Anda di halaman 1dari 25

Pneumonia

Kelompok 6:
■ Annisa Fitri Ika M (G2B222002)
■ Titi Wahyuhastuti (G2B222014)
■ Fenny Rosyani (G2B222020)
■ Isnaini Astuti (G2B222029)

Program Studi S1 Gizi


Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat yang biasanya
terjadi karena infeksi akut dengan gambaran
histologis pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa
alveolitis dan pengumpulan eksudat yang dapat
ditimbulkan oleh berbagai penyebab.
Pneumonitis
Pneumonitis adalah istilah yang sering dipakai untuk
proses non infeksi.

Pneumonia Komunitas 
Pneumonia Komunitas adalah pneumonia yang terjadi
akibat infeksi diluar RS.

Pneumonia Nosokminal
Pneumonia Nosokomial adalah pneumonia yang
terjadi 48 jam atau lebih setelah perawatan di rumah
sakit, baik di ruang rawat umum ataupun ICU tetapi
tidak sedang memakai ventilator.

Pneumonia pada Penggunaan Ventilator


Pneumonia pada penggunaan ventilator adalah
pneumonia yang terjadi 48-72 jam atau lebih setelah
intubasi tracheal.
Etiologi
Cara terjadinya penularan berkaitan pula dengan jenis
kuman, misalnya infeksi melalui droplet sering
disebabkan Streptococcus pneumoniae, melalui selang
infus oleh Staphylococcus aureus, sedangkan infeksi pada
pemakaian ventilator oleh P.aeroginosa dan Enterobacter.

Pola mikroorganisme penyebab infeksi saluran nafas bawah akut mengalami


perubahan akibat perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dan
penyakit kronik, polusi, lingkungan dan penggunaan antibiotik yang tidak
tepat hingga menimbulkan perubahan karakteristik kuman.
Terjadilah peningkatan patogenitas atau jenis kuman terutama S. aureus, B.
catarrhalis, H. Influenza dan Enterobacteriacae oleh adanya berbagai
mekanisme. Juga dijumpai pada berbagai bakteri enterik gram negatif.
Etiologi Pneumonia Komunitas Etiologi Pneumonia Nosokomial

Pada rumah jompo lebih sering


dijumpai S. aureus yang resisten
methisilin (Methycilline resistant S.
aureus/MRSA), bakteri gram negatif, M.
tuberculosis dan virus
tertentu (adenovirus, RSV, dan
influenza).
Epidemiologi
• Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas jelas, namun pada
kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih
penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.
• Pneumonia diharapkan akan sembuh setelah terapi 2-3 minggu. Bila lebih lama perlu
dicurigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri seperti oleh jamur,
mikobakterium, atau parasit.
• Penyakit saluran pernapasan menjadi salah satu penyebab angka kesakitan dan kematian
tertinggi di dunia, infeksi saluran pernapasan bawah dengan kesakitan dan kematian
tertinggi yaitu pneumonia yang dapat terjadi pada siapa saja, namun pada umumnya terjadi
pada seseorang dengan sistem imun yang rendah (Hermayudi, Ayu PA, 2017:25).
Kejadian pneumonia balita lebih banyak Pneumonia berulang terjadi di negara maju
terjadi di negara berkembang (82%) maupun negara berkembang, penurunan
sedangkan negara maju (0,05%). Pada fungsi paru-paru pada anak di negara
tahun 2019 ditemukan 468,172 kasus berkembang lebih buruk dibanding negara
pneumonia balita di Indonesia, dengan maju, hal tersebut karena terdapat
angka kematian pneumonia balita sebesar perbedaan kualitas hidup, lingkungan,
0,12% dan angka kematian pneumonia kebersihan, cakupan vaksin yang belum
pada bayi lebih tinggi hampir dua kali tersebar secara luas, dan nutrisi yang
lipat dibanding pada balita (Kemenkes RI, kurang baik (Patria MF, et al., 2016)
2019).
PATOGENESIS PNEUMONIA
Proses patogenesis pneumonia terkait dengan 3 faktor yaitu keadaan
20%
(imunitas) inang, mikroorganisme yang menyerang pasien dan lingkungan
yang berinteraksi satu sama lain.
Interaksi ini akan menentukan klasifikasi dan bentuk manifestasi dari
pneumonia, derajat penyakit, diagnosis empirik, serta prognosis pasien.
50%
15%
Patogenesis Pneumonia Komunitas
Faktor Perubah Yang Meningkatkan Risiko Infeksi Oleh Patogen Tertentu Pada Pneumonia Komunitas

Pneumokokkus yang resisten penisilin dan obat lain

• Usia > 65 th
• Pengobatan B-Lactam dalam 3 bulan terakhir
• Alkoholisme
• Penyakit imunosupresif (termasuk terapi
menggunakan kortikosteroid)
• Penyakit penyerta yang multiple
Kontak pada klinik lansia
Patogen gram negatif Pseudomonas aeruginosa
• Tinggal dirumah jompo • Penyakit paru structural
• Penyakit kardiopulmonal penyerta (bronchiectasis)
• Penyakit penyerta yang jamak • Terapi kortikosteroid (>10mg
• Baru selesai mendapatkan terapi antibiotika prednisone /hari)
• Terapi antibiotic spektrum luas > 7
hari pada bulan sebelumnya
• Malnutrisi
Patogenesis Pneumonia Nosokmial

• Patogen yang sampai ke trakea terutama berasal dari aspirasi


bahan orofaring, kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal,
inhalasi, dan sumber bahan patogen yang mengalami kolonisasi di
pipa endotrakeal.
• Pneumonia nosokomial terjadi akibat proses infeksi bila patogen
yang masuk melalui saluran napas bagian bawah tersebut
mengalami kolonisasi setelah dapat melewati hambatan
mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan mekanik (epitel
silia dan mukus), humoral (antibodi dan komplemen), dan seluler
(leukosit polinuklir, makrofag, limfosit dan sitokinnya).
• Kolonisasi terjadi akibat adanya berbagai faktor inang dan terapi
yang telah dilakukan yaitu adanya penyakit penyerta yang berat,
tindakan bedah, pemberian antibiotik, obat-obatan lain dan
tindakan invasif pada saluran pernapasan. Mekanisme lain adalah
pasasi bakteri pencernaan ke paru, penyebaran hematogen, dan
akibat tindakan intubasi.
Faktor resiko pneumonia nosokomial yang tidak dapat diubah yaitu
berkaitan dengan inang (seks pria, penyakit paru kronik, atau gagal
organ jamak), dan terkait tindakan yang diberikan (intubasi atau
selang nasogastrik).
Faktor resiko pneumonia nosokomial yang dapat diubah adalah upaya
pengontrolan infeksi, desinfeksi dengan alkohol, pengawasan
patogen resisten, penghentian dini pemakaian alat invasif, dan
pengaturan tatacara pemakaian antibiotik.
Faktor resiko kritis pneumonia nosokomial adalah ventilasi mekanik
>48 jam, lamanya perawatan di ICU, skor APACHE, adanya
ARDS.
Pneumonia nosokomial dan pneumonia terkait dengan ventilator onset
dini yang terjadi dalam 4 hari pertama masuk RS, biasanya
disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap antibiotik, kecuali
bila telah pernah sebelumnya mendapat antibiotik atau dirawat di
RS dalam waktu 90 hari.
Pneumonia nosokomial dan pneumonia terkait ventilator yang terjadi
pada onset lanjut hari kelima atau lebih lebih mungkin disebabkan
oleh patogen MDR yang berkaitan dengan mortalitas dan
morbiditas yang tinggi.
Faktor Risiko Terinfeksi Patogen Multiresisten yang Menyebabkan
Pn, Pbv, dan PBV

• Terapi dalam 90 hari sebelumnya


• Perawatan RS dalam 5 hari atau lebih 20%
• Frekuensi tinggi kuman resistens AB di RS atau lingkungan
pasien
• Faktor risiko PPK:
 Rawat di RS 2 hari atau lebihdalam 90 hari terakhir
 Berdiam dirumah jompo 15%
 Terapi infus dirumah (termasuk antibiotika)
 Dialisis kronik dalam 30 hari
 Anggota keluarga terinfeksi patogenmultiresisten
• Penyakit imunosupresis +/- terapi
MANIFESTASI PNEUMONIA
Manifestasi klinis pneumonia dipengaruhi oleh mekanisme pertahanan tubuh
di saluran pernapasan. Pada saat patogen mencapai dasar alveolus,
markofag alveolus akan mengidentifikasi ancaman tersebut dan memodulasi
sistem imun dalam tubuh. Manifestasi klinis tersebut biasanya diawali
dengan infeksi saluran napas atas akut selama beberapa hari, gejala yang
sering ditemukan diantaranya demam, menggigil, suhu tubuh meningkat,
sesak napas, nyeri dada, dan batuk berdahak. Selain itu terdapat tanda 15%
berupa retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada
saat bernapas bersamaan dengan peningkatan frekuensi napas, perkusi
pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.
MANIFESTASI KLINIS
Demam

Menggigil
Pada pemeriksaan fisik didapati adanya
Berkeringat retraksi dinding dada bagian bawah saat
bernafas, tachypneu, meningkat dan
Sesak menurunnya taktil fremitus, perkusi redup
sampai pekak akibat terjadi konsolidasi
Sakit dada (karna pleuritis) atau cairan pada pleura, ronchi, suara
nafas brochial, dan peural friction rub.

Batuk (produktif, atau non


produktif, atau produksi sputum
yang berlendir dan purulent
DIAGNOSIS

1. Dimulai dari anamnesa


2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan radiologi
4. Pemeriksaan laboratirium
5. Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan Penunjang

1. Radiologi Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral)


merupakan pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk
menegakkan diagnosis pneumonia.

2. Laboratorium Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 -


40.000 /ul, Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun
dapat pula ditemukanleukopenia.

3. Mikrobiologi Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan


kultur darah untuk mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan
koagulasi antigen polisakarida pneumokokkus.12,13 4. Analisa Gas Darah
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan
parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut
menunjukkan asidosis respiratorik
Tatalaksana
1. Antibiotik Pneumonia komunitas
Tatalaksana
 Farmakokinetik antibiotic mempertimbangkan proses bakerisidal dan bakteriostatik.
 Antibiotik tunggal diberikan pada pasien pneumonia komunitas yang asalnya sehat
dan gambaran klinis sugestif disebabkan oleh tipe kuman tertentu yang sensitive
 Kombinasi antibiotik diberikan pada pasien pneumonia komunitas dengan tujuan
mencakup spektrum kuman terduga dan pada infeksi jamak
 Antibiotik diberikan dengan penetrasi obat :drainase sputum
 Bila didapatkan hasil kultur dan tes kepekaan maka hal ini dijadikan pertimbangan
untuk memberikan antibiotik yang lebih terarah dan monoterapi
 Pada terapi pneumonia komunitas RI, antibiotik IV diberikan selama 3 hari.
 Jika keadaan klinis membaik, maka dilakukan alih terapi ke antibiotik p o yang
dianggap lebih cocok dengan pathogen penyebabnya.
Tatalaksana
1. Antibiotik Pneumonia Nosokomial
PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor Komplikasi pneumonia ekstrapulmoner misalnya pada
pasien, bakteri penyebab, dan penggunaan antibiotik yang pneumonia penumokokkus dengan bakteriemia dijumpai pada
tepat serta adekuat. Perawatan yang baik dan intensif sangat 10% berupa meningitis, arthrities, endocarditis, perikardistis,
mempengaruhi prognosis penyakit pada pasien yang dirawat. peritonitis, dan empiema. Terkadang dijumpai komplikasi
Angka kematian pasien pneumonia komunitas kurang dari 5% ektrapulmoner non infeksius yang memperlambat resolusi
pada pasien rawat jalan dan 20% pada pasien rawat inap gambar radiologi paru, antara lain gagal ginjal, gagal jantung,
emboli paru, infark paru, dan infark miokard akut. Dapat
terjadi komplikasi lain berupa ARDS, gagal organ multiple,
dan komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial.
Komplikasi pada pasien dengan faktor resiko yang dapat
memperburuk kondisi penyakitnya : usia tua, PPOK, HIV, dan
infeksi gram negative seperti klebsiella
PENCEGAHAN
Vaksin influenza dan pneumokokkus pada orang dengan resiko tinggi, dengan gangguan imunologis,
penyakit berat termasuk penyakit paru kronik, hati, ginjal, jantung, dan penghuni rumah jompo,
usia >65 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan Z. Pneumonia. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M,


Setiyohadi B, Syam AF (Eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6 th Jakarta:
InternaPublishing; 2015. p. 1610-21

Https://www.alodokter.com/pneumonia/pengobatan
Thanks!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik.

Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai