Anda di halaman 1dari 84

• Sistem pernapasan

pada
tersusun manusia
sejumlah saluran atas
udara yang bermula
dari hidung, faring,
laring,
trakea, bronkus,
bronkiolus dan
berakhir di alveolus.
• Sistem pernafasan
dibagi dua, yaitu
• Pneumonia adalah bagian dari infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) tepatnya saluran
pernafasan bagian bawah.
• WHO (1999) : Infeksi saluran nafas bawah
merupakan penyebab kematian tertinggi
akibat penyakit infeksi di diduia.
• Depkes RI (2001) merupakan urutan ke 2
penyebab kematian di Indonesia dan
Penyumbang angka kematian terbesar karena
ISPA ini adalah pneumonia.
 Menurut Price (1995), Pneumonia merupakan
peradangan akut parenkim paru-paru yang
biasanya berasal dari suatu infeksi.
 Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(2003), Pneumonia Secara kinis pneumonia
didefinisikan sebagai suatu peradangan paru
yang disebabkan oleh mikroorganisme
(bakteri, virus, jamur, parasit).
 Menurut Sectish (2004), pneumonia adalah
suatu peradangan pada parenkim paru. (5).
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung
jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi
"inflame" dan terisi oleh cairan
• Bayi dan balita
Di indonesia menurut Survey Kesehatan
rumah Tangga tahun 2001 terdapat 5
kasus diantara 1000 bayi/ balita setara
dengan 1 bayi/ balita tiap 5 menit. Dengan
angka kematian Pneumonia pada balita
diperkirakan mencapai 21 % (Unicef,
2006).
Diseluruh dunia WHO memperkirakan
hampir 1,5 juta anak balita meninggal
• Dewasa
Di Inggris sekitar 6 kasus untuk setiap 1000
orang untuk kelompok usia 18-39. Bagi yang
berusia 75 tahun keatas meningkat menjadi
75 kasus untuk setiap 1000 orang. Sedangkan
angka kematiannya adalah sekitar 5-10%.
SEAMIC Healt Statistic (2001) influenza dan
pneumonia merupakan penyebab kematian
no 6 di Indonesia, dan menempati peringkat
ke 4 dari 10 penyakit terbanyak yang dirawat
pertahun.
A. Penyebab Pneumonia
 Bakteri
Bakteri merupakan penyebab umum, diantaranya:
A. Streptococcus pneumoniae : Pneumonia Pneumokokus
B. Legionella pneumophila : Pneumonia Legionela
C.Streptococcus pyogenes (Streptococcus group
A): Pneumonia Streptokokus grup A

A B C
 Virus
Cytomegalovirus, Influenza, parainfluenza
 Jamur
Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis
 Protozoa
Pneumocytis carini
 Aspirasi
cairan, cairan lambung
 Inhalasi
Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas
B. Faktor Resiko
 Secara umum
• Penderita HIV/AIDS
• Penderita penyakit kronik
• Pernah/rutin menjalani
kemoterapy (chemotherapy)
• Meminum obat golongan
Immunosupressant
dalam waktu lama
• Perokok dan peminum
alkohol
• Pasien yang berada di ruang
perawatan intensive (ICU/ICCU)
• Menghirup udara tercemar
polusi zat kemikal.
• Pasien yang lama
 Khusus pada
Anak
 Umur
 Status Gizi
 Status Imunisasi
Campak
 Berat Badan Lahir
Rendah
 Faktor Pendidikan Ibu
dan Pengetahuan
Ibu
 Faktor Lingkungan
seperti Polusi Asap
Rokok dan Kepadatan
hunian kamar
 Kondisi Ekonomi
Berdasarkan
Penyebab

Berdasarkan
Berdasarkan
Klinis dan
Dinkes
Epidemiologis
2002

Berdasarkan
Predileksi Infeksi
 Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur
< 2 bulan
– Pneumonia berat,
adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan
sebanyak 60 kali per menit atau lebih atau adanya
tarikan yang kuat pada dinding dada bagian
bawah ke dalam.
– Pneumonia
bila batuk dan kesukaran bernafas disertai adanya
nafas sesuai umur. Batas nafas cepat, usia 2
bulan 50 kali per menit,
– Bukan Pneumonia, batuk pilek biasa yang tidak
menunjukan gejala peningkatan frekuensi nafas.
 Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur 2
bulan s/d < 5 tahun
– Pneumonia berat,
adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai
nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam.
– Pneumonia,
bila batuk dan kesukaran bernafas disertai adanya
nafas sesuai umur. nafas cepat, usia 2 bulan
s/d <1 tahun 50 kali per menit, untuk usia 1 tahun
s/d <5 tahun 40 kali per menit.
– Bukan pneumonia, batuk pilek biasa tidak ada
tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada
nafas cepat.
 Pneumonia bakterial / tipikal, yaitu disebabkan
oleh bakteri yang responsif terhadap antibiotik
betalaktam.
 Pneumonia atipikal, pneumonia yang disebabkan
oleh mikroorganisme yang tidak dapat
diidentifikasi dengan teknik diagnostik standar
pneumonia pada umumnya dan tidak
menunjukkan respon terhadap antibiotik b-laktam.
 Pneumonia virus yang umumnya sulit dibedakan
antara pneumonia ini dengan pneumonia bakteri.
 Pneumonia jamur sering merupakan infeksi
sekunder.
• Pneumonia komuniti (community-acquired
pneumonia). Pneumonia yang didapat diluar
institusi kesehatan, bisa dimulai dari penyakit
pernafasan umum dan berkembang menjadi
pneumonia. Paling sering disebabkan oleh
S.pneumoniae
• Pneumonia nosokomial, (hospital-
acquired
pneumonia/nosocomial pneumonia).
Pneumonia yang didapat dari institusi kesehatan
seperti rumah sakit, klinik dll.
• Pneumonia aspirasi. Pneumonia terjadi ketika
ada partikel asing yang terhisap.
• Pneumonia pada penderita
immunocompromised
CAP

 FAKTOR RESIKO
1. Geriatri
2. Pediatrik <5 th
3. Perokok
4. Pasien dengan masalah cardiac, pulmonari renal dan
imuno supresi karena penyakit tersebut
5. Lingkungan
TERAPI CAP
 CAP TIDAK PARAHM(TX 7-10 HARI)
 AMOX 500MG 3X SEHARI
 ERITROMISIN 500MG 4 X SEHARI
 JIKA ALERGI PENISILIN
 ERITROMISIN 500 MG 4 X SEHARI ATAU CLARITROMISIN
500MG 2 X SEEHARI

 CAP PARAH
 BAWA KE RS UNTUK PENANGANAN LANJUTAN..
Pneumonia lobaris.
Memiliki 4 stadium ;
• Kongesti = dimana adanya proliferasi cepat dari bakteri
dengan peningkatan vaskularisasi dan eksudasi serius
sehingga lobus yang terkena akan berat merah dan
penuh dengan cairan, susunan alveolar masih tampak.
• Hepatisasi merah = rongga udara dipenuhi dengan
eksudat yang berakibat konsolidasi kongestif yang
menyerupai hepar pada paru
• Hepatisasi kelabu = melibatkan desintegrasi progresif Gambaran makroskopik
dari leukosit dan eritrodit bersamaan dengan pneumonia lobaris dengan
penumpukan terus menerus dari fibrin diantara alveoli, hepatitis abu abu.lobus
parenkim paru kering dan menyerupai hepar. bawah mengalami
• Resolusi = mengikuti kasus yang tanpa konsolidasi yg merata
dimana eksudat yang mengalami konsolidasi diantara
komplikasi
rongga alveoli dicerna secara enzimatis yang diserap
kembali atau dibersihkan dengan batuk. Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah
sampai basah sampai pulih mencapai keadaan normal.
 Bronchopneumonia = Bercak-bercak infiltrat luas
(inflamasi parenkim & sal. Respiratorik)

1.) Ditandai adanya


bercak-bercak infiltrat
pada lapangan paru
2.) Dapat disebabkan
bakteri maupun
virus
3.) Sering pada bayi
dan orang tua
4.) Jarang dihubungkan gambaran berbercak dengan penebalan
dengan obstruksi peribronchial. Bercak-bercak tersebut
bronkus berukuran hingga 3-4 cm, batas tidak jelas dan
terdiri dari eksudat yang kaya akan leukosit
dan supuratif.
Pneumonia interstisialis (interstitial pneumonia =
perubahan pada interalveolar dan perivaskular

1.) Proses terjadi mengenai


jaringan interstitium
daripada alevoli atau bronki
2.) Merupakan karakteristik
(tipikal) infeksi oportunistik Reaksi peradangan terlihat
(Cytomegalovirus, terbatas dinding
Pada
transudasi fibrin melalui dinding
alveoli,
Pneumocystis carinii) septa alveoli parah menghasilkan
membran hialin merah
muda yang melapisi dinding
alveoli
Resiko infeksi paru sangat tergantung pada
kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan
merusak permukaan epitel saluran nafas.
Mikroorganisme mencapai saluran pernafasan
bawah melalui beberapa rute :
- Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang
tercemar seperti kontak langsung dengan penderita
melalui percikan ludah sewaktu bicara, bersin dan batuk
dapat memindahkan bakteri ke orang lain
- Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
- Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di
dekat paru-paru
- Aspirasi dari isi orofaringeal
• Dalam keadaan normal saluran pernapasan
bawah adalah steril, karena memiliki mekanisme
perlindungan. Diantaranya adalah barier anatomi
dan barier mekanik, juga sistem pertahanan
tubuh lokal maupun sistemik.
• Pneumonia terjadi apabila mekanisme
perlindungan diatas mengalami gangguan
sehingga kuman patogen dapat mencapai saluran
pernapasan bawah
• Inokulasi patogen pada saluran nafas
menimbulkan respon inflamasi akut yang
berbeda sesuai dengan patogen penyebabnya.
Kuman masuk Mekanisme
ke saluran
napas atas pertahanan
terganggu

Terbentuk
sekret virulen

Sekret berlebih
Inflamasi turun
ke alveoli
• Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di
udara dihirup,tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran
darah ketika ada infeksi pada bagian lain dari tubuh.
Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas
seperti hidung,mulut,dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju
alveoli.
Setelah memasuki alveoli akan merangsang mekanisme pertahanan
tubuh, bakteri mungkin menginvasi ruangan diantara sel dan diantara
alveoli melalui rongga penghubung.
Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah
tipe dari pertahanan sel darah putih menuju paru.
Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang berlawanan dan
mereka juga melepaskan cytokin yang menyebabkan aktivasi umum dari
sistem imun.
Selanjutnya neutrophil,bakteri,dan cairan dari sekeliling pembuluh darah
mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen.
• Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak.Biasanya virus
masuk kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui
mulut dan hidung.
Setelah masuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering
menunjukan kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau
melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis.
Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi
kerusakan paru.
Sel darah putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin
yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli.
Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi
pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah.
Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru,banyak virus merusak
organ
lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu.
Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk
alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan komplikasi dari
pneumonia yang disebabkan oleh virus.
• Jamur
patofisiologi dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip
dengan pneumonia yang disebabkan bakteri,Pneumonia yang
disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin terjadi pada
individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS,obat-
obatan imunosupresif atau masalah kesehatan lain.
• Parasit
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-
paru.Parasit ini secara khas memasuki tubuh melalui kulit atau
dengan ditelan.Setelah memasuki tubuh,mereka berjalan menuju
paru-paru,biasanya melalui darah.Terdapat seperti pada pneumonia
tipe lain ,kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun yang
menyebabkan ganguan transportasi oksigen.Salah satu tipe dari sel
darah putih,eosinofil berespon dengan dahsyat terhadap infeksi
parasit.Eosinofil pada paru-paru dapat menyebabkan pneumonia.
• Sebagian besar gambaran klinis pneumonia berkisar
antara ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan
saja.
• Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan
mungkin terdapat komplikasi sehingga
memerlukan perawatan di Rumah sakit.
• Membedakan manifestasi klinik pneumonia
berdasarkan
penyebab sampai saat ini bukanlah suatu hal yang mudah oleh
penyebab yang berlainan karena sering menimbulkan
gejala
klinik yang hampir mirip dan tidak ada yang spesifik.
Gejala klinik umumnya tergantung kepada umur pasien.
Gejala Infeksi Umum
• Demam diatas 380 C
dan menggigil,
delirium
• Sakit kepala
• Gelisah
• Malaise
• Penurunan nafsu
makan
• Keluhan
gastrointestinal
seperti mual dan
muntah
• diaforesis
 Gejala Gangguan Respiratori
- batuk kental produktif
- sesak nafas
- nyeri dada
- sianosis pada bibir dan dibawah kuku
- takipnea
- suara nafas lemah
 Pada Neonatus dan Bayi Kecil
- Tidak mau minum
- takikardia atau bradikardia
- Retraksi subkosta ( chest indrawing )
 Gambaran klinis
• Anamnesis
Adanya beberapa manifestasi klinis yang
muncul seperti yangdigambarkan
sebelumnya.
• Pemeriksaan Fisik
terutama di dada tergantung dari luas lesi di
paru dapat terlihat bagian yang sakit
tertinggal waktu bernafas, pasa palpasi
fremitus dapat mengeras, pada perkusi
redup.dengan menggunakan stetoskop akan
terdengar suara Ronki
 Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan radiologis
Foto toraks (PA/lateral)
merupakan
pemeriksaan
penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis.
Foto toraks saja tidak
dapat secara khas
menentukan penyebab
pneumonia, hanya
merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi.
• Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya lebih dari10.000/ul kadang-kadang mencapai
30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED.
• Pemeriksaan Bakteriologis
diperlukan pemeriksaan sputum
• Pemeriksaan khusus
Kultur darah didapatkan bila titer antibodi tinggi atau ada
kenaikan 4 x.
Analisis gas darah menunjukkan hipoksia dan kebutuhan
oksigen.Pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik.
Pemeriksaan memekai PCR, juga pemeriksaan serologi.
Dapat dilakukan dengan menggunakan sistem
skor Pneumonia Patient Outcome Research Team (PORT)
Kriteria minor: Kriteria mayor :
•Frekuensi napas > •Membutuhkan ventilasi
30/menit
mekanik
•Pa02/FiO2kurang dari
• Infiltrat bertambah >
250 mmHg
•Foto toraks paru 50%
menunjukkan kelainan •Membutuhkan vasopresor >
bilateral 4 jam (septik syok)
•Foto toraks paru •Kreatinin serum > 2 mg/dl
melibatkan > 2 lobus atau peningkatan > 2 mg/dI,
•Tekanan sistolik < 90 pada penderita riwayat
mmHg
penyakit ginjal atau gagal
•Tekanan diastolik < 60
mmHg ginjal yang membutuhkan
Berdasar kesepakatan PDPI, kriteria yang dipakai untuk
indikasi rawat inap pneumonia komuniti adalah :
1. Skor PORT lebih dari 70
2. Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap
perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu dari kriteria
dibawah ini.
• Frekuensi napas > 30/menit
• Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg
• Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
• Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
Tekanan sistolik < 90 mmHg
Tekanan diastolik < 60 mmHg
3. Pneumonia pada pengguna NAPZA
Kriteria perawatan intensif
Penderita yang memerlukan perawatan di Ruang
Rawat Intensif adalah penderita yang mempunyai
paling sedikit 1 dari 2 gejala mayor tertentu
(membutuhkan ventalasi mekanik dan
membutuhkan vasopressor > 4 jam [syok sptik])
atau 2 dari 3 gejala minor tertentu (Pa02/FiO2
kurang dari 250 mmHg, foto toraks paru
menunjukkan kelainan bilateral, dan tekanan
sistolik < 90 mmHg).
Kriteria minor dan mayor yang lain bukan
merupakan indikasi untuk perawatan Ruang Rawat
Intensif.
 Efusi pleura  Atelektasis
 Empiema  Perikarditis
 Abses paru  Hipotensi
 PneumothoraksDelirium
 Gagal napas  Asidosis metabolik
 Sepsis  Dehidrasi
Hipoksemia  Meningitis
Pneumonia
kronik
Bronkaltasi
s
 Terapi non Farmaka (Pencegahan)
• Vaksinasi (vaksin Pneumokokal dan influenza)
• Menerapkan pola hidup sehat ( Mencuci
tangan, agar terhindar dari kuman penyakit
penyebab radang paru, Tidak merokok,
Mengatur pola makan)
• Penderita melindungi orang lain dari penyakit
ini dengan cara menggunakan penutup
mulut dan batuk ditutupi sapu tangan
• Pemberian ASI pada bayi, menghindarkannya
dari kontak dengan penderita ISPA
 Terapi Suportif
• Fisioterapi dada
• Pengendalian demam
• Terapi Oksigen
• Nebulizer
• Ventilasi mekanis
• Pemberian Cairan dan Nutrisi
 Terapi Farmaka
A. Antibiotik empirik dan antibiotik spektrum luas.
Pemberian antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya
berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya, akan
tetapi karena beberapa alasan yaitu :
• penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
• bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia.
• hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.
maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris.
B. Inotropik kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi.
C. Kortikosteroid yang diberikan pada keadaan sepsis berat.
D. Penggunaan obat – obat lain untuk membantu mengurangi nyeri, demam
dan sakit kepala dianjurkan. Sedangkan pemberian obat anti (penekan) batuk
di anjurkan dengan dosis rendah hanya cukup membuat penderita
Pneumonia bisa beristirahat tidur, Karena batuk juga akan membantu proses
pembersihan secresi mucossa (riak/dahak) diparu-paru.
 Target dari Terapi
• Eradiksi pathogen dan penyembuhan klinis
• Menurunkan morbiditas
Penatalaksanaan
• Dalam hal terapi pengobatan pneumonia ini
perlu diperhatikan keadaan klinisnya,bila
keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi
rawat dapat diobati di rumah.
• Juga diperhatikan ada tidaknya faktor
modifikasi yaitu keadaan yang dapat
meningkatkan risiko infeksi.
 Pneumokokus resisten terhadap penisilin
• Umur lebih dari 65 tahun
• Memakai obat-obat golongan P laktam selama tiga bulan terakhir
• Pecandu alkohol
• Penyakit gangguan kekebalan
• Penyakit penyerta yang multipel
 Bakteri enterik Gram negatif
• Penghuni rumah jompo
• Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru
• Mempunyai kelainan penyakit yang multipel
• Riwayat pengobatan antibiotik
 Pseudomonas aeruginosa
• Bronkiektasis
• Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
• Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir
• Gizi kurang
 Penderita rawat jalan
• Pengobatan suportif / simptomatik
- Istirahat di tempat tidur
- Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
- Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
- Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
• Pemberian antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8
jam
 Penderita rawat inap di ruang rawat biasa
• Pengobatan suportif / simptomatik
- Pemberian terapi oksigen
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik
• Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8
jam
 Penderita rawat inap di ruang rawat intensif
• Pengobatan suportif / simptomatik
- Pemberian terapi oksigen
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori
dan elektrolit
- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik,
mukolitik
• Pengobatan antibiotik (sesuai bagan.) kurang dari 8
jam
• Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator
mekanik
 Apabila dengan pengobatan secara empiris tidak ada
perbaikan atau memburuk maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji
sensitivitas.
• Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan
obat suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan, hal ini untuk
mengurangi biaya perawatan dan mencegah infeksi nosokomial.
• Perubahan obat suntik ke oral harus memperhatikan ketersediaan
antibiotik yang diberikan secara iv dan antibiotik oral yang efektivitinya
mampu mengimbangi efektiviti antibiotik iv yang telah digunakan.
• Perubahan ini dapat diberikan secara sequential (obat sama, potensi
sama), switch over (obat berbeda, potensi sama) dan step down (obat
sama atau berbeda, potensi lebih rendah).
• Contoh terapi sekuensial: levofioksasin, moksifloksasin, gatifloksasin
• Contoh switch over : seftasidin iv ke siprofloksasin oral
• Contoh step down amoksisilin, sefuroksim, sefotaksim iv ke cefiksim oral.
• Obat suntik dapat diberikan 2-3 hari, paling aman 3 hari,
kemudian pada hari ke 4 diganti obat oral dan penderita
dapat berobat jalan.
• Kriteria untuk perubahan obat suntik ke oral pada
pneumonia :
• Tidak ada indikasi untuk pemberian suntikan lagi
• Tidak ada kelainan pada penyerapan saluran cerna
• Penderita sudah tidak panas ± 8 jam
• Gejala klinik membaik (mis : frekuensi pernapasan, batuk)
• Leukosit menuju normal/normal
 Golongan Penisillin
Indikasi : pneumonia yang di sebabkan oleh Streptococcus
pneumonia Mekanisme kerja : Bakterisid dengan cara
menghambat sintesis dinding sel.
Berdifusi baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi
kedalam cairan otak kurang kecuali jika ada infeksi.
Diekskresikan kedalam urin dalam dosis terapeutik.
Dengan probenesid dapat menghambat ekskresi
sehingga
kadar penisillin dalam darah lebih tinggi dan masa kerjanya
lebih panjang.
Efek samping : reaksi yang dapat menimbulkan urtikaria,
dan
reaksi anafilaksis dapat menjadi fatal, ensefaloti akibat
iritasi
serebral sangat jarang namun serius.
Untuk floksasilin dapat terjadi ikterus kolestatik hingga
beberapa minggu setelah pengobatan.
N Golongan Penisillin Dosis Oral Dosis Parenteral
o
1 Benzilpenisilin dan Fenoksimetilpenisilin Im, infus dewasa = 1,2 -2,4 g/hari dalam
Fenoksimetilpenisili Dewasa = 500-750mg dosis terbagi 4
n tiap 6 jam Bayi prematur dan neonatal = 50 mg/kg
Anak sampai 1 tahun dalam dosis terbagi 2
= 62,5mg tiap 6 jam Bayi 1 – 4 minggu = 75mg/kg/hari dalam
Anak 1-5 tahun = 125 dosis terbagi 3
mg tiap 6 jam Anak 1 – 12 tahun = 100 mg/kg/hari
Anak 6-12 tahun = dalam dosis terbagi 4
250 mg tiap 6
jam

2 Penisillin tahan
Penisilinase
Kloksasilin 500 mg tiap 6 jam, 30 Im = 250 mg tiap 4-6 jam
menit sebelum Infus = 500 mg tiap 4-6 jam
makan
Flukloksasilin 250 mg tiap 6 jam, 30 Infus = 0,25 – 1 g tiap 6 jam
menit sebelum
makan
3 Penisillin Spektrum
Luas
Ampisilin 0,25 -1 g tiap 6 jam 30 5000 mg tiap 4-6 jam
menit sebelum
makan
Amoksisilin 250-500 mg tiap 8 jam Im = 500 mg tiap 8 jam
Iv = 500 mg – 1g tiap 8 jam
Co Amoksiklav Sama dengan
( Amoksisilin dan amoksisilin
Asam
klavulanat )

4 Penisilin
Antipseudomonas
Piperasilin Im/ iv = 100 -150 mg/kg/hari dalam dosis
terbagi
Infeksi berat = 200-300mg/kg/hari
sulbenisilin Dewasa = 2-4 g/hari
Anak = 40-80 mg/hari bisa im atau iv dibagi
dalam 2 kali
Tikarsilin Infus = 15-20 g perhari dalam dosis terbagi
 Sefalosforin dan Antibiotik betalaktam lainnya
• Sefalosforin
Generasi pertama aktif terhadap kuman gram positif (Sefaleksin,
sefradin, sefadroksil), aktif untuk peroral dan aman selama masa
kehamilan.
Generasi kedua kurang aktif terhadap kuman gram positif tetapi
lebih aktif terhadap bakteri gram negatif, lebih tahan terhadap
penisilinase daripada generasi pertama. (Sefoktisin, Sefuroksim,
Sefamandol)
Generasi ketiga kurang aktif terhadap kuman gram positif
dibandingkan generasi pertama tetapi lebih tahan terhadap
penisilinase.(seftrazidin, seftriakson)
Efek samping : reaksi alergi paling sering terjadi, reaksi
anafilaksis
dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat terjadi, reaksi
silang
dapat terjadi pada alergi penisilin yang berat, sebagai agen
nefrotoksik lemah tetapi nefrotoksik kuat bila dikombinasi
dengan
aminoglikosida, depresi sumsum tulang terutama granulositopenia
jarang terjadi.
NO NAMA ANTIBIOTIK DOSIS ORAL DOSIS PARENTERAL
1 250mg tiap 8 jam
Sefaklor Bayi 1 bulan = 20mg/kg/hari tiap 8
jam
Bayi diatas 1 bulan – 1 tahun = 62,5 mg
tiap 8 jam

2 Sefadroksil Bb > 40 kg = 0,5 – 1 g dua kali sehari


Anak < 1 tahun 25mg/kg/hari dalam
dosis terbagi
Anak 1 – 6 tahun 250 mg dua kali
sehari
Anak > 6 tahun 500 mg dua kali
3 Sefotaksim sehari Im dan infus
1-12 g perhari dalam 2 – 4 kali
pemberian
Neonatus 50mg/kg/hari dalam 2 –
4 kali pemberian
Anak 100-200 mg/kg/hari dalam 2
– 4 kali pemberian
4 Sepodoksim 100-200 mg 2 kali sehari bersama
makanan
15 hari – 6 bulan = 8 mg/kg/ hari
dalam 2 dosis
3-8 tahun 80mg 2 kali sehari
Diatas 9 tahun 100mg 2kali sehari
• Aztreonam merupakan betalaktam
monosiklik dengan spektrum antibakterial
terbatas pada kuman aerobik gram negatif
• Imipenem merupakan antibiotik dengan
spektrum luas mencakup kuman gram
positif dan gram negatif, aerob dan
anaerob.
• Meropenem, sama dengan imipenem, tapi
lebih tahan terhadap enzim di ginjal
sehingga dapat diberikan tanpa silastatin
• Indikasi
 Aztreonam: Infeksi gram negatif
Imipenem dan Meropenem: Infeksi gram positif
dan gram negatif, aerobik dan anaerobik,
profilaksis bedah, tidak dianjurkan untuk infeksi
SSP
• Peringatan: Alergi terhadap antibiotik betalaktam,
gangguan fungsi ginjal
 Aztreonam, Meropenem: gangguan fungsi hati
 Imipenem: gangguan SSP, kehamilan
Meropenem: hipersensitivitas terhadap penisilin,
sefalosporin, wanita hamil dan menyusui
• Kontraindikasi
Aztreonam: Alergi terhadap aztreonam,
wanita hamil atau menyusui
Imipenem: Hipersensitif terhadap
imipenem atau silastatin, menyusui
Meropenem: Hipersensitif terhadap
meropenem
• Efek samping: Mual, muntah, diare, nyeri
perut, urtikaria dan ruam, gangguan darah
(trombositopenia dan netropenia),
konvulsi,
gangguan fungsi mental, gangguan uji fungsi
hati dan sakit kepala
Antibiotik Betalaktam lain Dosis Contoh Sediaan
Aztreonam Injeksi intramuskuler atau Azactam (Squibb Germany)
injeksi intravena selama 3- Serbuk inj. 1 g/vial (K)
5 menit atau infs intravena:
1 g tiap 8 jam atau 2 g tiap
12 jam untuk infeksi berat.
Dosis lebih dari 1 g hanya
diberikan secara i.v

Imipenem Injeksi i.m, infeksi ringan Tienam (Merck Sharp &


dan sedang 500-750 mg Dohme USA) Serbuk Inj
tiap 12 jam. 250 mg/vial, 500 mg/vial
Injeksi i.v, 1-2 gr perhari (K)
(dalam 3-4 kali pemberian)

Meropenem Injeksi i.v, 500 mg tiap 8 Meronem (Zeneca Ltd


jam, dapat ditingkatkan England) serbuk inj. 500
dua kali lipat pada infeksi mg/vial, 1 g/vial (K)
nosokomial, termasuk
pneumonia
• Indikasi: Eksaserbasi bronkitis kronis,
bruselosis, klamidia, mikroplasma, dan
riketsia, efusi pleura karena keganasan atau
sirosis, akne vulgaris
• Peringatan: Gangguan fungsi hati (hindari
pemberian secara i.v), gangguan fungsi ginjal,
kadang-kadang menimbulkan
fotosensitivitas
Doksisilin dan Minosiklin: Boleh digunakan
pada gangguan fungsi ginjal, tidak dianjurkan
pada porfiria
Oksitetrasiklin: hindari pada porfiria
• Efek samping: mual, muntah, diare, eritema,
sakit kepala dan gangguan penglihatan dapat
merupakan petunjuk peningkatan tekanan
intrakranial, hepatotoksisitas, prankreatitis
dan kulitis.
Demeklosiklin: Fotosensitivitas lebih sering
terjadi, pernah dilaporkan terjadinya diabetes
insipidus nefrogenik
Sakit kepala dan vertigo (lebih sering pada
wanita), dermatitis eksfoliatif, pigmentasi
(kadang-kadang ireversibel), dan
kerusakan hepar
Golongan Tertrasiklin Dosis Contoh Sediaan
Tetrasiklin Oral 250 mg tiap 6 jam. Tetrasiklin (Generik) kapsul
Pada infeksi berat dapat 250 mg, 500 mg (K),
ditingkatkan sampai 500 Bimatra, Camicylin,
mg tiap 6-8 jam. Combicylin, Conmycin, dll..

Demeklosiklin Hidroklorida 150 mg tiap 6 jam atau 300 Ledermycin (Pharos) kapsul
mg tiap 12 jam 150 mg, 300 mg (K)
Doksisilin 200 mg pada hari pertama, Doxycline (Generik) kapsul
kemudian 100 mg per 100 mg (K), Dotur, Doxin,
hari. Pada infeksi berat Dumoxin, Interdoxin,
200 mg per hari. Siclidon, Viadoxin, dan
Vibramycin

Minosiklin 100 mg dua kali sehari Minocin (Phapros) kapsul


50 mg, 100 mg (K)
Oksitetrasiklin 250-500 mg tiap 6 jam Oxtetracyclin (Generik)
Cairan Inj. 50 mg/vial (K),
Teramycin (Pfizer
Indonesia) Cairan Inj. 50
mg/vial, kapsul 250 mg (K)
 Indikasi :
• Gentamisin, Amikasin, Tobramisin aktif terhadap bakteri
gram negatif untuk pneumonia oleh Pseudomonas
Aeruginosa
• Amikasin terutama diindikasikan untuk infeksi berat yang
resisten terhadap gentamisin
• Tobramisin lebih aktif daripada gentamisin terhadap
bakteri gram positif, tetapi kurang untuk bakteri gram
negatif
• Tidak diserap melalui saluran cerna sehingga harus
diberikan secara parenteral
 Dosis :
• Gentamisin (dengan im, dan infus 2-5mg/kg/hari dosis
 Efek Samping :
• Ototoksisitas, gangguan vestibuler, nefrotoksisitas,
hipomagnesemia pada pemberian jangka panjang, koalitis
karena antibiotik
 Kontra Indikasi :
• Pada masa kehamilan, miastenia gravis
 Interaksi :
• Dengan penisilin dapat menonaktifkan aminoglikosida
tertentu
• Dengan antibiotika polipeptida dapat meningkatkan resiko
paralysis pernafasan dan disfungsi ginjal
• Dengan diuretik jerat henle dapat meningkatkan toksisitas
auditori
• Dengan sefalosforin, enfluran, metoksifluran, vankomisin lebih
meningkatkan resiko nefrotoksik daripada pemakaian
tunggal
 Eritromisin, Azitromisin, Roksitromisin, Spiramisin
 Memiliki spektrum antibakteri yang hampir sama
dengan Penisilin digunakan sebagai alternatif
penisilin
azitromisin memili aktivitas lebih rendah dari
eritromisin terhadap gram positif, tetapi lebih aktif
terhadap kuman gram negatif
 Indikasi :
• Alternatif Untuk pasien yang alergi penisilin
• Eritromisin untuk pneumonia yang disebabkan
oleh kuman yang resisten penisilin, kurang aktif
untuk H. Influenza
• Azitromisin sangat efektif untuk H. Influenza
 Dosis :
• Eritromisin
Oral
Anak
sampai 2
tahun =
125 mg
tiap 6 jam
untuk
infeksi
infeksi berat = 50mg/kg/ hari.
berat
Infeksi ringan = 25 mg/kg/hari
dosis
• Azitromisin
bisa
Anak diatas 6 bulan
digandaka = 10mg/kg sekali sehari selama 3
hari
n
Berat
Dewasabadan (bb) 26-35
dan anak diataskg = 300=mg
8 tahun sekali sehari
250-500mg tiapselama
6 jam 3atau
hari0,5-1g
Berat
tiap 12badan (bb)infeksi
jam pada 36-45 berat
kg = 400 mgditingkatkan
dapat sekali seharisampai
selama4g/hari
3
 Kontra Indikasi :
Penyakit hati (eritromisin) dan gangguan fungsi hati
(azitromisin)
 Efek samping :
• Mual muntah dan diare, nyeri perut, ruam dan reaksi alergi
lain, gangguan pendengaran reversibel pada dosis besar,
ikterus kolestatik dan gangguan jantung
 Interaksi :
• Dengan siklosporin meningkatkan resiko nefrotoksik dan
neurotoksik
• Dengan alkaloid ergot akan menimbulkan toksisitas akut
ergot yang ditandai dengan vasospasmus periper parah
dan
disestesia(eritromisin)
• Dengan vinblastin dapat meningkatkan resiko toksisitas
vinblastin
 Mekanisme kerja :
• Menghambat DNA gyrase sehingga sintesa DNA
kuman terganggu
 Indikasi :
• Pilihan untuk Pneumonia yang disebabkan oleh
Pseudomonas aeruginosa
 Dosis :
• Oral = 250 mg – 750 mg dua
kali sehari
• Injeksi Intravena = 200- 400 mg dua kali sehari
selama
30-60 menit
• Untuk anak tidak dianjurkan, tetepi bila manfaat resiko
menguntungkan bisa diberikan 7.5-15 mg/kg/hari
untuk oral dan 5-10 mg/kg/hari untuk intravena dibagi
 Efek samping
• Mual, muntah, diare, sakit perut, sakit kepala, pusing, gangguan tidur, ruam,
anafilaksis, fotosensitivitas, peningkatan ureum dan kreatinin, gangguan
fungsi hati sementara
 Konta indikasi
• Pasien dengan riwayat epilepsi, ganguan fungsi hati, pada wanita hamil dan
menyusui, anak – anak dan penggunaan bersama AINS.
 Interaksi
• Dengan analgetik (AINS) mungkin meningkatkan resiko kejang
• Antasid dan adsorben dan obat obat anti ulkus serta garam seng dapat
mengurangi absorpsi golongan kuinolon ini
• Antikoagulan (nikumalon dan warparin) Andiabetika (sulfonilurea)
ditingkatkan efeknya
• Siklosforin dapat ditingkatkan resiko nefrotoksisitasnya
 Catatan
• Hati – hati pada pengendara kendaraan bermotor karena dapat menurunkan
kewaspadaan
• Memperberat efek alkohol
• Perlu minum yang cukup untuk mengurangi resiko kristaluria
 Kotrimoksazol (kombinasi trimetoprim dan
sulfametoksazol 1:5)
 Mekanisme kerja :
keduanya menggangu sintesa asam folat
bakteri dan pertumbuhan dengan
menginhibisi enzim berurutan pada jalur
asam folat
 Indikasi :
Pneumonia yang disebabkan oleh
Streptococcus pneumonia, Haemophilus
Influenza, pneumosystis carinii (dilakukan bila
ada fasilitas monitoring yang baik)
 Dosis :
• Oral
Anak/bayi = 6 minggu – 5 bulan = 120 mg
(setiap 2 jam) = 6 bulan – 5 tahun = 240 mg
= 6 – 12 tahun = 480 mg
Dewasa = 960 mg/ hari tiap 12 jam dapat
ditingkatkan menjadi 1,44 g tiap
12 jam
• Infus
intrave
Anak = 36 mg/kg/hari terbagi dalam 2 dosis
na Infeksi berat dapat ditingkatkan sampai 54
mg/kg/hari
Dewasa = 960mg tiap 12 jam ditingkatkan menjadi 1,44 g
pada infeksi berat
 Efek samping :
• Mual, muntah, ruam (termasuk syndrom steven
johnsons)
• Gangguan darah (neutropenia, trombositopenia,
agranulositosis
• Kerusakan hati seperti ikterus dan nekrosis hati
• Anemia megaloblastik karena trimetoprim,
gangguan elektrolit, kristal uria dan ganguan ginjal
 Kontra indikasi :
• Gagal ginjal dan gangguan fungsi hati yang berat,
profiria
 Interaksi obat
• Dapat meningkatkan kadar serum dapson dan zidovudin
• Dapat memperpanjang waktu paruh antikoagulan dan
hidantoin
• menurunkan efek terapi siklosporin dan meningkatkan
resiko nefrotoksisitas
• Meningkatkan efek hipoglikemik sulfonilurea
• Meningkatkan kasus trombositopenia pada usia lanjut bila
digunakan bersama diuretik
 Catatan :
• Dianjurkan untuk meminum air cukup banyak
• Segera hentikan penggunaan bila terjadi efek samping
terutama pada ibu hamil atau menyusui
 Mekanisme kerja :
• Menghambat sintesa dinding sel bakteri dengan menghambat
polimerisasi glikopeptida.
 Indikasi :
• Pneumonia yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau
yang telah multiresisten.
 Dosis :
• Oral = anak dengan usia > 5 tahun 5mg/kg tiap 6
jam = s/d 1mg/ kg tiap 12 jam
neonatus = awal 15mg/kg kemudian
• Inj IV= bayi 1-4 =minggu
10mg/kg tiap 8 jam
= diatas 1 bulan = 10mg/kg tiap 8 jam
= dewasa = 500mg selama 60 menit tiap 6
jam
= 1g selama100 menit tiap 12 jam
 Efek samping :
• Nefrotoksisitas dan ototoksisitas
• Gangguan darah (netropenia, agranulositosis,
trombosisitopenia)
• Mual, demam, menggigil, ruam (syndrom Stevens
Johnsons)
• Pada infus cepat dapat terjadi hipotensi, nafas
meninggi, sesak nafas, kemerahan tubuh bagian
atas(red man syndrom), nyeri dan kram otot
punggung dan dada.
 Kontra indikasi :
• Pada pasien gangguan fungsi ginjal, usia lanjut,
memiliki riwayat gangguan pendengaran, kehamilan
dan menyusui.
 Interaksi obat :
• Dengan aminoglikosida dapat meningkatkan
resiko nefrotoksik
• Dengan anestetik menyebabkan eritema dan
histamine – like fushing pada anak
• Dengan agen nefrotoksik perlu pemantauan
dengan seksama
• Dengan relaksan otot nondepolarisasi akan
meningkatkan blokade neromuscular
 Catatan :
• Harus dilakukan pemeriksaan kadar dalam
darah dimana kadar puncak maksimal 30mg/l
Terapi Farmakologi pada pneumonia yang
memburuk
• Hasil pengujian klinis menyarankan kepada
pasien dengan pneumonia yang memburuk
secara akut untuk menerima kortikosteroid
oral atau intravena dalam jangka pendek.
Karena variabilitas yang besar dalam rentang
dosis yang digunakan dalam pengujian ini,
dosis optimum dan durasi terapi tidak
diketahui
• Terlihat bahwa terapi jangka pendek (9
hingga 14 hari) sama efektifnya dengan
terapi jangka panjang dan dengan resiko efek
 Prednisolon
• Prednison
obat ini banyak digunakan untuk terapi sistemis, aktif setelah
dimetabolisme dihati ,penggunaan oral 1x sehari 5-60mg dan
pemeliharaan 5mg.
• Metilprednisolon
penggunaannya bisa oral dan parenteral, dosis 2-60mg/hari
pemeliharaan 4mg/hari selama 3-10 hari.
 Derivat 9-alfa-fluor
• Triamsinolon
bisa digunakan oral, parenteral maupun dermal. Dosis oral 8-
32
mg/ hari, untuk pemeliharaan 4-8 mg perhari.
• Deksametason
sering digunakan bersama dengan antibiotik, dosis oral 0.5-9 mg
sehari dan untuk pemeliharaan 0.5 – 1 mg.
• Pneumonia viral yang disebabkan oleh virus
influenza A dapat diobati dengan rimantadini
atau amantadine,
• walaupun pneumonia viral karena influenza A
atau B dapat diobati dengan oseltamivir atau
zanamivir.
• Pengobatan ini hanya bermanfat bila mereka
dengan permulaan gejala awal kurang dari 48
jam.
 dobutamine atau dopamine
Meningkatkan konsumsi oksigen miokard, namun dobutamin
mampu menyeimbangkan dengan cara meningkatkan aliran darah
miokard juga mengurangi left ventricle wall stress melalui
penurunan preload dan afterload.
Perubahan ini dapat memperbaiki keseimbangan oksigen miokard,
sehingga selanjutnya akan memperbaiki fungsi miokard. Sehingga
lebih sering digunakan.
Dosis : 2-3 mg/kg/menit, mempunyai efek stimulasi b2.
Dosis : >3-8 mg/kg/menit, mempunyai efek inotropik b1 yang

kuat. : >8 mg/kg/menit, mempunyai efek :


- Meningkatkan efek inotropik b1
-Dosis
Juga efek stimulasi reseptor yang dapat meningkatkan tekanan
darah, meningkatkan filling pressure, meningkatkan konsumsi
oksigen miokard.
Anti Jamur
• Amphoetericin B, Ketokonazol, Flukonazol..
• Yang menjadi penilaian adalah : hilangnya
batuk, produksi sputum, adanya gejala
lain.
• Kemajuan dilihat dalam 2 hari pertama,
lengkap hilang dalam 5-7 hari.
• Apabila tidak ada perbaikan harus ditinjau
kembali beberapa hal.

Anda mungkin juga menyukai