Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

PNEUMONIA
(Pendekatan SDKI, SLKI, SIKI)
KELOMPOK VII
STIKES WIRAMEDIKA
20 OKTOBER 2022
Definisi Pneumonia
• Pneumonia adalah infeksi pada kantung udara di paru-paru atau
alveoli serta jaringan di sekitarnya.
• Diagnosis awal biasanya didasarkan pada rontgen dada dan temuan
klinis. Penyebab, gejala, pengobatan, tindakan pencegahan, dan
prognosis berbeda tergantung pada apakah infeksi itu bakteri,
mikobakteri, virus, jamur, atau parasit.
• Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian dan Seringkali,
adalah penyakit terakhir yang menyebabkan kematian pada orang
yang mengidap penyakit kronis lainnya.
Epidemiologi Pneumonia
• Pneumonia juga adalah penyebab kematian paling umum di antara
infeksi yang berkembang saat orang dirawat di rumah sakit dan
merupakan penyebab kematian keseluruhan yang paling umum di
negara berkembang.
• Pneumonia juga merupakan salah satu infeksi serius yang paling
umum pada anak-anak dan bayi, dengan kejadian tahunan 34 hingga
40 kasus per 1.000 anak di Eropa dan Amerika Utara
Tipe Pneumonia Berdasarkan Penyebab
• Pneumonia aspirasi berkembang sebagai akibat menghirup makanan
atau minuman, dan droplet ke dalam paru-paru. Kondisi ini terjadi
ketika refleks menelan terganggu, seperti pada cedera otak atau pada
orang yang mabuk.
• Pneumonia atipikal disebabkan oleh bakteri, termasuk Legionella
pneumophila, Mycoplasma pneumoniae, dan Chlamydophila
pneumoniae,
• Pneumonia terkait ventilator untuk bantuan pernapasan di ruang
perawatan intensif dikenal sebagai pneumonia terkait ventilator atau
ventilator Associated Pneumonia (VAP).
Tipe Pneumonia Berdasarkan Cara Infeksi
• Community-acquired pneumonia (CAP), sesuai dengan namanya,
adalah infeksi pernapasan pada paru-paru yang berkembang di luar
rumah sakit. Jenis pneumonia Ini lebih umum daripada pneumonia
yang didapat di rumah sakit. CAP paling umum di musim dingin dan
diperkirakan mempengaruhi sekitar 4 juta orang per tahun di AS.
• Hospital-acquired pneumonia (HAP) diperoleh ketika seseorang
sudah dirawat di rumah sakit untuk kondisi lain.
Tipe Pneumonia Berdasarkan Cara Infeksi
• Bronkopneumonia menyebabkan infiltrat peradangan yang tersebar
dan tidak merata di kantung udara di seluruh paru-paru. Ini lebih
menyebar daripada pneumonia lobaris.
• Pneumonia lobaris menyebabkan peradangan pada satu lobus paru-
paru dan biasanya melibatkan semua ruang udara dalam satu lobus.
• Pneumonia lipoid ditandai dengan akumulasi lemak di dalam alveoli.
Hal ini dapat disebabkan oleh aspirasi minyak atau berhubungan
dengan obstruksi jalan napas.
Penyebab Pneumonia Komunitas
Bakteri
• Penyebab paling umum pneumonia bakteri di AS adalah Streptococcus pneumoniae. Jenis pneumonia
Ini dapat mempengaruhi satu bagian (lobus) paru-paru, suatu kondisi yang disebut pneumonia
lobaris.
• Organisme mirip bakteri yaitu mycoplasma pneumoniae juga dapat menyebabkan pneumonia.
Jamur
• Penumonia akbat infeksi jamur merupakan jenis pneumonia ini paling sering terjadi pada orang
dengan masalah kesehatan kronis atau sistem kekebalan yang lemah, dan pada orang yang menghirup
organisme dalam jumlah yang besar.
Virus
• Beberapa virus yang menyebabkan pilek dan flu dapat menyebabkan pneumonia, termasuk juga virus
Covid-19.
• Virus merupakan penyebab paling umum pneumonia pada anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun.
Penyebab Pneumonia Rumah Sakit
• Beberapa orang bisa terkena pneumonia selama dirawat di rumah
sakit karena penyakit lain.
• Pneumonia yang didapat di rumah sakit bisa berdampak serius karena
bakteri yang menjadi penyebabnya mungkin lebih kebal atau resisten
terhadap antibiotik.
• Pneumonia aspirasi terjadi ketika makanan, minuman, muntah atau
air liur masuk ke dalam paru-paru. Aspirasi lebih mungkin terjadi jika
ada sesuatu yang mengganggu refleks muntah normal, seperti cedera
otak, ganguan menelan, penggunaan alkohol, atau obat-obatan yang
berlebihan.
Faktor Risiko Pneumonia
• Anak-anak yang berusia 2 tahun atau lebih muda
• Orang yang berusia 65 tahun ke atas atau lansia
• Sedang dirawat di rumah sakit.
• Penyakit kronis seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), atau
penyakit jantung.
• Kebiasaan Merokok yang merusak pertahanan alami tubuh, sehingga lebih
rentan terhadap bakteri dan virus yang menyebabkan pneumonia.
• Sistem kekebalan tubuh yang melemah atau tertekanse seperti pada orang
yang mengidap HIV/AIDS, transplantasi organ, sedang manjalani
kemoterapi atau penggunaan steroid jangka panjang
Tanda dan Gejala Pneumonia
• Nyeri dada saat bernapas atau batuk
• Kebingungan atau perubahan kesadaran mental, terutama pada lansia.
• Batuk yang dapat menghasilkan dahak
• Kelelahan
• Demam, berkeringat dan menggigil kedinginan
• Suhu tubuh lebih rendah dari normal terutama pada lansia dan orang
dengan sistem kekebalan yang lemah.
• Mual, muntah atau diare
• Sesak napas
Diagnosis Pneumonia
• Roentgen dada menunjukkan infiltrate.
• Pulasan sputum memperlihatkan sel intlamastorik akut.
• Kultur darah positif pada pasien dengan infiltasi pulmoner dengan kuat
menunjukkan pneumonia yang disebabkan oleh organisme yang
diisolasl dari kultur darah.
• Efusi pleural, jika ada, sebaiknya dialirkan keluar dan cairan dlanalisis
untuk membuktikan adanya infeksi di dalam ruang pleural.
• Aspirasi transtrakeal sekresi trakeobronkial atau bronkoskopi dengan
penyikatan dan pembasuhan bisa dilakukan untuk mendapatkan bahan
pulasan dan kultur.
Penanganan Pneumonia
• Terapi antimikrobial bervariasi menurut agens penyebab.
• Terapi oksigen yang dilembabkan dilakukan untuk menangani hipoksia.
• Penderita gagal respiratorik bisa memerlukan ventilasi mekanis.
• Makanan kaya kalori
• Asupan cairan yang cukup, dan istirahat.
• Analgesik bisa diberikan untuk meredakan nyeri dada pleuritik.
• Pasien yang menderita pneumonia parah dan menjalani ventilasi
mekanis mungkin membutuhkan tekanan akhir-ekspiratorik positif
untuk membatu kecukupan oksigenasi.
KASUS PNEUMONIA
• Identitas : Tn. S.
• Umur : 67 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Pendidikan : SD
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Alamat : Br. Tengah, Jembrana
• Tgl Masuk RS : 19 Oktober 2022
• Ruang Perawatan: R. Anggrek RSU Negara
• Keluhan Masuk : sesak dan batuk
Riwayat Penyakit
Gejala:
• Riwayat batuk dengan dahak kekuningan sejak 3 minggu yang lalu
• Riwayat demam sejak 3-5 hari terakhir
• Riwayat sesak napas berulang disertai suara mengi
• Nafsu makan menurun, mual dan muntah
Tanda:
• Tampak pernapasan cepat, tampak kesakitan saat batuk dan bernapas,
tampak lemah dan kelelahan
• Tanda vital: TD 110/70 mmHg, N 104x/menit, R 28x/menit, t 37,60C
Pemeriksaan Penunjang
• Hb : 15,0 g/dL
• Wbc : 10,0 x 103/µL
• Plt : 429 x 103/µL
• BUN : 22 mg/dL
• Kreatinin : 0,7 mg/dL
• GDS : 342 mg/dL
• Roentgen Thorax: cor normal
infiltrat subpleura zona tengah paru kanan dan
di bagian zona bawah paru kanan dan kiri
Diagnosis Medis
• Pneumonia
• Penyakit Paru Obstruktif Kronis Eksaserbasi Akut
• Diabetes Melitus Tipe 2
Terapi Medis
• Oksigenasi 3-4 L/menit
• Diat Lunak DM 1900 Kalori
• Infus RL:Hydromal = 1:1 = 14-16 tpm/makro
• Injeksi Dexamethasone 5 mg/12 jam
• Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam
• Nebul Ventolin 2 ml/8 jam
• Azithromisin 1x500 mg
• Gliquidon 1x30 mg (pagi) ac
• Metformin 2x500 mg pc
• Gigadryl syp. 3xC1
• Parasetamol 3x500 mg
ASUHAN KEPERAWATAN
PNEUMONIA
(Pendekatan SDKI, SLKI, SIKI)
Pengkajian Pneumonia
• Fokus pengkajian pada Askep Pneumonia yaitu:
• Kaji gejala pernapasan. Gejala demam, menggigil, atau keringat malam pada pasien
harus segera dilaporkan karena ini bisa menjadi tanda pneumonia bakteri.
• Kaji manifestasi klinis. Pengkajian pernapasan lebih lanjut harus mengidentifikasi
manifestasi klinis seperti nyeri pleuritik, bradikardia, takipnea, dan kelelahan,
penggunaan otot bantu pernapasan, batuk, dan sputum purulen.
• Pemeriksaan fisik. Kaji perubahan suhu dan nadi, jumlah dan warna sekret, frekuensi
dan keparahan batuk, tingkat takipnea atau sesak napas, dan perubahan temuan
rontgen dada.
• Penilaian pada pasien lanjut usia. Kaji pasien usia lanjut untuk perubahan status
mental, dehidrasi, perilaku yang tidak biasa, kelelahan yang berlebihan, dan resiko
gagal jantung yang bisa terjadi bersamaan.
Intervensi Keperawatan Pneumonia
• Jaga kepatenan jalan napas dan kecukupan oksigenasi. Ukur kadar gas darah arterial, terutama pada
pasien hipoksik. Beri oksigen suplemental sesuai perintah. Pasien yang menderita penyakti paru-paru
mendasar yang kronis sebaiknya diberi oksigen secara hati-hati.
• Ajari pasien cara batuk dan melakukan latihan bernapas-dalam untuk membersihkan sekresi, dan
dorong ia sering melakukannya.
• Untuk pneumonia parah yang membutuhkan intubasi endotrakeal (ET) atau trakeostomi dengan
atau tanpa ventilasi mekanis, lakukan perawatan respiratorik secara menyeluruh dan seringkali
lakukan pengisapan dengan teknik steril untuk membuang sekresi.
• Dapatkan spesimen sputum melalui pengisapan jika pasien tidak bisa mengambil spesimen sendiri.
Kumpulkan spesimen dalam wadah steril dan segera kirim ke laboratorium mikrobiologi.
• Beri medikasi nyeri seperlunya dan catat respons pasien terhadap medikasi tersebut.
• Jaga kecukupan nutrisi untuk mengganti kehilangan akibat penggunaan kalori yang tinggi yang
mengikuti infeksi. Minta bagian makanan menyediakan makanan kaya-kalori dan kaya-protein, serta
lunak dan mudah dimakan. Beri makanan melalui pipa NG atau nutrisi parenteral sesuai perintah.
Intervensi Keperawatan Pneumonia
• Sediakan lingkungan yang sunyi dan tenang bagi pasien, dan beri ia banyak waktu untuk
beristirahat.
• Untuk mengontrol penyebaran infeksi, buang sekresi dengan benar. Minta pasien bersin
dan batuk ke dalam tisu yang bisa dibuang, dan ikatkan kantung yang dilapisi lilin di
samping ranjang untuk tempat membuang tisu.
• Dorong vaksinasi influenza dan Pneumovax tahunan pada pasien berisiko-tinggi, misalnya
yang menderita COPD, penyakit jantung kronis, atau penyakit sel sabit.
• Untuk mencegah aspirasi selama pasien makan melalui pipa, naikkan kepalanya, periksa
posisi pipa, dan beri formula secara perlahan-lahan. Jangan beri dalam volume besar
dalam satu waktu karena bisa membuat pasien muntah. Jika pasien menggunakan pipa
ET, bubungkan manset (cuff) pipa. Jaga agar kepala pasien tetap terangkat selama
setidaknya 30 menit setelah makan. Periksa adakah formula yang tersisa pada interval 4
sampai 6 jam.
Askep Pneumonia (SDKI, SLKI, SIKI)
Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Bersihan Jalan Napas tidak efektif b/d Bersihan jalan napas meningkat (L.01001) Latihan Batuk Efektif (l.01006)
Proses Infeksi (D.0149) • Kemampuan batuk efektif pasien meningkat. • Identifikasi kemampuan batuk
• Produksi dahak menurun • Monitor adanya retensi sputum
• Mengi/wheezing menurun • Atur posisi semi-fowler atau fowler
• Sesak napas menurun • Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
• Ortopnea menurun • Buang dahak pada tempat sputum
• Kesulitan bicara menurun • Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
• Sianosis menurun • Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
• Perasaan gelisah menurun detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu selama 8 detik
• Frekuensi dan pola napas membaik • Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
• Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke 3
• Kolaborasipemberian mukolitik atau ekspektoran jika perlu
Manajemen Jalan Napas (l.01011)
• Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
• Monitor bunyi napas
• tambahan (wheezing, mengi)
• Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
• Posisikan semi fowler atau fowler
• Berikan minum air hangat
• Lakukan fisioterapi dada
Pemantauan Respirasi (l.01014)
• Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
• Monitor pola napas
• Monitor kemampuan batuk efektif
• Monitor adanya produksi sputum
• Auskultasi bunyi napas
Askep Pneumonia (SDKI, SLKI, SIKI)
Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Gangguan Pertukaran Gas b/d Perubahan Pertukaran gas meningkat (L.01003) Pemantauan Respirasi (l.01014)
alveolus-kapiler (D.0003) • Dispnea menurun • Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
• Bunyi napas tambahan menurun • Monitor pola napas 
• Diaforesis menurun • Monitor kemampuan batuk efektif
• PCO2 membaik • Monitor adanya produksi sputum
• PO2 membaik • Monitor adanya sumbatan jalan napas
• Pola napas membaik • Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
• Auskultasi bunyi napas
• Monitor saturasi oksigen
• Monitor nilai AGD
• Monitor hasil X-ray toraks
• Atur Interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
• Dokumentasikan hasil pemantauan
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
• Informasikan hasil pemantauan jika perlu
Terapi Oksigen (l.01026)
• Monitor kecepatan aliran oksigen
• Monitor posisi alat terapi oksigen
• Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang diberikan cukup
• Monitor efektifitas terapi oksigen
• monitor tanda-tanda hipoventilasi
• Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
• Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
• Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
• Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea
• Pertahankan kepatenan jalan napas
• Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
• Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah
• Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Askep Pneumonia (SDKI, SLKI, SIKI)
Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Intoleransi Aktivitas b/d Toleransi Aktivitas Meningkat (L.05047) Manajemen Energi (I.05178)
Kelemahan/Ketidakseimbangan antara • Frekuensi nadi meningkat • Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang menyebabkan kelelahan
suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056) • Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari- • Monitor kelelahan fisik dan emosional
hari meningkat • Monitor pola dan jam tidur
• Keluhan lelah menurun • Monitor lokasi ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
• Dispnea saat dan setelah berkativitas menurun • Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
• Perasaan lemah menurun • Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
• Tekanan darah dan frekuensi napas membaik • Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
• Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
• Anjurkan tirah baring
• Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
• Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
• Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
• Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Terapi Aktivitas (I.05186)
• Identifikasi defisit tingkat aktivitas
• Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
• Identifikasi sumberdaya untuk aktivitas yang diinginkan
• Monitor respon emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
• Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
• Fasilitasi aktivitas fisik rutin sesuai kebutuhan
• Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu, energi, atau
gerak
• Libatkan keluarga dalam aktivitas jika perlu
• Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
Askep Pneumonia (SDKI, SLKI, SIKI)
Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan

Hipertermia b/d Proses Penyakit Termoregulasi Membaik (L.14134) Manajemen Hipertermia (I.15506)
(D.0130) • Menggigil, Pucat, takipneu, dan takikardi • Identifikasi penyebab hipertermia
menurun • Monitor suhu tubuh
• Suhu tubuh membaik • Monitor kadar elektrolit
• Suhu Kulit membaik • Monitor Haluaran Urin
• Ventilasi membaik • Monitor Komplikasi akibat hipertermia
• Tekanan darah membaik • Sediakan lingkungan yang dingin
• Longgarkan atau lepaskan pakaian
• Basahi dan kipasi permukaan tubuh
• Berikan Cairan Oral
• Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
• Lakukan pendinginan eksternal
• Anjurkan tirah baring
• Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena jika perlu
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai