Anda di halaman 1dari 21

KELOMPOK 5

Flu Burung
Disusun Oleh :
 Abdul Kholiq M
 Aditiya Wahyudi
 Ghani Iqram S
 Inggit Risma Waluya
 Keni Budiyanti R
 Rani Siti R
A. Pengertian
1. Flu burung adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza yang menyerang
burung/unggas dan manusia. Salah satu tipe yang
diwaspadai adalah oleh influenza dengan kode genetik
H5N1 (H: Haemagglutinin, N : Neuramidase).  (Nurarif,
2015)

2. Influenza burung, atau avian influenza merupakan


penyakit infeksi akibat virus influenzatipe A yang biasa
mengenai unggas. Virus influenza sendiri termasuk dalam
family orthomyxoviruses yang terdiri dari 3 tipe yaitu, A, B,
dan C. (Setiati, 2014)
B. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi
a. Hidung
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara yang mengalir ke dan dari paru-
paru sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup
ke dalam paru-paru.
b. Faring
Faring atau tenggorok adalah struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung
dan rongga mulut ke laring. Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada
traktus respiratorius dan digestif.
c. Laring
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea.
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga
melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
d. Trakea
Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin tulang rawan
seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh membran fibroelastic menempel
pada dinding depan esofagus.
e. Bronkus
Merupakan percabangan trakea kanan dan kiri, menghubungkan paru-paru
dengan trakea. Terdiri dari lempengan tulang rawan dan dindingnya terdiri dari
otot halus.
f. Paru-paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru
kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan
paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus
oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula,
bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa
setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan
yang cukup luas untuk tempat pertukaran gas.
2. Fisiologi Pernafasan
Pernapasan merupakan pengambilan oksigen dari udara bebas melalui
hidung, oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli. Kemudian terjadi
difusi oksigen dari alveolus ke kapiler arteri paru-paru yang terletak di
dinding alveolus, disebabkan karena adanya perbedaan tekanan parsial di
alveolus dan paru-paru. Kemudian, oksigen di kapiler arteri akan diikat oleh
eritrosit yang mengandung hemoglobin lalu dibawa ke jantung dan
dipompakan ke seluruh tubuh
C. Etiologi

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza


termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah
bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus
influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua
huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak
jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1,
H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9.
Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah
dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari
pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada 00 C. Virus akan mati
padapemanasan 600 C selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam dan dengan
detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung
iodine.
E. Tanda dan Gejala
1. Tanda dan Gejala pada unggas
Gejala pada unggas yang sakit cukup bervariasi, mulai dari gejala ringan
(nyaris tanpa gejala), sampai sangat berat. Hal ini tergantung dari keganasan
virus, lingkungan, dan keadaan unggas sendiri. Gejala yang timbul seperti
jengger berwarna biru, kepala bengkak, sekitar mata bengkak, demam, diare,
dan tidak mau makan. Dapat terjadi gangguan pernafasan berupa batuk dan
bersin.
2.   Tanda dan Gejala pada manusia
Gejala flu burung pada dasarnya adalah sama dengan flu biasa lainnya,
hanya cenderung lebih sering dan cepat menjadi parah. Masa inkubasi antara
mulai tertular dan timbul gejala adalah sekitar 3 hari; sementara itu masa
infeksius pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari sesudah gejala
timbul pada anak dapat sampai 21 hari.
F. Patofisiologi

 Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung


dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu
burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas yang
terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang
kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk.
Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya.
Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke
manusia dibanding dari manusia ke manusia
 Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada
manusia karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh
unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan
yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat
peternakan ( termasuk melalui pakan ternak ). Penularan dapat
juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang
langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual
beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain
 Masa Inkubasi
- Pada Unggas : 1 minggu
- Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari
sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari
 Penularan
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia,
melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular
melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekret
burung/unggas yang menderita flu burung
 Penyebaran
Mekanisme penyerangan virus flu burung pada unggas dan ruminansia
hampir sama. Virus memiliki inti virus yang di dalamnya mengandung asam
inti yang dapat memproduksi protein. Dalam istilah ilmu penyakit, asam inti
yang dimiliki oleh virus mempunyai variasi jenis virus. Semakin banyak
protein yang dihasilkan berarti semakin banyak pula variasi jenis virusnya.
G. Pemeriksaan Penunjang
 1. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk
sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum,
aspirasi nasofaringeal.
 2. Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total.
Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
 3. Pemeriksaan Kimia darah
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis
Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan
SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis
Gas Darah dapat normal atau abnormal
 4. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka
flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah
pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan
untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal
sebagai langkah diagnostik dini.
H. Komplikasi
 1. Meningitis (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial)
 2. Encephalitis ( bulbar )    
 3. Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis
 4. Kematian

I. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah istirahat, peningkataan
daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic, perawatan
respirasi, anti inflamasi, imunomodulators.
Untuk penatalaksanaan umum dapat dilakukan pelayanan di fasilitas
kesehatan non rujukan dan di rumah sakit rujukan flu burung .
3. Keperawatan
a. Perhatikan :
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).
Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat pulse oxymetry.
b. Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.
Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi
yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obat :
Penghambat M2 : a. Amantadin (symadine), b. Rimantidin (flu madine).
Dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari.
Penghambatan neuramidase (WHO) : a. Zanamivir (relenza), b. Oseltamivir
(tami flu). Dengan dosis 2x75 mg selama 1 minggu.
4. Pengobatan
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:
 Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
 Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
 Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama
7 hari.
 Anti replikasi neuramidase (inhibitor): Tamiflu dan Zanamivir
 Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam
waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB
perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg
diberikan 100 mg 2 kali sehari
J. ASUHAN KEPERAWATAN FLU BURUNG
I.  Pengkajian Keperawatan
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, keluhan utama,
pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
 Identitas /biodata klien

 Meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, asal suku bangsa, nama orangtua, pekerjaan

orangtua, dan penghasilan.


 Keluhan utama

 Panas tinggi > 38ºc lebih dari 3 hari, pilek, batuk, sesak napas, sakit kepala, nyeri otot, sakit

tenggorokan
 Riwayat penyakit sekarang

 Suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang,/tidak ada.

 Infeksi paru

 Batuk dan pilek

 Infeksi selaput mata

 Pemeriksaan Fisik

 Kulit : Tidak terjadi infeksi pada sistem integumen

 Mata : orang yang terkena flu burung sklera merah, adanya nyeri tekan, infeksi selaput mata.

 Mulut dan Lidah : Lidah kotor, mulutnya kurang bersih, mukosa bibir kering.

 Pemeriksaaan penunjang
II. Diagnosa Keperawatan

 Ketidakefektifan Bersihan jalan napas,


b.d  peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan,
tebal, sekresi kental akibat influenza.
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh
sekresi).
 Ketidakseimbanngan nutrisi : Kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan dispnea dan
anorexia
III. Rencana Tindakan Keperawatan
 1.   Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, b.d  peningkatan produksi
sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental akibat influenza.
 Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 1x24 jam jalan napas
kemabli efektif
 Kriteria hasil :
 a. Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih
atau jelas
 b. Mengeluarkan atau membersihkan secret
Intervensi
a. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi,
krekels, ronki
b. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
c. Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan “lapar udara,” gelisah,
ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu.
d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat
tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(obstruksi jalan napas oleh sekresi).
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam pertukaran gas kembali
normal

 Kriteria hasil :
a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA
dalam rentang normal (PCO2 : 35-45 mmHG, PO2 : 80-100 mmHG) dan tak ada
gejala distres pernapasan
b. Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi
 
 Intervensi:
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori,
napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
b.Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir
sesuaikebutuhan/toleransi individu
c. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
d. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan
e. Palpasi fremitus
f. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya
perubahang. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang
dan kalem.
 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan dispnea dan anorexia
 Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam
nutrisi terpenuhi
 Kriteria hasil :
 a. Menunjukkan peningkatan napsu makan
 b. Mempertahankan/meningkatkan berat badan
 Intervensi:
 a. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan
makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh
 b. Auskultasi bunyi usus
 c. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus
untuk sekali pakai dan tisud.
 d. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan.
Berikan makan porsi kecil tapi sering.
 e. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonatf.  
 f.Hindari makanan yang sangat pedas atau sangat dingin
 g.  Timbang berat badan sesuai indikasi.
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik.
Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk
kegiatan yang nyata dam terpadu guna memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan yang diharapkan.

V. EVALUASI
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang
diharapkan terhadap perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat
teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau
pengkajian ulang jika ditetapkan belum berhasil atau teratasi.

Anda mungkin juga menyukai