Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT INFEKSI


ENDEMIS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

AYU LESTARI (221440101001)


SALSABILLA R. (221440101002)
DILA OKTAFIANI (221440101003)
RIKI YAKUP (221440101029)

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. KURNIAWATY, S.Kep.,M.Kep.

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
‘AISYIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT INFEKSI ENDEMIS

BAB I
KONSEP DASAR

A. Konsep Penyakit

1.1 Definisi

Suatu penyakit dikatakan menjadi endemik apabila penyakit tersebut terus-menerus


menginfeksi pada populasi atau wilayah tertentu. Hal ini membuat setiap daerah mungkin
punya penyakit endemik yang berbeda-beda.
Berikut penyakit yang dapat dikatakan endemis :
• Dbd ( demam berdarah dengue)
• Malaria
• Tuberkulosis
• Hepatitis
• Kusta
• Leptosirosis
• Filariasis
Malaria merupakan infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu
protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui air liur nyamuk
(Handayani wiwik, 2008). Salah satu penyakit endemik yang kerap ditemukan di negara
dengan iklim tropis seperti Indonesia ini dapat menyerang semua kelompok umur,
termasuk laki-laki maupun perempuan. Gejala yang dikeluhkan saat terinfeksi malaria
dapat meliputi demam, menggigil, sakit kepala, mual atau muntah. Malaria adalah
penyakit infeksi parasit yang di sebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan
ditandai dengan ditemukanya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria
memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali (Harijanto,
2009). Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan
oleh parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles
betina (Zulkoni Akhsin, 2009). Indonesia sebagai negara beriklim tropis dihadapkan
dengan beberapa penyakit endemik, seperti DBD, malaria, hingga tuberkulosis. Penyakit
endemik masih berdampak luas, terutama pada masyarakat di negara berkembang.
1.2 Etiologi

Organisme penyebab malaria adalah protozoa dari genus plasmodium. Ada empat
spesies plasmodium yaitu plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium
malariae, dan plasmodium ovale. 10 Plasmodium falciparum merupakan penyebab dari
malaria tropika yang sering terjadi malaria berat atau malaria otak dengan kematian.
Masa inkubasi 9 sampai dengan 14 hari, rata-rata 12 hari. Plasmodium Vivax yang
menyebabkan malaria tertiana dengan masa inkubasi 12 sampai dengan 17 hari, ratarata
15 hari. Plasmodium Ovale, ini jarang sekali ditemui, umumnya banyak terjadi di Afrika
dan Pasifik Barat dengan masa inkubasi 16 sampai dengan 18 hari, rata-rata 17 hari.
Plasmodium Malariae yang menyebabkan malaria quartana dengan masa inkubasi 18
sampai dengan 28 hari.

1.3 Manifestasi klinis


Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan
splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium (tabel 1). Keluhan
prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa : kelesuhan, malaise, sakit kepala,
merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia (hilang nafsu
makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin. Keluhan
prodromal sering terjadi pada Plasmodium vivax dan ovale, sedang pada plasmodium
falcifarum dan malariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.
Gejala yang klasik yaitu terjadinya trias malaria serangan paroksimal secara
berurutan : periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil, penderita sering membungkus
diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan
gigi-gigi saling terantuk, diikuti dengan meningkatnya temperatur, diikuti dengan periode
panas : penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti
dengan keadaan berkeringat ; kemudian periode berkeringat : penderita berkeringat banyak
dan temperatur turun, dan penderita merasa sehat.
Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi plasmodium vivax, pada plasmodium
falcifarum menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak ada. Periode tidak panas
berlangsung 12 jam pada plasmodium falcifarum, 36 jam pada plasmodium vivax dan ovale,
60 jam pada plasmodium malariae.
1.4 Patofisiologi
Melalui aliran darah, nyamuk anopheles betina menginokulasi sporozoit ke dalam
tubuh manusia.Sporozoit menginfeksi sel hati ,berkembang biak menjadi skizon. Lalu
pecah dan mengeluarkan merozoit (p. Vivax, dan p.ovale memiliki stadium dorman.
(hipnozoit) berdiam dalam hati dan dapat kambuh kembali untuk menginvasi kembali
dalam darah beberapa minggu atau satu tahun kemudian) sesudah memperbanyak diri
dalam hati ini (exo-erythrocytic schizogony). Selanjutnya parasit memasuki perkembang
biakan secara aseksual dalam eritrosit (erythrocytic schizogony). Merozoit mengifeksi sel
darah merah4 . Stadium ring, trofozoit matur selanjutnya menjadi skizon, yang akan
menghasilkan merozoit. Beberapa parasit berubah menjadi bentuk stadium sexual
erythrocytic (gametosit). Pada stadium parasit dalam darah muncul gejala klinis penyakit
ini. Gametosit, jantan (mikrogametosit) dan betina (makrogametosit), masuk nyamuk
dalam tubuh nyamuk anopheles melalui darah yang terhisap. Dalam tubuh nyamuk,
parasit memperbanyak diri dengan cara sporogonic cycle. Di dalam tubuh nyamuk,
mikrogamet melakukan penetrasi ke makrogamet untuk menghasilkan zigot. Zigot
bergerak dan memanjang (ookinet). Keluar dari dinding lambung nyamuk untuk
berkembang menjadi ookista. Ookista tumbuh, matang dan mengeluarkan sporozoit.
Selanjutnya hidup berdiam dalam pada kelenjar liur nyamuk. Sporozoit siap
diinokulasikan ke tubuh manusia lainnya dan kembali melangsungkan siklus hidupnya
(Muslim, 2009).
1.5 Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut teknis
pembuatannya dibagi menjadi preparat darah (SDr, sediaan darah) tebal dan preparat
darah tipis, untuk menentukan ada tidaknya parasit malaria dalam darah. Melalui
pemeriksaan ini dapat dilihat jenis plasmodium dan stadiumnya (P. falciparum, P.
vivax, P. malariae, P. ovale, tropozoit, skizon, dan gametosit) serta kepadatan
parasitnya.
Kepadatan parasit dapat dilihat melalui dua cara yaitu semikuantitatif dan
kuantitatif. Metode semi-kuantitatif adalah menghitung parasit dalam LPB (lapang
pandang besar) dengan rincian sebagai berikut :

(-) : SDr negatife (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)


(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)

Penghitungan kepadatan parasit secara kuantitatif pada SDr tebal adalah


menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Pada SDr tipis, penghitungan jumlah
parasit per 1000 eritrosit.

b. Tes diagnostik cepat (RDT, rapid diagnostic test)


Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam darah dengan cara
imunokromatografi. Dibandingkan uji mikroskopis, tes 25 ini mempunyai kelebihan
yaitu hasil pengujian dengan cepat dapat diperoleh, tetapi lemah dalam hal
spesifisitas dan sensitivitasnya.

c. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)


Dengan menggunakan pemeriksaan PCR spesifisitas dan sensitivitasnya dapat
ditingkatkan. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit yang dapat dideteksi
sangat sedikit dapat mengidentifikasi infeksi ringan dengan sangat tepat dan dapat
dipercaya. Hal ini penting untuk studi epidemiologi dan eksperimental dan belum
untuk pemeriksaan rutin.

d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita,
meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit, dan
trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah (gula darah, SGOT, SGPT)
serta pemeriksaan rontgen dan USG untuk melihat apakah terjadi pembesaran hati
dan limpa dan pemeriksaan lainya sesuai indikasi (Widoyono, 2008).

1.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pemantauan tanda-tanda vital (TD, nadi, pernafasan, dan suhu)
2) Cairan dan elektrolit
Pemberian cairan merupakan bagian yang penting dalam penanganan
malaria, biasanya diberikan cairan 1500-2000 cc/hari apalagi bila sudah terjadi
malaria berat. Pemberian cairan yang 26 tidak adekuat akan menyebabkan timbulnya
nekrosis tubuler akut. Sebaliknya pemberian cairan yang berlebihan dapat
menyebabkan udema paru. Cairan yang biasa digunakan adalah dextrose 5% untuk
menghindari hipoglikemi khususnya pada pemberian kina. Bila dapat diukur kadar
elektrolit (natrium), dipertimbangkan pemberian NaCl bila diperlukan.
Pemberian cairan yang tidak adekuat akan menyebabkan timbulnya
nekrosis tubuler akut. Sebaliknya pemberian cairan yang berlebihan dapat
menyebabkan udema paru. Cairan yang biasa digunakan adalah dextrose 5% untuk
menghindari hipoglikemi khususnya pada pemberian kina. Bila dapat diukur kadar
elektrolit (natrium), dipertimbangkan pemberian NaCl bila diperlukan.

