Anda di halaman 1dari 28

PNEUMONIA

KOMUNITAS
Oleh :
Sam Indra Prasta, S. Ked (K1A1 11 050)

Pembimbing : 
dr. Handi Priambodo, Sp. P. M.Kes
PENDAHULUAN

Pneumonia komunitas merupakan pneumonia yang di dapat di luar ruang


lingkup fasilitas kesehatan. Pneumonia komunitas merupakan salah satu
penyebab terpenting terjadinya morbiditas dan merupakan penyebab utama
terjadinya kematian akibat penyakit infeksi.Pneumonia komunitas masih
merupakan masalah kesehatan di dunia dengan angka kematian yang tinggi.
Di Indonesia, pneumonia komunitas juga merupakan masalah kesehatan yang
cukup sering didapatkan, dengan insiden sebesar 1,8%. Khusus di Jakarta,
angka insiden pneumonia melebihi angka nasional, yaitu sebesar 2,4%.
Definisi
Pneumonia komunitas adalah peradangan
akut parenkim paru yang didapat di
masyarakat. Pneumonia komunitas
merupakan penyakit yang sering terjadi,
bersifat serius serta berhubungan dengan
angka kesakitan dan kematian. Pneumonia
komunitas merupakan penyebab kematian
utama di antara penyakit infeksi.
EPIDEMIOLOGI
● Laporan WHO menyebutkan bahwa
penyebab kematian tertinggi akibat
penyakit infeksi di dunia adalah infeksi
saluran napas akut termasuk pneumonia
dan influenza.

● Setiap tahunnya di Amerika Serikat,


terdapat 915.900 kasus pneumonia yang
terjadi pada orang dewasa usia ≥ 65 tahun.

● Di Indonesia secara statistik pneumonia


komunitas pada tahun 2013 meningkat
yaitu 4,5% sedangkan tahun 2007 sebesar
2,1%. Nusa Tenggara Timur merupakan
provinsi yang tertinggi dengan insiden
Gram(+) : Streptococcus pneumoniae
(pnemokokus),
Streptococcus piogenes, Staphylococcus aureus
Bakteri

Gram(-) : Klebsiela pneumonia, Legionella,


Haemophilus influenza.

Influenza virus, Parainfluenza virus, Syncytial adenovirus,


Virus chicken- pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus
herpes simpleks, Hanta virus.

Aspergilus, Fikomisetes, Blastomisetes


Fungi dermatitidis, Histoplasma
kapsulatum.

ETIOLOGI
PATOFISILOGI

Ada
Ada beberapa
beberapa cara
cara mikroorganisme
mikroorganisme mencapai
mencapai permukaan:
permukaan:
•• Inokulasi
Inokulasi langsung
langsung
•• Penyebaran
Penyebaran melalui
melalui pembuluh
pembuluh darah
darah
•• Inhalasi
Inhalasi bahan
bahan aerosol
aerosol
•• Kolonisasi
Kolonisasi dipermukaan
dipermukaan mukosa
mukosa
Faktor resiko

01 02 03
Usia lanjut lebih dari 65 Merokok, Alkoholisme Riwayat penyakit saluran
tahun pernapasan

04 05 06
Memiliki penyakit komorbiditas, Gangguan neurologis, yang Imunitas yang memburuk
seperti diabetes mellitus, dapat menyebabkan kesulitan dan riwayat Pembedahan
penyakit jantung, penyakit ginjal, menelan atau kesadaran yang atau trauma
dan lain sebagainya menurun
Gejala klinis

• Panas tinggi
• Batuk berdahak,
• Napas cepat (frekuensi nafas
>50 kali/menit),
• Sesak
• Serta gejala lainnya (sakit kepala,
gelisah dan nafsu makan
berkurang
Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan Fisis

Pemeriksaan Bakteriologi

Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan LAB


ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan dengan melihat gambaran klinis


pneumonia
• Batuk
• Sputum produktif
• Demam, (suhu>38 0c),menggigil
• Sesa napas nyeri dada
PEMERikSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik : tergantung dari luas lesi di paru.


• Inspeksi : dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernapas
• Palpasi : fremitus dapat mengeras pada bagian yang sakit
• Perkusi: redup di bagian yang sakit
• Auskultasi : terdengar suara napas bronkovesikuler
sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus,
yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi.
Radiologi

Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan


gambaran air bronkhogram (airspace disease) misalnya oleh
Streptococcus pneumoniae, bronkopneumonia (segmental
disease) oleh antara lain staphylococcus, virus atau
mikoplasma; dan pneumonia interstisial (interstitial disease)
oleh virus dan mikoplasma
Pemeriksaan LAB

Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri;


leukosit normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi
virus/mikoplasma atau pada infeksi yang berat sehingga tidak
terjadi respons leukosit, orang tua atau lemah. Leukopenia
menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia pada
infeksi kuman Gram negatif atau S. aureus pada pasien
dengan keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati
mungkin terganggu
Pemeriksaan bakteriologi

Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal,


aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi.
Untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri
Gin, Quellung test dan Z. Nielsen. Kuman yang predominan pada
sputum yang disertai PMN yang kemungkinan merupakan penyebab
infeksi. Kultur kuman merupakan pemeriksaan utama pra terapi dan
bermanfaat untuk evaluasi terapi selanjutnya. Pemeriksaan khusus.
Titer antibodi terhadap virus, legionella, dan mikoplasma. Nilai
diagnostik bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas
darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan
oksigen. Pada pasien PN/PK yang dirawat nginap perlu diperiksakan
analisa gas darah, dan kultur darah
diagnosis
 
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai 'salah
satu atau lebih' kriteria di bawah ini.
Kriteria mayor adalah sebagai
Kriteria minor:
berikut :
•Frekuensi napas > 30/menit
•Membutuhkan ventilasi mekanik
•Pa02/FiO2n kurang dari 
•Infiltrat bertambah > 50%
250 mmHg
•Membutuhkan vasopresor > 4 jam (
•Foto toraks paru menunjukkan 
septik syok)
kelainan bilateral
•Kreatinin serum > 2 mg/dl
•Foto toraks paru melibatkan > 
atau peningkatan > 2 mg/dI, pada
2 lobus
penderita riwayat penyakit ginjal
•Tekanan sistolik < 90 mmHg
ataugagal ginjal yang membutuhkan
•Tekanan diastolik < 60 mmHg
dialisis
Penilaian derajat Keparahan penyakit
 
Penilaian derajat kerahan penyakit
pneumonia kumuniti dapat dilakukan
dengan menggunakan sistem skor
menurut hasil penelitian Pneumonia
Patient Outcome Research Team
(PORT) seperti tabel di bawah ini :
Tabel 1. Sistem skor pada pneumonia
komuniti berdasarkan PORT
Penilaian derajat Keparahan penyakit
 
Berdasar kesepakatan PDPI, kriteria yang dipakai untuk indikasi
rawat inap pneumoniakomuniti adalah :
 1.Skor PORT lebih dari 70

 2. Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap


bila dijumpai salah satu dari kriteria dibawah ini. 
•Frekuensi napas > 30/menit
•Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg
•Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
•Foto toraks paru melibatkan > 2 lobusTekanan sistolik < 90
mmHgTekanan diastolik < 60 mmHg

3. Pneumonia pada pengguna NAPZA
TATALAKSANA

a. Penderita rawat jalan


 
•Pengobatan suportif / simptomatik- Istirahat di tempat tidur
 
- Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
 
- Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
 
- Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoranPemberian
antiblotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam
TATALAKSANA

b. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa


 
Pengobatan suportif / simptomatik
 
- Pemberian terapi oksigen
 
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
 
- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik
 
Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam
TATALAKSANA

c.Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif


 
•Pengobatan suportif / simptomatik
- Pemberian terapi oksigen
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
- Pemberian obatsimptomatik antara lain antipiretik, mukolitik

•Pengobatan antibiotik (sesuai bagan.) kurang dari 8 jam

•Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik
 
TATALAKSANA
Komplikasi

01 02 03

Efusi pleura dan empiema. Komplikasi sistemik. Dapat terjadi akibat Abses Paru terbentuk akibat
Terjadi pada sekitar 45% invasi kuman atau bakteriemia berupa eksudat di alveolus paru
kasus. Cairannya transudat meningitis. Dapat juga terjadi dehidrasi sehingga terjadi infeksi oleh
dan steril. Terkadang pada dan hiponatremia, anemia pada infeksi kuman anaerob dan bakteri
infeksi bakterial terjadi kronik, peninggIan ureum dan enzim hati. gram negative.
empiema dengan cairan Kadang-kadang terjadi peninggian
eksudat. fostase alkali dan bilirubin akibat adanya
kolestasis intrahepatik.
komplikasi

04 05 06

Hipoksemia akibat Pneumonia kronik yang dapat


gangguan difusi. terjadi bila pneumonia berlangsung Bronkiektasis. Biasanya terjadi karena
lebih dari 4-6 minggu akibat kuman pneunomia pada masa anak-anak
anaerob S. aureus, dan kuman tetapi dapat juga oleh infeksi
Gram (-) seperti Pseudomonas berulang di lokasi bronkus distal pada
aeruginosa. cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia, tuberkulosis,
atau pneumonia nekrotikans
pemberian vaksinasi influenza dan pneumokokus pada
orang dengan risiko tinggi, dengan gangguan
imunologis, penyakit berat termasuk penyakit paru
kronik, hati, ginjal dan jantung. Di samping itu vaksinasi
juga perlu diberikan untuk penghuni rumah jompo atau
rumah penampungan panyakit kronik, dan usia di atas 65
tahun

pencegahan
prognosis

Kejadian PK di USA adalah 3.4- 4 juta


kasus pertahun, dan 20% di antaranya
perlu dirawat di RS. Secara umum angka
kematian pneumonia oleh pneumokokkus
adalah sebesar 5%, namun dapat
meningkat pada orang tua dengan kondisi
yang buruk. Pneumonia dengan influenza
di USA merupakan penyebab kematian
no. 6 dengan kejadian sebesar 59%.
Sebagian besar pada lanjut usia yaitu
sebesar 89%. Mortalitas pasien CAP yang
dirawat di ICU adalah sebesar 20%.
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai