Anda di halaman 1dari 21

TETANUS

Presented by:
Rosyidah Qurrota A’yun
NIM: 201570020
TERMINOLOGI TETANUS

 Gangguan neurologik yang ditandai dengan meningkatnya


tonus dan spasme otot  neurotoxin spora clostridium
tetani (tetanospamin)
 Etiologi ditemukan Carlo dan Rattone Tahun 1884
 Isolasi organisme penyebab tetanus Tahun 1889
 Tetanus toxoid di kembangkan tahun 1924 dan digunakan
selama perang dunia 2
ETIOLOGI

 Invasi bakteri Clostridium tetani


 Karakteristik Clostridium tetani
 Anaerobic gram-positive
 spore-forming bacteria
 Spores ditemukan di tanah, usus dan feses beberapa
hewan
 Spora resisten terhadap panas dan antiseptik
 Exotoxin Tetanospamin dan tetanolisin
TEMUAN KLINIS
 Periode inkubasi 8 hari (range, 1 to 21 hari)
 Tiga bentuk temuan: Generalized (sering terjadi), Lokal (kadang-kadang) dan
Cephalic (Jarang)
1. Generalized tetanus (Tetanus Umum):
 Trismus (lockjaw)
 Kekakuan leher
 Kesulitan menelan
 Kekakuan otot perut
 Peningkatan suhu, berkeringat, peningkatan tekanan darah serta denyut
jantung episodik lebih cepat
 Spasme sering terjadi dan berlangsung beberepa menit
 Spasme berlangsung 3 hari hingga 4 minggu
 Proses penyembuhan berbulan-bulan
TEMUAN KLINIS

2. Tetanus terlokalisasi

Penyakit tidak umum

Pasien mengalami kontraksi otot persisten pada daerah anatomi Cedera

Kontraksi bertahan beberapa minggu-mereda

3. Tetanus Sefalik

 Jarang terjadi

 Jika terjadi biasanya dengan otitis media C. Tetani ada di flora telinga
tengah ataupun ada setelah trauma kepala

 Keterlibatan saraf kranial utamanya kelainan di wajah.


TEMUAN KLINIK
Tetanus neonatus
 Tetanus umum yang terjadi pada bayi baru lahir yang ibunya tidak
memiliki kekebalan tubuh pasif
 Terjadi melalui infeksi yang tidak sembuh dari ujung umbilikal yang di
potong menggunakan instrumen tidak steril
 Gejala sulit menelan/sulit minum, rewel, gelisah
 Kekakuan dan spasme otot melibatkan otot masseter, otot-otot perut dan
tulang belakang. Spasme otot bersifat intermiten dengan interval waktu
yang berbeda-beda
 Gejala muncul dari hari ke 4 hingga 14 hari setelah lahir (rata-rata 7 hari).
KOMPLIKASI
 Laryngospasm
 Fraktur

 Hypertensi dan atau abnormalitas ritme jantung

 Infeksi nosokomial

 Emboli paru

 Pneumonia aspirasi

 kematian
PATOGENESIS
C. Tetani masuk melalui luka Pada kondisi Anaerobik,
spora germinate

Melekat pada CNS melalui


Sekresi neurotoxin
aliran darah dan aliran
(Tetanospamin)
limfatik

Mengganggu pelepasan
Kontraksi dan Spasme otot
Neurotransmitter u/ blokade
yang tidak diinginkan
impuls inhibitor

Manifestasi klinik seperti:


Seizure dan mempengaruhi
sistem saraf otonom
PATOGENESIS-PATOPHYSIOLOGY
Menghancurkan Mencegah
Invasi bakteri C.Tetani
synaptobrevin/ VAMP II pelepasan Gaba
melalui luka
dan Glisin

Absorbsi di neuromuskular Transfer Tetanospamin ke


junction SSP secara retrogad Peningkatan
kontraksi dan
spasme otot
Toksin menyebar melalui sirkulasi Saraf Motorik
darah dan pembuluh limfe

Wajah: Laring:
Saraf Otonom Resus sardonicus, Obstruksi sal.napas
trismus akut, respiratory
arrest
- Peningkatan Suhu Dada:
- Hipersaliva Hipoventilasi dan Peningkatan otot
- Berkeringat apneu trunkal: Opistotonus
- Peningkatan
sekresi bronkus
DIAGNOSIS TETANUS
 Berdasarkan manifestasi klinik pasien

 Anamnesis

 Identitas pasien (Nama, TTL, JK, Umur, Riw.Pekerjaan, Sts. Pernikahan)

 Keluhan Utama (tanyakan pada keluarga/pendamping pasien) apabila ada


manifestasi klinik tetanus. Sudah berapa lama?

 Riwayat penyakit sekarang

 Riwayat penyakit terdahulu

 Riwayat penyakit keluarga

 Riwayat kebiasaan
PEMERIKSAAN FISIK

 Pemeriksaan fisik umum TTV, Inspeksi, palpasi,


auskultasi, perkusi
 Uji spatula
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan laboratorium konfirmasi mikrobakterium


C. Tetani (tapi tidak perlu menunggu langsung di
tatalaksana)
 Tetanus antibody tes
DIAGNOSIS BANDING
 Distonia yang diinduksi obat
 Trismus karena infeksi gigi

 Keracunan strychnine

 Sindrom maligna/kaku

 Meningitis
TUJUAN TERAPI
 Menetralkan toksin yang beredar sebelum toksin masuk ke dalam
sistem saraf pusat,
 Menurunkan produksi toksin yang lebih banyak,
 Mengontrol gejala neuromuskuler dan otonom yang muncul serta
mempertahankan kondisi pasien sampai efek toksin menghilang.
 Efikasi terapi dipengaruhi oleh faktor prognostik seperti masa
inkubasi, jangka waktu antara gejala pertama yang muncul dan
spasme yang pertama (interval onset), frekuensi dan durasi
spasme, demam dan komplikasi respiratorius yang terjadi
TREATMENT FOR NEONATUS TETANUS

 Perawatan suportif sangat diperlukan seperti menjaga jalan napas tetap terbuka, dipasangkan

kateter jika retensi urin, pemberian asi menggunakan selang nasogastrik di antara periode

spasme

 Antitoksin tetanus 5000 U intramuskular atau human tetanus immunoglobulin 500 U

intramuskular  Menetralkan toksin yang beredar dan tak terikat.

 Metronidazol Elimunasi bentuk vegetatif Cl tetani selama 10-14 hari.

 Penicillin G 100.000 unit/kg/hari sebagai pilihan kedua dapat diberikan selama 10 hari.

 Infeksi lain yang terjadi bersamaan dapat diberikan terapi antibiotik spektrum luas
TREATMENT FOR NEONATUS TETANUS
 Menghentikan spasmeDiazepam dengan dosis 10 mg/kg/hari secara
intravena dalam 24 jam atau dengan bolus intravena setiap 3 jam dengan
dosis 0,5 mg/kg per kali pemberian dengan maksimum dosis 40 mg/kg

 Bila jalur intravena tidak terpasang, diazepam dapat diberikan melalui


pipa lambung atau melalui rektal.

 Bila perlu, tambahan dosis 10 mg/kg/hari.

 Pemberian diazepam harus dihentikan apabila frekuensi napas < 30


kali/menit, kecuali jika tersedia ventilator mekanik. Pemberian
kortikosteroid pada tata laksana tetanus neonatorum belum terbukti /hari.
FARMAKOLOGI TREATMENT
 Netralisir toxin Pemberian Tetanus immune globulin (TIG) membantu
menghilangkan tetanus yg tidak terikat toksin
 Direkomendasikan untuk anak dan dewasa
 Dosis tunggal intramuskular 500 unit
 Intravena immunoglobulin (IVIG) mengandung antitoksin tetanus dan bisa
digunakan jika TIG tidak ada
 Mengatasi spasme dan rigiditas Diazepam intravena 5 mg atau lorazepam 2
mg.
 Mengontrol spasme dan disfungsi autonomik Kombinasi magnesium sulfat dg
benzodiazepin 5 gm (or 75mg/kg) intravenous loading dose, then 2–3 grams per
hour until spasm control is achieved.
FARMAKOLOGI TREATMENT

 Antibiotik:
 Metronidazole (intravena/oral 500 mg setiap 6 jam)
 Intravena Penicillin G (100,000–200,000 IU/kg/hari,
diberikan 2–4 dosis terbagi.
 Tetracyclines, macrolides, clindamycin, cephalosporins
and chloramphenicol juga efektif
NONFARMAKOLOGI TREATMENT

 Pembersihan luka termasuk jaringan nekroting dan


benda asing
 Jika terjadi kejang tetanik terapi suportif dan
pemeliharaan jalan napas
 Imunisasi aktif dengan toksoid tetanus harus
dimulai/dilanjutkan segera setelah kondisi stabil
 Tatalaksana bedah luka tetanus
 Tindakan pertama bekas tusukan, cross eksisi dan tdk d
tutup, dg tujuan ada udara yg masuk, berikan oksigen
REFRENSE
 Tiwari TSP, Moro PL, Acosta AM. Tetanus. Available
from:
https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/tetanus.ht
ml
 WHO Technical Note. Current recommendations for
treatment tetanus during humanitarian emergencies.
Swotzerland. 2010.
 KEMENKES RI. Eliminasi Tetanus maternal dan
neonatal. Buletin jendela data dan informasi Volume 1.
2012.

Anda mungkin juga menyukai