pada
tersusun manusia
sejumlah saluran atas
udara yang bermula
dari hidung, faring,
laring,
trakea, bronkus,
bronkiolus dan
berakhir di alveolus.
• Sistem pernafasan
dibagi dua, yaitu
• Pneumonia adalah bagian dari infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) tepatnya saluran
pernafasan bagian bawah.
• WHO (1999) : Infeksi saluran nafas bawah
merupakan penyebab kematian tertinggi
akibat penyakit infeksi di diduia.
• Depkes RI (2001) merupakan urutan ke 2
penyebab kematian di Indonesia dan
Penyumbang angka kematian terbesar karena
ISPA ini adalah pneumonia.
Menurut Price (1995), Pneumonia merupakan
peradangan akut parenkim paru-paru yang
biasanya berasal dari suatu infeksi.
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(2003), Pneumonia Secara kinis pneumonia
didefinisikan sebagai suatu peradangan paru
yang disebabkan oleh mikroorganisme
(bakteri, virus, jamur, parasit).
Menurut Sectish (2004), pneumonia adalah
suatu peradangan pada parenkim paru. (5).
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung
jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi
"inflame" dan terisi oleh cairan
• Bayi dan balita
Di indonesia menurut Survey Kesehatan
rumah Tangga tahun 2001 terdapat 5
kasus diantara 1000 bayi/ balita setara
dengan 1 bayi/ balita tiap 5 menit. Dengan
angka kematian Pneumonia pada balita
diperkirakan mencapai 21 % (Unicef,
2006).
Diseluruh dunia WHO memperkirakan
hampir 1,5 juta anak balita meninggal
• Dewasa
Di Inggris sekitar 6 kasus untuk setiap 1000
orang untuk kelompok usia 18-39. Bagi yang
berusia 75 tahun keatas meningkat menjadi
75 kasus untuk setiap 1000 orang. Sedangkan
angka kematiannya adalah sekitar 5-10%.
SEAMIC Healt Statistic (2001) influenza dan
pneumonia merupakan penyebab kematian
no 6 di Indonesia, dan menempati peringkat
ke 4 dari 10 penyakit terbanyak yang dirawat
pertahun.
A. Penyebab Pneumonia
Bakteri
Bakteri merupakan penyebab umum, diantaranya:
A. Streptococcus pneumoniae : Pneumonia Pneumokokus
B. Legionella pneumophila : Pneumonia Legionela
C.Streptococcus pyogenes (Streptococcus group
A): Pneumonia Streptokokus grup A
A B C
Virus
Cytomegalovirus, Influenza, parainfluenza
Jamur
Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis
Protozoa
Pneumocytis carini
Aspirasi
cairan, cairan lambung
Inhalasi
Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas
B. Faktor Resiko
Secara umum
• Penderita HIV/AIDS
• Penderita penyakit kronik
• Pernah/rutin menjalani
kemoterapy (chemotherapy)
• Meminum obat golongan
Immunosupressant
dalam waktu lama
• Perokok dan peminum
alkohol
• Pasien yang berada di ruang
perawatan intensive (ICU/ICCU)
• Menghirup udara tercemar
polusi zat kemikal.
• Pasien yang lama
Khusus pada
Anak
Umur
Status Gizi
Status Imunisasi
Campak
Berat Badan Lahir
Rendah
Faktor Pendidikan Ibu
dan Pengetahuan
Ibu
Faktor Lingkungan
seperti Polusi Asap
Rokok dan Kepadatan
hunian kamar
Kondisi Ekonomi
Berdasarkan
Penyebab
Berdasarkan
Berdasarkan
Klinis dan
Dinkes
Epidemiologis
2002
Berdasarkan
Predileksi Infeksi
Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur
< 2 bulan
– Pneumonia berat,
adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan
sebanyak 60 kali per menit atau lebih atau adanya
tarikan yang kuat pada dinding dada bagian
bawah ke dalam.
– Pneumonia
bila batuk dan kesukaran bernafas disertai adanya
nafas sesuai umur. Batas nafas cepat, usia 2
bulan 50 kali per menit,
– Bukan Pneumonia, batuk pilek biasa yang tidak
menunjukan gejala peningkatan frekuensi nafas.
Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur 2
bulan s/d < 5 tahun
– Pneumonia berat,
adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai
nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam.
– Pneumonia,
bila batuk dan kesukaran bernafas disertai adanya
nafas sesuai umur. nafas cepat, usia 2 bulan
s/d <1 tahun 50 kali per menit, untuk usia 1 tahun
s/d <5 tahun 40 kali per menit.
– Bukan pneumonia, batuk pilek biasa tidak ada
tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada
nafas cepat.
Pneumonia bakterial / tipikal, yaitu disebabkan
oleh bakteri yang responsif terhadap antibiotik
betalaktam.
Pneumonia atipikal, pneumonia yang disebabkan
oleh mikroorganisme yang tidak dapat
diidentifikasi dengan teknik diagnostik standar
pneumonia pada umumnya dan tidak
menunjukkan respon terhadap antibiotik b-laktam.
Pneumonia virus yang umumnya sulit dibedakan
antara pneumonia ini dengan pneumonia bakteri.
Pneumonia jamur sering merupakan infeksi
sekunder.
• Pneumonia komuniti (community-acquired
pneumonia). Pneumonia yang didapat diluar
institusi kesehatan, bisa dimulai dari penyakit
pernafasan umum dan berkembang menjadi
pneumonia. Paling sering disebabkan oleh
S.pneumoniae
• Pneumonia nosokomial, (hospital-
acquired
pneumonia/nosocomial pneumonia).
Pneumonia yang didapat dari institusi kesehatan
seperti rumah sakit, klinik dll.
• Pneumonia aspirasi. Pneumonia terjadi ketika
ada partikel asing yang terhisap.
• Pneumonia pada penderita
immunocompromised
CAP
FAKTOR RESIKO
1. Geriatri
2. Pediatrik <5 th
3. Perokok
4. Pasien dengan masalah cardiac, pulmonari renal dan
imuno supresi karena penyakit tersebut
5. Lingkungan
TERAPI CAP
CAP TIDAK PARAHM(TX 7-10 HARI)
AMOX 500MG 3X SEHARI
ERITROMISIN 500MG 4 X SEHARI
JIKA ALERGI PENISILIN
ERITROMISIN 500 MG 4 X SEHARI ATAU CLARITROMISIN
500MG 2 X SEEHARI
CAP PARAH
BAWA KE RS UNTUK PENANGANAN LANJUTAN..
Pneumonia lobaris.
Memiliki 4 stadium ;
• Kongesti = dimana adanya proliferasi cepat dari bakteri
dengan peningkatan vaskularisasi dan eksudasi serius
sehingga lobus yang terkena akan berat merah dan
penuh dengan cairan, susunan alveolar masih tampak.
• Hepatisasi merah = rongga udara dipenuhi dengan
eksudat yang berakibat konsolidasi kongestif yang
menyerupai hepar pada paru
• Hepatisasi kelabu = melibatkan desintegrasi progresif Gambaran makroskopik
dari leukosit dan eritrodit bersamaan dengan pneumonia lobaris dengan
penumpukan terus menerus dari fibrin diantara alveoli, hepatitis abu abu.lobus
parenkim paru kering dan menyerupai hepar. bawah mengalami
• Resolusi = mengikuti kasus yang tanpa konsolidasi yg merata
dimana eksudat yang mengalami konsolidasi diantara
komplikasi
rongga alveoli dicerna secara enzimatis yang diserap
kembali atau dibersihkan dengan batuk. Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah
sampai basah sampai pulih mencapai keadaan normal.
Bronchopneumonia = Bercak-bercak infiltrat luas
(inflamasi parenkim & sal. Respiratorik)
Terbentuk
sekret virulen
Sekret berlebih
Inflamasi turun
ke alveoli
• Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di
udara dihirup,tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran
darah ketika ada infeksi pada bagian lain dari tubuh.
Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas
seperti hidung,mulut,dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju
alveoli.
Setelah memasuki alveoli akan merangsang mekanisme pertahanan
tubuh, bakteri mungkin menginvasi ruangan diantara sel dan diantara
alveoli melalui rongga penghubung.
Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah
tipe dari pertahanan sel darah putih menuju paru.
Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang berlawanan dan
mereka juga melepaskan cytokin yang menyebabkan aktivasi umum dari
sistem imun.
Selanjutnya neutrophil,bakteri,dan cairan dari sekeliling pembuluh darah
mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen.
• Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak.Biasanya virus
masuk kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui
mulut dan hidung.
Setelah masuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering
menunjukan kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau
melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis.
Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi
kerusakan paru.
Sel darah putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin
yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli.
Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi
pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah.
Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru,banyak virus merusak
organ
lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu.
Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk
alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan komplikasi dari
pneumonia yang disebabkan oleh virus.
• Jamur
patofisiologi dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip
dengan pneumonia yang disebabkan bakteri,Pneumonia yang
disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin terjadi pada
individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS,obat-
obatan imunosupresif atau masalah kesehatan lain.
• Parasit
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-
paru.Parasit ini secara khas memasuki tubuh melalui kulit atau
dengan ditelan.Setelah memasuki tubuh,mereka berjalan menuju
paru-paru,biasanya melalui darah.Terdapat seperti pada pneumonia
tipe lain ,kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun yang
menyebabkan ganguan transportasi oksigen.Salah satu tipe dari sel
darah putih,eosinofil berespon dengan dahsyat terhadap infeksi
parasit.Eosinofil pada paru-paru dapat menyebabkan pneumonia.
• Sebagian besar gambaran klinis pneumonia berkisar
antara ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan
saja.
• Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan
mungkin terdapat komplikasi sehingga
memerlukan perawatan di Rumah sakit.
• Membedakan manifestasi klinik pneumonia
berdasarkan
penyebab sampai saat ini bukanlah suatu hal yang mudah oleh
penyebab yang berlainan karena sering menimbulkan
gejala
klinik yang hampir mirip dan tidak ada yang spesifik.
Gejala klinik umumnya tergantung kepada umur pasien.
Gejala Infeksi Umum
• Demam diatas 380 C
dan menggigil,
delirium
• Sakit kepala
• Gelisah
• Malaise
• Penurunan nafsu
makan
• Keluhan
gastrointestinal
seperti mual dan
muntah
• diaforesis
Gejala Gangguan Respiratori
- batuk kental produktif
- sesak nafas
- nyeri dada
- sianosis pada bibir dan dibawah kuku
- takipnea
- suara nafas lemah
Pada Neonatus dan Bayi Kecil
- Tidak mau minum
- takikardia atau bradikardia
- Retraksi subkosta ( chest indrawing )
Gambaran klinis
• Anamnesis
Adanya beberapa manifestasi klinis yang
muncul seperti yangdigambarkan
sebelumnya.
• Pemeriksaan Fisik
terutama di dada tergantung dari luas lesi di
paru dapat terlihat bagian yang sakit
tertinggal waktu bernafas, pasa palpasi
fremitus dapat mengeras, pada perkusi
redup.dengan menggunakan stetoskop akan
terdengar suara Ronki
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan radiologis
Foto toraks (PA/lateral)
merupakan
pemeriksaan
penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis.
Foto toraks saja tidak
dapat secara khas
menentukan penyebab
pneumonia, hanya
merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi.
• Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya lebih dari10.000/ul kadang-kadang mencapai
30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED.
• Pemeriksaan Bakteriologis
diperlukan pemeriksaan sputum
• Pemeriksaan khusus
Kultur darah didapatkan bila titer antibodi tinggi atau ada
kenaikan 4 x.
Analisis gas darah menunjukkan hipoksia dan kebutuhan
oksigen.Pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik.
Pemeriksaan memekai PCR, juga pemeriksaan serologi.
Dapat dilakukan dengan menggunakan sistem
skor Pneumonia Patient Outcome Research Team (PORT)
Kriteria minor: Kriteria mayor :
•Frekuensi napas > •Membutuhkan ventilasi
30/menit
mekanik
•Pa02/FiO2kurang dari
• Infiltrat bertambah >
250 mmHg
•Foto toraks paru 50%
menunjukkan kelainan •Membutuhkan vasopresor >
bilateral 4 jam (septik syok)
•Foto toraks paru •Kreatinin serum > 2 mg/dl
melibatkan > 2 lobus atau peningkatan > 2 mg/dI,
•Tekanan sistolik < 90 pada penderita riwayat
mmHg
penyakit ginjal atau gagal
•Tekanan diastolik < 60
mmHg ginjal yang membutuhkan
Berdasar kesepakatan PDPI, kriteria yang dipakai untuk
indikasi rawat inap pneumonia komuniti adalah :
1. Skor PORT lebih dari 70
2. Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap
perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu dari kriteria
dibawah ini.
• Frekuensi napas > 30/menit
• Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg
• Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
• Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
Tekanan sistolik < 90 mmHg
Tekanan diastolik < 60 mmHg
3. Pneumonia pada pengguna NAPZA
Kriteria perawatan intensif
Penderita yang memerlukan perawatan di Ruang
Rawat Intensif adalah penderita yang mempunyai
paling sedikit 1 dari 2 gejala mayor tertentu
(membutuhkan ventalasi mekanik dan
membutuhkan vasopressor > 4 jam [syok sptik])
atau 2 dari 3 gejala minor tertentu (Pa02/FiO2
kurang dari 250 mmHg, foto toraks paru
menunjukkan kelainan bilateral, dan tekanan
sistolik < 90 mmHg).
Kriteria minor dan mayor yang lain bukan
merupakan indikasi untuk perawatan Ruang Rawat
Intensif.
Efusi pleura Atelektasis
Empiema Perikarditis
Abses paru Hipotensi
PneumothoraksDelirium
Gagal napas Asidosis metabolik
Sepsis Dehidrasi
Hipoksemia Meningitis
Pneumonia
kronik
Bronkaltasi
s
Terapi non Farmaka (Pencegahan)
• Vaksinasi (vaksin Pneumokokal dan influenza)
• Menerapkan pola hidup sehat ( Mencuci
tangan, agar terhindar dari kuman penyakit
penyebab radang paru, Tidak merokok,
Mengatur pola makan)
• Penderita melindungi orang lain dari penyakit
ini dengan cara menggunakan penutup
mulut dan batuk ditutupi sapu tangan
• Pemberian ASI pada bayi, menghindarkannya
dari kontak dengan penderita ISPA
Terapi Suportif
• Fisioterapi dada
• Pengendalian demam
• Terapi Oksigen
• Nebulizer
• Ventilasi mekanis
• Pemberian Cairan dan Nutrisi
Terapi Farmaka
A. Antibiotik empirik dan antibiotik spektrum luas.
Pemberian antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya
berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya, akan
tetapi karena beberapa alasan yaitu :
• penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
• bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia.
• hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.
maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris.
B. Inotropik kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi.
C. Kortikosteroid yang diberikan pada keadaan sepsis berat.
D. Penggunaan obat – obat lain untuk membantu mengurangi nyeri, demam
dan sakit kepala dianjurkan. Sedangkan pemberian obat anti (penekan) batuk
di anjurkan dengan dosis rendah hanya cukup membuat penderita
Pneumonia bisa beristirahat tidur, Karena batuk juga akan membantu proses
pembersihan secresi mucossa (riak/dahak) diparu-paru.
Target dari Terapi
• Eradiksi pathogen dan penyembuhan klinis
• Menurunkan morbiditas
Penatalaksanaan
• Dalam hal terapi pengobatan pneumonia ini
perlu diperhatikan keadaan klinisnya,bila
keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi
rawat dapat diobati di rumah.
• Juga diperhatikan ada tidaknya faktor
modifikasi yaitu keadaan yang dapat
meningkatkan risiko infeksi.
Pneumokokus resisten terhadap penisilin
• Umur lebih dari 65 tahun
• Memakai obat-obat golongan P laktam selama tiga bulan terakhir
• Pecandu alkohol
• Penyakit gangguan kekebalan
• Penyakit penyerta yang multipel
Bakteri enterik Gram negatif
• Penghuni rumah jompo
• Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru
• Mempunyai kelainan penyakit yang multipel
• Riwayat pengobatan antibiotik
Pseudomonas aeruginosa
• Bronkiektasis
• Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
• Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir
• Gizi kurang
Penderita rawat jalan
• Pengobatan suportif / simptomatik
- Istirahat di tempat tidur
- Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
- Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
- Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
• Pemberian antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8
jam
Penderita rawat inap di ruang rawat biasa
• Pengobatan suportif / simptomatik
- Pemberian terapi oksigen
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik
• Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8
jam
Penderita rawat inap di ruang rawat intensif
• Pengobatan suportif / simptomatik
- Pemberian terapi oksigen
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori
dan elektrolit
- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik,
mukolitik
• Pengobatan antibiotik (sesuai bagan.) kurang dari 8
jam
• Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator
mekanik
Apabila dengan pengobatan secara empiris tidak ada
perbaikan atau memburuk maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji
sensitivitas.
• Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan
obat suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan, hal ini untuk
mengurangi biaya perawatan dan mencegah infeksi nosokomial.
• Perubahan obat suntik ke oral harus memperhatikan ketersediaan
antibiotik yang diberikan secara iv dan antibiotik oral yang efektivitinya
mampu mengimbangi efektiviti antibiotik iv yang telah digunakan.
• Perubahan ini dapat diberikan secara sequential (obat sama, potensi
sama), switch over (obat berbeda, potensi sama) dan step down (obat
sama atau berbeda, potensi lebih rendah).
• Contoh terapi sekuensial: levofioksasin, moksifloksasin, gatifloksasin
• Contoh switch over : seftasidin iv ke siprofloksasin oral
• Contoh step down amoksisilin, sefuroksim, sefotaksim iv ke cefiksim oral.
• Obat suntik dapat diberikan 2-3 hari, paling aman 3 hari,
kemudian pada hari ke 4 diganti obat oral dan penderita
dapat berobat jalan.
• Kriteria untuk perubahan obat suntik ke oral pada
pneumonia :
• Tidak ada indikasi untuk pemberian suntikan lagi
• Tidak ada kelainan pada penyerapan saluran cerna
• Penderita sudah tidak panas ± 8 jam
• Gejala klinik membaik (mis : frekuensi pernapasan, batuk)
• Leukosit menuju normal/normal
Golongan Penisillin
Indikasi : pneumonia yang di sebabkan oleh Streptococcus
pneumonia Mekanisme kerja : Bakterisid dengan cara
menghambat sintesis dinding sel.
Berdifusi baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi
kedalam cairan otak kurang kecuali jika ada infeksi.
Diekskresikan kedalam urin dalam dosis terapeutik.
Dengan probenesid dapat menghambat ekskresi
sehingga
kadar penisillin dalam darah lebih tinggi dan masa kerjanya
lebih panjang.
Efek samping : reaksi yang dapat menimbulkan urtikaria,
dan
reaksi anafilaksis dapat menjadi fatal, ensefaloti akibat
iritasi
serebral sangat jarang namun serius.
Untuk floksasilin dapat terjadi ikterus kolestatik hingga
beberapa minggu setelah pengobatan.
N Golongan Penisillin Dosis Oral Dosis Parenteral
o
1 Benzilpenisilin dan Fenoksimetilpenisilin Im, infus dewasa = 1,2 -2,4 g/hari dalam
Fenoksimetilpenisili Dewasa = 500-750mg dosis terbagi 4
n tiap 6 jam Bayi prematur dan neonatal = 50 mg/kg
Anak sampai 1 tahun dalam dosis terbagi 2
= 62,5mg tiap 6 jam Bayi 1 – 4 minggu = 75mg/kg/hari dalam
Anak 1-5 tahun = 125 dosis terbagi 3
mg tiap 6 jam Anak 1 – 12 tahun = 100 mg/kg/hari
Anak 6-12 tahun = dalam dosis terbagi 4
250 mg tiap 6
jam
2 Penisillin tahan
Penisilinase
Kloksasilin 500 mg tiap 6 jam, 30 Im = 250 mg tiap 4-6 jam
menit sebelum Infus = 500 mg tiap 4-6 jam
makan
Flukloksasilin 250 mg tiap 6 jam, 30 Infus = 0,25 – 1 g tiap 6 jam
menit sebelum
makan
3 Penisillin Spektrum
Luas
Ampisilin 0,25 -1 g tiap 6 jam 30 5000 mg tiap 4-6 jam
menit sebelum
makan
Amoksisilin 250-500 mg tiap 8 jam Im = 500 mg tiap 8 jam
Iv = 500 mg – 1g tiap 8 jam
Co Amoksiklav Sama dengan
( Amoksisilin dan amoksisilin
Asam
klavulanat )
4 Penisilin
Antipseudomonas
Piperasilin Im/ iv = 100 -150 mg/kg/hari dalam dosis
terbagi
Infeksi berat = 200-300mg/kg/hari
sulbenisilin Dewasa = 2-4 g/hari
Anak = 40-80 mg/hari bisa im atau iv dibagi
dalam 2 kali
Tikarsilin Infus = 15-20 g perhari dalam dosis terbagi
Sefalosforin dan Antibiotik betalaktam lainnya
• Sefalosforin
Generasi pertama aktif terhadap kuman gram positif (Sefaleksin,
sefradin, sefadroksil), aktif untuk peroral dan aman selama masa
kehamilan.
Generasi kedua kurang aktif terhadap kuman gram positif tetapi
lebih aktif terhadap bakteri gram negatif, lebih tahan terhadap
penisilinase daripada generasi pertama. (Sefoktisin, Sefuroksim,
Sefamandol)
Generasi ketiga kurang aktif terhadap kuman gram positif
dibandingkan generasi pertama tetapi lebih tahan terhadap
penisilinase.(seftrazidin, seftriakson)
Efek samping : reaksi alergi paling sering terjadi, reaksi
anafilaksis
dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat terjadi, reaksi
silang
dapat terjadi pada alergi penisilin yang berat, sebagai agen
nefrotoksik lemah tetapi nefrotoksik kuat bila dikombinasi
dengan
aminoglikosida, depresi sumsum tulang terutama granulositopenia
jarang terjadi.
NO NAMA ANTIBIOTIK DOSIS ORAL DOSIS PARENTERAL
1 250mg tiap 8 jam
Sefaklor Bayi 1 bulan = 20mg/kg/hari tiap 8
jam
Bayi diatas 1 bulan – 1 tahun = 62,5 mg
tiap 8 jam
Demeklosiklin Hidroklorida 150 mg tiap 6 jam atau 300 Ledermycin (Pharos) kapsul
mg tiap 12 jam 150 mg, 300 mg (K)
Doksisilin 200 mg pada hari pertama, Doxycline (Generik) kapsul
kemudian 100 mg per 100 mg (K), Dotur, Doxin,
hari. Pada infeksi berat Dumoxin, Interdoxin,
200 mg per hari. Siclidon, Viadoxin, dan
Vibramycin