Anda di halaman 1dari 33

Pemicu 3

Tinea Capitis
• Kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies dermatofita
(tinea)
• Lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia

Djuanda, Adhi. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, edisi keenam. 2013. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI.
Klasifikasi

• Ektotrik: gray patch


• Endotrik: black dot
• 3 bentuk yang jelas:
• Gray patch ringworm
• Kerion
• Black dot ringworm
Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s color atlas & synopsis of clinical dermatology sixth edition. 2009. New York:
McGraw-Hill.
Gray Patch Ringworm
• Biasanya disebabkan genus
Microsporum, banyak ditemukan pada
anak-anak
• Keluhan: rasa gatal
• Warna rambut menjadi abu-abu, tidak
berkilat, rambut mudah patah dan
terlepas dari akarnya, mudah dicabut
tanpa rasa nyeri
• Lampu wood: fluoresensi hijau
kekuning-kuningan

Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s color atlas & synopsis of clinical dermatology sixth edition. 2009. New York:
McGraw-Hill.
Black Dot Ringworm
• Terutama disebabkan oleh
Trichophyton tonsurans dan
Trichophyton violaceum
• Klinis: rambut yang terinfeksi patah
tepat pada muara folikel, dan yang
tertinggal adalah ujung rambut yang
penuh spora
• Ujung rambut hitam didalam folikel
memberikan gambaran khas yaitu
black dot

Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s color atlas & synopsis of clinical dermatology sixth edition. 2009. New York:
McGraw-Hill.
Kerion

• Reaksi peradangan berat; berupa


pembengkakan yang menyerupai
sarang lebah dengan serbukan sel
radang yang padat di sekitarnya
• Penyebab sering: Microsporum
gypseum, Microsporum canis
• Dapat menimbulkan jaringan parut
dan berakibat alopesia yang menetap

Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s color atlas & synopsis of clinical dermatology sixth edition. 2009. New York:
McGraw-Hill.
Pemeriksaan Penunjang

• Larutan KOH 10% untuk rambut; 20% untuk kulit dan kuku
• Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora) atau besar
(makrospora); spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di dalam
rambut (endotriks)
• Lampu Wood
• M canis dan M. auduoinii: bright green hair with ectothrix infection

Djuanda, Adhi. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, edisi keenam. 2013. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI.
Tatalaksana

• Terapi: Griseofulvin
• Gray patch: 2x250 mg untuk dewasa selama 1-2 bulan; 0,25-0,5g untuk anak
sehari (10-25mg/kgBB) selama 6 minggu-beberapa bulan
• Kerion: 2x250mg + kompres hangat + antibiotik
• Bisa juga diberikan terbinafin 250mg/hari; itraconazole 100 mg 4-8 minggu,
fluconazole 100/150/200 mg 3-4 minggu

Djuanda, Adhi. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, edisi keenam. 2013. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI.
Tinea Barbae
• Umumnya pada laki-laki
• Dahulu: transmisi melalui alat cukur pada “barbers”,namun dengan meningkatnya
sanitasi, transmisi melalui alat cukur berkurang. Saat ini, transmisi terjadi melalui
hewan ternak yaitu kuda
• Etiologi:
• Zoophilic strain: T. interdigitale, T. Verrucosum
• Anthrophopiclic: T. schoenleinii, T. violaceum
• Klinis: unilateral, pada daerah janggut lebih sering dibanding kumis atau area
bibir atas

GoldsmithLowellA.etal.Fitzpatrick’sDermatologyinGeneral Medicine. Edisi: 8th. 2012.

James William D. et al. Andrews’ Diseases of the Skin Clinical Dermatology. Edisi: 11th. 2011.
Terdapat 2 tipe:
• Superficial - T.violaceum (anthropophiles)
• Less inflammatory, mirip tinea corporis atau
bacterial folliculitis.
• Pada pinggiran aktif, terdapat papul
perifolikular dan pustul, disertai eritema
• Inflamasi -T.interdigitale/T.verrucosum
• Membentuk seperti kerion pada tinea kapitis,
dengan plak boggy-crusted dan sekret
seropurulen
• Rambut tidak berkilau, rapuh, dan mudah
dicukur

GoldsmithLowellA.etal.Fitzpatrick’sDermatologyinGeneral Medicine. Edisi: 8th. 2012.

James William D. et al. Andrews’ Diseases of the Skin Clinical Dermatology. Edisi: 11th. 2011.
Diagnosis & Tatalaksana
• Pemeriksaan penunjang: kultur
• Diagnosis banding
• Staphylococcal folliculitis
• Herpetic infection
• Tatalaksana
• Oral antifungal (itraconazole 100 mg 4-8 minggu, fluconazole
100/150/200 mg 3-4 minggu)

GoldsmithLowellA.etal.Fitzpatrick’sDermatologyinGeneral Medicine. Edisi: 8th. 2012.

James William D. et al. Andrews’ Diseases of the Skin Clinical Dermatology. Edisi: 11th. 2011.
Tinea Fasialis
Etiologi
• T.rubrum, T.mentagrophytes, M.canis
Manifestasi klinis
• Tipikal annular rings ,fotosensitif
• Gambaran: eritematosa, sedikit scalling,
batas tidak jelas dipinggiran lesi
Tatalaksana
• Bila terdapat fungal folliculitis  dibutuhkan juga
obat oral antifungal
• No folliculitis  pengobatan topikal

GoldsmithLowellA.etal.Fitzpatrick’sDermatologyinGeneral Medicine. Edisi: 8th. 2012.

James William D. et al. Andrews’ Diseases of the Skin Clinical Dermatology. Edisi: 11th. 2011.
Tinea Corporis
• Infeksi dermatofita pd kulit tubuh tdk berambut ( glabrous skin) kecuali
telapak tangan,telapak kaki & paha
• Dapat ditransmisikan scara lgsg dari manusia/hewan yg terinfeksi melalui
autoinokulasi dari kolonisasi dermatofita pd kaki
• Pd anak : lbh sering M.canis dari anjing/kucing
• Faktor predisposisi: memakai pakaian yg ketat ,sering kontak dgn ps yg
terinfeksi dapat membuat habitat yg cocok untuk prtumbuhan dermatofita
• Bentuk khas Tinea korporis yg disebabkan o/ Tricophyton concentricum :
dsbt Tinea imbrikata
• Tinea imbrikata  mulai dgn bntuk papul bewarna coklat yg perlahan-lahan
mnjadi besar
Gambaran Klinis
• Lesi bulat/lonjong (terpisah 1 dgn yg lain) /dpt jg lesi dgn pinggir yg polisiklik ,
berbatas tegas (terdiri atas eritema, skuama ,kadang dgn vesikel & papul ditepi )
• Daerah tengah biasanya lbh tenang
• Dapat terlihat adanya erosi & krusta karna garukan
• Tanda radang yg lbh parah lbh sring pd anak-anak
• Bila dgn jari tangan kita meraba dari bag tengah kearah luar akan terasa jelas
skuama yg menghadap ke dalam
• Pd prmulaan infeksi : ps mrasa sgt gatal
• Pd kasus menahun: lesi kulit kdang dpt mnyerupai iktiosis ,kulit kepala ps dapat
terserang akan ttp rmbut biasanya tidak
Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s color atlas &
synopsis of clinical dermatology sixth edition.
2009. New York: McGraw-Hill.
Tinea Manus
• Juga disebut ringworm
• Infeksi jamur yang mengenai tangan
Etiologi T. rubrum (most common)
T. interdigitale
E. Floccosum
Manifestasi Klinis Terdapat pustul, vesikel, dan adanya exfoliasi  terutama ketika terjadi zoophilic
dermatophytes

DD/ • Atopic dermatitis


• Lichen simplex chronicus
• Allergic contact dermatitis
• Irritant contact dermatitis
• Psoriasis vulgaris.

