Anda di halaman 1dari 33

Sorong, 22 September 2021

“Pneumonia &
Bronkopneumonia”
Oleh: Wiwid Dwi Wulandari
Rosyidah Qurrota A’yun
Outline
Definisi Pneumonia & Patofisiologi Pneumonia &
Bronkopneumonia Bronkopneumonia
Gejala Pneumonia &
 Diagnosis
Bronkopneumonia
Pneumonia &
 Klasifikasi Pneumonia
 Berdasarkan etiologi
Bronkopneumonia
 Anamnesis, PF, PP
 Berdasarkan tempat terjadi
Patogenesis Pneumonia &  Diagnosis Banding

Bronkopneumonia  Tatalaksana
Farmakologi dan
Pneumonia

Inflamasi pada parenkim paru, bronkiolus terminalis


distal meliputi bronkiolus respiratorius dan alveoli
sehingga menyebabkan konsolidasi paru dan
gangguan pertukaran gas

 Gejala Pneumonia
• Demam
• Menggigil
• Berkeringat
• Batuk (produktif/nonproduktif atau menghasilkan sputum
berlendir, purulen, dan bercak darah)
• Sesak napas
Bronkopneumonia

Inflamasi yang terjadi pada bagian


bronkeolus dan alveoli paru

 Gejala Bronkopneumonia
 Demam
 Batuk berdahak
 Sesak napas
 Nyeri dada
 Berkeringat
 Kelelahan
 Nafsu makan menurun
Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Etiologi (1)

 Pneumonia Bakterial
• Etiologi  infeksi bakteri
• Paling sering  Streptococcus pneumoniae
 Pneumonia Atipikal
• Etiologi  bakteri Mycoplasma Pneumoniae atau Chlamydophila
Pneumoniae
• Gejala lebih ringan dibandingkan pneumonia bakterial 
penderita biasanya tidak menyadari bahwa dirinya sakit
Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Etiologi (2)
 Pneumonia Viral

• Etiologi  virus influenza, adenovirus, dsb

• Berlangsung lebih singkat dibandingkan pneumonia bakterial


dan gejala lebih ringan

 Pneumonia Fungal

• Etiologi  infeksi jamur Candida sp.; Aspergillus sp.;


Cryptococcus Neoformans

• Pneumonia fungal jarang terjadi dan biasanya dialami oleh


orang yang menderita penyakit kronis atau gangguan imun
Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Tempat
Terjadinya Infeksi
 Hospital-acquired pneumonia (HAP) / Pneumonia nosokomial

• Pneumonia yang diperoleh ketika seseorang sedang dirawat di


rumah sakit

 Health care-acquired pneumonia

• Infeksi diperoleh dari fasilitas kesehatan, seperti pusat


hemodialisis atau klinik rawat jalan

 Community-acquired pneumonia (CAP)

• Pneumonia jenis ini meliputi semua pneumonia yang diperoleh


di luar rumah sakit dan fasilitas kesehatan
Patogenesis Pneumonia & Bronkopneumonia
Patofisiologi Pneumonia & Bronkopneumonia
Diagnosis dan Tatalaksana Pneumonia &
Bronkopneumonia
Anamnesis (1)
 Menyapa pasien dan dan memperkenalkan diri
 Keluhan Utama  Sesak napas
 Riwayat Penyakit Sekarang
 Onset: Sejak kapan Muncul? Berulang ?
 Kuantitas: Sesaknya dalam sehari terjadi terus-menerus atau jeda?
 Kualitas: Rasa sesaknya, apakah dadanya merasakan sakit saat
bernapas?
 Faktor-faktor yang memperberat keluhan: sesak biasanya muncul
disaat melakukan aktivitas apa?
 Faktor yang meringankan keluhan: sudah sempat mengonsumsi obat
atau tidak?
 Keluhan tambahan: demam, batuk, mual dan muntah, letargi, dipsnea
Anamnesis (2)

 Riwayat Penyakit Dahulu: Apakah sebelumnya pernah


mengalami seperti ini?

 Riwayat Penyakit Keluarga: Apakah di keluarga pernah


mengalami seperti ini?

 Jika pasien anak:

 Riwayat kehamilan dan melahirkan

 Riwayat tumbuh kembang


Pemeriksaan Fisis
 Keadaan umum:
 Pemeriksaan Fisis Paru
ringan/sedang/berat
 Tingkat kesadaran (GCS) • Inspeksi  tanpa retraksi
 Tanda vital dinding dada
 Denyut nadi
 Tekanan darah • Palpasi  nyeri dada
 Suhu  >38◦C • Perkusi  bunyi redup
 Frekuensi pernapasan
 SpO2 • Auskultasi  bunyi ronki
 Pemeriksaan Fisis Umum (Head to (akibat aliran turbulen di
toe)
alveoli)
 Napas cuping hidung
 Pada bayi  biasanya
mendengkur
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Darah Lengkap


 Leukositosis, neutrofil, CRP (C-reative protein)  inflamasi
 Rontgen Thoraks
 Melihat kondisi paru dan luas area paru yang mengalami
infeksi / peradangan
 Terdapat infiltrat progresif
 Kultur Dahak/Sputum

 Mendeteksi mikroorganisme penyebab infeksi


Penegakkan Diagnosis Pneumonia

• Diagnosis  anamnesis, pemeriksaan fisik


• Diagnosis definitif pemeriksaan penunjang
• Diagnosis pneumonia jika pada foto toraks terdapat infiltrat progresif
di tambah dengan 2 gejala berikut:
- Batuk-batuk yang bertambah
- Perubahan karakteristik dahak/purulen
- Suhu tubuh >38’C / riwayat demam
- Pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda konsolidasi, bunyi napas
bronkial dan ronki
- leukosit >10.000 atau <4500
Gejala dan Tanda Pneumonia Dewasa
Gejala • Sesak napas, demam, menggigil
• Batuk kering jika disebabkan virus, atu mukoid purulen atau bahkan
bercampur darah
• Nyeri pleuritik jika ada keterlibatan pleura
• Gejala gastrointestinal seperti mual, muntah diare
• Kelelahan, nyeri kepala, mialgia, artralgia (jika oleh virus)
• Pada lansia, gejala mungkin tdk tampak jelas, dapat bermanifestasi
sebagai disorientasi diawal penyakit

Tanda Vital • Takikardi, takipnea, febris (>38’C) atau bisa hipotermi


• Hipotensi (jika syok)
KGB Limfodenopati
Dada Tampak penggunaan otot bantu napas
Paru • Palpasi: fremitus taktil meningkat/menurun
• Perkusi: pekak (jika ada konsolidasi) atau redup (jika ada efusi
pleura)
• Auskultasi: ronkhi basah kasar, suara napas bronkial, pleura friction
rub
Gejala dan Tanda Pneumonia Anak
Gejala • Sesak napas, kesulitan makan/minum
• Diawali dg ISPA (rhinitis dan batuk)
• Dapat muncul demam tinggi, batuk dan nyeri dada

Tanda Vital • Letargis


• Takikardi, takipnea, demam (suhu lebih rendah pd pneumonia
viral dibandingkan bakteri)
Kulit Sianosis
Hidung Nafas cuping hidung
Dada Penggunaan otot bantu napas, retraksi interkostal, subkostal,
suprasternal
Paru • Palpasi: fremitus taktil meningkat/menurun
• Perkusi: pekak (jika ada konsolidasi) atau redup (jika ada efusi
pleura)
• Auskultasi: ronkhi basah, suara napas bronkial, pleura friction
rub
Abdomen • Distensi abdomen, nyeri perut
• Hepatomegali akibat diafragma terdorong ke bawah
Diagnosis Banding Pneumonia
Penyakit Gejala dan Tanda
Bronkitis akut • Tidak sesak, tidak ada ronkhi basah kasar
• Gejala ringan, sering berkaitan dg infeksi virus saluran napas
atas
• Tidak ditemukan konsolidasi pada foto toraks
Gagal jantung kongesti • Ditemukan adanya edema perifer
• Kardiomegali
• Hipotensi
Eksaserbasi PPOK • Peningkatan dahak, batuk dan sesak
• Perokok
• Tampak hiperinflasi pada foto polos
Tuberkulosis (TB) • Biasanya bersifat kronis dg gejala konsitusional
• Riwayat kontak pasien TB
• Ditemukan Kavitas pada foto polos

Bronkiolitis • Terdengar suara napas tambahan seperti mengi


• Dada hipersonor
• Gambaran hiperinflasi pada foto toraks
Penilaian Derajat Pneumonia
Score CURB-65
Penilaian derajat pneumonia dengan
menggunakan sistem skor CURB-65
adalah sebagai berikut:
 Skor 0-1 : risiko kematian rendah,
pasien dapat berobat jalan
 Skor 2 : risiko kematian sedang,
dapat dipertimbangkan untuk
dirawat
 Skor 3 : risiko kematian tinggi dan
dirawat harus ditatalaksana
sebagai pneumonia berat
 Skor 4 atau 5 : harus
dipertimbangkan perawatan
intensif.
Sistem PORT (Patient Outcome Research team)
Penilaian Sistem PORT (1)
Berdasar kesepakatan PDPI, kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap CAP
adalah :

1.Skor PORT/PSI lebih dari 70

2.Bila skor PORT/PSI kurang < 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila
dijumpai salah satu dari kriteria dibawah ini:
- Frekuensi napas > 30/menit

- Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg

- Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

- Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus

- Tekanan sistolik < 90 mmHg

- Tekanan diastolik < 60 mmHg


Penilaian Sistem PORT (2)
3. Pneumonia pada pengguna NAPZA
4. Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai 'salah satu atau lebih'
kriteria di bawah ini:

Kriteria minor:
- Frekuensi napas > 30/menit Kriteria mayor:
- Pa02/FiO2 < 250 mmHg - Membutuhkan ventilasi mekanik
- Foto toraks paru menunjukkan
kelainan bilateral - Infiltrat bertambah > 50%
- Foto toraks paru melibatkan > 2 - Membutuhkan vasopresor > 4 jam
lobus
- Tekanan sistolik < 90 mmHg (septik syok)
- Tekanan diastolik < 60 mmHg - Kreatinin serum > 2 mg/dl atau
peningkatan > 2 mg/dI, pada penderita
riwayat penyakit ginjal atau gagal ginjal
yang membutuhkan dialisis
Penilaian Sistem PORT (3)
Tatalaksana Pneumonia Dewasa
1. Pengobatan suportif/simtomatik
- Istirahat di tempat tidur

- Minum secukupnya untuk dehidrasi


- Bila demam tinggi, perlu di kompres dan pemberian obat
penurun panas
- Bila diperlukan dapat diberikan obat mukolitik dan ekspektoran

2. Terapi definitif pemberian antibiotik empirik <8 jam


Terapi definitif pemberian antibiotik empirik <8 jam

Pada pasien rawat jalan:


a. Pasien sebelumnya sehat dan tidak ada risiko resistensi obat
 Makrolid: Azitromisin 500mg pada hari pertama diikuti 250mg/hari selama 4 hari
 Klaritromisin 2x500 mg selama 5 hari atau gol beta laktam dapat ditambah anti
betalaktamase
 Doksisiklin PO 2x100 mg

b. Memiliki penyakit komorbid


 Florokuinolon respirasi: Moksifloksasin, gemfloksasin atau levofloksasin (750 mg)
(RK)
 Beta laktam+Makrolid: Amoksisilin dosis tinggi (1gr, 3x1/hari) atau amoksisilin-
klavulanat (2gr, 2x1/hari) (RK)
 Alternatif obat lain Ceftriakson, Cefpodoxime dan cefuroxim (500mg, 2x1/hari),
doksisiklin
Terapi Definitif pemberian antibiotik empirik
<8 jam

Pasien perawatan tanpa rawat ICU


1. Florokuinolon Levofloksasin IV 750mg/hari, moksiflosasin IV
400mg/hari
2. Beta laktam + makrolid( Seftriakson IV 1-2 g/hari, Sefotaksim IV 1-2
g/hari, ampisilin sulbaktam IV 1,5-3 g/6 jam), (Azitromisin IV/PO 500
mg/hari atau klaritomisin
Pasien Perawatan ICU
 Beta laktam (sefotaksim, seftriakson atau ampisilin-sulbaktam) ditambah
makrolid (azitromisin) atau flurokuinolon respirasi IV (Levofloksasin atau
moksiflosasin)
Tatalaksana Pneumonia Aspirasi

1. Pemberian oksigen
2. Pemberian cairan dan kalori yang cukup. Jumlah cairan sesuai berat badan, peningkatan
suhu dan derajat dehidrasi
3. Pemberian antibiotik tegantung pada kondisi:
a. Pneumonia komunitas Levofloksasin 500 mg/hari atau Seftriakson 1-2 gr/hari
b. Pasien dalam perawatan di rumah sakit Levofloksasin 500mg/hari atau piperasilin
tazobaktam 3,375 gr/6 jam atau seftazidim 2gr/8 jam
c. Penyakit periodontal berat, dahak busuk atau alkoholisme Piperasilin-tazobaktam
3,375 gr/6 jam atau imipenem 500mg/8jam sampai 1 gr/6 jam atau kombinasi dua obat
yaitu: Levofloksasin 500mg/hari atau seftriakson 400mg/12jam atau seftriakson 1-2
gr/hari di tambah dengan klindamisin 600mg/8jam atau metronidazol 500mg/8jam.
Klasifikasi pneumonia anak menurut WHO
berdasarkan gejala klinis untuk diagnosis

Pneumonia dg napas cepat • Napas ≥ 50 x/menit pada usia 2


bulan – 1 tahun
• Napas ≥ 40 x/menit pada usia 1-5
tahun

Pneumonia dg retraksi Terdapat retraksi dg atau tanpa napas


cepat
Pneumonia berat Tidak dapat makan/minum, kejang,
letargis, malnutrisi

Pada neonatus dan bayi kecil dengan


suspek klinis pneumonia harus di
rawat
Tatalaksana Pneumonia Anak
Dasar tatalaksana rawat inap pengobatan kausal dg terapi
suportif dan antibiotik:

1. Pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi gangguan


keseimbangan asam-basa, elektrolit dan gula darah

2. Pemberian analgetik/antipiretik untuk nyeri dan demam


3. Penyakit penyerta harus di tatalaksana dengan adekuat

4. Komplikasi yang mungkin terjadi harus dipantau


Tatalaksana
Rekomendasi Pengobatan
1. Pneumonia, takipnea, tidak ada Oral amoksisilin 40 mg/KgBB 2 kali
retraksi dada perhari selama 5 hari

2. Anak usia 2-59 bulan , ada retraksi Oral amoksiisilin 40 mg/kgBB 2 kali
dada perhari selama 5 hari

3. Anak usia 2 -59 bulan dengan Parenteral ampisilin dan gentamisin


pneumonia berat - Ampisilin : 50 mg/kgBB setiap 6 jam
selama 5 hari
- Gentamisin: 7-5 kg/BB IM/IV sekali
perhari selama 5 hari

4. Anak dengan HIV, pneumonia berat Ampisilin + gentamisin/seftriakson


Referensi

• IDI. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan


kesehatan tingkat primer. 2017. Hal 261-7.
• Revised WHO clasiffication and treeatment of childhood
pneumonia at health facilities. WHO. 2014.
• Pedoman pelayanan medis. IDAI. 2009
• Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. WHO. 2009.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai