Penatalaksanaaan
Penyakit Karantina
Pengertian KARANTINA
KARANTINA ADALAH PEMBATASAN AKTIVITAS ORANG SEHAT
ATAU BINATANG YANG TELAH TERPAJAN (EXPOSED) KASUS
PENYAKIT MENULAR TERTENTU. UNTUK MENCEGAH
PENYEBARAN PENYAKIT SELAMA MASA INKUBASI.
ABSOLUTE/COMPLETE QUARANTINE
PEMBATASAN KEBEBASAN BERGERAK BAGI MEREKA YANG
TERPAJAN TERHADAP PENYAKIT MENULAR SELAMA PERIODE
YANG BERLANGSUNG TIDAK LEBIH LAMA DARI MASA INKUBASI
TERLAMA DENGAN SUATU CARA TERTENTU DENGAN TUJUAN
MENCEGAH AGAR TIDAK TERJADI KONTAK YANG MUNGKIN
MENIMBULKAN PENULARAN KEPADA MEREKA YANG TIDAK
TERPAJAN
MODIFIED QUARANTINE
PEMBATASAN GERAK PARSIAL / SEBAGIAN DAN SELEKTIF BAGI
MEREKA YANG TERPAJAN YANG PADA UMUMNYA, DILAKUKAN
BERDASARKAN CARA PENULARAN YANG TELAH DIKETAHUI DAN
DIPERKIRAKAN TERKAIT DENGAN BAHAYA PENULARAN. MISALNYA
MELARANG ANAK TERKENA CAMPAK UNTUK MASUK SEKOLAH.
TERMASUK DIDALAMNYA : PERSONAL SURVEILLANCE DAN
SEGREGATION
JENIS Penyakit Karantina
• Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) UU No. 1 dan UU No. 2 Tahun
1962 Tentang Karantina Laut dan Karantina Udara, Penyakit
Karantina ada 6 Jenis Penyakit.
• Cara Pemberantasan :
A. Pencegahan : Imunisasi aktif bagi semua orang (bayi 9 bulan ke atas) yang
oleh karena tempat tinggal, pekerjaan dan perjalanan berisiko terpajan
infeksi. Antibodi terbentuk 7-10 hari setelah imunisasi.
B. Pengawasan penderita :
• Isolasi : kewaspadaan universal terhadap darah dan cairan tubuh paling sedikit
sampai 5 hari setelah sakit, penderita dihindari dari gigitan nyamuk
• Desinfeksi serentak : tidak dilakukan desinfeksi. Rumah penderita dan sekitarnya
disemprot dengan insektisida efektif.
• Imunisasi : bagi mereka yang kontak dengan penderita sebelumnya.
• Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi di semua tempat yang
dikunjungi penderita 3 – 6 hari sebelum mereka sakit.
C. Perjalanan International :
Mereka yang datang dari daerah endemis Afrika dan Amerika Selatan
diwajibkan memiliki sertifikat vaksinasi yang masih berlaku, bila belum
diimunisasi, perlu dilakukan selama 6 hari sebelum diijinkan melanjutkan
perjalanannya. Demikian juga mereka yang akan berkunjung ke daerah
endemis perlu diberikan imunisasi sebelumnya. (International Certificate of
Vaccination (ICV) untuk demam kuning berlaku mulai 10 hari sampai 10 tahun
setelah imunisasi. )
Penatalaksanaan Penyakit Kolera
• Agen Penyebab : Vibrio Cholera serogroup O1, terdiri 2 biotype : 1) Vibrio
klasik 2) Vibrio El Tor yang terdiri dari serotipe Inaba, Ogawa dan Hikojima.
Pada tahun 1961 pandemi biotype El Tor dimulai dari Indonesia menyebar
ke seluruh Asia, Eropa timur dan Afrika. Tahun 1992 muncul serotype baru
yang disebut v. cholera O139
• Reservoir: manusia, zooplankton
• Masa Inkubasi: beberapa jam – 5 hari, umumnya 2-3 hari
• Cara Penularan: melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
secara langsung atau tidak langsung oleh tinja atau muntahan dari orang
yang terinfeksi
• Masa Menular: beberapa hari setelah sembuh. Pada penderita ‘carrier’ v.
cholera di dalam feses dapat menetap sampai beberapa bulan, sedangkan
yang mengalami infeksi saluran empedu dapat berlangsung sampai
beberapa tahun secara intermitten.
• Gambaran Klinis:
• onset tiba-tiba, diawali dengan mual dan muntah
• diare berat, cair terus menerus seperti air cucian beras,
• tanpa sakit perut,.
• komplikasi : dehidrasi, kolaps, asidosis, dan hipoglikemi serta gagal ginjal. Pada
kolera gravis tanpa pengobatan dapat terjadi kematian dalam beberapa jam.
Angka CFR 50%, dengan pengabatan berkurang menjadi 1%.
Vibrio cholerae
Aerobic, Gram-negative rods
Oxidase-positive, glucose-fermenting Gram-
negative rods
Penatalaksanaan Penyakit Kolera
• Tindakan Pencegahan imunisasi aktif :
• vaksin kuman yang dimatikan dan disuntikkan saat wabah kurang
efektif, memberikan perlindungan parsial 50% kasus dalam waktu hanya
3-6 bulan
• vaksin oral, dapat menghasilkan antibody dengan kadar tinggi yang
dapat melindungi sampai beberapa bulan.
• Pelancong international imunisasi dengan vaksin suntikan kolera whole
cell tidak direkomendasikan oleh WHO, sedangkan imunisasi dengan
vaksin oral dianjurkan untuk yang akan bepergian dari negara maju ke
negara endemis atau negara yang sedang mengalami wabah kolera.
• Peraturan kesehatan International menyatakan bahwa : orang yang
melakukan perjalanan internasional dan datang dari daerah terjangkit
kolera yang masih dalam masa inkubasi dan orang yang menunjukkan
gejala kolera harus menyerahkan tinjanya untuk dilakukan pemeriksaan.
• Pengendalian
• Isolasi: perawatan di RS dengan melaksanakan kewaspadaan standar
dan kontak.
• Disinfeksi Serentak : terhadap tinja, muntahan dan linen dengan
pemanasan, diberi asam karbol atau disinfektan lainnya dan melakukan
pembersihan menyeluruh.
Penatalaksanaan Penyakit Kolera
• Pengobatan:
1. Terapi rehidrasi agresif yaitu
a. Dehidrasi ringan – sedang ( 5-7 % dari BB ) diberikan rehidrasi oral
dengan oralit dalam 4 - 6 jam, sebanyak 1,5 x volume tinja yang hilang
dalam 4 jam sebelumnya
b. Dehidrasi berat / renjatan diberikan rehidrasi intravena dengan cairan
Ringer Laktat : - awal 30 ml/kgBB untuk 1 jam pertama pada bayi dan ½
jam pertama untuk usia diatas 1 tahun, selanjutnya dinilai kembali.
Setelah koreksi awal sistim sirkulasi yang kolaps umumnya penderita
cukup diberikan rehidrasi oral untuk melengkapi kebutuhan defisit cairan
10 % dan penggantian kehilangan cairan yang sedang berlangsung
2. antibiotika yang tepat, dapat mengurangi volume dan lamanya diare
dan cepat mengurangi ekskresi vibrio sehingga mengurangi
kemungkinan penularan sekunder. Dewasa diberikan tetrasiklin 4x
500 mg dan untuk anak 4 x 12,5 mg/kg selama 3 hari, antimikroba
alternatif TMP-SMX dewasa 2 x (320 mg TMP dan 1600 mg SMX )
sehari, anak-anak 2x4 mg/kg TMP dan 20 mg/kg SMX selama 3 hari.
Furazolidon dewasa 4 x 100 mg sehari, anak-anak 4 x 12,5 mg/kg
selama 3 hari. Eritromisin dewasa 4x 250 mg, anak-anak 3 x 10 mg/kg
sehari selama 3 hari. Siprofloksasin dewasa 1 x 250 mg selama 3 hari
3. Pengobatan komplikasi.
Penatalaksanaan Penyakit Kolera
• Managemen Kontak:
surveilans terhadap orang yang mengkonsumsi minuman dan makanan
yang sama dengan penderita, selama 5 hari setelah kontak terakhir. Jika
ada kemungkinan adanya penularan sekunder dalam rumah tangga
diberikan terapi kemoprofilaksis. Dewasa dengan Tetrasiklin 4x 500 mg/
hari atau Doksisiklin 1 x300 mg/hari selama 3 hari. Anak-anak dapat
diberikan Tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis, atau
Doksisiklin 6 mg/kgBB/hari dosis tunggal.
Bila terdapat resistensi terhadap v.cholera O1 digunakan
1) Furazolidon (Furoxone) 4 x 100mg untuk dewasa dan untuk anak-anak 4 x 1,25
mg/kgBB/hari.
2) Eritromisin : dewasa 4 x 250 mg/hari, anak-anak 40 mg/kgBB/hari dibagi 4
dosis
3) 3). TMP-SMX : dewasa 2x 320 mg TMP dan 1600mg SMX, anak-anak
8mg/kgBB TMP dan 40mg/kgBB SMX sehari dibagi 2 dosis. TMP-SMX tidak
bermanfaat terhadap V.cholerae O139 karena resisten terhadap obat ini
4) Siprofloksasin: dewasa 2x 500 mg/ hari.
• Investigasi Sumber Infeksi : ditanyakan tentang masukan makanan dan
minuman dalam 5 hari sebelum sakit. Pencarian dengan mengkultur tinja
disarankan untuk anggota rumah tangga atau yang kemungkinan terpajan
dari satu sumber (common source) di daerah yang sebelumnya tidak
terinfeksi.
• Karantina : tidak diperlukan
Penyakit Tifus
• Etiologi : Rickettsia prowazekii
• Cara Penularan :
– Kutu badan yg menghisap darah penderita akut akan terinfeksi
kmd menularkan kpd org lain.
• Gejala :
Ditandai demam berlangsung 2-9 hr diikuti periode tanpa
demam slm 2-4 hr.
Jumlah kekambuhan bervariasi dari 1-10x bahkan lebih.
• Cara Penularan :
• Ditularkan oleh vektor.