Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

PNEUMONIA

Hiliando Hasiholan 1920221154


Pembimbing
dr. Hermawan Setiyanto, Sp.P

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG


KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAKARTA
PERIODE 14 JUNI – 24 JULI 2021
PENDAHULUAN
Penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi di
seluruh dunia

Faktor usia, adanya komorbiditas, dan penurunan respon imun, meningkatkan risiko
pneumonia bakterial

Oleh karena kuman penyebab pneumonia yang bervariasi, maka ketepatan dalam
pemberian antibiotik dapat mempengaruhi hasil pengobatan pasien dengan pneumonia

Pada tahun 2010 di Indonesia, pneumonia termasuk ke dalam 10 besar penyakit rawat
inap di rumah sakit
DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis mencakup bronkilolus respiratorius dan
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan pertukaran gas
setempat
EPIDEMIOLOGI
• Infeksi saluran napas bawah akut di parenkim paru yang serius (15 –
20%)
• 80% kasus baru  kasus terjadi di masyarakat (pneumonia
komunitas) atau di rumah sakit (pneumonia nosokomial)
• Pneumonia nosokomial  sering terjadi di ICU, 90% terjadi saat
ventilasi mekanik
KLASIFIKASI
• Berdasarkan Sumber Infeksi
ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO
• Etiologi pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti jamur, bakteri, dan
virus. Etiologi juga harus disesuaikan berdasarkan sumber infeksi pneumonia
ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
Selain gejala pada paru, ada beberapa
• Batuk: terkadang batuk tidak produktif gejala pneumonia lain yang ekstra paru,
(pada infeksi Mycoplasma). Namun yaitu
pada pneumonia bakterial, produksi
dahak merupakan gambaran yang
menonjol, kadang disertai hemoptisis
• Sesak napas
• Demam
• Pleuritic chest pain: proses inflamasi
di parenkim paru meluas  permukaan
pleura pasien sering mengeluhakan
nyeri dada
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Anamnesis: faktor risiko pasien, membedakan sumber infeksi pneumonia, usia pasien, serta onset

Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Umum: takikardia, takipnea, dan demam
• Pemeriksaan Paru:
• Palpasi : vocal femitus dapat meningkat
• Perkusi : bunyi redup (dull) pada area konsolidasi
• Auskultasi : suara napas bronkial dan ronki basah (crackles atau rales) yang lebih nyaring

Pemeriksaan Penunjang
• Semua pasien yang dirawat di rumah sakit dengan dugaan pneumonia harus menjalani rontgen
thorax, tes darah dan tes mikrobiologi
DIAGNOSIS
• Rontgen Thorax
• Secara umum, pneumonia (konsolidasi alveolar) muncul sebagai area adanya peningkatan densitas
yang mungkin melibatkan segmen paru-paru kecil, lobus, atau salah satu atau kedua paru-paru.
Prosesnya mungkin tampak tidak merata (patchy) atau uniform di seluruh area
• Gambaan air bronchogram
• Efusi pleura juga dapat diidentifikasi

Ulangan rontgen thorax perlu dilakukan untuk melihat


kemungkinan adanya infeksi sekunder/tambahan
DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Laboratorium
• Streptococcus pneumoniae: jumlah leukosit biasanya > 15 × 59/L (90% leukositosis neutrofil).
Penanda inflamasi meningkat secara signifikan: laju endap darah (LED) > 100 mm/jam dan CRP >
100 mg/L
• Mycoplasma: jumlah leukosit biasanya normal
• Legionella: terdapat limfopenia tanpa leukositosis, hiponatremia, hipoalbuminemia, dan kadar
aminotransferase hepar serum yang tinggi

Pemeriksaan Lainnya
• Kultur sputum:
• Pneumonia bakterial lebih banyak sel PMN
• Pneumonia Mycoplasma dan virus memiliki lebih sedikit sel PMN dan lebih banyak sel
mononuklear (MN)

Kultur darah: positif pada 5-14% kasus, paling sering menghasilkan S. pneumoniae, dengan kultur
darah positif menunjukkan penyakit yang lebih parah dengan mortalitas yang lebih besar
DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Lainnya
• Analisa gas darah: diperlukan jika saturasi oksigen < 94%.
• Tes deteksi antigen: antigen pneumococcus dapat diidentifikasi dalam sputum, urin, cairan pleura
atau darah
• Serologi: peningkatan titer antibodi IgM spesifik empat kali lipat dapat membantu diagnosis
pneumonia karena beberapa patogen
TATALAKSANA
• Oksigen: untuk menjaga saturasi antara 94% dan 98%.
• Analgesia: analgesia sederhana seperti parasetamol atau NSAID, membantu
mengobati nyeri pleuritik
• Terapi antibiotik empiris
Terapi Antibiotik Empiris
Pneumonia Nosokomial

Pneumonia Komuniti 
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
• Skor keparahan penyakit atau model
prognostik, seperti kriteria CURB-65
atau Pneumonia Severity Index (PSI)
dapat digunakan untuk membantu
mengidentifikasi pasien yang mungkin
menjadi kandidat untuk perawatan
rawat jalan dan pasien yang mungkin
memerlukan perawatan rawat inap di
rumah sakit
PROGNOSIS

CURB – 65 Score
KESIMPULAN
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
• Secara umum, gejala dan tanda dari pneumonia adalah batuk, sputum purulen,
sesak napas dan demam, bersama dengan tanda fisik atau perubahan radiologis
yang sesuai dengan konsolidasi paru
• Kuman penyebab pneumonia bervariasi sesuai dengan sumber infeksi, oleh karena
itu dibutuhkan etiologi pasti pada pemeriksaan penunjang, sehingga dapat
diberikan antibiotik yang tepat, guna menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
terkait pneumonia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai