A. PENGERTIAN
Pneumonia suatu penyakit system pernafasan yang mengalami peradangan
yaitu proses inflamasi yg mengakibatkan edema jaringan interstitial paru dan
ekstravasasi cairan ke alveoli sehingga mengakibatkan hipoksemia. (Donna &
marilyn, 2002).
Pneumonia adalah keradangan parenkhim paru dimana asinus terisi dengan
cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam
interstitium. (Purwanto, 2016)
Community acquired pneumonia (CAP) didefinisikan sebagai infeksi pada
parenkim paru yang didapatkan dari masyarakat atau komunitas. Community
acquired pneumonia merupakan infeksi yang paling sering menyebabkan sepsis
dan dapat menimbulkan kematian. Kematian dan perburukan pasien CAP
berhubungan dengan imunitas tubuh, patogenitas kuman, dan terapi antimikroba.
(Narlis, 2016)
B. ETIOLOGI
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh
streptoccus pneumonia, melalui selang infuse oleh staphylococcus aureus sedangkan
pada pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi
2
karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi
lingkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat. ( Gulanick, 2014)
Penyebab tersering pneumonia komunitas di negara bagian Eropa adalah
Streptococcus pneumonia yang didapatkan pada 39% pasien, sedangkan di Amerika
penyebab terseringnya adalah Rhinovirus yang didapat pada 9% pasien.3,4
Berdasarkan penelitian di Semarang, patogen penyebab pneumonia komunitas yang
sering ditemukan adalah virus Influenza (18%), Klebsiella pneumoniae (14%), dan S.
pneumoniae (13%).
Penelitian pola kuman dan uji kepekaan terhadap pasien CAP di
Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit Persahabatan Jakarta mendapatkan
kuman penyebab CAP didominasi oleh kuman Gram negatif yaitu Klebsiella
pneumoniae, Acinetobacter baumanii, dan Escherichia coli, meskipun demikian
kuman Gram positif Streptoccocus viridans banyak juga ditemukan. Jenis kuman
yang terba nyak ditemukan adalah Klebsiella pneumoniae (34%), sedangkan
kuman lainnya seperti Staphylococcus epidermidis, Enterobacter, Escherichia
cloacae, dan Klebsiella oxytica memiliki angka insiden yang rendah. (Narlis, 2016).
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum, tetapi hal ini mungkin terjadi
pada individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS, obat-obatan
imunosupresif atau masalah kesehatan lain. patofisiologi dari pneumonia yang
disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan bakteri, Pneumonia
yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma
capsulatum,Cryptococcus neoformans,Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides
immitis. Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai Missisipi,dan
Coccidiomycosis paling sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya.
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru.Parasit ini
secara khas memasuki tubuh melalui kulit atau dengan ditelan.Setelah memasuki
tubuh,mereka berjalan menuju paru-paru,biasanya melalui darah.Terdapat seperti
pada pneumonia tipe lain ,kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun yang
menyebabkan ganguan transportasi oksigen.Salah satu tipe dari sel darah
putih,eosinofil berespon dengan dahsyat terhadap infeksi parasit.Eosinofil pada paru-
paru dapat menyebabkan pneumonia eosinofilik yang menyebabkan komplikasi yang
mendasari pneumonia yang disebabkan parasit.Parasit paling umum yang dapat
3
C. MANIFESTASI KLINIK
1. Nafas pendek karena inflamasi pada paru-paru, pertukaran gas terganggu
2. Kesulitan bernafas (dispnea) karena inflamsi dan mucus pada paru-paru
3. Demam karena proses infeksi
4. Kedinginan karena suhu naik
5. Batuk karena produksi mucus dan iritasi jalur udara
6. Terdengar suara serak karena cairan di dalam rongga alveolar dan jalur udara
yang lebih kecil.
7. Rhonchi karena lender didalam jalur udara, mendesis karena inflamasi didalam
jalur udara yang lebih besar.
8. Dahak tidak bewarna, mungkin bercak darah karena iritasi di jalur udara atau
mikroorganisme menyebabkan infeksi.
9. Takikardi dan tachypnea ketika tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen
10. Sakit ketika bernafas karena inflamasi pleuritic, efusi pleural, atau atelectasis.
11. Sakit kepala, nyeri otot (myalgia), sakit tulang sendi, atau mual dapat terjadi
tergantung mikroorganisme yang menginfeksi
.
D. PATOFISIOLOGI
a. Stadium prodromal
(1) alveoli mulai terisi sekret akibat infeksi kuman patogen yang berhasil masuk.
(2) setelah 1 minggu berdatanganlah sel leukosit terutama sampai alveoli
menjadi penuh dan padat. pada stadium ini timbul gejala-gejalanya sebagai
berikut : panas badan cenderung tinggi, letargi, nyeri otot, nafsu makan
turun, disertai batuk-batuk yang cenderung semakin berat dengan dahak yg
hanya sedikit dan sulit sekali untuk dibatukkan keluar
b. Stadium Hepatisasi Proses ini meliputi lobus secara serentak : lobus yang
terserang menjadi padat tidak bedanya dengan hati yang mengalami hepatisasi
sehingga, secara akut salah satu lobus tidak dapat menjalankan fungsi pernafasan
(jadi merupakan gangguan restriksi), peningkatan kebutuhan Oksigen sampai
4
dengan panas yang tinggi, proses radang mengenai pleura viseralis yang
membungkus lobus tersebut yang akan menimbulkan nyeri setempat, nyeri dada
tersebut menyebabkan ekspansi paru terhambat, ketiga faktor tersebut diatas
menyebabkan pasien mengalami sesak nafas, tetapi tidak ada obstruksi bronkhus
sehingga tidak terdengar wheezing.Pada stadium keadaan klinis pasien adalah
keadaan pasien nampak semakin parah sehingga tampak sakit berat, demam
(39oc), menggigil, sesak nafas, pernafasan cuping hidung, nyeri dada, batuk
semakin parah, thoraks yang sakit tampak tetinggal pada pernafasan, fremitus
suara meningkat, perkusi redup, auskultasi : terdengar suara nafas bronchial,
terdapat dehidrasi, dapat meninggal bila tidak mendapat penatalaksanaan yang
adekuat.
c. Stadium Resolusi Pada stadium ini bila pasien dapat mengatasi infeksi akut ini,
maka mulai minggu ke 2 isi alveolus akan melunak untuk berubah menjadi dahak
dan akan dibatukkan keluar, pasien mulai merasakan badannya agak enak, panas
mulai turun, batuk semakin longgar, dahal mudah dikeluarkan, sesak berkurang
dan nyeri dada berkurang.
E. PATHWAY KEPERAWATAN
DILAMPIRKAN
F. PENATALAKSANAAN
Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila
keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati di rumah. Juga
diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat meningkatkan
risiko infeksi dengan mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya S. pneumoniae
yang resisten penisilin. Menurut ATS (2001), yang termasuk dalam faktor modifikasis
adalah:
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) teridentifikasi adanya penyebaran
(misal lobus dan bronchial), menunjukkan multiple abses/infiltrat, empiema
(Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi (bacterial),
penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
2. Pemeriksaan laboratorium (DL, Serologi, LED) leukositosis menunjukkan
adanya infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya
meningkat. Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun. Bilirubin biasanya
meningkat.
3. Analisis gas darah dan Pulse oximetry menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan
O2.
4. Pewarnaan Gram/Cultur Sputum dan Darah untuk mengetahui oganisme
penyebab
5. Pemeriksaan fungsi paru-paru volume mungkin menurun, tekanan saluran
udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia.
H. PENGKAJIAN FOKUS
1. Makanan dan cairan
a. Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
b. Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
buruk, penampilan malnutrusi
2. Aktivitas / istirahat
a. Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
b. Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
3. Sirkulasi
a. Gejala : riwayat gagal jantung kronis
b. Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
4. Integritas Ego
c. Gejala : banyak stressor, masalah finansial
d. Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
e. Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
buruk, penampilan malnutrusi
7
5. Neurosensori
a. Gejala : sakit kepala bagian frontal
b. Tanda : perubahan mental
6. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk, myalgia, atralgia
7. Pernafasan
a. Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan
dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
b. Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
c. Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
d. Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas
Bronkial
e. Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
f. Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
8. Keamanan
a. Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
b. Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada
kasus rubela / varisela
9. Penyuluhan
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Hambatan pertukaran gas
4. Hipertermi
5. Intoleransi aktifitas
6. Nyeri akut
7. Resiko defisien volume cairan
8
J. PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO NANDA NOC NIC
1. Ketidakefektifan bersihan Outcome : 1. Monitor pernafasan
jalan nafas 1. Status pernafasan: Kepatenan 1) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
Defenisi : jalan nafas bernafas
Ketidakmampuan Skala target outcome : 2) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,
membersihkan sekresi atau 1. Deviasi berat dari kisaran normal penggunaan otot-otot bantu pernafasan dan retraksi
obstruksi dari saluran 2. Deviasi yang cukup berat dari pada otot suptaclavikula dan intracosta
kisaran normal
nafas untuk 3. Deviasi sedang dari kisaran normal
3) Monitor suara nafas tambahan
mempertahankan bersihan 4. Deviasi ringan dari kisaran normal 4) Monitor pola nafas ( bradipneu, takipnue,
jalan nafas. 5. Tidak ada deviasi dari kisaran hiperventilasi, pernafasan kusmaul, dll)
Batasan karakterisktik: normal 5) Monitor satursi oksigen pada pasein yang tersedasi
Suara nafas tambahan Indikator NA NT (SaO2, SvO2, SpO2) sesuai dengan protokol yang ada
Frekwensi pernafasan
Perubahan frekwensi Irama pernafasan
6) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
nafas Kedalaman inspirasi 7) Perkusi torak anterior dan posterior, dari apek ke basis
Dispnue Kempuan paru kanan dan kiri
Sputum dalam jumlah mengeluarkan sekret 8) Auskultasi suara nafa, catat area dimana terjadi
berlebihan Skala target outcome: penurunan atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan
Batuk tidak efektif 2. Tanda-tanda vital suara nafas tambahan
Gelisah Skala target outcome : 9) Kaji perlu adanya penyedotan pada jalan nafas dengan
1. Deviasi berat dari kisaran normal auskultasi suara nafas ronki di paru.
2. Deviasi yang cukup berat dari 10) Monitor kemampuan batuk efektif pasien
kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
11) Monitor sekresi pernafasan
4. Deviasi ringan dari kisaran normal 12) Monitor hasil foto thorak
5. Tidak ada deviasi dari kisaran
normal 2. Terapi oksigen
Indikator NA NT 1) Pertahankan kepatenan jalan nafas
Suhu tubuh 2) Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui system
Denyut Nadi Radial
Frekwemsi pernafasan
humidifier
Tekanan darah 3) Monitor aliran oksigen
Kedalaman insprasi 4) Amati tanda-tanda hipoventilasi induksi oksigen
9
Faktor yang berhubungan : 3. Keparahan infeksi 5) Pantau adanya tanda-tanda keracunan oksigen dan
Mukus berlebihan Skala target outcome : kejadian atelectasis
1. Sangat berat
Terpajan asap 2. Berat
6) Monitor kecemasan pasien yang berkaitan dengan
Benda asing dalam 3. Cukup
kebutuhan mendapatkan terapi oksigen
jalan nafas 4. Ringan
Sekresi yang tertahan 5. Tidak ada 3. Manajemen jalan nafas
Perokok Indikator NA NT 1) Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya
Sputum purulen menurun atau tidak ada dan adanya suara nafas
Perokok pasif Demam tambahan.
Eksudat dalam alveoli Menggigil
2) Lakukan fisioterapi dada
Hiperplasia dinding Peningkatan sel darah
putih 3) Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, dan
bronkus
batuk
4) Instruksikan bagaimna cara bisa batuk efektif
5) Kelola pemberian bronchodilator sebagaimana
mestinya
6) Posisikan pasien untuk meringankan sesak nafas.
7) Monitor status pernafasan dan oksigenisasi,
sebagaimana mestinya.
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Indikator NA NT
Denyut nada radial
Frekwensi pernafasan
Melaporkan
kenyamanan suhu
menggunakan standar
daftar periksa nyeri
3. Status kenyamanan : fisik
untuk pasien yang
tidak dapat Skala target outcome :
mengungkapkannya 1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
Ekspresi wajah nyeri 3. Cukup terganggu
Keluhan tentang 4. Sedikit terganggu
karakteristik nyeri 5. Tidak terganggu
dengan standar
Indikator NA NT
instrumen nyeri
Posisi yang nyaman
Baju yang nyaman
Faktor yang berhubungan: Intake makanan
Agens cedera biologis Intake cairan
Agens cedera kimiawi Suhu tubuh
Agens cedera fisik
4. Manajemen diri: penyakit acut
Skala target outcome :
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang-kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Secara konsisten menunjukan
Indikator NA NT
Patuhi pengobatan
yang diberikan
Lakukan prosedur yang
direkomendasikan
Mencari bantuan untuk
perawatan diri
Sesuaikan tingkat
aktifitas selam sakit
Sesuaikan diit selama
sakit
17
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Vol 2. Jakarta: EGC
Joyce M Black dan Jane Hokanson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Buku 1.
Singapura : Elsvier.
NANDA. 2018. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, alih bahasa:
Budi Anna Keliat, dkk. Jakarta: EGC