ibu klien tampak sering bertanya
dan sehat dengan cara

92
mencuci tangan setiap tentang penyakit anaknya
sebelum atau sesudah  TD : 100/70 mmHg
melakukan aktivitas, N : 64 x/m
membersihkan rumah. P : 24 x/m
Yang dapat menurunkan S : 36,5 ˚C
motivasi prilaku hidup A : Defisit Pengetahuan teratasi
bersih dan sehat yaitu sebagian
kurangnya partisipasi P : Intervensi dilanjutkan
keluarga dalam  Edukasi kesehatan
membersihkan lingkungan
rungan dan keluarga tidak
mengajarkan hidup bersih
dan sehat kepada anak )
Terapeutik :
2. Memberikan kesempatan
bertanya ( dan keluarga
klien menanyakan kenapa
trombosit anaknya masih
turun, bagaimana cara

93
mengatasinya )
Edukasi :
3. Menjelaskan kembali
faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan (
faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatatan
yaitu lingkungan, bak
mandi, genangan air jernih
banyak jentik-jentik
nyamuk yang
mengakinatkan demam
berdarah )
4. Mengajarkan perilaku
hidup sehat ( mengajarkan
kembali cara cuci tangan
yang benar, dan membuang
sampah pada tempatnya )

94
Sabtu / 22 Res 08.  Mencegahan
Juni 2019 iko 00 Perdarahan
Perdarahan Jam 13.00
Observasi : S:
berhubungan
1. Memonitor tanda dan  Ibu klien mengatakan trombosit
dengan
gejala perdarahan anaknya menurun
gangguaan
(perdarahan pada hidung / Pasien mengatakan lemah
koagulasi O::
mimisan, muntah terus
(penurunan
menerus)  Trombosit klien 12* [10^3/uL]
trombosit)
2. Memonitor nilai  Pasien tampak lemah
ditandai dengan A : Resiko Perdarahan
hematokrit 2.95 [10^3/uL]
trombositopenia P : Intervensi dilanjutkan
Terapeutik :
 Mencegahan perdarahan 1 dan 2
3. Mempertahankan bedrest
selama perdarahan
Edukasi :
4. Menjelaskan tanda dan
gejala perdarahan ( tanda
gejala perdarahan yaitu
mimisan, mual muntah,
feses berwarna hitam,

95
kesemutan ditangan atau
kaki )
5. Menganjurkan meningkatkan asupan untuk menghindari konstipasi ( banyak
mengkonsumsi pepeaya agar tidak terjadi konstipasi
)

6. Melakukan Kolaborasi
pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu (
tidak ada diberikan obat)
7. Senin / 24 Juni 2019 Hipovolemia 08.00  Memanajemen Jam 13.00
berhubungan hipovolemia S:
dengan Observasi :  Ibu klien mengatakan klien sudah
Peningkatan 1. Memperiksa tanda dan sering minum
permeabilitas gejala hipovolemik (  Ibu klien mengatakan sudah tidak

96
pec
kapiler ditandai tekanan h,
hem
dengan mukosa 100/70
me
bibir kering mukosa has
il
lemab,
hem
it
merasa letih lagi
meningkat 40.4 [%]
2. Memonitor  Ibu klien mengatakan klien tidak ada
muntah
output cairan
Intake: 1850cc Ibu klien mengatakan suhu tubuh klien
masih turun naik
Output : urine : 1350 cc
O:
Terapeutik :
 Klien tampak segar
3. Memberikan asupan cairan
 4 gelas
oral, sebanyak Bintik-bintik
dari merah di tangan klien

jam sudah tidak ada lagi

Kolaborasi :  TD : 110/80 P : 28 x/m

4. Memantau N : 70 x/m S: 35,5 ˚C


Input : 1850 cc
Output : urine : 1350 cc
IWL : 38 x 10 x 7 / 2 jam =
110,8 cc
Balance Cairan : + 389,2
A : Masalah Hipovolemik teratasi
P : Intervensi dihentikan

97
cairan IV isotonis ( RL 30
tts/m )
 Memantau cairan Observasi :
1. Memonitor berat badan ( BB 45 Kg
2. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium (
hematokrit 40.4 [%] )

3. Berikan asupan cairan oral sebanyak 8-9 gelas 1880 cc dalam 2 jam
4. Memberikan cairan intravena ( RL 30 tts/m )
8. Senin / 24 Juni 2019 Defisit Nutrisi 10.00  Manajemen nutrisi S:
berhubungan  Ibu klien mengatakan nafsu
T:
dengan makan klien membaik
4. Memberikan makanan
psikologis

98

(keengganan tinggi
untuk makan) mencegah
ditandai dengan papaya, sayur bayam )
penurunan berat K:
badan 6. Melakukan
dengan 
1. Mengidentifikasi kelainan
 Klien mengatakan tidak ada merasa
pada kulit, ( pada kulit klien tbintik-bintik merah
pusing saat berdiri dan duduk
di tangan klien sudah tidak
 Ibu klien mengatakan klien
ada lagi ).
sudah ada BAB
5. Mengidentintifikasi
O:
kelainan eliminasi, BAK
klien lancar, sedangkan  Klien tampak menghabiskan makan
nya
 Mukosa bibir klien tampak lembab
 TD : 110/80 mmHg
N : 70 x/m
P : 28 x/m
 S : 35,5 ˚C
A : defisit nutrisi teratasi
P : Intervensi dihentikan

99
BAB klien sudah mulai
lancar
6. Memonitor mual dan
muntah (klien sudah tidak
ada mual dan muntah lagi )
T:
7. Menimbang berat badan,
berat badan klien 45 kg
9. Senin / 24 Juni 2019 Deficit 12.00  Edukasi Kesehatan S:
pengetahuan Sudah mengasih tahu kepada  Ibu klien mengatakan sudah tau
berhubungan keluarga tentang faktor yang tengtang penyakit anaknya
dengan mempengaruhi hidup bersih dan  Ibu mengatakan tau informasi
gangguan sehat, dan cara meningkatkan tentang penyakit anaknya
fungsi kognitif hidup bersih dan sehat O:
ditandai dengan  Ibu klien tampak sudah tidak
kurang bingung lagi
informasi  TD : 110/80 mmHg
N : 70 x/m

100
P : 28 x/m
S : 35,5 ˚C
A : defisit Pengetahuan teratasi
P : Intervensi dihentikan

Sabtu / 22 Juni 2019 Resiko 08.00  Mencegahan Perdarahan Jam 13.00


Perdarahan S:
Observasi :
berhubungan  Ibu klien mengatakan trombosit
1. Memonitor tanda dan
dengan anaknya sudah mulai meningkat
gejala perdarahan
gangguaan  Pasien mengatakan tidak terasa
(perdarahan pada hidung /
koagulasi lemah lagi
mimisan, muntah terus
(penurunan O::
menerus)
trombosit)
2. Memonitor nilai  Trombosit klien 23* [10^3/uL]
ditandai dengan
hematokrit 2.95 [10^3/uL]  Pasien tampak segar
trombositopenia
A : Resiko Perdarahan teratasi
P : Intervensi dihentikan
101
BAB IV

PEMBAHASAN

Selama penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien An.D dengan diagnosa

Dengue Hemorhagic Fever ( DHF ) Diruangan Rawat Inap Anak RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 21 Juni 2019, maka disini akan terlihat

keadaan klien secara nyata. Dalam studi ini penulis tidak menemukan kesenjangan

atara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Pembahasan ini dibuat sesuai dengan

tahap-tahap dan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian perencanaan,

implementasi, evaluasi.

4. 1 Pengkajian

4.1.1 Riwayat Kesehatan Sekarang

Menurut Nursalam (2008), pada penyakit DHF Didapatkan adanya

keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam

kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3

sampai ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai

dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia,

diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu

hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi

perdarahan pada kulit, melena atau hematesis. Hal ini sesuai dengan

hasil pengkajian An.D didapatkan ada bintik-bintik merah di tangan

klien, mual muntah, kepala terasa pusing. Hal ini terjadi karena klien

terinfeksi yang disebabkan oleh virus dengue akan menyebabkan

viremia seperti tanda dan gejala diatas. Pada penderita DHF terdapat

102
kerusakan yang umum pada system vaskuler yamg

mengakibatkatkan terjadinya peningkatan permeabilitas dinding

pembuluh darah. Plasma dapat menembus dinding vaskuler selama

proses perjalanan penyakit, dari mulai demam hingga klien

mengalami renjatan berat (Huda & Kusuma 2015).

4.1.2 Riwayat Kesehatan Dahulu

Menurut Nursalam (2008), Penyakit apa saja yang pernah diderita

pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe

virus yang lain.Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada saat

melakukan pengkajian pada An.D , ibu klien mengatakan klien

pernah mengalami penyakit DHF pada umur 4 tahun yang lalu, dan

klien pernah di rawat di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.

Menurut Suriadi dan Yuliana (2010), hal ini terjadi Karena penyakit

infeksi yang disebabkan oleh virus, tubuh secara alamiah akan

membentuk antibodi untuk melawan virus tersebut. Tetapi pada

penyakit DHF meski terbentuk antibodi, tubuh bukannya kebal tetapi

merespon virus dengan berlebihan sehinggaa menimbulkan gejala

yang lebih parah dengan tipe virus yang berbeda.

4.1.3 Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut Nursalam (2008) pada anak DHF, Penyakit apa saja yang

pernah di derita sama keluarga klien. Pada saat melakukan

pengkajian ibu klien mengatakan kakak klien sedang mengalami

penyakit yang sama, dan dilingkungan kos klien memang sudah

banayak yang terkena penyakit DHF dan tidak ada keluarga lainnya

103
yang memiliki penyakit hipertensi, DM, jantung, dan penyakit

lainnya.

4.1.4 Pola Makan

Menurut Nurslam (2008), secara teori anak menderita DHF dapat

bervariasi.Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan

mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Hal ini sesuai dengan hasil

pengkajian dan teori dengan hasil klien menghabiskan 3 sendok dari

porsi makanan di rumah sakit, ibu klien mengatakan nafsu makan

anaknya menurun, berat badan klien menurun dengan BB : 38 Kg,

dan status gizi klien kurang dengan IMT : 38 / (144)² = 18,3 . Hal ini

terjadi karena kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan

pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak akan mengalami

penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

Klien bisa mengalami mual muntah, nafsu makan klien yang

menurun (Nursalam : 2008).

4.1.5 Pemeriksaan Fisik

a. Kesadaran

Secara teoritis menurut Nursalam (2008), kesadaran klien

composmentis, keadaan umum lemah, hal ini sesuai dengan

hasilpengkajian didapatkan bahwa GCS (15 E=4, V=5, M=4)

dengan kesadaran klien composmentis, pada saat pengkajiaan

klien bisa merespon secara spontan, kemudian pasien bisa

berorientasi dan menjawab pertanyaan perawat dengan baik, dan

klien bisa mengikuti perintah seperti disuruh untuk mengangkat

104
tangannya. Hal ini terjadi karena tidak ada gangguan syok pada

klien dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin

pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar

mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya

menunjukkan prognosis yang buruk (Susilaningrum, 2013).

b. Head to toe

 Kepala

Secara teoritis menurut Nursalam, (2008) yang dikaji

bentuk, kebersihan, ada pembengkakan atau tidak, yang

didapatkan saat pengkajian Rambut klien tampak hitam,

rambut klien berminyak dan lepek, tidak ada ketombe, tidak

ada kutu, Tidak ada terdapat udem dan pembengkakan pada

kepala.

 Mata

Secara teoritis menurut Nursalam, (2008) konjungtiva

anemis dan saat pengkajian mata Bersih, tidakada kotoran,

mata simetris kiri dan kanan, Pupil isokor, sclera tidak

ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak ada gangguan

penglihatan. Hal ini terjadi karena Hb klien tidak rendah Hb

klien normal.

 Telinga

Secara teoritis menurut Nursalam, (2008) yang dikaji pada

anak DHF yaitu tidak ada perdarahan di telinga, simetri,

bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.

105
Hal ini sesuai dengan hasil pengkajian didapatkan telinga

bersih, tidak ada serumen, tidak ada perdarahan ditelinga,

tidak ada gangguan pendengaran.

 Hidung

Secara teoritis menurut Nursalam (2008) yang dikaji pada

anak DHF yaitu hidung kadang mengalami perdarahan

( epistaksis ), hidung bersih, bentuk simertris. Hal ini sesuai

dengan hasil pengkajian yang didapatkan kadang ada

perdarahan di hidung (mimisan), hidung bersih, bentuk

simetris. Hal ini terjadi karena trombosit klien yang rendah

akibat virus dengue, yang mengakibatkan kebocoran

plasma yang berakhir pada perdarahan, baik pada jaringan

kulit maupun saluran cerna. (Huda & Kusuma 2015).

 Mulut

Secara teoritis menurut Nursalam (2008) yang dikaji pada

mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi

perdarahan gusi, dan nyeri menelan. Hal ini sesuai dengan

hasil pengkajian yang didapatkan mukosa bibir kering,

tidak ada perdarahan gusi dan tidak ada gangguan lainnya.

Hal ini terjadi karena klien kurang minum

 Tenggorakan

Nursalam (2008) yang dikaji pada DHF tenggorokan

mengalami hyperemia pharing, dan ada gangguan atau

106
tidak. Hal ini sesuai dengan hasil pengkajian didapatkan

tenggorokan tida ada gangguan.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pada tinjauan teoritis menurut Nursalam (2008) dilakukan

pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah (Trombosit

menurun ). Hal ini sesuai dengan pengkajian dengan

didapatkan hasil pemriksaan darah trombosit 19* [10^3/uL],

trombosit klien menurun. Hal ini terjadi karena disebabkan

oleh virus dengue yang menyerang trombosit yang dibawa

oleh nyamuk aedes aegypti yang mengakibatkan kebocoran

plasma ( Padila, 2013).

4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis terhadap pengalaman

atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan,

pada resiko masalah kesehatan atau proses kehidupan. Pada tinjauan teoritis

ditemukan 6 diagnosa keperawatan, sedangkan pada tinjauan kasus

ditemukan 3 diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus

karena sesuai dengan keadaan pasien. Diagnosa uang muncul adalah :

1) Kekurangan volume cairan ( hipovolemia ) berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering. Data pendukung

kekurangan volume cairan (hipovolemia) b/d kekurangan intake cairan d/d mukosa bibir

kering yaitu, saat dilakukan pengkajian hari Jumat 21 Juni 2019, ibu klien mengatakan klien

kurang

107
minum, klien mengatakan klien letih Ibu klien mengatakan klien tadi

siang muntah 2x, Ibu klien mengatakan suhu tubuh klien turun naik TD :

100/70 mmHg Nadi : 64 x/m Pernafasan : 24 x/m Suhu : 36,5. Intake :

1170 cc, output : 1300cc, IWL : 110,8 cc, Balance Cairan : -240,8 cc.

Hal ini terjadi karena ada kebobocoran plasma darah yang mengeluarkan

air, ion, dan gula, dan klien mengalami kurang minum, dan kurangnya

cairan pada tubuh klien (Syaifuddin 2011).

2) Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk makan)

ditandai dengan berat badan menurun

Data pendukung deficit nutrisi b/d psikologis (keengganan untuk makan)

d/d berat badan menurun, yaitu Ibu klien mengatakan nafsu makan klien

berkurang, ibu klien mengatakan, BB badan klien turun, Klien

mengatakan pusing saat berdiri dan duduk BB klien 38 Kg semula 40

Kg. Menurut Suriadi & Yulisna (2010), hal ini terjadi karena virus

dengue yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk yang

bereaksi dengan antibodi di dalam tubuh dan mengakibatkatkan mual

muntah karena adanya stiumulusi pada medulla vomiting, terjadinya

mual muntah menyebabkan anoreksia, nafsu makan berkurang,

penurunan berat badan, dan status gizi klien kurang, ditandai dengan

IMT : BB/(TB)² = 38/(1.44)² = 18,3

3) Defisit Pengetahuan Keluarga berhubungan dengan gangguan fungsi

kognitif ditandai dengan kurang informasi

Data pendukung deficit pengetahuan keluarga b/d gangguan fungsi

kognitif d/d kurang informasi yaitu saat dilakukan pengkajian Ibu klien

108
mengatakan kurang pengatuhuan tentang penyakit anaknya, Ibu

mengatakan kurang informasi tentang penyakit anaknya. Hal ini terjadi

Karena kurangnya pengetahuan keluarga dan informasi yang jelas

tentang penyakit.

4) Resiko Perdarahan Berhubungan Dengan gangguan koagulagi (penurunan

trombosit) ditandai dengan trombositopenia.

Data pendukung Resiko Perdarahan Berhubungan Dengan gangguan

koagulagi ditandai dengan trombositopenia yaitu saat dilakukan

pengkajian, ibu klien mengatakan trombosit anaknya menurun, klien

mengatakan lemah. Hal ini terjadi Karena trombosit yang menurun

akibat virus dengue yang menyerang trombosit dibawa oleh nyamuk

aedes aegypti, fungsi trombosit menjaga plasma darah dan pembekuaan

darah, jika terjadi kerusakan pada pembuluh darah maka trombosit akan

berkumpul dan menutup lubang yang bocor dengan cara saling melekat

(syaifuddin, 2011)

Diagnosa pada teori yang tidak ditemukandikasus :

1) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue Alasan

penulis tidak mengangkat diagnosa ini, karena datanya tidak sesuai pada saat pengkajian suhu

tubuh klien tidak tinggi lagi, suhu 36,5 ˚C, suhu tubuh klien masih turun naik dan Hb klien

tidak rendah.

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Alasan penulis tidak mengangkat diagnosa ini pada saat pengkajian

datanya tidak sesuai aktivitas klien tidak sepenuhnya dibantu sama

109
keluarganya. Jadi penulis tidak ada mengangkat diagnosa ini

karena klien masih bisa beraktivitas sendiri.

4.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi Keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat

lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang di prakarsai

oleh perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif (Mc. Closky & Bulechek,

200)

Dalam menyusun rencana timdakan keperawatan kepada klien berdasarkan

prioritas masalah yang ditemukan tidak semua rencana tindakan pada teori

dapat ditegakkan pada tinjauan kasus. Karena tindakan pada tinjauan kasus

disesuaikan dengan keluhan dan keadaan klien pada saat pengkajian.

4.3.1 Untuk diagnosa pertama

Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler

ditandai dengan mukosa bibir kering, rencana yang dilakukan

manajemen hipolemia ( periksa tanda gejala hipolemik, monitor

intake dan output cairan, berikan asupan caiaran oral, anjurkan

memperbanyak asupan cairan oral, kolaborasi pemberian cairan IV

isotonis ( RL ) ), Manajemen cairan ( Monitor berat badan, monitor

hasil pemeriksaan laboratorium, berikan cairan intravena, ). Hal ini

sesuai dengan SIKI. Rencana akan dilakukan untuk memantau

keseimbangan cairan pada tubuh klien akibat kebocoran plasma,

sehingga nantinya diharapkan asupan cairan pada tubuh klien

terpenuhi.

110
4.3.2 Untuk diagnosa kedua

Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk

makan) ditandai dengan berat badan menurun rencana yang

dilakukan Manajemen nutrisi( Identifikasi alergi, identifikasi

makanan yang disukai, berikan makanan tinggi serat untuk

mencegah konstipasi, anjurkan posisi duduk jika mampu, kolaborasi

dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien

yang dibutuhkan ), Pemantauan tanda vital ( Monitor TTV,

dokumentasikan hasil pemantauan, informasikan hasil pemantauan ).

Hal ini sesuai dengan buku SIKI. Rencana akan dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi, sehingga nantinya diharapkan intake

dan output adekuat, BB ideal, klien tidak lemas lagi (Hidayat, 2006).

4.3.3 Untuk diagnosa ketiga

Defisit Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif

ditandai dengan kurang informasi, rencana yang dilakukan Edukasi

Kesehatan ( Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima

informasi, identifikasi faktor-faktor yang dapay meningkatkan dan

menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat, Sediakan

materi dan media pendidikan kesehatan, berikan kesempatan

bertanya, Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi

kesehatan). Rencana akan dilakukan untuk memberika meningkatkan

pengetahuan dan wawasan keluarga, serta sikap, praktek baik

individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan

111
meningkatkan kesehatan. Sehingga diharapkan keluarga tidak kurang

pengetahuan (Nuradita & Mariam, 2013).

4. 4.1Untuk Diagnosa Keempat

Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi

(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia rencana

yang dilakukan Mencegahan Perdarahan ( Monitor tanda dan gejala

perdarahan, Monitor nilai hematokrit / hemoglobin sebelum dan

sesudah kehilangan darah, Pertahankan bedrest selama perdarahan,

Jelaskan tanda dan gejala perdarahan, Anjurkan meningkatkan

asupan untuk menghindari konstipasi, Kolaborasi pemberian obat

pengontrol perdarahan, jika perlu). Rencana akan dilakukan untuk

mengurangi terjadinya syok yang ditandai dengan nadi lemah dan

cepat disertai dengan tekanan nadi yang menurun (20 mmHg atau

kurang) tekanan darah yang menurun ( tekanan sistolik menurun

sampai 80 mmHg atau kurang), kulit teraba dingin (Nursalam, 2008).

Sehingga diharapkan tidak ada resiko perdarahan yang terjadi pada

klien.

Rencana penerapan Atraumatic Care pada asuhan keperawatan ini

adalah mencegah atau mengurangi cedera dan nyeri, memodifikasi

lingkungan fisik. Pada Familly Center Care adalah melibatkan orang

tua pada saat merawat anak dalam proses hospitalisasi,

meminimalkan trauma pada saat anak dirawat.

112
4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan

oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam

proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi

pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam,

2011).

Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan

rencana tersebut data bentuk nyata. Terlebih dahulu penulis menulis strategi

agar tindakan keperawatan dapat terlaksanakan, yang di mulaibdengan

melakukan pendengkatan pada klien agar nantinya klien mau melaksanakan

apa yang perawat anjurkan, sehingga seluruh rencana tindakan keperawatan

yang dilaksanakan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.

4.4.1 Untuk diagnosa pertama

Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler

ditandai dengan mukosa bibir kering, rencana yang dilakukan

Memanajemen hypovolemia. Memperiksa tanda dan gejala

hipovolemik ( tekanan darah 100/70 mmHg, membran mukosa klien

kering, bibir pecah-pecah, lidah klien putih, hematokrit meningkat,

dari hasil laboratorium klien hematokrit klien tidak meningkat 41.2

[%] ), Memonitor intake dan output cairanIntake: 1170 Output :

urine : 1300 cc , Memberikan asupan cairan oral, sebanyak 4 gelas

dari jam 08.00-14.00, 1200 cc, Menganjurkan memperbanyak asupan

cairan oral, dengan cara memberi tahu kepada keluarga atau klien

untuk memperbanyak minum sesuai

113
kebutuhan tubuh sekitar 2400 cc / 24 jam, Memantau pemberian

cairan IV isotonis ( RL 30 tts/m ). Memanajemen cairan : Memonitor

berat badan sebelum dan sesudah dialysis ( BB sebelum sakit 45 Kg

dan sesudah 42 Kg ), Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium

( hematokrit 41.2 [%] ) memberikan asupan cairan oral sebanyak 4

gelas dari jam 08.00-14.00, 1200 cc , Memberikan cairan intravena

( RL 30 tts/m ), Melakukan Kolaborasi pemberian diuretic tidak

dilakukan, karena tidak sesuai dengan kondisi klien. Klien urine nya

lancar tidak memakai kateter.

4.4.2 Untuk diagnosa kedua

Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk

makan) rencana yang dilakukan Manajemen nutrisi :

Mengidentifikasi alergi, klien tidak ada alergi terhadap obat maupun

makanan., mengidentifikasi makanan yang disukai, makanan yang

disukai klien. Makanan yang disukai klien ayam, ikan, nasi goring,

mangga, pisang dan makanan yang tidak disukai klien nenas. ,

memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

( pepaya ), menganjurkan posisi duduk jika mampu, agar klien tidak

merasa letih dan lemah. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan.

Pemantauan nutrisi, Mengidentifikasi kelainan pada kulit, ( pada

kulit klien terdapat bintik-bintik merah di tangan klien ),

Mengidentintifikasi kelainan eliminasi, BAK klien lancar, sedangkan

BAB klien susah, Memonitor mual dan muntah ( klien merasakan

114
mual dan muntah ), Menimbang berat badan, berat badan klien 42 kg

, Menjelaskan tujuan prosedur pemantauan ( ibu tujuan pemantauan

nutrisi agar nutrisi klien terpenuhi )

4.4.3 Untuk diagnosa ketiga

Defisit Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif

ditandai dengan kurang informasi rencana yang dilakukan Edukasi

Kesehatan, Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan

dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat ( yang

dapat meningkatkan hidup bersih dan sehat dengan cara mencuci

tangan setiap sebelum atau sesudah melakukan aktivitas,

membersihkan rumah. Yang dapat menurunkan motivasi prilaku

hidup bersih dan sehat yaitu kurangnya partisipasi keluarga dalam

membersihkan lingkungan rungan dan keluarga tidak mengajarkan

hidup bersih dan sehat kepada anak ), Memberikan kesempatan

bertanya ( keluarga klien menanyakan bagaimana cara menaikan

trombosit anaknya yang turun ), Menjelaskan faktor risiko yang

dapat mempengaruhi kesehatan ( faktor yang dapat mempengaruhi

kesehatatan yaitu lingkungan, bak mandi, genangan air jernih banyak

jentik-jentik nyamuk yang mengakinatkan demam berdarah ),

Mengajarkan perilaku hidup sehat ( mengajarkan cara cuci tangan

yang benar, dan membuang sampah pada tempatnya )

4.4.4 Untuk Diagnosa Keempat

Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi

(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia rencana

115
yang dilakuka Mencegahan Perdarahan, Memonitor tanda dan gejala

perdarahan (perdarahan pada hidung / mimisan, muntah terus

menerus), Memonitor nilai hematokrit 2.95 [10^3/uL],

Mempertahankan bedrest selama perdarahan, Menjelaskan tanda dan

gejala perdarahan ( tanda gejala perdarahan yaitu mimisan, mual

muntah, feses berwarna hitam, kesemutan ditangan atau kaki ),

Menganjurkan meningkatkan asupan untuk menghindari konstipasi

(banyak mengkonsumsi pepeaya agar tidak terjadi konstipasi),

Melakukan Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika

perlu ( tidak ada diberikan obat)

Untuk rencana penerapan Atraumatic Care pada asuhana

keperawatan ini dilakukan adalah perawat memodifikasi ruang

perawatan dengan car membuat situasi ruang anak menjadi terlihat

nyaman seperti mengajak anak dan keluarga mengobrol. Dan pada

Familly Center Care adalah melibatkan orang tua saat pemasangan

infus, dengan cara orang tua selau dekat dengan anaknya.

4.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi

meliputi evaluasi hasil dan evaluasi proses. Pada kasus ini menunjukkan

bahwa adanya kemajuan atau keberhasilan dalam mengatasi masalah pasien.

pada kasus An.D yang dirawat diruang rawat inap anak RSUD Dr.Achmad

Mochtar Bukittingi dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan

sebagai metode pemecahan masalah, hasil evaluasi akhir yaitu pada tanggal

116
20 – 22 Juni 2019 dari diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus,

keseluruhan diagnosa keperawatan telah teratasi,

4.5.1 Pada diagnosa pertama setelah dilakukan asuhan keperawatan selama

3x24 jam masalah hipovolemia membaik dengan memanajemen

hipovolemia, memanajemen cairan, dengan hasil mukosa bibir

lembab, bibir tidak pecah-pecah, lidah bersih, turgor kulit baik, klien

banyak minum TD : 110/80 mmHg. N ; 70 x/m, P ; 28 x/m, S ; 36,5

˚C, klien sudah diperbolehkan pulang. Karena asupan cairan pada

tubuh klien sangat penting untuk mengganti air dan ion yang keluar

dari pembuluh darah akibat mengalami kebocoran (Dr. Leonard

Nainggolan, 2012).

4.5.2 Pada diagnosa kedua setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam

maslah Defisit Nutrisi tetap, dengan hasil klien sudah tampak

menghabiskan 1 porsi makan, berat badan klien 38 Kg, TB 144 cm,

jadi: BB/(TB)² = 18,3 yang artinya status gizi klien masih kurang,

klien sudah boleh pulang. Karena BB dalam 3 hari tidak langsung

naik atau bertambah, untuk menaikan BB harus memerlukan waktu

yang cukup. Dapat diperbaiki dengan pengaturan makanan sesuai

selera anak, memilih menu makanan yang kandungan gizinya cukup

tinggi dan lebih variatif supaya anak tidak bosan (Ain, dkk, 2015)

4.5.3 Pada diagnosa ketiga setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam

masalah Defisit Pengetahuan membaik dengan hasil ibu klien sudah

tau penyakit anaknya dan bagaimanacara meningkatkan hidup sehat,

dan sudah mengetahui informasi. Karena keluarga sudah

117
mendapatkan informasi dan terpapar dengan pengetahuan apa yang

diberikan,

4.5.4 Pada Diagnosa keempat setelah dilakukan asuhan keperawatan

3x2jam masalah resiko perdarahan membaik dengan trombosit

anaknya meningkat dengan hasil 23* [10^3/uL]. Karenan trombosit

adalah salah satu sel dalam darah yang berfungsi untuk

menghentikan perdarahan. Trombosit berperan dalam pembekuan

darah dan membuat darah menjadi lengket sehingga bisa membentuk

gumpalan (Syaifuddin, 20110

Penerapan rencana Atraumatic Care setelah dilakukan asuhan

Keperawatan, pada saat pemasangan infus klien tampak tenang, tidak

ada nyeri. Penerapan rencana Familly Center Care setelah dilakukan

asuhan Keperawatan klien dan keluarga tampak tenang dan nyaman.

118
BAB V

PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

5. 1. 1 Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

aegepty (suriadi & rita yuliani, 2010). Yang ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu

demam tinggi, perdarahan, hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul rejatan

(sindrom rejatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan

kematian.

5. 1. 2 Dari hasil pengkajian di ruang rawat inapRSUD Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi. Data yang didapatkan, Ibu klien mengatakan demam sejak 4

hari yang lalu, ibu mengatakan suhu tubuh turun naik, ibu klien mengatakan klien buang air

besar tidak ada sejak hari minggu sebelum masuk rumah sakit, mengatakan badan

terasa letih,ibu klien mengatakan nafsu makan menurun, minum kurang, ibu klien

mengatakan trombosit klien menurun. Hasil pemeriksaan GCS : 15 (E=, M=6, V=5),

kesadaran : Compos Mentis, BB/TB : 5 Kg / 130 Cm, Tanda Vital : TD : 100/70 mmHg, N :6

x/m, P : 2 x/m, S :

36,5˚C, Trombosit : 19* [10^3/uL]

119
5. 1. 3 Dari hasil Diagnosa keperawatan yang muncul dalam Asuhan

Keperawatan pada An.D Dengan Dengue Hemorhagic Fever (DHF) DI Ruangan Rawat Inap

Anak RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2019, Kekurangan volume cairan

( hipovolemia ) berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan mukosa bibir

kering, Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk makan) ditandai

dengan berat badan menurun, Defisit Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi

kognitif ditandai dengan kurang informasi, Resiko Perdarahan berhubungan dengan

gangguan koagulasi (penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia.

5. 1. 4 Dari hasil Intervensi yang dilakukan pada klien adalah melakukan

manajemen hipovolemia, pemantauan cairan, manajemen nutrisi, pemantauan nutrisi, edukasi

keluarga, dan mencegah perdarahan.

5. 1. 5 Dari hasil implementasi yang dilakukan pada klien adalah

memeriksa tanda dan gejala hipovolemia, memonitor intake dan ouput, memanajemen nutrisi

(memonitor status nutrisi), memberikan edukasi kesehatan dan memonitor perdarahan dan

hasil pemeriksaan trombosit.

Dari perencanaan yang disusun oleh penulis, perencanaan untuk

diagnosa keperawatan disusun sesuai SDKI, SLKI, dan SIKI

120
5. 1. 6 Dari hasil evaluasi dilakukan, bahwa didapatkan masalah teratasi.

Masalah yang teratasi hipovolemia membaik, pengetahuan

keluarga membaik dan resiko perdarahan mulai membaik.

Sedangkan masalah yang tidak teratasi adalah defisit Nutrisi

klien masih tetap, BB : 38 Kg, TB : 144 cm, karena status gizi

klien masih kurang IMT : BB/(TB)² = 18,3.

5. 1. 7 Pada saat penulis melakukan pendokumentasian penulis melakukan

pengumpulan data pada saat pengkajian, menganalisis data untuk menegakkan diagnosa,

menyusun intervensi sesuai dengan masalah yang ada, melakukan implementasi sesuai

rencana yang telah dilakukan dan perawat melakukan evaluasi dari implementasi yamg sudah

diberikan.

5. 2 Saran

Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan yan telah

dilakukan,maka penulis dapat memberikan saran antara lain :

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Disarankan kepada institusi pendidikan untuk mengembangkan

ilmu kesehatan keperawatan anak kepada peserta didik sehingga

pengetahuan dan keterampilan tentang hal tersebut lebih baik lagi

kedepannya dan akan dapat membantu dalam mendukung untuk

bahan pengajaran ilmu keperawatan anak kedepannya.

121
5.2.2 Bagi Penulis

Dengan adanya Karya Tulis Ilmiah atau Laporan studi Kasus

dapat mengembangkan pengetahuan serta wawasan khususnya

mengenai ilmunkeperawatan anak tentang asuhan keperawatan

pada anak DHF. Dan dapat menjadi acuan bagi perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan selanjutnya dengan lebih baik

lagi.

5.2.3 Bagi Rumah Sakit

Diharapkan pihak rumah sakit khususnya ruangan anak dapat

memberikan informasi dan pengetahuan kepada petugas

kesehatan khususnya perawat untuk melakukan asyhan

keperawatan pada anak yang lebih baik lagi.

122
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta :

Salemba Medika

Aini. Kasiati. Rahayu. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Balita Yang dirawat Inap Di

Rumah Sakit. Jurnal Pendidikan Kesehatan, Volume , No 2, oktober 2015.

Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan

Keperawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu

Charnidah. A.N. 2012. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan

Anak. Yogyakarta. https://journal.uny.ac.id

Fadhillah Harif, 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ). Jakarta

Hidayat.A.A.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba

Medika.

Kemenkes RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta:

Mauliana Y, dkk 2018. Makalah Family Center Care. Mataram.

https//id.scribe.com

Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Kepearawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:

MediAction.

Nursalam, DR., susilaningrum, R., utami S. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi

Dan Anak Untuk Perawat Dan Bidan : Salemba Medika

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba

Medika

123
Potter, P.A, Perry, A.G, 2015 Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep

Proses, dan Praktik. Edisi . Volume 2. Alin Bahasa :Renata Komalasari,

dkk. Jakarta : EGC

Rini. D.M. 2013. Hubungan Penerapan Atraumatic Care D4engan Kecemasan

anak Prasekolah Saat Proses Hospitalisasi Di RSU dr. H. Koesnadi Jember.

https//repository.unei.ac.id

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta:

Sagung Seto

Suriadi, Yuliani Rita. (2010). Buku Pegangan Praktis Klinik Asuhan Keperawatan

pada Anak. Edisi 2, Penerjemah Haryanto, EGC, Jakarta, hal 122.

Suriadi, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta: CV Agung

Seto.

Susilaningrum, R. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan anak untuk Perawat dan

Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Supartini, 2000. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta

World Health Organization (WHO), 2012. Angka Kematian Bayi

124
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Penulis

Nama : Tika Genesha Putri


Tempat Tanggal Lahir : Pauh Kambar Hilir, 1 April
Agama : Islam
Negeri Asal : Pariaman
Jumlah saudara : 4 orang
Anak ke : 2 orang
Alamat : Korong Pauh Kambar Hilir, Kelurahan
Pauh Kambar, kecematan Nan Sabaris,
Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi
Sumbar.
II. Nama Orang Tua
Ayah : Zulkifli
Ibu : Mayulis

III. Riwayat Pendidikan

1. SDN 01 Nan Sabaris : Lulusan 2005 -2010


2. SMPN 01 Nan Sabris : Lulusan 2010-2013
3. SMAN 1 Nan Sabaris : Lulusan 2013-2016
4. Program Studi D III Keperawatan Stikes Perintis Padang Tahun 2016
Sampai Sekarang

125
126
127
128
129
130

Anda mungkin juga menyukai