Anda di halaman 1dari 45

Case Report Session

TETANUS

Vidya Hamzah 1110313019


Preseptor:
dr.
Definisi Tetanus
Tetanus adalah toksemia akibat neurotoksin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani -> tandanya: spasme
otot.
Clostridium tetani (spora) -> port deentre: luka tertusuk
paku, luka bakar, infeksi tali pusat (tetanus neonatorum)
Klinis: hypertonia pada otot rahang (trismus) dan leher
(kuduk kaku), spasme otot general tanpa ada penyebab
organik lain.
Bentuk vegetative ini menghasilkan 2 toksin: tetanolisin ->
hemolisis in vitro dan tetanospasmin -> di motor end plate
dan SSP -> spasme otot dan kejang
Epidemiologi Tetanus
Terutama pada daerah risti dg imunisasi DPT
yang rendah.
Daerah yang peternakannya tinggi ->
reservoir: tanah yang mengandung kotoran
ternak
Etiologi Tetanus
C.tetani adalah organisme obligat anaerob, gram
batang positif, bergerak, ukuran 0,4 x 6 m ->
menghasilkan spora pada salah satu ujung
(gambaran tongkat penabuh drum/raket tenis).
Sporanya sangat tahan terhadap desinfektan
kimia, pamanasan, dan pengeringan. Spora dapat
bertahan beberapa bulan hingga beberapa tahun.
Patogenesis Tetanus
Saraf
otono
m Hambat
Suasan Spora -> SS GABA
a bentuk P
Neuromuscu
aerob vegetative
lar junction
Toksi Motor
Absorbsi
n end Sinaps Spasm
melalui plate ganglion e
sumbu spinal
silindrik
Absorbsi melalui
susunan limfatik ->
arteri
Metalo- Tetanospas
exotosin min
Cont..
Kekakuan dimulai tempat masuk kuman -> otot
masseter (trismus) -> masuk ke sumsum tulang
belakang -> kaku pada ekstremitas, dada, perut ->
kejang -> mencapai korteks cerebri -> kejang
umum spontan
Pada saraf otonom -> ggn nafas, metabolism,
hemodinamika, hormonal, saluran cerna, saluran
kemih, dan neuromuscular, spasme laring,
hipertensi.
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi 3 12 hari, makin pendek masa inkubasi -> prognosis makin
buruk.
Terdapat hubungan antara jarak tempat masuk kuman dengan interval
terjadinya penyakit : makin jauh invasi -> masa inkubasi makin panjang

Awal Kedua
Ketiga
Kejang
Rasa nyeri Kejang rangsang
punggung -> tidak Nyeri otot pengunyah maupun
nyaman di seluruh (trismus) spontan
tubuh Risus Sardonikus Susah BAK
Sulit menelan Opistotonus dan
Sulit bergerak, bernafas, konstipasi
dan menelan makanan Myokarditis
Cont..
Tetanus Lokal: rasa nyeri dan spasme otot bagian
proksimal luka (1%)
Tetanus Umum: trismus -> risus sardonikus -> kuduk
kaku -> sulit menelan -> perut papan -> opistotonus
-> kejang tetani tanpa penurunan kesadaran (bentuk
yang paling banyak dijumpai)
Tetanus Sefalik: setelah luka di kepala, wajah, otitis
media -> berkembang jadi tetanus umum. Prognostik
buruk (jarang dijumpai)
Derajat Penyakit Tetanus
Derajat Klinis
I (Ringan) Trismus 2 cm
Kekakuan umum
Tidak ada kejang
Tidak ada gangguan respirasi
II (Sedang) Trismus < 1 cm
Kekakuan umum makin jelas
Dijumpai kejang rangsang, tidak ada kejang
spontan
III.a. (Berat) Trismus berat (kedua gigi rapat)
Otot sangat spastik, timbul kejang spontan
Takipnea, takikardi
Apneic spell (spasme laring)
III b. (Dengan Gangguan otonom berat
gangguan Hipertensi berat dan takikardi, atau
saraf otonom) Hipotensi dan bradikardi
Hipertensi berat atau hipotensi berat
Diagnosis Tetanus Leukositosis ringan
Trombosis sedikit meningkat
Temuan klinis dan riwayat Glukosa dan kalsium normal
imunisasi Temuan Laboratorium
LCS normal, tetapi tekanan dapat
menigkat
Enzim otot serum dapat meningkat

Riwayat luka terkontaminasi


EKG dan EEG biasanya normal
Riwayat tidak imunisasi/ imunisasi tidak lengkap Kultur anaerob pada luka ->
Trismus, disfagia, risus sardonikus, kuduk kaku, Clostridium tetani (seringnya tidak
opistotonus, perut papan ditemukan)
Tidak bias menetek (t.neonatorum)
Kreatinin fosfokinasi dapat meningkat
Kejang umum episodic rangsangan minimal maupun
spontan namun tanpa penurunan kesadaran karena kejang (>3IU/ml)
Derajat Tetanus Menurut
Klasifikasi Ablets
Derajat I (ringan): trismus ringan sedang, kekakuan
umum
Derajat II (sedang): trismus sedang, kekakuan jelas,
spasme hanya sebentar, takipnue dan dispagia ringan
Derajat III (berat): trismus berat, otot spastik, spasme
spontan, takipnue, disfagia berat, takikardi, peningkatan
sistem otonom
Derajat IV (sangat berat): derajat III + gangguan system
kardiovaskuler: hipertensi, takikardi, atau hipotensi dan
Phillips Score

Skor <9 = ringan


Skor 9 16 = sedang
Skor > 17 = berat
Diagnosis Banding Tetanus
Antibiotik
Lini I: Metronidazol 15 mg/kgBB/x (bolus)

Tatalaksana Tetanus
lanjut 7,5 mg/kgBB/6 jam
Lini II: Penisilin Prokain 50.000
IU/kgBB/12 jam IM
Umum Khusus
Antitoksin
HTIG 3000 6000 IU IM
Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya ATS 50.000 100.000 IU -> IM IV

Antikonvulsan
Diet cuku kalori dan protein
Isolasi
Oksigen
Atur keseimbangan cairan dan elektrolit Diazepam 0,1 0,3 mg/kgBB (2 4 jam)
IV
Prognosis Tetanus
Angka kematian 66%.
Pada usia 10 19 tahun -> 10 20%
Pada usia 50 tahun -> 70%
Penderita dengan undernutrisi -> prognosisnya
2x lebih jelek dibandingkan dengan gizi baik.
Tetanus lokal prognosis lebih baik dari tetanus
umum
Sistem Skoring
Skor 1 Skor 0
Masa inkubasi < >7 hari
Awitan penyakit < >48 jam
Tempat masuk Tali pusat, uterus, fraktur Selain tempat tersebut
terbuka, postoperatif,
bekas suntikan IM
Spasme (+) (-)
Panas badan (per > 38,40C (> 400C) <38,40C (<400C)
rektal)
Takikardiadewasa > 120 x/menit <
Neonatus > 150 x/menit <
Cont..
Tingkat Skor Prognosis
Ringan 0-1 <
Sedang 2-3 10 20
Berat 4 20 40
Sangat berat 5-6 > 50
Komplikasi Tetanus
BP
Hipoksia dan
Spasme Pneumon
kerusakan
laring/faring ia
otak
Sepsis

Kifosi
Aspirasi Kejan
s
pneumonia dan g
atelektasis Fraktur
vertebra
Pencegahan Tetanus
Sampai pada saat ini pemberian imunisasi.

Imunisasi:
DPT, DT, dan TT
Imunisasi dasar: 3x -> usia: 2, 4 dan 6 bulan
DPT IV: 18 bulan
DPT V: 5 tahun
DT: 12 tahun
TT: wanita subur, wanita usia 12 tahun, catin dan bumil
Pekerjaan: Pensiunan
Perkawinan ke: 2
Nama
Laporan Kasus Ibu: Ny.S
Identitas Pasien
Umur:
Identitas 38
Orang tuatahun

Nama: An.F
Pendidikan: SMP
Umur: 11 tahun
Pekrjaan: Tidak

Jenis kelamin: Laki-laki

bekera
Alamat: Padang
Agama: Islam
RM: 95.68.84

Bangsal: Akut
Tanggal Masuk: 20 September 2016 Perkawinan ke: 2
Anamnesis: Alloanamnesis
dengan Ibu kandung
KU: Kejang berulang tanpa penurunan kesadaran sejak 11 hari SMRS
RPS:
Riwayat tertusuk paku pada telapak kaki kanan sejak 3 bulan sebelum masuk RS. Luka
tidak dibersihkan dan tidak diobati. Luka ditutup plester.
Kejang berulang tanpa penurunan kesadaran sejak 11 hari sebelum masuk RS, frekuensi >
10x, lama kejang 30 detik 1 menit, tampak kaku pada badan dan kaki, anak sadar selama
kejang, kejang timbul setelah dirangsang dengan sentuhan atau ketika pasien kaget.
Anak membuka mulut terbatas sejak 10 hari sebelum masuk RS. Anak sulit makan dan
minum sejak sakit.
Demam ada, hilang timbul sejak 5 hari sebelum masuk RS, tidak tinggi.
Tidak ada mual dan muntah.
Tidak ada sesak nafas. Riwayat henti nafas tidak ada. Riwayat kebiruan tidak ada.
Cont..
Buang air besar warna, jumlah, dan konsistensi biasa.
Buang air kecil warna, jumlah, dan konsistensi biasa.
Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada.
Riwayat menderita gigi berlubang tidak ada.
Riwayat imunisasi DPT tidak lengkap.
Anak sebelumnya dibawa rukiyah. Kemudian anak dibawa ke RS TMC Pariaman dan dirujuk
ke RSUP. M. Djamil dengan diagnose tetanus. Telah dilakukan pemeriksaan darah di RS TMC
Pariaman dengan hasil:
Hb : 11,4 gr/dl
Leukosit : 9.900
Trombosit : 288.000
Ht : 36%
RPD: Anak tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.
RPK: Tidak ada keluarga yang mengalami hal sepert ini.
Riwayat Sosek, Kejiwaan, dan Kebiasaan:
Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Riwayat persalinan lahir spontan, cukup
bulan, ditolong bidan, BBL 3600 gram, PBL lupa, langsung menangis.
Riwayat imunisasi dasar tidak lengkap.
Pertumbuhan dan perkembangan normal.
Hygene dan sanitasi baik.
Riwayat Pemeliharaan Prenatal:
Pemeriksaan kehamilan : teratur, 1x/bulan selama kehamilan di bidan sampai bulan 9.
Pendarahan dan penyakit kehamilan : disangkal.
Obat diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet besi
Riwayat suntik tetanus kehamilan : ada
Kesan: pemeliharaan prenatal baik
Riwayat Kelahiran
Persalinan : Lahir spontan di Rumah bersalin ditolong bidan.
Usia dalam kandungan : Cukup bulan
Berat badan lahir : 3600 gram
Panjang badan : Ibu mengaku lupa
Skor Apgar : Langsung menangis
Kelainan Bawaan: tidak ada
Riwayat Imunisasi: imunisasi dasar tidak lengkap
Riwayat Makanan
ASI : Diberikan sejak lahir sampai usia 18 bulan
Susu formula : Diberikan susu formula sejak usia 6 bulan
MP ASI : Makanan pendamping ASI diberikan sejak usia 6 bulan
Nasi tim : Diberikan nasi tim saring sejak usia 8 bulan
Nasi : Diberikan nasi sejak usia 1 tahun sekarang
Kesan : Kualitas & kuantitas : Cukup
Riwayat Tumbuh Kembang
Perkembangan Fisik:
Berat badan lahir 3600 gram, panjang badan lahir ibu mengaku
lupa, berat badan sekarang 38 kg, panjang badan 139 cm
Pertumbuhan gigi pertama: 6 bulan

Psikomotor
Tengkurap : 4 bulan
Perkembangan pubertas: A1P1G2
Perkembangan Mental/Emosi: Normal
Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Sadar Keadaan : Sedang


Umum
Tekanan : 100/70 Keadaan : Baik
darah Gizi
Nadi : 100 x/menit Tinggi : 139 cm
Badan
Nafas : 26 x/menit Berat : 38 kg
Badan
Suhu : 37oc Status Gizi:
BB/U : 100%
Sianosis : Tidak ada
TB/U : 95,2%
Edema : Tidak ada
BB/TB : 118,7%
Anemis : Tidak ada Kesan : Baik
status gizi
Kulit: teraba hangat, tidak tampak pucat
KGB: tidak teraba pembesaran KGB
Kepala: Bulat, simetris, LK: 53 cm normocephal (standart nellhaus)
Rambut: hitam, tidak mudah rontok
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), kornea jernih, pupil bulat,
isokor, diameter 2mm/2mm, refleks pupil ( +/+), refleks kornea (+/+), refleks
bulu mata (+/+).
Telinga: Bentuk normal, simetris, discharge (-/-), nyeri tekan tragus (-/-),
nyeri tarik (-/-), tidak bengkak.
Hidung: Simetris, nafas cuping (-),sekret (-/-), epistaksis(-/-), hiperemis (-/-).
Tenggorokan: Arkus faring dan tonsil sulit dinilai
Gigi dan Mulut: Trismus (+) 1,5 cm. Bibir kering (-), sianosis (-), karies
dentis sulit dinilai.
Leher: Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-), kaku kuduk (-), kuduk kaku (+).
Jantung:
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga IV, linea medioclavikula sinistra, tidak kuat
angkat, tidak melebar
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Suara jantung I dan II normal, Suara tambahan (-)
Paru-paru:
Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Suara dasar vesikuler
Suara tambahan : Wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Peristaltik normal
Palpasi : Teraba seperti papan, nyeri tekan (-), turgor
cukup,
hepar dan lien sulit dinilai,
Perkusi: Tidak dilakukan
Punggung: Opistotonus (+)
Genitalia: status pubertas A1P1G2
Ekstremitas
Superior Inferior
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capillary refill < 2 < 2
Gerakan Terbatas Terbatas
Spastik
Turgor Cukup
Cukup
Hasil N
Hasil Laboratorium Leukosit
Hemoglob
10.400
11,7
4.000 11.000
11 16
(20 September 2016) in
Ttombosit 150.000 150.000
400.000
Hitung
Jenis: 0 0 1,0
Basofil
Eosinofil 1 1,0 3,0
N. 0 2,0 6,0
Batang
N. 52 50 70
Segmen
Diagnosis Kerja: Tetanus derajat sedang
Tindakan Pengobatan:
Tirah Baring
NGT MC 2000 kcal -> 6 x 200 cc (1cc = 1,5 kcal)
IVFD Kaen 1B 65 cc/kgBB/hari
Tetagam 3000 IU IM
Diazepam 4 mg/3 jam -> 0,8 cc/3 jam
Loading Metronidazol 600 mg IV dilanjutkan metronidazole 4 x
300 mg IV
Edukasi agar menjaga asupan makanan
Edukasi agar menjaga hygienis lingkungan oral
Menjaga stamina tubuh
Edukasi agar memberi perawatan yang benar apabila
mengalami luka
Prognosa
Qua ad vitam : Dubia ad bonam
Qua ad sanam : Dubia ad bonam
Qua ad fungsionam : Dubia ad bonam
a/ Tetanus derajat
Follow Up sedang 21/9/2016 Pukul: 07:00
p/
s/ Kejang (+) 20 x, sesak (-), demam (-), batuk (-), BAK ada warna, jumlah, dan
konsistensi biasa, BAB (-) sudah 1 hari
Diazepam 3
o/ Keadaan umum: sakit sedang
Kesadaran: sadar
mg/jam -> 0,8
HR: 102 x/menit
Nafas: 30 x/menit cc/3 jam
Metronidazol 4 x
Suhu: Afebris
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut: trismus 1,5 cm, sariawan
Leher: kuduk kaku (+)
Punggung: opistotonus (+)
300 mg IV
Enystin 4 x 1
Abdonem: kaku seperti papan
a/ Tetanus derajat
Follow Up sedang 23/9/2016 Pukul: 07:00
p/
s/ Kejang (+) 16 x, sesak (-), demam (-), batuk (-), BAK ada warna, jumlah, dan
konsistensi biasa, BAB (-) sudah 3 hari
Diazepam 3
o/ Keadaan umum: sakit sedang
Kesadaran: sadar
mg/jam -> 0,8
cc/3 jam
HR: 100 x/menit
Nafas: 18 x/menit
Suhu: Afebris
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut: trismus 2 cm, sariawan
Metronidazol 4 x
Leher: kuduk kaku (+)
Punggung: opistotonus (+) 300 mg IV
Enystin 4 x 1
Abdonem: kaku seperti papan
a/ Tetanus derajat
Follow Up sedang 26/9/2016 Pukul: 07:00
p/
s/ Kejang (+) 10 x, sesak (-), demam (-), batuk (-), BAK ada warna, jumlah, dan
konsistensi biasa, BAB (-) sudah 6 hari
Diazepam 3
o/ Keadaan umum: sakit sedang
Kesadaran: sadar mg/jam -> 0,8
cc/3 jam
HR: 92 x/menit
Nafas: 24 x/menit
Suhu: Afebris
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut: trismus 2,5 cm, sariawan
Metronidazol 4 x
300 mg IV
Leher: kuduk kaku (-)
Punggung: opistotonus (berkurang)
Abdonem: kaku seperti papan (berkurang)

Enystin 4 x 1
a/ tetanus derajat
Follow Up sedang 27/9/2016 Pukul: 07:00
p/
s/ Kejang (+) 6 x, sesak (-), demam (-), batuk (-), BAK ada warna, jumlah, dan
konsistensi biasa, BAB (-) sudah 7 hari
Diazepam 3
o/ Keadaan umum: sakit sedang
Kesadaran: sadar mg/jam -> 0,8
cc/3 jam
HR: 88 x/menit
Nafas: 20 x/menit
Suhu: Afebris
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut: trismus 3 cm, sariawan
Metronidazol 4 x
Leher: kuduk kaku (-)
Punggung: opistotonus berkurang 300 mg IV
Abdonem: kaku berkurang

Enystin 4 x 1
a/ Tetanus derajat
Follow Up sedang 28/9/2016 Pukul: 07:00
p/
s/ Kejang (-), sesak (-), demam (-), batuk (-), BAK& BAB ada warna, jumlah, dan
konsistensi biasa
Diazepam 3
mg/jam -> 0,8
o/ Keadaan umum: sakit sedang
Kesadaran: sadar

cc/3 jam
HR: 84 x/menit
Nafas: 20 x/menit
Suhu: Afebris
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut: trismus 3,5 cm, sariawan
Metronidazol 4 x
300 mg IV
Leher: kuduk kaku (-)
Punggung: opistotonus berkurang
Abdonem: kaku berkurang

Enystin 4 x 1
a/ Tetanus derajat
Follow Up sedang 29/9/2016 Pukul: 07:00
p/
s/ Kejang (-), sesak (-), demam (-), batuk (-), BAK& BAB ada warna, jumlah, dan
konsistensi biasa
Diazepam 3
mg/jam -> 0,8
o/ Keadaan umum: sakit sedang
Kesadaran: sadar

cc/3 jam
HR: 84 x/menit
Nafas: 20 x/menit
Suhu: Afebris
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut: trismus 4 cm, sariawan
Metronidazol 4 x
300 mg IV
Leher: kuduk kaku (-)
Punggung: opistotonus berkurang
Abdonem: kaku berkurang

Enystin 4 x 1
sedang
Follow Up p/ 30/9/2016 Pukul: 07:00

Diazepam 1,5
s/ Kejang (-), sesak (-), demam (-), batuk (-), BAK& BAB ada warna, jumlah, dan
konsistensi biasa mg/jam -> 0,4
cc/3 jam
o/ Keadaan umum: sakit sedang
Kesadaran: sadar
HR: 88 x/menit
Nafas: 20 x/menit
Suhu: Afebris
Metronidazol 4 x
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut: trismus 4 cm, sariawan 300 mg IV ->
stop
Leher: kuduk kaku (-)
Punggung: opistotonus berkurang
Abdonem: kaku berkurang

Enystin 4 x 1
Diskusi
Seorang anak laki-laki, usia 11 tahun, dirawat di bangsak akut RSUP. Dr.
M.Djamil Padang dengan diagnosis tetanus. Dari anamnesis didapatkan
keluhan utama kejang berulang tanpa penurunan kesadaran sejak 11 jam
SMRS, frekuensi > 10 x, lama kejang 30 detik 1 menit, tampak kaku pada
badan dan kaki, anak sadar selama kejang, kejang timbul setelah dirangsang
dengan sentuhan atau ketika anak kaget . Anak memiliki riwayat tertusuk paku
pada telapak kaki kanan sejak 3 bulan sebelum masuk RS. Luka tidak
dibersihkan dan tidak diobati. Luka hanya ditutup plester. Anak sulit makan
dan minum sejak sakit karna terbatas membuka mulut sejak 10 hari sebelum
masuk RS 1,5 cm. Demam ada, hilang timbul sejak 5 hari sebelum masuk
RS, tidak tinggi. Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada. Riwayat
menderita gigi berlubang tidak ada. Riwayat imunisasi DPT tidak lengkap. Anak
sebelumnya dibawa rukiyah. Kemudian anak dibawa ke RS TMC Pariaman dan
Cont..
Gejala yang dialami pada anak ini khas ditemukan pada pasien
dengan tetanus dimana ditemukan adanya kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman
Clostridium tetani, namun akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan
kuman ini. Sumber infeksi pada anak ini diduga berasal dari riwayat
tertusuk paku pada telapak kaki kanan 3 bulan yang lalu dan luka
tersebut tidak dibersihkan, tidak diobati, dan hanya ditutup dengan
plester. Clostridium tetani termasuk kuman yang hidup tanpa oksigen
(anaerob), dan membentuk spora. Spora ini mampu bertahan hidup
terhadap lingkungan panas, antiseptic, dan jaringan tubuh, sampai
berbulan-bulan. Selain luka tusuk, terdapat port deentre lain pada
penyakit ini yang cuku sering, yaitu OMSK dan caries gigi, maka dari itu
perlu ditanya apakah anak mengalami masalah pada telinga dan caries
gigi.
Cont..
Pada pemeriksaan fisik ditemukan trismus 1,5 cm, kuduk
kaku, risus sardonikus, opistotonus, dan kejang kejang rangsang.
Manifestasi klinis ini disebabkan oleh pengaruh eksotoksin terhadap
susunan saraf tepi dan pusat. Pengaruh tersebut berupa gangguan
terhadap inhibisi presinaptik sehingga mencegah keluarnya
neurotransmiter inhibisi yaitu GABA dan glisin, sehingga terjadi
eksitasi terus-menerus dan spasme. Kekakuan dimulai pada tempat
masuk kuman atau pada otot masseter (trismus), pada saat toxin
masuk ke sungsum belakang terjadi kekakuan yang makin berat,
pada extremitas, otot-otot bergaris pada dada, perut dan mulai
timbul kejang.
Cont..
Pada kasus ini, anak mendapat terapi perbaikan nutrisi yaitu makanan
cair yang diberikan melalui NGT dengan perhitungan kalori yang diberikan
perhari adalah 2000 kcal -> 6 x 200 cc. Kemudian untuk menetralisir toksin
tetatus diberikan Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG) 3000 IU IM.
Diazepam adalah obat antikonvulsan yang cukup efektif untuk tetanus
dengan pemantauan pada system pernafasannya. Pada anak ini diberikan
diazepam 4 mg/3 jam IV dan diturunkan apabila sudah bebas kejang selama
2 hari sampai pemberian diazepam dihentikan. Serta diberikan antibiotik
metronidazole dengan dosis awal loading 600 mg IV kemudian dilanjutkan 4
x 300 mg IV selama 10 hari. Serta berikan edukasi kepada anak agar selalu
terbuka kepada orang tua apabila terkena luka seperti ini dan edukasi
kepada orang tua agar selalu waspada dan segera membawa kasus tertusuk
paku datang berobat. Beritahukan juga bahwa imunisasi tetanus penting
dilakukan dan dilengkapi.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai