Saluran
Napas Bawah
Pneumonia
Tracheitis Bronkitis Bronkiolitis TB
Influenza
Abses
Pneumonia
Definisi • Peradangan yang mengenai parenkim
paru,distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.
• Istilah pneumonia sering dipakai untuk
proses infeksi akut yang penyebabnya yang
tersering,sedangkan istilah pneumonitis
sering dipakai untuk proses non-infeksi.
Faktor Resiko • Pneumonia sering dijumpai pada orang
lanjut usia dan sering terjadi pada penyakit
paru obstruksi kronik (PPOK)
• Dapat terjadi juga pada pasien dengan
penyakit lain seperti:
• Diabetes mellitus
• Payah jantung
• Penyakit jantung koroner
• Keganasan
• Penyakit hati kronik
• Faktor predisposisi lain:
• Kebiasaan merokok
• Pasca infeksi virus
• Kelainan atau kelemahan struktur
organ
• Penurunan kesadaran
• Patogenesis
• Proses pneumonia terkait dengan 3 faktor:
1. Keadaan imunitas host
2. Mikroorganisme yang menyerang pasien
3. Lingkungan yang terinfeksi satu sama lain
Cara terjadinya penularan terkait dengan jenis kuman
Infeksi melalui droplet sering disebabkan oleh: Streptococcus
pneumoniae
Infeksi melalui selang infus disebabkan oleh: Staphylococcus aureus
Infeksi pada pemakaian ventilator disebabkan oleh: Enterobacter
• Klasifikasi pneumonia berdasarkan host dan lingkungan
Pneumonia komunitas • Sporadis(bisa dimana-mana
terkena) atau endemik(di daerah
tertentu terkena)
• Muda atau orang tua
Pneumonia nosokomial Didahului perawatan di rumah sakit
Pneumonia rekurens Terjadi berulang kali,berdasarkan
penyakit paru kronik
Pneumonia aspirasi • Alkoholik
• Usia tua
Pneumonia Komunitas
• Pneumonia yang terjadi akibat infeksi di luar rumah sakit
• Etiologi
(>10mg/hari),malnutrisi
Pemeriksaan laboratorium
kekebalan tubuh
mucociliar clearance
http://emedicine.medscape.com/article/1926980-overview#a1
Right lower lobe consolidation in a patient with bacterial pneumonia.
http://emedicine.medscape.com/article/1926980-overview#a1
(Left) Gram stain demonstrating gram-positive cocci in pairs and chains and (right) culture
positive for Streptococcus pneumoniae.
http://emedicine.medscape.com/article/967822-workup#showall
• Tatalaksana
• Amoxicillin (tab. 500, 875 mg)
– <3 bulan: ≤30 mg/kg/hari PO dibagi tiap 12 jam untuk 48-72 jam;
selama ≥10 daysuntuk infeksi S pyogenes
– >3 bulan and <40 kg: 45 mg/kg/hari PO dibagi tiap 12 jam atau 40
mg/kg/hari PO dibagi tiap 8 jam
– >40kg: 875 mg PO tiap 12 jam atau 500 mg PO tiap 8 jam untuk 10-14
hari
• Cefotaxime (solution 20 mg/mL, 40 mg/mL)
– <12 tahun or <50 kg: 200 mg/kg/day IV tiap 8 jam
– >12 tahun or >50 kg: 1-2 g IV/IM tiap 8 jam
• Tatalaksana – Patogen bakteri yang umum dan
– Beri cairan secukupnya agar organisme atipikal merespons
tidak dehidrasi terapi antimikroba
– Porsi makanan sedikit tapi – Perubahan jangka panjang
sering fungsi paru jarang terjadi
• Prognosis – UNICEF memperkirakan 3 juta
– Secara keseluruhan, anak-anak di seluruh dunia
prognosisnya bagus. menderita pneumonia setiap
tahunnya
– Sebagian besar kasus
pneumonia virus sembuh tanpa – Kematian terjadi pada anak-
pengobatan; anak dengan kondisi yang
mendasarinya, seperti penyakit
paru-paru kronis , penyakit
jantung kongenital, dan
imunosupresi.
Komplikasi • Recurrent pneumonia
• Kerusakan pleura
• Respiratory distress
• Sepsis
• Abses paru
Pencegahan • Vaksinasi
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imuni
sasi/jadwal-imunisasi-2017
Flu Burung / Avian Influenza
Definisi Avian Influenza /flu burung infeksi akibat
virus Influenza tipe A yang biasanya mengenai
unggas dengan subtipe H5N1
Etiologi • Virus Influenza tipe A
• Virus Influenza famili Orthomyxoviridae
• Terdiri dari 3 tipe : A,B & C
• Virus influenza tipe B & C gejala ringan dan
tidak fatal pada manusia.
• Virus influenza ada 2 protein:
• H: Hemaglutinin dan N: Neuramidase
• H = 15 macam (H1-15),N = 9 macam (N1-
N9)
• Semua tipe virus influenza A penjamu
alaminya adalah unggas
• Subtipe influenza tipe A yang menyerang
mansia H1,H2,H3 dan N1,N2 Human
influenza
• Penyebab kehebohan avian influenza H5N1
• Virus avian influenza Highly Pathogenic
Avian Influenza (HPAI)
• Virus dapat bertahan hidup dalam – Antigenic Shift = perubahan
air selama 4 hari pada suhu 22 oC basar struktur antigen
atau lebih 30 hari pada 0 oC permukaan secara singkat
• Virus akan mati pada pemanasan (virus influenza A)
60 oC selama 30 menit atau 56 oC – Antigen drift = perubahan
selama 3 jam dan pemanasan 80 antigen yang sedikit ( virus
oC selama 1 menit, dengan influenza B)
detergent / desinfectant seperti – Virus influenza C relatif
formalin ,cairan yg mmengandung stabil.
iodin dan alkolol 70%.
• Virus Influenza tipe A dapat
berubah-ubah bentuk
• Antigenic shift penyusunan • Diduga kondisi yang memudahkan
kembali gen” H & N diantara penduduk yang tinggal dekat
human & avian influenza virus peternakan unggas dan babi. Babi
melalui host ke 3.(terbentuk virus rentan terkena infeksi avian
yang lebih ganas infeksi maupun human virus berperan
sistemik berat sbg laham pencampur (mixing
vessel)penyusunan kembali gen
gen dri kedua virus.
• Sejak tahun 2003 di dunia kumulatif tercatat 15 negara
terinfeksi virus H5N1 pada manusia.
• Pertama H5N1 pada manusia di dunia pada tahun 1997.
• Laporan dari WHO bertanggal 18 Februari 2004
menyebutkan bahwa Influenza A (H5N1) telah
menyebabkan wabah Avian influenza di Thailand,
Vietnam, China
• Pada Januari 2004, di beberapa provinsi di Indonesia,
terutama di Bali, Lombok, Jabotabek, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Kalimantan Barat, dan Jawa Barat.
• Prevalensi nasional pernah mendengar flu burung : 64,7%
Februari 2006)
antaranya meninggal
– Nadi ≥100x/menit
– Gangguan kesadaran
– Kondisi umum melemah
• Suspek leukopeni
• Suspek dg gambara radiologi pneumoni
• Kasus probable dan confirm
• Prinsip tatalaksna = istirahat, peningkatan daya tahan
tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotik,
perawatan respirasi, anti inflamasi, imunomdulators.
• Antiviral pada awal infeksi yakni 48 jam pertama.
• 1.Penghambat M2 ( a. Amantadin b.Rimantidin dosis
2x sehari 100 mg atau 5mg/kgBB selama 3-5 hri.
• 2.Penghambat neuramidase (WHO) Zanamivir, b.
oseltamivir dosis 2 x 75 mg 1 minggu.
Pedoman depkes RI
Albuterol (nebulizer solution 0,083%, 0,5%, 1,25 mg/3mL, 0,63 mg/3mL, tab 2 mg, 4 mg)
Nebulizer solution: 2.5 mg BID/TID PRN; 1.25 - 5 mg q4-8hr PRN for quick relief
Tablet : 2-4 mg PO q6-8hr; not to exceed 32 mg/day
Acetaminophen ( tab 325 mg, 500 mg)
Tablet : 325-650 mg PO/PR q4hr PRN
Bronkitis Akibat Virus
• Rhinovirus
• RSV
• Virus Influenza
• Virus Parainfluenza
• Adenovirus
• Virus Rubeola
• Paramyxovirus
Bronkitis Akibat Bakteri
• Mycoplasma pneumoniae
dapat merupakan infeksi
sekunder setelah terjadi
• Chlamydia sp
kerusakan permukaan
• Bordetella pertussis
mukosa oleh infeksi virus
• Corynebacterium diptheriae
sebelumnya.
• Bordetella pertussis: Stadium kataral rhinitis, konjungtivitis,
demam sedang, batuk.
• Stadium paroksismal frekuensi & keparahan batuk
meningkat, batuk kuat berturut-berturut dlm satu ekspirasi
diikuti dgn usaha keras mendadak untuk inspirasi, sehingga
menyebabkan whoop.
• Whoop menghasilkan mukus kental & lengket yg biasanya
tertelan oleh anak-anak sehingga menyebabkan muntah
pascabatuk (posttussive emesis)
Diagnosis • PK: infiltrasi mukosa oleh limfosit & leukosit PMN
• Kultur dari sekresi mukus
Tatalaksana • Pertusis
• Eritromisin selama 3-4 hari dapat membasmi kuman
pertusis dari nasofaring.
• Chlamydia
• Terapi pilihan eritromisin
• >9 tahun tetrasiklin, bisa dikombinasi dgn
eritromisin
Prognosis Bergantung pd tatalaksana yg tepat atau mengatasi
penyakit yg mendasari
Eritromisin (tab 400 mg)
Neonates
<1.2 kg: 20 mg/kg/day PO divided q12hr
1.2 kg or more, 0-7 days old: 20 mg/kg/day PO divided q12hr
≥1.2 kg or more, 7 days or older: 30 mg/kg/day PO divided q8hr
Children
Mild-to-moderate infections: 30-50 mg/kg/day PO divided q6-12hr
Severe infection: 60-100 mg/kg/day PO divided q6-12hr
Tetrasiklin ( tab 250 mg, 500 mg)
500 mg orally every 6 hours for 7 to 10 days
Abses Paru
Definisi Infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisir
sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus/nekrotik debris) dalam
parenkim paru pada satu lobus atau lebih
Epidemiologi • Lebih sering pada laki-laki dibanding perempuan
• Umumnya terjadi pada umur tua pe↑an insiden penyakit periodontal
& prevalensi disfagi dan aspirasi
• Pada daerah urban ↑ prevalensi alkoholism rata-rata pada usia 41
tahun
Faktor Resiko • Faktor-faktor yang memudahkan aspirasi:
• Gg kesadaran: alkoholisme, epilepsi, gg cerebrovascular, anestesi
umum, penyalahgunaan obat IV, koma, trauma, sepsis
• Gg esofagus & sal cerna lainnya: gg motilitas
• Trakeal/nasogastric tube yang menghilangkan pertahanan mekanik sal
napas
• Fistula trakeoesofageal
• Defisiensi/stasis transpor sekresi melalui sal napas: Kartagener’s
syndrome, Disfagi
• Iatrogenik
• Penyakit periodontal, Kebersihan mulut yang buruk, Pencabutan gigi
• Pneumonia akut, Bronkiektasis, Kanker Paru
• Imunosupresi
• Infeksi saluran napas atas & bawah
Etiologi Bakteri Anaerob (89%) Bakteri Aerob Non-Bakteri & Bakteri
immunocompetent & immunocompromised Atipik
akibat pneumonia aspirasi Gram Positif immunocompromised
o Bacteriodes o Staphylococcus aureus o Fungi: histoplasma,
melaninogenus o Streptococcus coccidioides,
o Bacteriodes fragilis microaerophilic blastomyces,
o Peptostreptococcus o Streptococcus pyogenes mucoraceae, aspergillus,
species o Streptococcus cryptococcus,
o Bacillus intermedius pneumonia zygomycetes,
o Prevotella o Streptococcus viridans pneumocystis
melaninogenica o Streptococcus milleri o Parasit: Paragonimus
o Fusobacterium Gram Negatif wetermani, Entamoeba
nucleatum o Klebsiella pneumonia histolityca, Echinococcus
o Clostridium perfringens o Pseudomonas o Mikobakterium
o Clostridium barati aeruginosa tuberkulosis & non-
o Escherichia coli tuberkulosis
o Haemophilus influenza
o Actinomyces sp.
o Nocardia sp.
Tanda • Badan terasa lemah, Tidak nafsu makan, Penurunan berat badan
& • Batuk kering setelah beberapa hari batuk dengan dahak purulen/darah
Gejala • Keringat malam
• Demam intermitten (mencapai 39,4oC/>) biasanya disertai menggigil
Klasifikasi • Abses Primer: akibat aspirasi atau pneumonia 80%
• Abses Sekunder: pada orang yang sebelumnya sudah mempunyai kondisi
seperti obstruksi akibat neoplasma sal napas, bronkiektasis, komplikasi
operasi intratoraks, penyebaran dari tempat diluar paru, septik emboli,
atau kondisi sistemik/pengobatan yang menyebabkan gg imunitas (HIV,
transplant, immunosupression)
• Berdasarkan jangka waktu: Akut (<1 bulan, biasanya <4-6 minggu) &
Kronik
•Foto polos dada: PA Awal penyakit (gambaran opak dari 1/lebih segmen paru
atau berupa gambaran densitas homogen berbentuk bulat) radiolusen dalam
bayangan infiltrat padat bila ruptur akan tampak kavitas irreguler dengan
dinding tebal dikelilingi infiltrat/konsolidasi & gambaran air fluid level. Lokasi
terbanyak di segmen superior lobus bawah atau segmen posterior lobus atas
https://radiopaedia.org/cases/lung-
abscess-17
Diagnosis • Penyebab infeksi: tuberkulosis, bula infeksi, emboli septik
Banding • Penyebab bukan infeksi: keganasan, Wagener’s granulomatosis, nodul
reumatoid, vaskulitis, sarkoidosis, infark paru, kongenital (bula, kista,
bleb)
Tatalaksana • PRINSIP PENGOBATAN
• Eradikasi secepatnya
• Pengobatan yang cukup
• Drainase adekuat
• Pencegahan komplikasi
• Klindamisin 3x600 mg IV sampai perbaikan 4x300 mg oral/hari atau
Amoksisilin-Asam Klavulanat 2x875 mg
• Regimen alternatif: Penisilin G 2 – 10 juta unit/hari Penisilin 4x500-
750 mg oral/hari
• Patogen aerobik: klindamisin+penisilin atau klindamisin+sefalosporin
• Resolusi sempurna dibutuhkan pengobatan 6-10 minggu
Tatalaksana • Istirahat cukup
• Bila abses paru menunjukkan diameter 4 cm atau lebih sebaiknya
dirawat inap
• Posisi berbaring hendaknya miring dengan paru yang terkena abses
berada di atas supaya gravitasi drainase lebih baik
• Diet biasanya berupa bubur dengan tinggi kalori tinggi protein
• Operasi
• Indikasi:
• Abses paru yang tidak mengalami perbaikan
• Komplikasi: empiema, hemoptisis masif, fistula bronkopleura
• Pengobatan penyakit yang mendasari: karsinoma obstruksi primer,
bronkiektasis, gg motilitas gastroesofageal, malformasi atau kelainan
kongenital
• Infark paru, gangren paru atau infeksi yang berkembang cepat &
progresif
Tatalaksana • Bronkoskopi
• Pada yang dicurigai adanya karsinoma bronkus atau lesi obstruksi
• Pengeluaran benda asing
• Melebarkan striktus
Komplikasi • Penyebaran infeksi melalui aspirasi lewat bronkus atau penyebaran
langsung melalui jar sekitarnya
• Abses otak
• Hemoptisis masif
• Ruptur pleura viseralis piopneumothoraks
• Fistula bronkopleura
• Fistula pleurokutaneus
Pencegahan • Menjaga kebersihan mulut mencegah kolonisasi bakteri patogen
orofaring
• Infeksi paru akut harus segera diobati sebaik mungkin
Prognosis • Angka mortalitas pasien abses paru pada era preantibiotika mencapai
33-40%
• Pada era antibiotika angka mortalitas abses paru anaerob paru kurang
dari 10%, dan 10-15% memerlukan operasi
• Sekarang, angka penyembuhan mencapai 90 – 95%. Bila diberikan dalam
jangka waktu cukup lama angka kekambuhannya rendah
Pneumoni Aspirasi
Definisi • Salah satu pneumonia bentuk khusus
• Aspirasi : proses terbawanya bahan yang
ada di orofaring pada saat respirasi ke
saluran nafas bawah & bisa menimbulkan
kerusakan parenkim paru
• Kerusakan parenkim paru tergantung
jumlah dan jenis bahan yang teraspirasi&
daya tahan tubuh
Epidemiologi • Lebih sering pada pria usia anak/lansia
• PA pada pasien dari fasilitas kesehatan
jangka panjang 3x > banyak daripada PA
dari komunitas
Faktor Resiko • Penurunan kesadaran yang mengganggu
proses penutupan glottis, reflek batuk,
pembiusan, intoksikasi obat, cedera kepala
(biasa pada lansia& alkoholik)
• Disfagia sekunder akibat penyakit
esophagus (GERD) atau saraf
• Gangguan neurologis seperti demensia,
penyakit Parkinson, miastenia gravis,
sclerosis multiple
• Tindakan mekanik seperti selang
nasogastrik, intubasi trakea, trakeostomi,
bronkoskopi, selang gastrostomy
• Penyakit periodontal
Etiologi • Kuman orofaring biasanya polimikrobial
• Jenis kuman tergantung lokasi di komunitas
atau RS
• Pada komunitas : Streptococcus pneumonia,
Staphylococcus aureus, H. Influenza,
Enterobacter
• Pada nosocomial : pseudomonas aeruginosa
( bakteri gram (-))
• Bila pasien periodontitis berat & sputum
berbau (curiga infeksi anaerob)
• Klasifikasi : Bisa terjadi pada pneumonia
primer
• https://www.cdc.gov/flu/avianflu/