Tatalaksana • Harus menyembuhkan tinea unguium, tinea pedis dan tinea cruris, jika tidak,
maka tinea manus akan terulang.
• Oral agents:
• Terbinafine: 250 mg daily for 14 days
• Itraconazole: 200 mg daily for 7 days
• Fluconazole: 150–200 mg daily for 2–4 weeks
Tinea Cruris & Tinea Pedis
• Infeksi kulit superfisial oleh jamur golongan
dermatofit (Genus Microsporum,
Trichophyton, Epidermophyton)
• Pengelompokan tinea berdasarkan pada
lokasi dari infeksi jamur
• Tinea cruris: dermatofitosis pada daerah
genitokrural dan sekitar anus.
Terkadang sampai perut bagian bawah
(suprapubik)
• Tinea pedis: dermatofitosis pada bagian kaki

Fitzpatrick’s Color Atlas & synopsis of clinical dermatology 6th Ed. Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine 8th Ed.

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Universitas Indonesia 6th Ed.


Etiologi Manifestasi Klinis

• Trichophytonrubrum • Kemerahan bersisik


• Trichophytonrubrum • Gatal
• Epidermophyton floccosum • Bisa terdapat papul, pustul, ulkus

Fitzpatrick’s Color Atlas & synopsis of clinical dermatology 6th Ed. Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine 8th Ed.

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Universitas Indonesia 6th Ed.


Diagnosis
• Inspeksi:
– Lesi eritem dengan skuama. Bisa disertai papul, pustul, atau vesikel
– Terdapat tepi aktif
• Pemeriksaan penunjang
– Pemeriksaan preparat dengan KOH dibawah mikroskop 
ditemukan hifa

Fitzpatrick’s Color Atlas & synopsis of clinical dermatology 6th Ed. Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine 8th Ed.


Tatalaksana
• Topikal:
• Mikonazol salep 2kali sehari setelah mandi
• Diberikan minimal 3 cm melewati batas lesi
• Sistemik:
• Itrakonazol 2x200 mg selama 3hari
• Ketokonazol 1x200 mg selama 10 hari (hati-hati hepatotoksik)
• Griseofulvin fine particle/microsize 1-2 x 500 mg selama 4-8minggu

Fitzpatrick’s Color Atlas & synopsis of clinical dermatology 6th Ed. Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine 8th Ed.


Komplikasi

• Dapat terjadi nfeksi sekunder pada luka  selulitis, ulkus, dll


• Dermatophytid (reaksi ID / ID reaction)
• Reaksi hipersensitifitas tipe lambat/hipersensitifitas tipe IV akibat antigen
jamur yang terserap secara sistemik
• Erupsi ID muncul di lokasi yang berjauhan dengan lokasi dermatofitosis asal.
• Biasa terjadi pada tinea pedis tipe vesiculobullous atau ulcerative.

Fitzpatrick’s Color Atlas & synopsis of clinical dermatology 6th Ed. Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine 8th Ed.


Dermatophytid (Reaksi ID / ID Reaction)

• Kriteria penegakan diagnosis erupsi ID/ID reaction :


– Dermatofitosis pada bagian tubuh lain
– Tidak ada elemen jamur pada lokasi erupsi ID (hasil lab [-] )
– Erupsi ID membaik/sembuh ketika infeksi utama disembuhkan

Fitzpatrick’s Color Atlas & synopsis of clinical dermatology 6th Ed. Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine 8th Ed.


Pitiriasis versikolor
Pitiriasis Vesikolor
• Sinonim: panu/panau, tinea versikolor.
• Pitiriasis versikolor (PV)  infeksi kulit superfisial kronik, disebabkan oleh ragi genus
Malassezia
• Penyakit ini ditandai oleh area depigmentasi atau diskolorasi berskuama halus, tersebar
diskret atau konfluen, dan terutama terdapat pada badan bagian atas
Epidemiologi:
• Biasanyaditemukan di daerah tropis
• Tidak terdapat perbedaan berdasarkan jenis kelamin
• Lebih banyak ditemukan pada remaja dan dewasa muda
Etiologi Patogenesis
• Malassezia spp., ragi bersifat lipofilik • Malassezia yang semula bentuk ragi berubah
• jamur ini juga bersifat dimorfik,  miselia  kelainan kulit PV
bentuk ragi dapat berubah menjadi • Faktor predisposisi yang berperan:
hifa • Suhu
• Sifat lipofilik menyebabkan ragiini • Kelembaban lingkungan
banyak berkolonisasi pada area yang • Tegangan CO2
kaya sekresi kelenjar sebasea
• Hiperhidrosis
• Kondisi imunosupresif
• Malnutrisi
• Malasezzia memproduksi as. dikarboksilat yang
menganggu pembentukan pigme melanin
Serta menghasilkan metabolit (pityriacin) yang
mempunyai kemampuan absorbsi sinar UV 
lesi hipopigmentasi
Gambaran Klinis PP
• Lesi PV terutama terdapat pada badan • Lampu wood: fluoresensi kekuningan.
bagian atas, dan perut, ekstremitas • Pemeriksaan mikologis langsung dengan
sisi proksimal kerokan kulit dengan menggunakan KOH
• Lesi berupa makula berbatas tegas, 20%, menunjukan hasil: kumpulan hifa
dapat pendek dan sel ragi bulat (spaghetti and
hipopogmentasi/hiperpigmentasi, dan meatballs)
kadang eritematosa, terdiri berbagai
ukuran, dan berskuama halus
Diagnosis
• Diagnosis PV jika ditemukan lesi di daerah predileksi berupa makula berbatas
tegas berwarna putih, kemerahan, sampai dengan hitam, yang berskuama halus
• Pemeriksaan dengan lampu wood: fluoresensi kuning keemasan
Tatalaksana
• Mengidentifikai faktor predisposisi dan menghindarinya
• Obat topikal:
• Selenium sulfide shampoo 1,8% atau losio 2,5% dioleskan tiap hari selama 15 – 30 menit dan
kemudian dibilas
• Ketokonazol 2%
• Alternatif lain: solusio natrium hiposulfit 20%, solusio propilen glikol 50%
• Obat topikal sebaiknya diteruskan 2 minggu setelah hasil pemeriksaan dengan lampu wood dan
pemeriksaan mikologis langsung kerokan kulit negatif
• Obat sistemik:
• Dipertimbangkan untuk lesi yang luas, kekambuhan, dan gagal terapi dengan topikal
• Ketokonazol 200mg/hari selama 5 – 10 hari
• Itrakonazol 200mg/hari selama 5 – 7 hari
Kandidosis
• Penyakit jamur, yang disebabkan oleh Candida spp (C. albicans)
• Infeksi dapat mengenai kulit, kuku, membrane mukosa, traktus
gastrointestinal dan kelainan sistemik
• Dapat menyerang semua umur, baik laki-kali maupun perempuan
• Transmisi dapat melalui kontak langsung

Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin FK UI Edisi: 7. 2017


Faktor Predisposisi
1. Perubahan fisiologik : usia, kehamilan dan haid
2. Faktor mekanik: trauma (luka bakar, aberasi), kelembaban, kegemukan
3. Faktor nutrisi: avitaminosis, defisiensi zat besi, malnutrisi
4. Penyakit sistemik: penyakit endokrin (DM, Cushing syndrome), uremia, keganasan,
imunodefisiensi
5. Latrogenik: penggunaan kateter, radiasi sinar X, penggunaan obat-obatan (glukokortikoid,
agen imunosupresi)

Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin FK UI Edisi: 7. 2017


Diagnosis
1. Pemeriksaan langsung: Kerokan kulit atau usapan mukokutan
diperiksa dengan larutan KOH 20% atau dengan pewarnaan gram 
terlihat sel ragi, blastospora ataupun hifa semu
2. Pemeriksaan biakan: Bahan yang diperiksa ditanam dalam agar
dekstrosa glukosa Sabouraud, lalu disimpan dalam suhu kamar atau
lemari (370C)  koloni tumbuh setelah 2-5 hari, berupa koloni
mukoid putih

Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin FK UI Edisi: 7. 2017


Tatalaksana
• Menghindari faktor pencetus dan predisposisi
• Pengobatan topical untuk:
a. Selaput lendir
• Larutan ungu genetian, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hr
• Nistatin: krim, suspense (kelainan kulit & mukokutan)
• Kandidosis vaginalis: klotrimazol
• Ketokonazol 1x200 mg atau itrakonazol 2x200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol
150 mg dosis tunggal
b. Kelainan kulit
• Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
• Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
• Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
• Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
• Antimikotik yg lain yg berspektrum luas Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin FK UI Edisi: 7. 2017

Anda mungkin juga menyukai