OLEH
KELOMPOK 8
SURYA RAHMAN
MAYASARI
MUHA ADBUL WAHID
PENGERTIAN
Leptospirosis merupakan penyakit demam akut dengan manisfestasi klinis bervariasi, disebabkan oleh
leptosspira. Leptospirosis masih merupakan masalah kesehatan global terutama di negara tropis, termasuk
Indonesia
Leptospirosis adalah penyakit zoonosa yang disebabkan oleh infeksi bakteri berbentuk spiral dari genus
Leptospira yang pathogen, yang ditularkan secara langsung dan tidak langsung dari hewan ke manusia.
Definisi penyakit zoonosa (zoonosis) adalah penyakit yang secara alami dapat ditularkan dari hewan
vertebrata ke manusia atau sebaliknya (Kementerian kesehatan RI, 2017).
ETIOLOGI
Leptospirosis disebabkan oleh organisme pathogen dari genus. Leptospira yang termasuk dalam ordo
Spirochaeta dalam Famili. Trepanometaceae. Bakteri ini berbentuk spiral dengan pilinan yang rapat dan
ujung-ujungnya berbentuk seperti kait sehingga bakteri sangat aktif baik gerakan berputar sepanjang
sumbunya, maju-mundur, maupun melengkung, Ukuran bakteri ini 0,1 mm x 0,6 mm sampai 0,1 mm x 20
Ada 2 hipotesis yang diduga berperan dalam pathogenesis Leptospirosis ini. Pertama, adanya kontak langsung antara
Leptospirosis yang menyebabkan reaksi jaringan, karena Leptospira tipis dan mempunyai motilitas yang tinggi
sehingga dapat penetrasi membran mukus intak atau luka kecil dikarenakan flagella periplasmic. Kedua, pathogenesis
leptospirosis melalui reaksi imunologi. Invasi Leptospira ini akan menimbulkan reaksi imun non spesifik berupa
inflamasi yang diikuti dengan pelepasan mediator kimiawi berupa sitokin dan reaksi imun spesifik. Kemampuan
invasi kuman Leptospira disebabkan oleh sifatnya yang motil dan kemampuan kuman memproduksi hemolisin, ensim
seperti katalase, lipase, oksidase, hialuronidase, transaminase, endotoksin dan spingomielinase yang berperan dalam
menentukan virulensinya (Bridge & Athanazio, 2005).
PENULARAN LEPTOSPIROSIS
Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air (water borne disease). Urin
dari individu yang terserang penyakit ini merupakan sumber utama penularan, baikpada
manusia maupun pada hewan . Kemampuan Leptospira untuk bergerak dengan cepat dalam
air menjadi salah satu factor penentu utama ia dapat menginfeksi induk semang (host) yang
baru. Hujan deras akan membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir . Gerakan
bakteri memang tidak memengaruhi kemampuannya untuk memasuki jaringan tubuh namun
mendukung proses invasi dan penyebaran di dalam aliran darah induk semang
Di Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi banjir. Keadaan
banjir dapat menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya genengan air,
lingkungan menjadi becek, berlumpur serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan
mudahnya bakteri Leptospira berkembangbiak.
Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ketubuh manusia melalui permukaan kulit
yang terluka, selaput lendir mata dan hidung. Sejauh ini tikus merupakan reservoir dan
sekaligus penyebar utama Leptospirosis karena bertindak sebagai inang alami dan memiliki
daya reproduksi tinggi. Beberapa hewan lain seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing
dapat terserang Leptospirosis, tetapi potensi menularkan kemanusia tidak sebesar tikus
MANIFESTASI KLINIK
b.Leptospirosis ikterik. Fase septik sama dengan fase an-ikterik. Manifestasi yang mencolok
terjadi pada fase imun, ditandai dengan disfungsi hepatorenal disertai diastesis hemoragik.
(Pediatrics, 2000)
c.Meningitis aseptik dan disfungsi ginjal merupakan tanda dari fase imun. Gejala dapat bertahan
hingga 6 hari sampai lebih dari 4 minggu, dengan rata-rata 14 hari. Sekitar 10% kasus
leptospirosis berkembang menjadi Weil disease yaitu leptospirosis berat yang disertai ikterus,
gagal ginjal, dan perdarahan paru. Mortalitas tetap tinggi walaupun dengan perawatan ICU
dan akan meningkat apabila perawatan kurang memadai
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.Peningkatan empat kali titer MAT pada sampel serum akut dan konvalesen;
b.Titer MAT ≥ 1:400 pada sampel serum tunggal atau berpasangan;
c.Isolasi spesies Leptospira patogen dari lokasi yang normalnya steril;
d.Deteksi spesies Leptospira pada sampel klinis dengan teknik histologis,
histokimia atau imunostain;
a. Adanya IgM atau peningkatan empat kali titer antibodi IFA pada sampel serum akut dan
konvalesen;
c. Titer MAT ≥ 1:100 pada sampel serum fase akut tunggal di daerah non-endemik (WHO,
2011).
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kasus Leptospirosis yaitu Pengobatan dengan antibiotika yang sesuai
dilakukan sejak kasus suspek ditegakkan secara klinis.(Kemenkes RI, 2017)
Denners, 2002).
DIAGNOSA BANDING
Identitas
• Keadaan umum klien seperti umur dan imunisasi., laki dan perempuan tingkat kejadiannya sama.
Keluhan utama
• Timbul gejala demam yang disertai sakit kepala, mialgia dan nyeri tekan (frontal) mata merah,
fotofobia, keluahan gastrointestinal. Demam disertai mual, muntah, diare, batuk, sakit dada,
hemoptosis, penurunan kesadaran dan injeksi konjunctiva. Demam ini berlangsung 1-3 hari.
3. Riwayat keperawatan
a. Imunisasi, riwayat imunisasi perlu untuk peningkatan
daya tahan tubuh
b. Riwayat penyakit, influenza, hapatitis, bruselosis, pneuma
atipik, DBD, penyakit susunan saraf akut, fever of
unknown origin.
c. Riwayat pekerjaan klien apakah termasuk kelompok
orang resiko tinggi seperti bepergian di hutan belantara,
rawa, sungai atau petani.
LANJUTAN
Pemeriksaan fisik
• Review of sistem :
1) Sistem pernafasan
• Epitaksis, penumonitis hemoragik di paru, batuk, sakit dada
1) Sistem cardiovaskuler
• Perdarahan, anemia, demam, bradikardia.
1) Sistem persyrafan
• Penuruanan kesadaran, sakit kepala terutama dibagian frontal, mata merah. fotofobia, injeksi konjunctiva, iridosiklitis
1) Sistem perkemihan
• Oligoria, azometmia,perdarahan adrenal
1) Sistem pencernaan
• Hepatomegali, splenomegali, hemoptosis, melenana
1) Sistem muskoloskletal
• Kulit dengan ruam berbentuk makular/ makulopapular/ urtikaria yang teresebar pada badan. Pretibial.
LABORATORIUM
1) Leukositosis normal, sedikit menurun,
2) Neurtrofilia dan laju endap darah (LED) yang meninggi
3) Proteinuria, leukositoria
4) Sedimen sel torak
5) BUN, ureum dan kreatinin meningkat
6) SGOT meninggi tetapi tidak melebihi 5 x normal
7) Bilirubin meninggi sampai 40 %
8) Trombositopenia
9) Hiporptrombinemia
10)Leukosit dalam cairan serebrospinal 10-100/mm3
11)Glukosa dalam CSS Normal atau menurun
DIAGNOSA KEPERAWATAN