Dosen Pengampu:
Oleh :
M. AL ANWAR
(192110101161)
2) Tahap Inkubasi
Masa inkubasi pada penyakit malaria beberapa hari sampai beberapa bulan yang
kemudian barulah muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh penderita seperti
demam, menggigil, linu atau nyeri persendian, kadang sampai muntah, dll. Masa
inkubasi pada penularan secara alamiah bagi masing-masing species parasit adalah
sebagai berikut, Plasmodium Falciparum 12 hari. Plasmodium vivax dan Plasmodium
Ovate 13 -17 hari.
Plasmodium maJariae 28 -30 hariMasa antara permulaan infeksi sampai
ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa inkubasi
dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis.
Masa prepaten tiap- tiap plasmodium berbeda-beda. Masa prepaten P. Falcifarum adalah
6-25 hari, P. Vivax 8-27 hari, P. Ovale 12-20 hari, dan P. Malariae 18-59 hari.
3) Tahap Dini/Klinis
Dikenal beberapa kaadaan klinik dalam perjalan infeksi malaria yaitu :
a. Serangan primer (Periode Klinis)
Keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksimal yang
terdiri dari dingin/menggigil; panas dan berkeringat. Serangan paroksimal ini dapat
pendek atau panjang tergantung dari perbanyakan parasit dan keadaan imunitas
penderita. Gejala yang biasa terjadi adalah terjadinya “Trias Malaria” (Malaria proxysm)
secara berurutan :
Periode dingin: Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh
badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang
kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya
temperatur.
Periode panas : Penderita muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat, dan
panas badan tetap tinggi sampai 40oC atau lebih, penderita. Periode ini lebih lama dari
fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
Periode berkeringat : Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh
tubuh, sampai basah, temperatur turun, penderita merasa cape dan sering tertidur.
Bila penderita bangun akn merada sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.
b. Periode laten
Periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya infeksi malaria.
Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal
c. Recrudescense
Berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah
berakhirnya serangan primer
d. Recurrence
Berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya serangan
primer
e. Relapse atau “Rechute”
Berlangsungnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari wakti diantara
serangan periodik dari infeksi primer
4) Tahap Lanjut
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat
dengan segala kelainan patologis dan gejalanya. Pada tahap ini penyakit sudah
menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif
mudah ditegakkan. Dan juga sudah memerlukan perlukan pengobatan.
5) Tahap Akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:
a. Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat
kembali.
B.Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada,
tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen
berupa cacat.
c. Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namunpenyakit masih tetap ada
dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
d. Penyakit tetap berlangsung secara kronik.
e. Berakhir dengan kematian Pada tahap akhir penyakit malaria dapat sembuh
sempurna, sembuh karier atau pembawa, dan ada juga yang meninggal dunia
dikarenakan plasmodium yang menyerang yaitu plasmodium falcifarum. Jenis
plasmodium ini bisa menimbulkan kematian dan merupakan penyebab infeksi
terbanyak , Pada P. Falciparum dapat menyerang ke organ tubuh dan menimbulkan
kerusakan seperti pada otak, ginjal, paru, hati dan jantung. (Maksur et al., 2017)
2) Pencegahan Sekunder
a. Pencarian penderita malaria :
melalui skrining yaitu dengan penemuan dini penderita
malaria dengan dilakukan pengambilan slide darah dan konfirmasi diagnosis
mikroskopis dan /atau RDT (Rapid Diagnosis Test)) dan secara pasif dengan cara
melakukan pencatatan dan pelaporan kunjungan kasus malaria.
b. Diagnosa dini
Gejala Klinis Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesis yang tepat dari
penderita tentang keluhan utama (demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal), riwayat
berkunjung dan bermalam 1- 4 minggu yang lalu ke daerah endemis malaria, riwayat
tinggal di daerah endemis malaria, riwayat sakit malaria, riwayat minum obat malaria
satu bulan terakhir, riwayat mendapat transfusi darah. Selain itu juga dapat dilakukan
pemeriksaan fisik berupa : demam (pengukuran dengan thermometer ≥37.5 °C) ,
anemia dan Pembesaran limpa (splenomegali) atau hati (hepatomegali)
Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan mikroskopis dan Tes Diagnostik
Cepat (RDT, Rapid Diagnostic Test)
Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi umum penderita, meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah
leukosit, eritrosit dan trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah,
pemeriksaan foto toraks, EKG (Electrokardiograff), dan pemeriksaan lainnya.
3) Pencegahan Tertier
a. Penanganan akibat lanjut dari komplikasi malaria Pemberian obat malaria yang efektif
sedini mungkin, penanganan kegagalan organ seperti tindakan dialisis terhadap gangguan
fungsi ginjal, pemasangan ventilator pada gagal napas, tindakan suportif berupa
pemberian cairan serta pemantauan tanda vital untuk mencegah memburuknya fungsi
organ vital
b. Rehabilitasi mental atau psikologis
Pemulihan kondisi penderita malaria, memberikan dukungan moril kepada penderita
dan keluarga di dalam pemulihan dari penyakit malaria, melaksanakan rujukan pada
penderita yang memerlukan pelayanan tingkat lanjut.(NAJMAH, SKM, n.d.)
Mini Program
Dalam hal ini penulis memilih untuk menggunakan model pertama yakni Pencegahan
Primer. Dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat melalui gerakan
3M yaitu :
Program ini dilaksanakan setiap satu 3 minggu sekali tepatnya pada hari sabtu pagi,
dengan agenda kegiatan berupa penyuluhan kepada masyarakat , mengecek kamar mandi
/ jamban apakah ada sarang nyamuk atau tidak kemudian memberikan pengertian kepada
masyarakat hal apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah penyakit malaria.
Setelah itu, dilakukannya penyemprotan fogging secara berkala bersamaan dengan
dilakukan nya penyuluhan dan penerapan program tersebut. Sehingga lingkungan
masyarakat desa tampak bersih dan sehat dan terhindar dari adanya penyakit malaria
tersebut .
Daftar Pustaka
Cook, J., Reid, H., Iavro, J., Kuwahata, M., Taleo, G., Clements, A., McCarthy, J., Vallely,
A., Drakeley, C., Xu, W., Msellem, M., Vonk, M., Bergström, B., Gosling, R., Al-
Mafazy, A. W., McElroy, P., Molteni, F., Abass, A. K., Garimo, I., … Price, R. N.
(2018). Julia Fitriany 1 , Ahmad Sabiq 2 1 2. Malaria Journal, 4(1), 10–31.
https://dx.plos.org/10.1371/journal.pntd.0004195%0Ahttp://malariajournal.biomedcentr
al.com/articles/10.1186/s12936-016-1588-
8%0Ahttps://www.ajtmh.org/content/journals/10.4269/ajtmh.2012.11-
0577%0Ahttp://bmcmedicine.biomedcentral.com/articles/10.1186/s1291
Maksur, M., Utami, F., Kurnianty, L., Sa’adah, H., & Rakhmawati, D. (2017). Riwayat
Alamiah Penyakit Gonore Dan Pencegahannya. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699. file:///C:/Users/User/Downloads/fvm939e.pdf
NAJMAH, SKM, M. (n.d.). Epidemi logi Penyakit Menular.