Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)

Disusun Oleh:
M. IDUL AKBAR
NIM : 20136310139

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN
SINGKAWANG
2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan

: Penyakit Paru Obstruksi Keonik (PPOK)

Waktu

: 45 Menit

Hari / Tanggal

: Jumat, 4 November 2016

Sasaran

: Tn. U

Tempat

: RSUD. Pemangkat

Ruang

: Bangsal Penyakit Dalam

A. Tujuan
Umum

: Setelah di berikan pendidikan kesehatan selama 1x45 menit, keluarga


Tn. U dapat memahami tentang PPOK dan cara perawatannya di
rumah.

Khusus
1.
2.
3.
4.

Keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian PPOK


Keluarga mampu menyebutkan kembali penyebab PPOK
Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala PPOK
Keluarga mampu mendemontrasikan cara perawatan PPOK di rumah.

5. Isi materi

: Terlampir

6. Metoda

: Ceramah, diskusi dan demonstrasi.

7. Media

: Lembar balik (terlampir)

8. Referensi

: Corwin J Elizabeth. 2001. Patofisiologi.EGC: Jakarta.

B. Kegiatan penyuluhan :
No

Waktu

5 menit

Tahapan

Kegiatan

Kegiatan
Pembukaan

Penyuluh
Mengucapkan salam

Sasaran
Menjawab salam

o Perkenalan

Memperkenalkan

Memperhatikan

diri
2

10 menit

Pelaksanaan

Menjelaskan materi

Memperhatikan

o Penyampaian
materi
3

10 menit

o Demonstrasi

Menjelaskan

cara Memperhatikan

dan

10 menit

cara perawatan

perawatan penderita demonstrasi

PPOK dirumah

PPOK dirumah

o Redemonstrasi

Menilai

Mempraktekan

perawatan PPOK

keterampilan peserta

perawatan PPOK di

di rumah
5
6

5 menit
5 menit

o Tanya jawab
Penutup

rumah
Bertanya

Menjawab

Menjawab

Bertanya

Menutup

acara Menjawab salam

dengan
mengucapkan salam

Lampiran Materi Penyuluhan

cara

Perawatan PPOK di rumah


Pengertian
PPOK adalah kumpulan penyakit paru yang menyebabkan gejala obstruksi saluran napas
didalam paru dan berlangsung kronis atau menahun.
Penyebab
1.
2.
3.
4.
5.

Merokok
Polusi udara atau lingkungan
Alergi kronis pada saluran napas
Infeksi saluran napas kronis atau berulang
Umur, jenis kelamin (predisposisi)

Tanda dan gejala


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sesak napas
Bentuk dada barel chest
Clubbing finger
Hipersonor dada kanan dan kiri
Ekspirasi panjang
Ronkhi atau wheezing positif
Bunyi jantung agak jauh

Perawatan PPOK di rumah:


1.
2.
3.
4.
5.

Melakukan aktivitas perawatan diri


Meningkatkan immunitas
Menjaga lingkungan agar bebas dari polusi
Tidak merokok
Pengeluaran sekresi bronkial dengan cara: postural drainage, clapping, vibrasi dan
latihan batuk efektif.

Postural drainage
Pengeluaran sekret dengan prinsip gravitasi bumi
Caranya:
Posisikan klien sesuai bagian paru yang mengandung banyak sekret(utk mbersihkan paru
kanan maka klien miring kiri dan begitu jg sebaliknya),lanjutkan dengan prosedur clapping
dan vibrasi, lakukan 10-15 menit

Clapping dan vibrasi


Caranya:
Atur posisi klien, duduk atau miring. Menepuk punggung dengan kedua tangan masing2 sisi
30x tepukan, sampai ada rangsangan batuk. Vibrasi dilakukan dgn cara melakukan getaran2
lembut disamping depan cekungn iga saat klien menarik napas dalam.
Batuk Efektif
Caranya:
Anjurkan klien menarik napas dalam, tahan selama 3 detik dan batukkan, Sekret ditampung
dalam sputum pot
Klasifikasi
a. Bronkitis Kronik
Bronkitis kronik adalah bentuk batuk kronis produktif yang berlangsung 3 bulan
dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam
bronkioles mengganggu keefektifan pernapasan. polusi adalah penyebab utama bronkitis
kronis. Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi saluran
pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri, mikoplasma yang luas dapat
menyebabkan episode bronkitis akut. Eksaserbasi bronkitis kronik hampir pasti terjadi
selama musim dingin. Menghirup udara yang dingin dapat menyebabkan bronkospasme
bagi mereka yang rentan.
b. Emfisema Paru
Emfisema Paru adalah sebagai suatu distensi abnormal ruang udara di luar
bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. Kondisi ini merupakan tahap akhir
proses yang mengalami kemajuan dengan lambat selama beberapa tahun. Pada
kenyataannya, ketika pasien mengalami gejala, fungsi paru sering sudah mengalami
kerusakan yang ireversibel. Dibarengi dengan bronkitis obstruksi kronik, kondisi ini
merupakan penyebab utama kecacatan.
c. Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin
disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus; aspirasi
benda asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas; dan tekanan
akibat tumor, pembuluh darah yang berdilatasi, dan persebaran nodus limfe. Individu

mungkin mempunyai predisposisi terhadap bronkiektasis sebagai akibat infeksi


pernapasan pada masa kanak-kanaknya, campak, influenza, tuberkulosis, dan gangguan
imunodefisiensi. Setelah pembedahan, bronkiektasis dapat terjadi ketika pasien tidak
mampu untuk batuk secara efektif, dengan akibat lendir menyumbat bronkial dan
mengarah pada atelektasis.
Patofisiologi
Obstruksi jalan napas menyebabkan reduksi aliran udara yang beragam bergantung
pada penyakit. Pada bronkitis kronis dan bronkiolitis, terjadi penumpukan lendir dan sekresi
yang sangat banyak sehingga menyumbat jalan napas. Pada emfisema, obtruksi pada
pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang
disebabkan oleh hiperekstensi ruang udara dalam paru. Pada asma, jalan napas bronkhial
menyempit dan membatasi jumlah udara yang mengalir ke dalam paru. Protokol pengobatan
tertentu yang digunakan dalam ksemua kelainan ini, meski patofisiologi dari masing
masing kelainan ini membutuhkan pendekatan spesifik.
PPOM dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik dengan
lingkungan. Merokok, polusi udara, dan paparan ditempat kerja (terhadap batubara, kapas
dan padi padian) merupakan faktor resiko penting yang menunjang terjadinya penyakit ini.
Prosesnya dapat eterjadi dalam rentang lebih dari 20 30 tahun. PPOM juga ditemukan
terjadi pada individu yang tidak mempunyai enzim yang normal untuk mencegah
penghancuran jaringan paru oleh enzim tertentu.
PPOM merupakan kelainan dengan kemajuan lambat yang membutuhkan waktu
bertahun tahun untuk menunjukkan awitan (onset) gejala klinisnya seperti kerusakan
fungsi paru. PPOM sering terjadi simptomatik selama bertahun tahun usia baya, tetapi
insidennya meningkat sejala dengan peningkatan usia. Meski aspek aspek fungsi paru
tertentu seperti kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi paksa (FEV) menurun sejalan
dengan peningkatan usia, PPOMdapat memperburuk perubahan fisiologi yang berkaitan
dengan penuaan dan mengakibatkan obstruksi jalan napas misalnya pada bronkitis serta
kehilangan daya pengembangan (elstisitas) paru misalnya pada emfisema. Oleh karena itu,
terdapat perubahan dalam rasio ventilasi perfusi pada klien lansia dengan PPOM.
Komplikasi
Ada tiga komplikasi pernapasan utama yang biasa terjadi pada PPOK yaitu gagal
nafas akut( Acute Respiratory Failure), pneumotorak dan giant bullae serta ada satu
komplikasi kardiak yaitu penyakit cor-pulmonale.

a. Acute RespiratoryFailure (ARF)


Terjadi ketika ventilasi dan oksigenasi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh saat tidur. Analisa gas darah arteri bagi pasien PPOK menunjukkan tekanan oksigen
aarterial (PaO2) sebesar 55mmHg atau kurang dan tekanan kaebondioksida (PaCO2)
sebesar 50mmHg atau lebuh besar. Jika pasien atau keluarganya membutuhkan alat-alat
bantu kehidupan maka pasien tersebut dilakukan intubasi dan diberi sebuah respirator
untuk ventilasi secara mekanik.
b. Corpulmonal
Cor pulmonal atau dekompensasi ventrikel kanan, merupakan pembesaran
ventrikel kanan yang disebabkan oleh overloading akibat dari penyakit pulmo.
Komplikasi jantung ini terjadi sebagai mekanisme kompensasi sekunder bagi paru-paru
yang rusak bagi penderita PPOK. Cor pulmonari merupakan contoh yang tepat dari
sistem kerja tubuh secara menyeluruh. Apabila terjadi mafungsi pada satu sisitem organ,
maka hal ini akan merembet ke siisteem organ yang lainnya. Dalam PPOK, hipoksemia
kronis

menyebababkan

vasokontriksi

kapiler

paru-paru,

yang

kemudian

akan

meningkatkan resistensi vaskuler pulmonari. Efek dari perubahan fisiologis ini adalah
terjadi peningkatan tekanan dalam paru-paru mengakibatkan ventrikel kanan lebih kuat
dalam memompa sehingga lama kelamaan otot ventrikel kanan menjadi hipertropi
(ukurannya membesar).
Perawatan penyakit jantung-paru meliputi pemberian oksigen dosis rendah
(dibatasi hingga 2liter/menit), diuretik untuk menurunkan edema perifer, dan istirahat.
Edema perifer merupakan efek domino yang lain, karena darah balik ke jantung dari
perifer atau sistemik dipengaruhi oleh hipertropi ventrikel kanan dan peningkatan tekanan
ventrikel kanan. Digitalis hanya digunakan pada penyakit jantung paru yang juga
menderita gagal jantung kiri.
c. Pneumothoraks
Pneumothoraks merupakan komplikasi PPOK serius lainnya. Pneumo berarti
udara sehingga pneumothoraks diartikan sebagai akumulasi udara dalam rongga pleural.
Rongga pleural sesungguhnya merupakan rongga yang khusus, yakni berupa lapisan
cairan tipis antara lapisan visceral dan parietal paru-paru. Funsi cairan pleura adalah
untuk membantu gerakan paru-paru menjadi lancar selama pernapasan berlangsung.
Ketika uadara terakumulasi dalam rongga pleural, maka kapsitas paru-paru untuk
pertukaran udara secara normal menjadi melemah dan hal ini menyebabkan menurunnya
kapasitas vital dan hipoksemia.

Anda mungkin juga menyukai