3) Nutrisi
Pada pasien malaria makanan biasa atau makanan lunak. Diit lunak yang
diberikan mengandung protein, energy dan zat gizi lainnya. Makanan yang diberikan
dalam bentuk mudah dicerna , rendah serat dan tidak mengandung bumbu yang
tajam.

4) Eliminasi
Pada pasien malaria biasanya tidak mengalami gangguan eliminasi tapi
pada malaria berat terjadi gangguan eliminasi BAK yaitu hemoglobinuria dan
gangguan eliminasi BAB yaitu diare.

5) Aktifitas dan istirahat


Malaria biasa tidak perlu istirahat mutlak hanya aktivitas yang dibatasi,
mengatur posisi yang nyaman bagi pasien.

b. Penatalaksanaan non medis


1) Menggunakan kelambu pada waktu tidur
2) Mengolesi tubuh dengan obat anti gigitan nyamuk
3) Menggunakan pembasmi serangga
4) Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Letak tempat tinggal
diusahakan jauh dari kandang ternak
5) Mencegah penderita malaria dari gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar
lebih jauh
6) Membersihkan tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan memberantas sarang
nyamuk
7) Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang
bergantungan serta genangan air
8) Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obati anti atau menebarkan
ikan pemakan jentik
9) Melestarikan hutan bakau sebagai habitat ikan di rawa-rawa sepanjang pantai
(Irianto, 2011)

c. Penatalaksanaan medis
Berdasarkan suseptibilitas (rentan) berbagai stadium parasit malaria terhadap
obat malaria, maka obat malaria dibagi lima golongan, yaitu :
1) Skizontisida jaringan primer, proguanil, pirimetamindapat membasmi parasit
praeritrosit, sehingga mencegah masuknya parasit ke dalam eritrosit; digunakan
sebagai profilaksis kausal.
2) Skizontisida jaringan sekunder; primakuin dapat membasmiparasit daur
eksoeritrosit dan bentuk-bentuk jaringan plasmodium vivax dan ovale dan
digunakan untuk pengobatan radikal infeksi ini bagi anti relaps.
3) Skizontisida darah; membasmi parasit yang berhubungan dengan penyakit akut
disertai gejala klinik. Skizontisida dapat mencapai penyembuhan klinis suprasif
bagi keempat spesies plasmodium. Skizontisida darah juga membunuh bentuk
eritrosit stadium seksual plasmodium vivax, ovale dan malariae. Skizontisida
darah yang ampuh adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin, sedangkan yang
efeknya terbatas adalah proguanil dan pirimetamin.
4) Gametositosida: menghancurkan semua stadium seksual, termasuk stadium
gametosit plasmodium falcifarum, juga mempengaruhi perkembangan parasit
malaria dalam nyamuk Anopheles betina. Beberapa obat gametositosida bersifat
sporontosida. Primakuin adalah gametositosida untuk keempat spesies, sedang
kina, klorokuin, dan amodiakuin adalah gametositosida untuk plasmodium
vivax, ovale dan malariae.
5) Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk
membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Obat ini mencegah
transmisi penyakit malaria dan disebut juga obat anti sporogonik. Obat-obatan
yang termasuk dalam golongan ini ialah primakuin dan poquanil. Obat-obat
malaria yang terdaftar di Dit. Jen. Pom dan memenuhi standar untuk program
pemberantasan penyakit malaria Dep. Kes. Adalah klorokuin, S-P, kina,
primakuin dan beberapa antibiotika yang beredar diindonesia. Obat baru
halofantrin, artemisin (qinghaosu) dan 29 derivatnya: artemeter, artesunat, arte-
ater, pironaridin, atovakuan, yinghausu (arteflen) (Safar Rosdiana, 2009).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.1 Pengkajian
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi
dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respons
unik individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan
yang dialami, baik, aktual, maupun potensial. Proses keperawatan juga dapat
diartikan sebagai pendekatan yang digunakan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan, sehingga kebutuhan dasar klien dapat teratasi. Proses keperawatan
terdiri dari lima tahap, yaitu : pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi (Deswani, 2009).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam asuhan keperawatan dan
landasan proses keperawatan. Oleh karena itu dibutuhkan pengkajian yang
cermat guna mengenal masalah klien sepertimengumpulkan semua informasi
yang bersangkutan dengan masa lalu dan saat ini, data objektif dan subjektif
dari klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau budaya. Keberhasilan
asuhan keperawatan sangat tergantung kecermatan dan ketelitian dalam
pengkajian (Deswani, 2009).
Pengkajian :
a. Identitas pasien 30 Terdiri dari: nama pasien, umur, pendidikan, agama,
pekarjaan, alamat serta penanggung jawab pasien. Biasanya malaria
diderita oleh seorang yang tinggal di daerah atau lingkungan endemic
malaria.
b. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan klien saat masuk rumah sakit, keluhan saat dikaji : demam
yang hilang timbul, menurunnya nafsu makan, sakit kepala,mual,
muntah, lemah, menggigil, malaise, nyeri sendi dan tulang, berkeringat.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Menggambarkan kesehatan pasien sebelumnya, apakah pasien pernah
mempunyai riwayat penyakit malaria atau meminum obat malaria,
apakah pernah bepergian dan bermalam didaerah endemik.
3) Riwayat kesehatan keluarga Menggambarkan adakah anggota keluarga
yang mengalami penyakit malaria, riwayat penyakit genetik, dan
congenital dalam keluarga.
4) Riwayat kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Menggambarkan keluhan pasien berupa: mual, muntah terus
menerus, sering juga muntah darah.
b) Pola eliminasi
BAK : pada malaria berat warna air kencing menjadi seperti teh,
dan volume air kencing yang berkurang sampai tidak keluar air
kencing sama sekali.
BAB : Kemungkinan terjadinya berak darah.

