Anda di halaman 1dari 44

BRONKITIS

BRONKIEKTASIS
Dewa Artika
Divisi Paru Bagian Penyakit Dalam
FK – UNUD / RSUP Denpasar
PENDAHULUAN
• Bronkitis ( bronkitis akut ) merupakan peradangan pada
saluran napas atau bronkus, dan merupakan bagian dari
Infeksi Sal.Pernapasan Akut (ISPA )
• Bronkitis kronis adalah bronkitis yang berlangsung kronis,
dimana terjadi batuk disertai pengeluaran dahak berulang
untuk waktu yang lama (3 bulan dalam setahun, dan
terjadi setidaknya 2 tahun ), merupakan bagian dr PPOK.
• Pengertian itis disisni tidak selalu identik dg infeksi ,
karena penyebab utama adalah iritasi mukosa oleh: asap,
debu, rokok, virus, kuman.
BRONKITIS AKUT
• Bronkitis akut atau ISPA adalah radang akut sal.
Pernapasan yang disebabkan oleh bakteri, virus,
riketsia tanpa atau disertai radang parenkim
paru.
• Merupakan kelompok penyakit sbg penyebab
angka absensi tetinggi ( >50% ).
• Insiden tertinggi pada kelompok tertutup spt.
asrama, sekolah. Pada wanita > laki.
• Bila mengenai bayi, anak  berat  kematian
ETIOLOGI
• ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteri
maupun riketsia.
• Infeksi bakteri sering merupakan penyulit ISPA
oleh karena virus dan umumnya disertai
peradangan parenkim.
• Ada banyak virus yang dapat menyebabkan
ISPA, dan masing –masing memberikan
gambaran klinik yang khas.
Orthomyxovirus Influensa Virus A
B
C

Paramyxovirus Para Infkuenza Virus 1 - -4


Metamyxovirus Respiratory syncytial

Adenovirus - 1 - 31
Picorna Virus Rhino Virus 1 – 55
Coxsacki Virus A 1 – 21
Caxsacki Virus B 1–6
Echo Virus 1 - 32

Corona Virus ? ?
PATOGENESA
• Sal. Pernapasan senantiasa terpapar dg dunia
luar. Untuk mengatasinya diperlukan sistem
pertahanan yg efektif seperti ( keutuhan epitel
mukasa dg silianya, macrofag dan anti body ).
• Infeksi bakteri mudah terjadi pada mukosa
yang telah rusak sbg akibat infeksi tertdahulu,
asap rokok, sindroma emotil, terapi O2.
• Penyebaran Infeksi
- Melalui aerosol yang lembut pada saat batuk
- Melalui aerosol yang lebih kasar, waktu
batuk atau bersin.
- melalui kontak langsung atau tak langsung
dari benda yang telah dicemari jasad renik
• Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan
penyebaran virus disekitar hidung kemudian
kedaerah faring, laring, trakea, bronkus.
GAMBARAN KLINIS
• Secara umum sering didapatkan gejala : rinitis,
nyeri tenggorokan batuk berdahak, nyeri retro
sternal, konyungtivitis, suhu badan meningkat,
malaise, mialgia, nyeri kepala, mual, muntah.
• Ada 6 gambaran sindroma ISPA oleh virus
- Sindroma korisa  lebih banyak pada hidung
- Sindroma Faring  sakit menelan, serak
- Sindroma faringo konyungtiva
• Sindroma lainnya
- Sindroma Influenza  meriang, panas, batuk
- Sindroma Herpangina  adanya vesikel
dalam mulut dan faring, panas, nyeri kepala
- Sindroma laringotrakeobronkitis obstruktif
akut (Croup Syndrome)  batuk, sesak,
stridor inspirasi, sianosis dan gejala sistemik.
ISPA OLEH KARENA PENYEBAB LAIN
• Mikoplasma Pneumonia
menyerang semua kelompok umur, penularan terjadi
lewat kontak dalam keluarga/asrama.
Gejala : nasofaringitis, bronkitis, pneumonia
• Psitakosis ornitosis
Menyerang burung, sedang tinja dab air liur burung yang
mengandung jasad renik tsb dapat menginfeksi manusia
lewat saluran napas.
• Demam Q
Disebabkan oleh riketsia gol. Coxiella burnet
DIAGNOSIS
• Gejala klinis
• Ispa oleh karena Virus dapat diperiksa dengan:
1. Biakan virus
Berasal dari sekret hidung dan faring
2. Reaksi serologis
Dapat digunakan reaksi komplemen, reaksi
hambatan hemaglutinasi serta elisa.
3. Diagnostik virus secara langsung
Dengan cara imunofluoresensi RIA, ELISA , dapat
mengidengtifikasi virus.
KOMPLIKASI
• Infeksi bakteri
Beberapa kelompok penyakit ( Co-morbid ) yang
mempermudah infeksi bakteri adalah: Penyakit
jantung, PPOK, Kelainan neurologis, Diabetes,
Ginjal, usia lanjut, wanita hamil.
• Pneumonia oleh karena virus
• Induksi dan peningkatan bronkokonstriksi pada
PPOK. Penderita ini nsering mengalami sesak bila
terkena ISPA
TERAPI
• Hingga saat ini belum ditemukan obat anti
virus, tetapi lebih banyak bersifat simtomatik.
• Antipiretka da analgetika : parasetamol,
• Anti tusif: Codein HCl
• Roburantia
• Istirahat yang cukup
• Obati penyulit : sesak  bronkodilator
infeksi  antibiotika
BRONKITIS KRONIS
• Insiden dan prevalensi, belum ada data pasti
karena merupakan bagian dari PPOK.
• Di NegeriBelanda insidennya adalah 10-15%
pada pria ,5% pada wanita dan 5% pada anak.
• Pada perokok insidennya 4 kali dari bukan
perokok.
• Di Eropah bronkitis kronik dan PPOK ,
kematiannya cukup tinggi terutama didaerah
industri.
PATOLOGI
• Terjadi hipertropi kelenjar mukus dari
trakeobronkial  penyempitan sakuran napas
• Sekresi sel Goblet bertambah dan lebih kental,
yang sering diikuti dg bronkiektasis atau
atelektasis.
• Permukaan bronkus senantiasa terinfeksi
karena mekanisme pembersihan oleh silia
maupun dg mekanisme sekresi hilang.
PATOLOGI
PATOGENESIS
• Biang keladinya terjadi iritasi kronis bronkus.
• Dg iritasi akan terjadi sekresi yg meningkat.
• Iritasi juga menyebabkan penebalan dinding,
sehingga akan terjadi penyempitan lumen.
• Iritasi yang kronis dapat mengganggu gerakan
silia dari epitel bronkus  clearance menurun
sehingga mudah kena infeksi
MANIFESTASI KLINIS
• Bronkitis kronis biasa (simplek),
ditandai dengan batuk dengan dahak mukoid
sepanjang hari, tidak ada kelainan pada pemeriksaan
fisik, rontgen maupun spirometri.
• Bronkitis kronis infektif,
Biasanya disertai eksaserbasi akut pada musim
tertentu, sputum menjadi purulen, sering di- sertai
sesak, pem. fisik terdengar ronki, wheezing. Periode
awal infeksi merupakan titik tolak adanya obstruksi
jalan napas.
• Bronkitis kronis obstruktif
Merupakan perkembangan berikutnya dengan
adanya sesak napas yang menetap bervariasi
sedang sampai berat dengan ronki dan
wheezing yang selalu dapat terdengar.
Obstruksi jalan napas dapat terjadi pada
penderita ini tanpa adanya tanda-tanda infeksi
yang jelas.
DIAGNOSIS
• Untuk menegakkan diagnosis, yang paling penting
adalah klinis atau gejala dan pemeriksaan fisik.
• Pada pemeriksaan radiologis, sering didapatkan
bayangan bronkovascular yang meningkat
• Pada pemeriksaan spirometri didapatkan tanda-
tanda obstruksi ( FEV1 < 80% dan FEV1/FVC < 70
%) terutama yang jenis obstruktif
RADIOLOGIS
DIAGNOSIS BANDING
• Asma bronkiale, dimana terjadi penyempitan
saluran napas karena mekanisme inflamasi
atau alergi.
• Emfisema, dimana terjadi pelebaran alveoli
sehingga keluhan utama adalah sesak napas.
• Bronkiektasis, terjadi pelebaran bronkus
sedang, dan jelas kelihatan pada pemeriksaan
radiologis
KOMPLIKASI
• Sering terjadi infeksi
Karena hilangnya pertahanan melalui
pembersihan silia atau sekresi kelenjar
mukosa terhambat oleh mukus yang kental
• Bronkiektasis
Karena terjadi obstruksi disebelah proksimal
oleh penebalan mukosa bronkus.
• Emfisema
PENGOBATAN
• Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan
sekret, memberikan bronkodilator bila sesak
dan mengatasi infeksi yang terjadi.
• Untuk mengeluarkan sekrit, dapat diberikan
obat ekspektoran atau chest fisioterapi.
• Bronkodilator dapat diberikan golongan B2
agonis, teofilin atau ipratropium bromid.
• Bila terjadi infeksi, dapat diberi antibiotika.
BRONKIEKTASIS
• Bronkiektasis ( BE ) adalah pelebaran atau dilatasi
bronkus dan permanen sbg akibat kerusakan
strukur dinding atau bgn elastiko muskuler bronkus.
• Sering tidak berdiri sendiri tetapi merupakan
sebagian dari suatu sindrom atau sbg akibat dari
kelainan paru yg lain.
• Pada bronkus yg rusak, akan kehilangan fleksibilitas,
begitu juga terdapat luka, yg me nyebabkan infeksi
dan jaringan parut.
• Di USA terdapat peningkatan dari BE. Tetapi
belum ada angka yang pasti.
• Di RSUD Dr. Sutomo, BE merupakan kelainan
no.7 terbanyak dari penderita rawat inap
selama periode 1979-1985 dan no. 6 th 1987
• BE didapatkan pada 221 dari 11018 (1,01)
penderita.
ETIOLOGI
• Sebagai Akibat infeksi paru : Pertusis,
Pneumonia, TB Paru.
• Obstruksi bronkus oleh benda asing, tumor,
kelenjar limfe.
• Atelektasis
• Kelainan kongenital spt. Sindroma Kartagener
yg terdiri dari: Bronkiektasis, Sinusitis, dan
dektro kardia.
PATOGENESIS
• Faktor radang dan nekrosis.
Radang saluran napas menyebabkan silia dari
epitel tidak berfungsi. Epitel kolumnar
mengalami degenerasi menjadi epitel bertatah
elemen cartilago muskularis mengalami nekrosis,
jaringan elastis mengalami kerusakan
shg dinding bronkus menjadi lemah, melebar
dan sifatnya permanen. Bila ulcerasi pada p.
darah, dapat terjadi perdarahan berulang
• Faktor Mekanis
- Distensi mekanis sbg akibat dinding bronkus
yang lemah, sekrit yang menumpuk, adanya
tumor, atau pembesaran kelenjar limfe.
- Peningkatan tekanan intra bronkial distal dari
penyempitan akibat batuk.
- Penarikan dinding bronkus ok fibrosis jar. paru
GAMBARAN KLINIS
• Batuk produktif yg bersifat menahun disertai
dahak purulen dalam jumlah banyak. Bila
diperhatikan, akan tampak 3 lapisan; buih
paling atas diikuti dg saliva dan pus.
• Ekspektorasi timbul dg perubahan posisi, misal
baru bangun, miring kiri atau kanan.
• Batuk darah, terjadi pada 50% penderita, sering
perdarahan cukup banyak tetapi tidak fatal
• Sering timbul panas badan sbg akibat infeksi.
• Dapat timbul sesak napas, bila ada stagnasi
sputum yang luas pada saluran napas dan
peradangan akut.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan, penderita
kurang gizi, anemia dispneu, kadan sianosis,
sering didapatkan jari tabuh. Pada auskultasi
didapatkan ronki basah kasar dilobus inferior,
yang merupakan tanda khas dari bronkiektasis
KLASIFIKASI
• Berdasarkan hasil radiologi ( Bronkografi) :
- Cilinder
Bentuk pelebaran seperti silinder
- Varicoid
Bentuk pelebaran seperti varicous
- Sacculer
Bentuk pelebaran seperti sacus.
DIAGNOSIS
• Klinis
Didapatkan keluhan batuk kronis dg dahak
terutama pagi hari dan berlapis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan ronki basah
kasar dibagian basal paru
• Pemeriksaan
yang penting adalah pemeriksaan radiologis,
disamping pemeriksaan lain
PEMERIKSAAN
• Laboratorium
Tidak khas, Hb bisa rendah, leukositosis dg LED yang tinggi
bila ada infeksi sekunder.
• Radiologi
Tampak infiltrat dibagian basal dg daerah radiolusen multipel
shg menyerupai sarang tawon ( honey comb appearance )
Pada Bronkografi, tampak pelebaran bronkus, dan
merupakan diagnosis pasti, tapi sudah ditinggalkan.
Sekarang yang sering dipakai adalah pemeriksaan CT Scan 
tampak pelebaran.
• Bronkoskopi
Tidak bisa digunakan untuk melihat ektasis,
tetapi dapat untuk melihat adanya tumor atau
benda asing, sumber atau lokasi perdarahan.
• Pemeriksaan faal paru
Dapat untuk melihat apakah sudah ada
restriksi atau obstruksi akibat proses
bronkiektasis.
RADIOLOGI
DIAGNOSIS BANDING
• Bronkitis kronis
Pada pem. Ro, tidak ada pelebaran bronkus
• TB Paru
Dibedakan dg pem. Klinis, Ro, Sputum BTA
• Abses Paru
Pada pem.Ro, tampak cavitas dg air fluid level
• Tumor Paru
Dapat terlihat masa tumor pada pem. Ro, dan
diagnosis pasti dg sitologi atau histopatologi.
PENATALAKSANAAN
• Konservatif
- Mengobati penyakit dasar
- Drainase postural
- Penggunaan antibiotika yang tepat dan cepat
- Mokolitik dan ekspektoran
• Suportif
- Memperbaiki keadaan umum
- Psikoterapi, karena sering terdapat depresi
• Pembedahan
Paling ideal dilakukan reseksi pada bagian
yang sakit.
- Indikasi : batuk darah berulang, proses
ektasis lokal atau soliter.
- Kontra indikasi : proses ektasis difus, faal
paru yang jelek
PROGNOSIS
• Tergantung dari penyebab, lokasi, luas proses,
derajat gangguan faal paru dan adanya
penyulit.
• Penggunaan antibiotika yang tepat dan
tindakan bedah.
• Pada anak atau dewasa muda, tanpa
pengobatan yang tepat, penderita sering
meninggal pada usia <40 th, karena penyulit.
PENCEGAHAN
• Vaksinasi terhadap pertusis dan morbili.
• Bila ada obstruksi bronkus, supaya segera
ditanggulangi
• Higiene saluran napas, udara pernapasan
bebas polusi
• Segera hentikan rokok.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai