Anda di halaman 1dari 10

FORMAT DOKUMENTASI

ASUHAN KEPERAWATAN GADAR


Dengan Bronchopneumonia pada An. A di IGD RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan

Disusun Oleh :

ARDYAH D. P.
1601470023

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S. Tr. KEPERAWATAN
Laporan Pendahuluan Bronchopneumonia

A. Pengertian
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer &
Suzanne C, 2002 ).

B. Klasifikasi Pneumonia
Berikut merupakan klasifikasi pneumonia:
1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan umum
& dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia. Pneumonia Streptococal ialah
suatu  organisme penyebab umum. Type pneumonia ini umumnya menimpa
kalangan anak-anak atau kalangan orang lanjut usia.
2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini ialah suatu  aeruginisa pseudomonas. Klibseilla / aureus
stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.
3. Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.
Saat Ini ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan cuma
menurut lokasi anatominya.
4. Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan
organisme perusak.( Reeves, 2001).

C. Etiologi
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan karena
adanya penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang yg normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan
tubuh terhadap organ pernafasan yg terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan
mukus, gerakan silia yg menggerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi
humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus,  jamur,
protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 :
682) antara lain:
1. Virus : Legionella pneumoniae
2. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
3. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

D. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur, bakter,
virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah,
& sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas).
Awalnya mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi
ini dapat masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis dari
tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini
tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi
peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin menumpuk
di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit & pasien dapat merasa
sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret dapat sampai ke
alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi
saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal
dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.

Pathway

E. Gejala Klinis
Pnemonia bakteri, Gejala :
1. Anoreksia 4. Nafas cepat dan dangkal
2. Rinitis ringan 5. Demam
3. Gelisah 6. Malaise  (tidak nyaman)
7. Ekspirasi berbunyi. 10. Kurang dari 2 tahun vomitus
8. Leukositosis dan diare ringan
9. Foto thorak pneumonia lebar 11. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala
dan kedinginan

Pnemonia Virus, Gejala awal:


1. Rhinitis 5. Demam ringan, batuk ringan
2. BatukBerkembang sampai dan malaise sampai demam
3. Ronkhi basah. tinggi batuk hebat dan lesu.
4. Emfisema obstruktif

Pneumonia mikroplasma, Gejala:


1. Anoreksia 6. Sakit tenggorokan batuk kering
2. Menggigil berdarah
3. Sakit kepala 7. Area konsolidasi pada
4. DemamBerkembang sampai penatalaksanaan pemeriksa
5. Rhinitis alergi thorak.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
- Leukosit meningkat mencapai 15.000-40.000/mm3
- Laju endap darah meningkat mencapai 100mm
- Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat adanya albumin urin ringan
lantaran adanya peningkatan suhu tubuh.
- ASTO meningkat pada adanya infeksi streptococcus
- GDA menunjukkan adanya hipoksemia tanpa hiperkapnea atau sebuah retensi  CO2
Pemeriksaan Radiologi: Tampak adanya bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.

G. Penatalaksanaan
- Terapi oksigen (O2)
- Antibiotic seperti ; penisilin,  kindomisin, eritromicin, dan sefalosforin.
- Nebulizer, agar dapat mengencerkan dahak yang kental dan pemberian
bronkodilator.
- Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan therapy eritromicin 4x
500 mg / hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.
- Istirahat yang cukup
H. Komplikasi
- Emfisema          : Terdapatnya pus pada rongga pleura.
- Atelektasis        :Pengembangan paru yang tidak sempurna.
- Abses paru        :pengumpulan pus pada jaringan paru yg mengalami peradangan.
- Meningitis         : Peradangan pada selaput otak.
- Infeksi sistomik
- Endokarditis     :peradangan pada endokardium.
I. PENCEGAHAN PADA ANAK
- Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang
berpotensi terjadinya penularan.
- Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA
- Membiasakan melakukan pemberian ASI
- Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara
sesak dan sesak pada anak.
- Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas.
b. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama: Biasanya anak sangat gelisah, terjadi dispnea, pernapasan cepat
dan dangkal, diserai adanya pernapasan cuping hidupng, serta sianosis disekitar
hidung & mulut. Kadang disertai muntah serta diare, tinja berdarah dengan atau
tanpa adanya lendir, dan anoreksia.
- Riwayat penyakit sekarang: Bronkopneumonia umumnya didahului oleh infeksi
saluran pernapasan pada bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh bisa saja
meningkat sangat mendadak mencapai 39-40oC dan kadang pula disertai adanya
kejang akibat demam yang tinggi.
- Riwayat penyakit dahulu: Biasanya pernah menderita penyakit infeksi yang
menyebabkan menurunnya sistem imun
- Riwayat kesehatan keluarga: Apabila ada anggota keluarga yg menderita penyakit
ispa mka keluarga lain dapat tertular.
- Riwayat kesehatan lingkungan: Pneumonia umumnya sering terjadi pada musim
hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan kesehatan & kebersihan
lingkungan yg kurang juga dapat menyebabkan anak menderita sakit.
- Imunisasi: Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sangat beresiko
tinggi untuk mendapat penyakit ispa atas atau bawah lantaran sistem pertahanan
tubuh yang tidak cukup kuat untuk dapat melawan infeksi sekunder.
c. Pemeriksaan persistem
- Sistem kardiovaskuler: Takikardi, iritability.
- Sistem pernapasan: Adanya sesak napas, retraksi dada, pernapasan cuping hidung,
, takipnea, ronki, wheezing, batuk produktif atau non produktif,  pernapasan tidak
teratur/ireguler, pergerakan dada asimetris, perkusi redup pada daerah terjadinya
konsolidasi, terdapat adanya sputum/sekret.
- Sistem pencernaan: Anak biasanya malas minum/makan, muntah, berat badan
mengalami penurunan, lemah.
- Sistem eliminasi: Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua
mungkin belum bisa memahami mengenai alasan anak menderita diare sampai
terjadi adanya dehidrasi (ringan sampai berat).
- Sistem saraf: Biasanya anak mengalami demam, kejang, sakit kepala yang
ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas minum.
- Sistem lokomotor/muskuloskeletal: Tonus otot menurun, lemah secara umum,
- Sistem endokrin: Tidak ada kelainan atau masalah.
- Sistem integumen: Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis,
pucat, akral hangat, kulit kering.
- Sistem penginderaan: Tidak ada masalah attau kelainan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan pertukaran
gas berhubungan dengan produksi mukus pada paru dn ketidak efektifan batuk.
b. Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemasukan
dan pengeluaran oksigen.
d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang
berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses bernafas.
e. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai proses penyakit dan perawatan di rumah.

3. INTERVENSI
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan pertukaran
gas berhubungan dengan produksi mukus pada paru dn ketidak efektifan batuk.

Tujuan : Bersihkan jalan nafas, pola nafas, perubahan pola nafas, kerusakan
pertukaran gas efektif dengan kriteria pernafsan spontan suara nafas Vesikuler,
frekuensi pernafasan normal (30-60 X/menit pada bayi dan 15-30 X/menit pada
anak). Tidak sesak dan tidak sianosis, batuk spontan, AGD normal (Pa O2 80 –
100 dan CO2 35 – 45).

Intervensi:
1. Lakukan Auskultasi Suara 2 – 4 Jam
R/ mengetahui obstruksi pada saluran nafas dan manifestainya pada suara
nafas.
2. Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi badan dan kaki.
R/ penurunan diafragma dapat membantu ekspansi paru lebih maximal.
3. Latih dan anjurkan klien untuk lebih efektif
R/ batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mengeluarkan benda asing dari
saluran nafas dengan baik dan benar.
4. Ubah posisi klien sesering mungkin tiap 2 jam
R/ Posisi klien yang tetap secara terus menerus dapat mengakibatkan
akumulasi sekret dan cairan pada lobus yang berada di bagian bawah.
5. Lakukan suction bila perlu
R/ peningkatan mucus/lendir di saluran nafas dapat menyumbat jalan nafas.

6. Monitor tanda vital tiap 4 jam


R/ peningkatan frekwensi nafas mengindikasikan tingkat keparahan.
7. Lakukan kolaborasi pemberian O2
R/ kebutuhan oksigen yang masuk ke tubuh dapat dibantu dengan tambahan
oksigen yang diberikan.
8. Lakukan pemijatan dinding dada dan perut serta pemberian nebulizer hati.
Hati pada anak yang sesak dan suhu tubuh yang tinggi.
R/ getaran dan pemijatan membantu melepaskan sekret yang menempel pada
dinding saluran nafas, nebulizer merangkang batuk efektif klien.
9. Berikan obat ekspektoran, broncodilator, mukolitik dan pemeriksaan
penunjang.
R/ pelebaran saluran nafas, sekret yang mudah keluar akan mempermudah
klien bernafas, deteksi sejauh mana kebutuhan O2 dapat diberikan dengan
pemeriksaan penunjang.

b. Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus

Tujuan : Suhu tubuh dan tanda vital dalam batas normal dengan kriteria suhu
tubuh normal 365 – 375 o C (bayi) 36-37 (anak) nadi normal 120 140 X/menit
(bayi) 100-120 X/menit (anak) Respirasi normal 30-60 X/ment (bayi) 30-
40X/menit (anak).

Intervensi:
1. Monitor suhu tubuh tiap 2-4 Jam
R/ perubahan suhu tubuh dapat mengetahui adanya infeksi.
2. Berikan kompres hangat
R/ kompres hangat menurunkan panas dengan cara konduksi yaitu kontak
langsung dengan obyek.
3. Berikan antipiretik, analgetik sesuai program dokter
R/ menurunkan panas di pusat hepotalamus.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemasukan


dan pengeluaran oksigen

Tujuan :    klien mampu meningkatkan aktivitas fisiknya dengan kriteria mampu
melaksanakan aktifitas ringan dan mampu mempertahankan gerak.

Intervensi:
1. Rencanakan periode istirahat sering pada klien untuk penghematan energi.
R/ istirahat yang cukup dapat mengembalikan tenaga klien secara bertahap dan
mencegah pengeluaran yang berlebihan.
2. Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa stress
R/ Lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman pada klien.
3. Ubah posisi secara bertahap dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
R/ membantu mobilisasi secara bertahap
4. Sertakan orang tua dalam meningkatkan kebutuhan istirahat
R/ istirahat tidur lebih efektif dengan peran serta orang tua.

d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang


berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses bernafas.

Tujuan :    volume cairan tubuh sumbang antara intake dan output dengan kriteria
kebutuhan cairan terpenuhi, urine normal, turgor kulit baik dan membran mukosa
lembab, tidak demam.

Intervensi:
1. Tingkatkan frekwensi pemasukan cairan melalui oral
R/ Membantu mengencerkan sekresi pernafasan dan mencegah status cairan
tubuh
2. Monitor pengeluaran urine tiap 8 jam
R/ mengetahui perbandingan antara pemasukan dan pengeluaran cairan.
3. Berikan cairan infus sesuai program dokter
R/ memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
4. Kolaborasi tentang pemberian antipiretik
R/ mencegah timbulnya demam
Daftar Pustaka

Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 1. Jakarta: EGC.
Dahlan, Zul. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto
Reeves, Charlene J. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: Salemba Medica.
KASUS

Nama Pasien : Tn. A


Umur : 57 tahun
Diagnosa : Bronkopneumonia
1. Pengkajian Primer
a. Airway : Jalan nafas tidak paten, Os batuk, Sekret ( + )
b. Breathing : Nafas Sesak, Dipsnea, RR 32 x/mnt
c. Circulation : Nadi : 90 x/i , Tekanan Darah : 106/67, Suhu : 36,5 C
d. Disability : Kesadaran : CM, GCS : 15 ( M : 6, V : 5, E : 4 )

2. Diagnosa Keperawatan Primer: Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Penumpukan sekret
di jalan nafas
3. Intervensi
Bersihan jalan nafas tidak efektif:
1. Pastikan kebutuhan oral terpenuhi
2. Berikan terapi O2
3. Anjurkan pasien untuk tarik nafas dalam
4. Atur posisi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
5. Lakukan fisioterapi dada
6. Kolaborasi tindakan suction (jika diperlukan)

4. Implementasi Keperawatan Primer


Diagnosa KH: Intervensi Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai