Disusun oleh :
1. Dhania Nur Azizah
2. Muhammad Daffa Asyam
3. Nerissa Popy Arviana
4. Valentya Nadya Aulia Faramudita
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1................................................................................................................. Latar Belakang
1.2............................................................................................................ Rumusan Masalah
1.3.............................................................................................................................. Tujuan
1.4............................................................................................................................ Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1......................................................................................................................... Pengertian
2.2............................................................................................................................. Etiologi
2.3..................................................................................................................... Patofisiologi
2.4............................................................................................................................ Pathway
2.5............................................................................................................ Manifestasi Klinis
2.6....................................................................................................Pemeriksaan Penunjang
2.7........................................................................................................Asuhan Keperawatan
BAB III
PENUTUP
3.1...................................................................................................................... Kesimpulan
3.2................................................................................................................................ Saran
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.3. Patofisiologi
Patofisiologi flu burung atau avian influenza berbeda dengan penyakit influenza pada
umumnya. Pada flu burung, terjadi mutasi genetik secara antigenic drift dan antigenic
shift, sehingga virus membentuk varian-varian baru yang mampu mempertahankan diri
dan meningkatkan sifat patogenitasnya.
2
2.4. Pathway
3
2.6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk
sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah
rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi
nasofaringeal. Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
• Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5.
• Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
• Uji Serologi : 1. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari
spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil 1/80.
2. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil
pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain,
misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
3. Uji penapisan
• Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.
• ELISA untuk mendeteksi H5N1.
2. Pemeriksaan Hematologi Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit,
limfosit total. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
3. Pemeriksaan Kimia darah
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas
Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT,
peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah
dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan
penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
4. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu
burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan
gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik
dini.
5. Pemeriksaan Post Mortem
4
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan
untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi),
specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.
5
3. Ketidakseimbanngan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnea dan
anorexia
6
III. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, b.d peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan,
tebal, sekresi kental akibat influenza.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 1x24 jam jalan napas kemabli efektif
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih atau jelas
b. Mengeluarkan atau membersihkan secret
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan
dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal penyebaran,
krekels basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema);
atau tak adanya bunyi napas (asma berat).
b. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat
dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c. Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan “lapar udara,” gelisah, ansietas, distres
pernapasan, penggunaan otot bantu.
Rasional : Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses
kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi,
reaksi alergi.
d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur, duduk
pada sandaran tempat tidur
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan
menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi
yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan
lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi
dada.
e. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal yang
berhubungan dengan kondisi individu.
7
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
f. Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol
dispnea dan menurunkan jebakan udara
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi
jalan napas oleh sekresi).
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam pertukaran gas kembali
normal
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam
rentang normal (PCO2 : 35-45 mmHG, PO2 : 80-100 mmHG) dan tak ada gejala
distres pernapasan
b. Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi
Intervensi:
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas
bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya
proses penyakit.
b.Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah
untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai
kebutuhan/toleransi individu.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
c. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar
bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya
hipoksemia.
d. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
8
Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak
efektif.
e. Palpasi fremitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara
terjebak.
f. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA
memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang
berhubungan dengan hipoksemia.
g. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi
aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut.
Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai
toleransi individu.
Rasional : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak
mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat
diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun,
program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa
menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnea dan
anorexia
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan peningkatan napsu makan
b. Mempertahankan/meningkatkan berat badan
Intervensi:
a. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan.
Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Rasional : Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi
sputum, dan obat.
9
b. Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster
dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
c. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali
pakai dan tisu.
Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap napsu
makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
d. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan
makan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan
kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
e. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Rasional : Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen
dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
f. Hindari makanan yang sangat pedas atau sangat dingin.
Rasional : Suhu ekstrim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
g. Timbang berat badan sesuai indikasi.Rasional : Berguna untuk menentukan
kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana
nutrisi. Catatan: Penurunan berat badan dapat berlanjut, meskip un masukan adekuat
sesuai teratasinya edema.
V. EVALUASI
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap
perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga
melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika ditetapkan belum berhasil atau
teratasi.
10
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Flu burung
bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung dengan ayam atau unggas yang
terinfeksi flu burung. Satu-satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari
manusia ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan
virus flu manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia
karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat
terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat
peternakan ( termasuk melalui pakan ternak ). Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian,
termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada
saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain.
1.2 Saran
Kita sebagai perawat hendaknya memberikan penyuluhan dan informasi yang adekuat kepada
masyarakat mengenai penyakit flu burung, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan yang
cukup tenntang tanda-tanda yang akan muncuul ketika seseorang terinfeksi virus H5N1 dan
segera membawa ke rumah sakit dan diihrapkan petugas kesehatan dapat memberikan
pelayanan dan pengobatan dengan baik agar ttidak terjadi iinfeksi yang lebih berat.Selain itu
sebagai tenaga kesehatan sebaiknya berusaha semaksimall mungkin untuk melakukan
pencegahan terjadiinya penyebaran virus H5N1, dengan meminimalkan faktor penyebab
dengan kolaborasi tenaga kesehatan lain dan pemerintah serta kerjasama dengan masyarakat.
11
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes,M.E.2008.Rencana Asuhan Keperawatan,Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perwatan pasien.Jakarta: EGC
Muttaqin,Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Padila.2012.Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta: Nuha Medika
Hidayat,A.A.Aziz.2006.Pengantar kebutuhan Dasar Manusia :Aplikasi konsep & Proses
Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika
Nanda Internasional.2010.Diagnosa Keperawatan:Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.Jakarta:EGC
Kusuma,Hardi & Amin Huda NUrarit.2012.Aplikasi asuhan Keperawatan berdasarjan
NANDA.Yogyakarta:Media Hardy
Wilkinson,Judith M.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC,Ed.7.alih bahasa Widyawati.Jakkarta:EGC
Mansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media Aesculapius
12