Anda di halaman 1dari 25

PNEUMONIA

ANALISA KLINIK
KELOMPOK IV
1. AYU GUSTINOLA
2. AYUNING
3. ENDANG SURYANI
4. JENI RAHMAYOZA
5. NOVI WIDIA
6. NUZULIA ANNISA
7. TAUFIK HERMANSYAH
8. WINI ANDRIANI
ANAMNESIS
Seorang laki-laki berumur 35 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan :
• Demam lebih dari 3 hari
• Dada terasa sakit saat bernafas
• Batuk dan beringus lebih sudah 7 hari
• Badan terasa lemah dan nyeri
• Riwayat penyakit dahulu : TB (-), asma (-)
• Riwayat merokok : perokok aktif sampai sekarang
• Riwayat pengobatan sebelumnya : sudah minum obat sebelum datang ke
puskesmas
PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan umum : pasien sakit sedang


• Kesadaran : compos mentis
• TTV :
- TD : 120/80 mmhg
-N : 78x/menit
-R : 24x/menit
- SB : 38,3 0c
Thorax : dapat ronchi +/+, wheezing -/-
RONTGENT DADA

• Foto rontgent adalah prosedur pemeriksaan menggunakan radiasi gelombang


elektromagnetika atau sinar – X untuk menampilkan gambar bagian tubuh
• Untuk memastikan kondisi paru-paru dan luas area paru yang mengalami
infeksi atau peradangan
• Hasil : adanya bercak infiltrate pada paracardial kiri (infiltrate terdapat pada
paru kiri dekat jantung) dan lapangan bawah lateral kanan,
• Kesan : pneumonia bilateral
DEFINISI

• Pneumonia atau biasa disebut paru-paru basah adalah


kondisi peradangan yang terjadi pada jaringan paru-paru.
Peradangan ini mengakibatkan alveolus (kantong udara)
terisi oleh cairan, sehingga paru-paru tidak dapat
berfungsi dengan baik
ETIOLOGI
Pneumonia disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus.
Beberapa faktor langsung juga dapat memicu pneumonia, seperti:
1. Kebiasaan merokok, merusak paru-paru dan menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi, sehingga meningkatkan risiko pneumonia
2. Penyakit jantung kronis, dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko
pneumonia
3. Diabetes melitus, menurunkan sistem kekebalan tubuh
4. Kelemahan struktur organ pernapasan, membuat paru-paru lebih rentan terhadap infeksi.
5. Penurunan tingkat kesadaran, dapat meningkatkan risiko aspirasi, yang dapat menyebabkan
pneumonia.
KLASIFIKASI
Pneumonia Berdasarkan Penyebabnya
1. Pneumonia bakterial
• Pneumonia bakterial adalah pneumonia akibat infeksi bakteri. Merupakan macam-
macam pneumonia yang umum terjadi dengan bakteri yang paling sering menjadi
penyebabnya adalah Streptococcus pneumoniae.
• Seseorang bisa tertular jika menghirup droplet (percikan liur berukuran kecil) yang
dikeluarkan oleh penderita pneumonia ketika batuk atau bersin.
• Infeksi lebih mudah terjadi jika daya tahan tubuh lemah, riwayat penyakit paru,
sering merokok, atau sedang dalam masa penyembuhan setelah operasi di rumah
sakit
2. Pneumonia Atipikal
Pneumonia jenis ini disebabkan oleh bakteri tetapi gejalanya lebih ringan daripada pneumonia
bakterial. Karena gejalanya ringan, penderita biasanya tidak menyadari bahwa dirinya sakit.
Kondisi ini disebut sebagai walking pneumonia (pneumonia berjalan). Pneumonia atipikal biasanya
disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae atau Chlamydophila pneumoniae.

3. Pneumonia Viral
Pneumonia viral berlangsung lebih singkat dan gejalanya lebih ringan. Kasus pneumonia viral
juga bisa berakibat fatal, terutama jika penyebabnya adalah virus influenza, SARS-CoV-2 (COVID-
19) dan MERS. Anak-anak, lansia, dan orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah lebih
berisiko untuk mengalami pneumonia viral

4. Pneumonia Fungal
Pneumonia jenis ini disebabkan oleh infeksi jamur. Pneumonia fungal jarang terjadi dan biasanya
dialami oleh orang yang menderita penyakit kronis atau memiliki daya tahan tubuh yang lemah.
Contoh orang yang rentan mengalami pneumonia fungal adalah penderita AIDS, penderita kanker
yang sedang menjalani kemoterapi, penderita penyakit autoimun, atau penerima transplantasi
organ yang harus mengonsumsi obat-obatan penekan sistem imun tubuh.
KLASIFIKASI
Macam-macam pneumonia berdasarkan tempat terjadiinya infeksi

1. Hospital-acquired pneumonia (HAP)


• Pneumonia yang diperoleh ketika seseorang sedang dirawat di rumah sakit disebut
sebagai hospital-acquired pneumonia (HAP) atau pneumonia nosokomial. Alasan rawat
inapnya tidak harus berupa penyakit paru. Semua pasien yang sedang dirawat inap
karena penyakit apa pun memiliki risiko terpapar bakteri selama berada di rumah sakit.
• HAP biasanya bersifat serius karena bakteri penyebabnya sering kali sudah kebal
(resisten) terhadap antibiotik. Seorang yang dirawat di rumah sakit lebih berisiko untuk
terkena pneumonia jenis ini jika berada dalam kondisi berikut :
 Membutuhkan alat bantu napas ventilator selama dirawat
 Tidak dapat batuk secara normal, sehingga dahak di paru dan di tenggorokan sulit
dikeluarkan
 Memiliki trakeostomi yaitu lubang buatan di leher yang telah dipasangi selang untuk
membantu pernapasan
 Memiliki daya tahan tubuh yang lemah
2. Health care-acquired pneumonia
Health care-acquired pneumonia (HCAP) justru terjadi di fasilitas kesehatan lain, seperti
pusat hemodialisis (cuci darah) atau klinik rawat jalan. Bakteri yang diperoleh dari
tempat-tempat tersebut juga dapat bersifat resisten terhadap antibiotik.

3. Community-acquired pneumonia (CAP)


Pneumonia yang satu ini meliputi macam-macam pneumonia yang diperoleh di luar
rumah sakit dan fasilitas kesehatan. Community-acquired pneumonia (CAP) dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, ataupun jamur. Contohnya adalah tuberkulosis paru (TB
paru). Pneumonia jenis ini juga meliputi pneumonia aspirasi, yaitu jenis pneumonia
yang terjadi ketika seseorang tidak sengaja menghirup makanan, minuman, atau
muntahan ke dalam saluran napasnya. Kondisi tersebut biasanya terjadi pada orang
yang memiliki gangguan menelan dan muntah.
PATOFISIOLOGI
Baik Sehat
• VIRUS/BAKTERI/JAMUR Saluran Mekanisme
pernapasan pertahanan tubuh
Lemah

Brpnkus/bronkiolus/alveolus Reaksi radang di lobus paru

Reaksi infeksi Edema bronkus/alveolus Peningkatan produksi sekret

Penurunan suplai O2 Ketidak efektifan bersihan jalan


Peningkatan suhui napas
Sesak

Hipetermi Hipoksia
Kekurangan cairan
Ketidakefektifan jalan napas
Intoleransi aktivitas sianosis
GEJALA

1. Demam disertai nyeri kepala dan tubuh menggigil


2. Batuk tidak berdahak, atau berdahak dengan cairan mengandung nanah
yang berwarna kekuningan.
3. Nyeri dada yang terasa ketika bernapas hingga napas yang pendek.
4. Mual, muntah, dan diare.
5. Rasa nyeri pada otot, sendi, serta mudah lelah.
KOMPLIKASI

1. Infeksi aliran darah (bakteremia) terjadi akibat adanya bakteri masuk ke aliran darah

dan menyebabkan infeksi ke organ lain dan mengakibatkan syok sepsis yang bisa

menyebabkan kematian

2. Abses paru (empyema) adalah penumpukan nanah menyebabkan terbentuknya abses

paru

3. Efusi pleura adalah kondisi cairan memenuhi ruang antara lapisan pleura yaitu

selaput yang menyeliputi paru-paru dan rongga dada

4. Acute respiratory distress syndrome (ARDS), kondisi dimana cairan memenuhi

kantong-kantong udara (alveoli) didalam paru-paru sehingga menyebabkan penderita

tidak bisa bernapas (gagal napas)


PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Gold Standar : Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan darah rutin


leukosit : >10.000 atau <4.500 sel/ul
neutrophil : Meningkat
Limfosit : Meningkat
Monosit : Meningkat
Trombosit : Meningkat
CONTOH KASUS
• Pasien anak laki-laki berusia 1 tahun 2 bulan, di antar ibunya ke puskesmas mabelopura palu, di poli mtbs, dengan
keluhan batuk. Batuk yang di alami sudah + 2 minggu yang lalu. Ibu pasien mengatakan batuknya berdahak berwarna
bening, pasien juga mengalami flu dan nafas terlihat cepat. Batuk yang dirasakan semakin parah, dan sering setiap
harinya. Batuknya memberat pada saat malam hari dan pada saat anak menangis, dan keluhan batuk redah setelah
minum obat dan tidur. Pasien juga mengalami demam, yang dirasakan + 1 minggu, dan demamnya naik turun, gelisah
(+), muntah (+), rasa gatal dibadan (-), kejang (-). ibu pasien mengatakan bahwa pasien masih bisa minum dengan baik,
tidak ada penurunan nafsu makan. Untuk bab dan bak masih batas normal. Tidak ada keluhan lain selain diatas .

• HASIL LAB:
• Dari Hasil Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik Menurut Penilaian MTBS Dapat Disimpulkan Pasien Terdiagnosis
Pneumonia, Dengan Itu Kita Akan Memberikan Terapi Berupa Medikamentosa Dan Non Medikamentosa.
Medikamentosa Yaitu Amoksisilin Pulv ( 2 X 320mg / Hari) Selama 3 Hari, Paracetamol ( 3 X 10 Ml/ Hari) Jika Perlu.,
Ambroxol 4,8 Mg + Ctm 1mg Pulv ( 2 X 1 /Hari) Selama 3 Hari, Dan Vitamin Procurma Syr ( 1x 5 Ml/ Hari).
KULTUR SPUTUM
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan di laboratorium dengan standar apd dan
biosafety yang terjaga. Kultur sputum deilakukan dengan cara menambahkan
sampel sputum ke media kultur, di simpan dalam incubator dengan suhu 370C
untuk pertumbuhan bakteri dan 300C untuk pertumbuhan jamur
Hasil dikatakan positif jika nampak pertumbuhan organisme pathogen setelah
minimal 24 jam inkubasi
Hasil negative dikatakan jika tidak ada pertumbuhan organisme pathogen dalam
6-8 mingguuntuk media kultur padat dan 6 minggu untuk media kultur cair
Untuk kultur sputum positif dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopik,
morfologi koloni atau pemeriksaan biokimia untuk mengidentifikasi jenis bakteri
atau jamur
PEWARNAAN GRAM
Teknik pewarnaan gram dimulai dari pengambilan specimen,
persiapan apusan, pewarnaan gram dan pemeriksaan slide di
bawah mikroskop
Bakteri gram positif memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal
yaitu 20 – 80 nm sehingga akan tampak ungu kebiruan
Bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis
1-3 nm, kandungan lipid yang lebih banyak dan persentase
cross linked yang rendah diikuti dengan lapisan membrane
luar yang tipis 7-8 nm maka gram negatif tidak mengikat
kompleks dan tampak warna merah di bawah mikroskop
Pemeriksaan Biomarker Inflamasi
1. Procalcitonin (PCT) merupakan peptida yang secara ummum akan
meningkat kadarnya saat terjadi infeksi bakteri dibandingkan virus
pada saluran pernapasan bawah. Kadar pct rendah : <0,1 ng/ml
2. C-reactive protein (crp), digunakan untuk diagnosis pada
pneumonia bakterial
3. Interleukin-6 (il-6), terlibat dalam berbagai respon hematopoietic,
imun dan inflamasi karena meningkatkan deferensiasi sel T
melalui induksi il-2. Il-6 lebih sensitive pada infeksi lokal dan
memprediksi keparahan pneumonia
ANALISA GAS DARAH (AGD)
AGD adalah adalah alat diagnostic umum digunakan
untuk menilai tekanan parsial gas dalam darah dan
kandungan asam basa. Pada pasien pneumonia terjadi
keadaan distress pernapasan, kadar PaO2 akan menurun
disertai dengan paCO2 meningkat (hiperkapnia) akibat
hiperventilasi. Kondisi ini mengakibatkan hipoksemia
yang dditandai dengan asidosis respiratorik (pH < 7,35)
POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
•Uji PCR adalah pemeriksaan molecular untuk mengidentifikasi
mikrobiologi pathogen pernapasan. Spesimen uji pcr berasal dari
specimen nasofaring dan sputum. Pasien pneumonia disebut lebih
sensitive dibandingkan dengan kultur, khususnya pada pasien yang
menerima terapi antibiotik
•Pemeriksaan pcr memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu
berkisar antara 81-98% dan 72-100% dengan waktu pemeriksaan yang
cepat 4 jam tergantung pada platform uji yang digunakan
TAHAPAN

PRE ANALITIK ANALITIK PASCA ANALITIK

• Identifikasi pasien • Pemeriksaan rontgent • Pencatatan dan


• Pengumpulan sampel : pasien • Pemeriksaan darah rutin pelaporan hasil
dijelaskan cara mengeluarkan (melihat nilai leukosit ) pemeriksaan (sesuai
sampel, penjelasan mengenai
• Pemeriksaan serologi (crp,
dengan standar)
pemeriksaan yang akan
dilakukan) pct, il-6) • Validasi hasil
• Penyimpanan sampel • Pemeriksaan kultur pemeriksaan dengan
• Peralatan yang akan •
dokter penanggung
Pemeriksaan mikroskopis
digunakan bersih/steril jawab
KESALAHAN YANG BISA TERJADI PADA
PEMERIKSAAN PNEUMONIA :

• Salah mengidentifikasi pasien contohnya ketidak sesuaian antara pasien dan


sampel
• Sampel yang di kumpulkan tidak sesuai seperti mengeluarkan sputum (hanya
air liur atau sputum yang sudah lama)
• Pasien sudah minum antibiotic sehingga hasil pemeriksaan akan menjadi
palsu contoh pada pemeriksaan kultur
• Alat yang digunakan tidak steril sehingga bisa terjadi kontaminasi pada
pemeriksaan kultur
KESIMPULAN
Pneumonia merupakan kondisi inflamasi pada parenkim paru akibat
mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur. Pneumonia masih menjadi
penyakit saluran pernapasan bawah yang banyak menyebabkan kematian
diseluruh dunia. Untuk itu kasus pneumonia harus di tingkatkan dengan salah
satu konfirmasinya pemeriksaan laboratorium penunjang
Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan dengan tepat dan akurat agar hasil
yang dikeluarkan benar-benar menggambarkan kondisi pasien sehingga pasien
dapat didiagnosis dengan benar dan diberikan perawatan dan pengobatan yang
sesuai.

Anda mungkin juga menyukai