Menurut World Health Organitation (WHO) jumlah kasus flu burung pada
manusia di wilayah Asia Tenggara yang dilaporkan sejak awal tahun 2004
sampai 31 Desember 2013, sebanyak 228 kasus dengan 181 kematian
atau Case Fatallity Rate (CFR) sebesar 79,38%. Khusus tahun 2013
terdapat 4 kasus dengan 4 kematian pada manusia yang dilaporkan oleh
negara Bangladesh dan Indonesia
Latar Belakang
Kasus di Indonesia, jumlah kasus yang dilaporkan dari 2005-2016
sebanyak 199 kasus dengan 167 kematian. Kasus tersebar di 15
provinsi dan 58 Kabupaten/Kota. Beberapa kasus di antaranya
merupakan kluster, namun hingga saat ini penularan masih terjadi dari
unggas ke manusia. Kasus konfirmasi terakhir adalah kasus cluster pada
Maret 2015 di Kota Tangerang, Banten.
Latar Belakang
• Virus H5N1 dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C
dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Di dalam tinja unggas dan dalam
tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama. Virus akan mati
pada pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56°C selama 3 jam dan
dengan deterjen, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang
mengandung iodin.
• Hasil studi menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus
influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya.
• Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui udara yang
tercemar virus tersebut, baik yang berasal dari tinja atau sekreta
unggas yang terserang flu burung.
Faktor Resiko
•Kondisi tenpat tinggal dan jumlah unggas
•Keadaan udara dan kebersihan kandang
•Perlindungan diri
Lingkungan •Sumber makanan unggas dan kotoran unggas
•Pengetahuan
•Imunitas menurun
•Sikap
Internal
Derajat Flu Burung
Demam >38,
batuk, pilek
Nyeri tenggorokan,
mialgia, malaise
Flu ringan
hingga berat
pneumonia
Gangguan ginjal
Pemeriksaan Diagnostik
• Pemeriksaan Darah: Ureum, kreatinin, leukosit,
trombosit
• Positif kultur H5N1
• Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk
influenza H5N1
• Pemeriksaan foto thoraks: terdapat infiltrat paru yang
menunjukan adanya pneumonia
Penatalaksanaan
• Antiviral
1. Direkomendasikan pemberian Oseltamivir atau Zanamivir
2. Pengobatan dengan Zanamivir atau Oseltamivir harus dimulai sesegera
mungkin dalam waktu 48 jam setelah awitan penyakit.
3. Dosis Oseltamivir untuk dewasa adalah 2 x 75 mg selama 5 (lima) hari,
dapat diperpanjang sampai 10 hari tergantung respons klinis.
4. Dosis Zanamivir untuk usia ≥ 7 tahun dan dewasa adalah 2 x 10 mg
inhalasi.
5. Perempuan hamil direkomendasikan untuk diberi Oseltamivir atau
Zanamivir.
Penatalaksanaan
• Antibiotik
1. Antibiotik untuk pasien dewasa rawat inap yang dianjurkan adalah
fluorokuinolon respirasi (moksifloksasin, levofloksasin) atau ß-laktam
(cefotaksim, ceftriakson atau ampicilln-sulbactam atau amoksisilin - asam
klavulanat) + makrolid baru (azitromisin, klaritromisin).
2. Berikan antibiotik spektrum luas apabila terjadi resisten