Anda di halaman 1dari 17

Tetanu

s
KELOMPOK 4

MUNAWWARAH JAUHAR_R011221064
RUSNAH _ R011221130
Tetanus
• Definisi : Tetanus adalah
suatu toksemia akut yang
disebabkan oleh neurotoksin
yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani ditandai
dengan kekakuan otot dan
spasme yang periodik dan
berat
• Clostridium tetani adalah
bakteri Gram positif anaerob
yang ditemukan di tanah dan
kotoran binatang. Bakteri ini
berbentuk batang dan
memproduksi spora,
memberikan gambaran klasik
seperti stik drum, meski tidak
selalu terlihat.
 Clostridium tetani merupakan bakteri yang motil karena
memiliki flagella, dimana menurut antigen flagellanya,
 Spora yang diproduksi oleh bakteri ini tahan terhadap
banyak agen desinfektan baik agen fisik maupun agen
kimia. Spora Clostridium tetani dapat bertahan dari air
mendidih selama beberapa menit (meski hancur dengan
autoclave pada suhu 121° C selama 15-20 menit). Jika
bakteri ini menginfeksi luka seseorang atau bersamaan
dengan benda lain, bakteri ini akan memasuki tubuh
penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang
bernama tetanospasmin.
 Spora atau bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka
terbuka. Ketika menempati tempat yang cocok (anaerob)
bakteri akan berkembang dan melepaskan toksin
tetanus. Dengan konsentrasi sangat rendah, toksin ini
dapat mengakibatkan penyakit tetanus.
2
 Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini
banyak ditemukan di sekitar manusia, seperti di tanah, debu, tinja
manusia atau hewan, serta di permukaan benda-benda yang
berkarat.Saat masuk ke dalam tubuh manusia, bakteri Clostridium tetani
akan mengeluarkan racun tetanospasmin yang menyerang sistem saraf
pusat. Racun ini nantinya akan menghalangi sinyal saraf dari sumsum
tulang belakang ke otot. Akibatnya, otot menjadi kaku dan tegang.
 Bakteri tetanus dapat masuk ke dalam tubuh seseorang melalui luka
terbuka di kulit, misalnya akibat:
1. Luka yang terkontaminasi tinja, tanah, debu, dan air liur
2. Luka tusuk akibat benda yang tajam, seperti paku atau jarum
3. Luka bakar
4. Luka yang disertai dengan jaringan mati, seperti gangrenen
5. Luka akibat kecelakaan lalu lintas
6. Luka gigitan hewan, misalnya tikus
7. Tetanus pada bayi baru lahir disebabkan oleh penggunaan alat
bersalin yang tidak steril atau karena ibu bayi tidak mendapatkan
imunisasi tetanus lengkap
 Tetanospasmin masuk ke susunan saraf pusat
melalui otot dimana terdapat suasana anaerobik
yang memungkinkan Clostridium tetani untuk
hidup dan memproduksi toksin. Lalu setelah
masuk ke susunan saraf perifer, toksin akan
ditransportasikan secara retrograde menuju saraf
presinaptik, dimana toksin tersebut bekerja. 2
 Toksin tersebut akan menghambat pelepasan
neurotransmitter inhibisi dan secara efektif
menghambat inhibisi sinyal interneuron. Tetapi
khususnya toksin tersebut menghambat
pengeluaran Gamma Amino Butyric Acid (GABA)
yang spesifik menginhibisi neuron motorik. Hal
tersebut akan mengakibatkan aktivitas tidak
teregulasi dari sistem saraf motorik.2
Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin
bertambah terutama  pada rahang dan leher. Dalam waktu 48 jam penyakit ini
menjadi nyata dengan gejala umum:
1. Trismus (kesukaran membuka mulut) karena spasme otot-otot mastikatoris
2. Kaku kuduk sampai epistotonus karena ketegangan otot-otot erector trunki
3. Ketegangan otot dinding perut
4. Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin terdapat di kornu anterior
5. Risus sardonikus karena spasme otot muka (alias tertarik ke atas), sudut mulut
tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi
6. Kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri anggota badan (sering
merupakan gejala dini)
7. Spasme yang khas, yaitu badan kaku dengan epistotonus, ekstremitas inferior
dala keadaan ekstensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat. Keadaan tetap
sadar, spasme mula-mula intermitten diselingi periode relaksasi, kemudian tidak
jelas lagi dan serangan tersebut disertai rasa nyeri. Kadang-kadang terjadi
perdarahan intramuscular karena kontraksi yang kuat.
8. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernapasan dan laring.
Retensi urine dapat terjadi karena spasme otot uretral. Fraktur kolumna
vertebralis dapat pula terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat.
9. Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir.
10. Terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang peninggian tekanan cairan otak
Manifestasi Klinis (2)
Derajat keparahan berdasarkan pada sistem pembagian oleh
Ablett :
• Derajat I (ringan): trismus ringan sampai sedang, spastisitas
generalisata, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme,
sedikit atau tanpa disfagia.
• Derajat II (sedang): trismus sedang, rigiditas jelas, spasme
singkat ringan sampai sedang, gangguan pernafasan sedang
dengan frekuensi nafas > 30 x/menit, disfagia ringan.
• Derajat III (berat): trismus berat, spastisitas generalisata,
spasme refleks berkepanjangan, frekuensi nafas > 40 kali/
menit, serangan apnea, disfagia berat dan takikardia (nadi >
120 x/menit).
• Derajat IV (sangat berat): derajat tiga dengan gangguan
otonomik berat melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipertensi
berat dan takikardia terjadi berselingan dengan hipotensi dan
bradikardia, salah satunya dapat menetap.
Penatalaksanaan
• Tiga sasaran penatalaksanaan “
1. Membuang sumber tetanospasmin
2. Menetralisasi toksin yang tidak terikat
3. Perawatan penunjang/suportif sampat tetanospasmin
yang berikatan dengan jaringan telah habis
dimetabolisme.
• Umum: penderita ditempatkan pada area yang
sedikit/minimal dari berbagai stimulus, gangguan
obstruksi jalan nafas harus ditangani, pemantauan
kardiopulmoner, luka segera dieksplorasi dan dilakukan
debridemen.
• Netralisasi toksin: TIG (tetanus immune globulin), dosis
3000-10000 unit intramuskuler, dibagi tiga dosis yang
sama dan diinjeksikan di tiga tempat berbeda. Makin
cepat pengobatan TIG diberikan, makin efektif.
• Bila TIG tidak tersedia maka diberikan ATS dengan dosis
100.000-200.000 unit : hari pertama 50.000 unit
intramuskuler dan 50.000 unit intravena. Hari kedua
60.000 unit intramuskuler dan hari ketiga 40.000 unit
intramuskuler.
• Untuk mengatasi spasme otot dan rigiditas, diazepam
masih efektif, dosis 0,1-0,3 mg/kgBB/kali dengan
interval 2-4 jam sesuai gejala klinis. Bila belum
terkontrol, bisa dipilih obat sedasi yang lain seperti
phenobarbital dan chlorpromazine.
• Mengobati sumber infeksi:
- Metronidazole diberikan secara intravena
dengan dosis inisial 15 mg/kgBB dilanjutkan
dosis 30 mg/kgBB/hari setiap 6 jam selama 7-10
hari bila ada infeksi campuran dengan kuman
penghasil betalaktamase.
Lini kedua dapat diberikan penicillin procain
50.000-100.000 U/kgBB/hari selama 7-10 hari.
-Alergi penisilin, diberikan alternatif: eritromisin,
klindamisin, kloramfenikol, tetrasiklin. Dosis
tetrasiklin adalah 50 mg/kgBB/hari.
Komplikasi tetanus
Sistem Komplikasi
Jalan nafas Aspirasi
Laringospasme/obstruksi
Obstruksi berkaitan dengan sedatif
Respirasi Apnea
Hipoksia
Gagal nafas
ARDS
Kardiovaskuler (acute
respiratory
distress
syndrome)
Ginjal Takikardia, hipertensi, bergantian dengan
Gastrointestinal bradikardia, hipotensi
Gangguan ritme jantung
Gagal jantung
Lain-lain Gagal ginjal
Stasis gaster
Faktor predisposisi (Luka tusuk dalam dan kotor serta belum terimunisasi,luka karena lalu
lintas, luka bakar, luka tembak, tusuk gigi, perawatan luka/tali pusat yang tidak baik)

Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh dan berpoliferasi

Clostridium tetani mengeluarkan toksik yang bersifat


neurotoksik (tetanospasmin)

Tetanus

Menempel pada cerebral ganglion side Respon inflamasi pada jaringan otak

Kekakuan dan kejang otot


yang khas pada tetanus
Suhu tubuh meningkat

Dirangsang oleh cahaya,


suara
Hipertermi

Kejang berulang

Resiko Injuri
Kekakuan dan kejang otot yang
khas pada tetanus

Otot mastikatorius Otot-otot erector Otot pernapasan dan laring


pada batang tubuh

Kaku kuduk
Trismus

Penurunan Sulit bernapas


kemampuan
Sulit menelan batuk/
Hambatan
mobilitas fisik menelan

Sesak napas
Intake nutrisi tidak adekuat Penumpukan
sekret

Kebutuhan Nutrisi Bersihan jalan Pola napas


kurang dari kebutuhan napas tidak tidak efektif
tubuh efektif

Resiko
aspirasi
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
 
1. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas berhubungan
dengan penumpukan sekresi sekret akibat
kerusakan otot-otot menelan
2. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan
kesadaran, Gangguan menelan
3. hipertermi berhubungan dengan penyakit tetanus
4. keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan Penurunan reflek menelan,
intake kurang
5. hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot dan kaku sendi
•INTERVENSI KEPERAWATAN
Tabel 4 : Intervensi Keperawatan Pada Klien tetanus
No Diagnosa Tujuan&KH (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
. Keperawatan
1 Manajemen Jalan Nafas
Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Secara anatomi posisi kepala ekstensi
Bersihan jalan nafas tindakan keperawatan 1. Bebaskan jalan nafas dengan merupakan cara untuk meluruskan
berhubungan selama 2x24 jam terjadi mengatur posisi kepala rongga pernafasan
dengan kepatenan jalan nafas, ekstensi 2. Ronchi menunjukkan adanya gangguan
penumpukan dengan Kriteria Hasil : 2. Pemeriksaan fisik dengan cara pernafasan akibat atas cairan atau
sputum pada trakea  Klien tidak s es ak auskultasi mendengarkan suara sekret yang menutupi sebagian dari
dan spame otot  Tidak ada lendir atau nafas (adakah ronchi) tiap 2-4 saluran pernafasan sehingga perlu
s k ret
pernafasan jam sekali dikeluarkan untuk mengoptimalkan
 Per n afas an
16-18 3. Bersihkan mulut dan jalan nafas
kali/menit saluran nafas dari sekret 3. Suction merupakan tindakan
dan lendir dengan bantuan untuk mengeluarkan sekret,
 Tidak ada
melakukan suction sehingga mempermudah proses
p e r n afa s an 4. Oksigenasi respirasi
cuping hidung
5. Observasi tanda-tanda vital 4. Pemberian oksigen secara
 Tidak ada
tiap 2 jam adequat dapat mensuplai dan
tam b a h an o t o t
6. Observasi timbulnya gagal memberikan cadangan oksigen,
p e r n afa s an , nafas
sehingga mencegah
7. Kolaborasi dalam pemberian terjadinya hipoksia
obat

Anda mungkin juga menyukai