c) Pola istirahat dan tidur


Pada umumnya didapat keluhan berupa adanya gangguan istirahat
dan tidur yang disebabkan oleh nyeri kepala, mual, muntah dan
demam menggigil.
d) Pola aktivitas
Pada umumnya penderita malaria terdapat kelemahan atau
kelelahan saat melakukan aktivitas dikarenakan pasien mengalami
mual, muntah dan nyeri kepala.
e) Personal hygiene
Pada umumnya personal hygiene pada penderita malaria masih
cukup baik dan bersih.
c. Pemeriksaan Fisik
(Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
1) Keadaan umum
Di kaji penampilan dan tingkat kesadaran. Terjadi gangguan
kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot
2) Tanda-tanda vital
Pasien mengalami demam 37,50C - 400C, penurunan tekanan
darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi nafas
meningkat.
3) Pemeriksaan fisik
a. Pernapasan Inspeksi : Frekuensi pernapasan meningkat, bentuk
dada simetris/tidak dan ada/tidak benjolan atau bekas luka.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler.
Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris/tidak, ada/tidak
benjolan dan nyeri tekan.
Perkusi : Resonan.
b. Pencernaan Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pecah-pecah,
abdomen simetris/tidak, ada/tidak luka operasi.
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan, ada/tidak
pembesaran hepar atau limfa.
Perkusi: Timpani
c. Penglihatan Inspeksi : Konjungtiva palpebra pucat.
Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.
d. Pengecapan : Mulut terasa pahit
e. Pendengaran : Tidak ada gangguan pada pendengaran
f. Kardiovaskuler
Inspeksi : ada/tidak bekas operasi dan benjolan.
Palpasi : Ada/tidak nyeri tekan dan pembengkakan jantung.
Perkusi : Redup pada bagian jantung.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal.
g. Perkemihan : volume air kencing berkurang, warna seperti teh.
h. Reproduksi : Tidak ada masalah pada sistem reproduksi.
i. Moskuloskeletal : Terjadi kelemahan pada otot.
j. Intergument : Warna ikterik/ kekuningan / tampak pucat.

d. Riwayat Psikologis dan Spiritual


1) Psikologi Menggambarkan tentang reaksi pasien terhadap penyakit
yang di alami, cemas dan harapan pasien mendapatkan dukungan
dari orang - orang terdekat pasien.
2) Spiritual Kepercayaan yang di anut pasien, kebiasaan beribadah,
dan sejauh mana kepercayaan tersebut mempengaruhi kehidupan
pasien.
e. Pemeriksaan penunjang
1) USG : pada penderita malaria kronis terdapat pembesaran limpa
2) Rontgen : pada penderita malaria kronis terlihat pembesaran hati
dan limpa
3) Laboratorium
a) Hitung leukosit darah rendah atau normal (n : 4.000-10.000 mm3)
b) Jumlah trombosit sering menurun terutama pada malaria berat (n :
150.000-400.000 sel/mm3 )
c) Laju endap darah sangat tinggi (>5-15 mm/jam)
d) Hemoglobin darah rendah (<10 gr/dl)
e) Plasmodium terlihat dalam sediaan, DDR (+)
No Data Fokus Masalah
1. Ds : Klien mengatakan kepala terasa pusing Intoleransi aktivitas
Do :
- TTV : Tensi darah hipotensi
- Nadi cepat
- Terdapat sianosis
- Akral dingin
- Kulit pucat
- Klien tampak gelisah
- Hb dibawah normal
- Conjungtiva anemis
- Mukosa bibir tampak kering
- Hasil pemeriksaan DDR (+)
2. Ds : Klien mengatakan tidak nafsu makan dan Defisit nutrisi
perutnya mual dan muntah
Do :
- Porsi makan yang dihabiskan terlihat hanya
3 sendok makan
- Keadaan umum tampak lemah
- BB klien di bawah normal/biasanya
- Tinggi badan tidak seimbang dengan BB
- Klien tampak pucat
- Mukosa bibir tampak kering
3. Ds : klien mengeluh tubuhnya terasa panas, panas Hipertermia
yang dirasakan hilang timbul.
Do :
- Pada palpasi klien teraba panas
- Suhu >370C
- Hasil pemerikasaan DDR (+)
- Klien tampak gelisah
- Mukosa bibir tampak kering
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif
yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakan diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks
tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan
pemberi pelayanan kesehatan lain (Deswani, 2009).
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari
tanda dan gejala yang timbul menurut Muttaqin (2011) adalah :
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. K
DENGAN PENYAKIT INFEKSI ENDEMIS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien
Tanggal masuk RS : 19 maret 2023
Tanggal pengkajian : 20 maret 2023

Nama Pasien : Ny. K


Umur : 20 tahun
No. RM : 1234
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jakarta
Status perkawinan : Menikah
Ruang rawat : Wijaya kusuma
Dx. Medis : Malaria

Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jakarta
Hubungan dengan pasien : Keluarga

2. Keluhan utama :
Pasien mengeluh mual, muntah dan pusing.

3. Riwayat kesehatan sekarang :


Pasien mengatakan mual dan muntah setiap makan dan minum, mual pusing, lemas
dan tidak nafsu makan.
4. Riwayat kesehatan dulu :
Sebelumnya,pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit malaria

5. Riwayat kesehatan keluarga :


Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit menular dan tidak memiliki
penyakit keturunan.

B. PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda – tanda vital
- Tekanan darah : 100/70 mmHg BB : 50 kg
- Nadi : 90 x/m TB : 160 cm
-RR : 22 x/m
-Suhu tubuh : 37,5ºc

Pemeriksaan head to toe


a. Kepala
1) Bentuk : Simetris
2) Keadaan rambut : Bersih
3) Warna : Hitam
4) Nyeri kepala : Ada
b. Mata
1) Bentuk : Simetris
2) Konjungtiva : Anemis
3) Sklera : Ikterik
4) kebersihan : Bersih
c. Hidung
1) Bentuk : Simetris
2) Kebersihan : Bersih
d. Telinga
1) Bentuk : Simetris kiri dan kanan
2) Pendengaran : Normal
e. Leher
1) Vena jugularis : Tidak ada
2) Kelenjar tiroid : Tidak ada
f. Dada
Jantung
1) Inspeksi : Normal
2) Palpasi : Normal
3) Perkusi : Redup
4) Auskultasi : Irama : Teratur
g. Paru-paru
1) RR : 22 x/m
2) Inspeksi : Normal
3) Palpasi : Normal
4) Perkusi : Sonor
5) Auskultasi : Irama teratur
h. Abdomen
1) Inspeksi : Normal
2) Auskultasi : Bising usus 12x/menit
3) Palpasi : Nyeri tekan epigastrik
4) Perkusi : Timpani
i. Ekstermitas :
Atas : Akral dingin, udema tidak ada, tangan kiri terpasang infus dan sedang
transfusi darah.
Bawah: Akral dingin, tidak ada varises, klien jarang menggerakan kakinya karena
masih merasa lemah.
Kebutuhan sehari-hari
No Jenis Sebelum sakit Sesudah sakit
1 Nutrisi / cairan

a. Frekuensi makan

1) Jenis makan Nasi, lauk, sayur Bubur, lauk

2) Nafsu makan Baik


½ porsi tidak habis

Masalah keperawatan

b. Cairan

1) Jumlah yang diminum 2500 cc 2 gelas (300 cc)


2) Minuman Air putih Air putih
Masalah keperawatan

2 Eliminasi

a. BAB

1) Frekuensi 1x sehari 1x sehari

2) Konsistensi Padat Padat

3) Warna Kuning T Kuning

b. BAK

1) Frekuensi 5-6 x/hari


4-5 x/hari
Kuning
2) Warna Kuning pekat
jernih
Masalah keperawatan Tidak ada Tidak ada
3 Personal hygiene

a. Mandi
1x/hari
1) Frekuensi 3 x /hari

2) Oral Hygiene 2 X/hari


1x/hari

Masalah keperawatan
Tidak ada
Tidak ada

b. Genetalia

1) Kebersihan
Masalah keperawatan

4 Istirahat dan Tidur

a. Lama tidur 8 jam 6 jam

b. Tidur siang 2 jam 1 jam

c. Tidur malam 6 jam 5 jam

Masalah keperawatan Tidak ada


Tidak ada

5 Aktivitas dan latihan

a. Kegiatan dalam pekerjaan Mengurus rumah Tidak ada

b. Waktu bekerja Pagi,siang, malam Tidak ada


Tidak ada Tidak ada
c. Olahraga
Tidak ada Tidak ada
d. Kegiatan lain Pusing dan lemah
Tidak ada
e. Keluhan dalam beraktivitas
6 Kebiasaan
Tidak pernah Tidak pernah
a. Merokok
Tidak pernah Tidak pernah
b. Minum alkohol
C. ANALISA DATA
No Diagnosa keperawatan Etiologi Masalah
1 Ds : Klien mengeluh kepalanya
Trauma langsung pada Intoleransi aktifitas

terasa pusing. sistem mukuloskletal



Do :
Gangguan mobilisasi
- Keadaan umum : Lemah

- TTV : Tensi darah :
100/70 mmHg Defisiensi kalori dan

- Nadi : 90 x/menit protein

- Pernafasan : 22 x/menit ↓
Gangguan metabolisme
- Suhu : 370C

- Akral dingin
Kelemahan umum
- Kulit pucat

- Klien tampak gelisah
Kekurangan energi
- Hb : 7,5 Gr/dl

- Conjungtiva anemis
Intoleransi aktifitas
- Mukosa bibir tampak
kering

- Hasil pemeriksaan DDR


(+)
2 DS : klien mengeluh Infasi parasit Hipertermi
tubuhnya terasa panas, panas malaria
yang dirasakan hilang timbul, ↓
dan paling sering muncul Jumlah skizon
ketika malam hari. yang pecah dalam
Do : sirkulasi
- Tubuh klien teraba panas meningkat,
- Suhu 380C penekanan proses
- Hasil pemerikasaan DDR hematopoiesis,
(+) dan peningkatan
- Klien tampak gelisah pembersihan sel
- Mukosa bibir tampak darah di limpa
kering

Respons inflamasi
sistemik

Peningkatan
sirkulasi
endoktok
sin pada
hipotala
mus

Perubahan
regulasi
temperatur

Muncul
demam

Hipertermia
3 DS : Trombus/ Defisit nutrisi
Klien mengatakan bahwa emboli/
klien tidak nafsu makan dan iskemia
perutnya terasa mual,dan ↓
pernah muntah 1x, lidah terasa Infeksi
pahit dan uluh hati terasa ↓
nyeri. Defisit
Do : neurologis
- Porsi makan yang ↓
dihabiskan terlihat hanya Penurunan
3 sendok makan kontrol
- Keadaan umum tampak volunter
lemah

- BB : 49 kg
Kelemahan
- Tinggi badan : 155 cm
fisik
- Klien tampak pucat

- Mukosa bibir tampak
Kkekuatan
kering
otot
menurun

Nafsu makan
menurun

Defisit
nutrisi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil
1. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Identifikasi
berhubungan dengan Tindakan selama 1x24 gngguan fungsi
Ketidakseimbangan jam ,diharapkan toleransi tubuh yang
antara suplai dan aktifitas meningkat dengan
mengakibatkan
kebutuhan oksigen. kriteria hasil :
kelelahan.
- Sianosis menurun
- Kekuatan tubuh 2. Monitor
meningkat kelelalahan fisik

- Perasaan lemah dan emosional

menurun 3. Sediakan
lingkungan
nyaman dan
rendah stimulus

4. Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
2. Hipertermia Setelah dilakukan 1. Monitor tekanan
berhubungan dengan Tindakan selama 1x24 darah,frekuensi
peningkatan laju jam diharapkan dengan nadi dan
metabolisme kriteria hasil : pernafasan
- Perasaan lemah 2. Monitor dan
menurun catat tanda dan
- Hb meningkat gejala
hipotermia dan
hipertermia
3. Tingkatan
asupan cairan
dan nutrisi yang
adekuat
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan 1. Monitor intake
berhubungan Tindakan selama 1x24 output cairan
dengan jam ,diharapkan 2. Dokumentasikan
ketidakmampuan berkurang dengan hasil
mencerna makanan kriteria hasil: pemantauan
- Nafsu makan 3. Jelaskan tujuan
meningkat dan prosedur
pemantauan

Implementasi keperawatan

2. Intoleransi aktivitas 20 maret 1. Identifikasi gngguan fungsi tubuh


berhubungan dengan 2023 yang mengakibatkan kelelahan.
ketidakseimbangan
2. Monitor kelelalahan fisik dan
antara suplai dan
emosional
kebutuhan oksigen.
1. Defisit nutrisi 20 maret 1. Memonitor intake output cairan
berhubungan dengan 2023 2. Mendokumentasikan hasil
ketidakmampuan pemantauan
mencerna makanan 3. Menjelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

3. Sediakan lingkungan nyaman dan


rendah stimulus

4. Anjurkan melakukan aktivitas


secara bertahap
3. Hipertermia 20 maret 1. Monitor tekanan darah,frekuensi
berhubungan dengan 2023 nadi dan pernafasan
peningkatan 2. Monitor dan catat tanda dan gejala
metabolisme,efek hipotermia dan hipertermia
langsung sirkulasi 3. Tingkatan asupan cairan dan
kuman pada nutrisi yang adekuat
hipotalamus

Evaluasi Keperawatan

Masalah
No Tanggal Eveluasi
Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas 19 maret S :
berhubungan dengan 2022 Klien mengatakan sudah tidak
ketidakseimbangan antara merasakan lemah.

suplai dan kebutuhan


O:
oksigen
- Mual berkurang
- Muntah berkurang

A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi dihentikan

S:
2. Hipertermi berhubungan 18
Klien mengatakan tidak lagi
dengan peningkatan laju maret merasa lemah
metabolisme
2023 O : Klien tampak sudah tidak
lemah
A : Masalah teratasi
P : Intevensi di hentikan

Defisit nutrisi berhubungan S : Klien mangatakan sudah ada


3. 18 maret
dengan ketidakmampuan nafsu untuk makan
mencerna makanan O : Klien mau makan
2023
Mual muntah sudah tidak lagi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

DAFTAR PUSTAKA

Sucipto, Cecep Dani. 2017. Manual Lengkap Malaria. Jakarta : EGC

Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta
: Kemenkes RI; 2014.

Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes


RI Dinkes Prov.Sultra.
2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Kendari
Robbins. 2007. Buku ajar : Patologi. Jakarta : EGC

Tarwoto et al. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.


Cetakan Pertama. Trans Info Media: Jakarta

Smeltzer, S. C. And Bare, B. G. 2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Sudart Edisi 8. Jakarta: EGC

Budiono, Sumirah Budi Pertami. 2015. Konsep dasar Keperawatan. Jakarta : Bumi Medika

Anda mungkin juga menyukai