Anda di halaman 1dari 41

Jamur penyebab mikosis

(Non Dermatofitosis &


Dermatofitosis )
Sofiana P. Goo (1408010016)
Maria P. Melanie
Letor(1408010017)
• Penyakit jamur
superfisialis, menahun,
tanpa keluhan yang
disebabkan oleh
Pityrosporum orbiculare
Bentuk klinis:
• Terdapat pada badan bagian
atas, leher dan perut,
ekstremitas sisi proksimal,
kadang ditemukan di wajah,
scalp, aksila, lipat paha dan
genitalia. Lesi berupa makula
batas tegas dapat
hipopigmentasi,
hiperpigmentasi dan kadang
eritematosa teridir atas
berbagai ukuran dan
berskuama halus
Diagnosis:
• Sediaan langsung + lar KOH 10%
• Lampu wood  fluoresensi kuning
keemasan

Phthiriasis versicolor
Pengobatan
Higiene perorangan
▫ Obat topikal:
Suspensi selenium sulfide (selenium) shampo 1,8%
atau bentuk losio yang dioleskan tiap hari selama 15-30
menit dan kemudian dibilas.
Ketokonazole 2% bentuk shampo juga dapat
digunakan, alternatif lain  solusio natrium hiposulfit
20%, solusio propilen glikol 50%
Obat topikal sebaiknya dilanjutkan sampai 2 minggu
setelah hasil pemeriksaan lampu wood dan pemeriksaan
mikologis langsung kerokan kulit negatif.
▫ Obat sistemik dipertimbangkan pada lesi luas, kambuhan
dan gagal dengan terapi topikal: ketokonazole 200mg
perhari selama 5-10hari atau itrakonazole 200mg/hari
selama 5-7hari.
• Definisi : infeksi jamur superfisial yang asimptomatik pada
telapak tangan, walaupun telapak kaki dan permukaan kulit lain
dapat terkena. Kelainan kulit berupa makula coklat sampai hitam.
• Patogenesis→infeksi timbul akibat inokulasi jamur setelah
trauma, denga masa inkubasi 2-7 minggu.

• Gejala Klinis :
Kelainan kulit pada
telapak tangan, berupa
makula coklat hitam
berbatas tegas, tidak
bersisik.
Umumnya pada usia
19 tahun, dan
berlangsung kronik
Diagnosis

Berdasarkan gambaran klinis dan


pemeriksaan kerokan kulit dan biakan.
Pada pemeriksaan sediaan langsung
dengan KOH 10% jamur terlihat
sebagai hifa bercabang, berwarna
coklat muda samapai hijau tua.
Pengobatan
• Antijamur konvensional dan kombinasi bahan
antijamur dengan keratolitik, seperti salap salisil
sulfur, whitfield dan tinctura jodii, selain dengan
antijamur topikal golongan azol.
PIEDRA
• DEFINISI : infeksi jamur pada helai rambut, ditandai dngan
benjolan sepanjang rambut. Dikenal 2 jenis, yakni piedra hitam
disebabkan jamur Piedraia hortae dan piedra putih disebabkan oleh
tricho-sporon beigelli
\
Ciri khas \

- Berupa nodul
kekuningan
yang lebih
lembut Piedraia hortae tricho-sporon beigelli
- Berukuran
lebih besar di
rambut
Gejala Klinis

• Piedra hitam terutama pada rambut Cara penularan


kepala, bersifat asimtomatik, ditandai
dengan benjolan atau nodul hitam
lonjong, keras, multipel, yang melekat - Jamur masuk ke
erat pada rambut, berukuran kutikula rambut,
mikroskopis sampai berukuran 1 mm.
bila disisir akan terdengar suara tumbuh mengelilingi
bergelitik. rambut membentuk
benjolan-benjolan,
• Piedra putih terutama pada rambut
aksila, genital, jenggot, berupa
dan dapat
benjolan lunak , multipel berukuran menimbulkan ruptur
mikrosskopik sampai 1 mm, berwarna atau trikoreksis dan
putih sampai cokelat muda dan tidak
terlalu melekat erat pada rambut. patah rambut
• DIAGNOSA LABORATORIUM
Diagnosa ditegakkan atas dasar :
- gejala kllinis
- pemeriksaan mikroskopik dengan larutan KOH, pada
benjolan piedra putih kadang memberikan fluoresensi
pada pemeriksaan lampu Wood.
• PENGOBATAN
Rambut dicukur atau dikeramas dengan sublimat 1/2000
setiap hari, atau sedian azol topikal.
Dermatofitosis
• Penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk
mis. Stratum korneum, rambut dan kuku
• Gejala klinis umumnya penderita meras gatal, dan
kelainan berbatas tegas dan terdiri atas bermacam-
macam eflorosensi kulit(polimorfi), tepi lesi lebih aktif
dari pada bagian tengah.
• Jamur ini dapat menginvasi seluruh lapisan pd stratum
korneum, dan menghasilkan gejala melalui aktivasi
respon imun penjamu.
• Sifat dari golongan jamur ini yaitu mencernakan keratin
• Terdiri dari 3 genus yaitu Microsporum, Trichopython,
dan Epidemopython.
Untuk kepentingan klinis dan
epidemiologi, dermatofita dibagi
berdasarkan tempat hidupnya yaitu :

• Geofilik (M. Gypseum)


• Zoofilik (M. Canis)
• Antropofilik (T. Rubrum)
M. Gypseum
• Morfologi
1. Jamur imperfecti (jamur
tidak sempurna) atau
deuteromycotina
2. Makrokonidia berbentuk
kumparan
4. Terdiri atas 4-6 sel
5. Berdinding tipis
6. koloni berwarna
kekuning-kuningan
sampai kecoklat-coklatan
• Habitat
Microsporum gypseum merupakan cendawan
keratophilik geofilik. Kelembapan, pH, dan
kontaminasi faeces menjadi faktor yang
mempengaruhi pertumbuhannya
• Patofisiologi
Seperti dermatofita yang lain, M. gypseum memiliki
kemampuan untuk menginfeksi jaringan manusia
dan binatang yang berkeratin. Konidia dari M.
gypseum diletakkan lokasi di kulit dimana mereka
dapat tumbuh. Konidia tumbuh secara berangsur-
angsur, berkembang membentuk suatu lingkaran. Ia
memproduksi keratofilik proteinase yang
efektif pada pH asam dan enzim ini berperan dalam
faktor virulensinya
• Cara penularan
Jamur Microsporum gypseum dapat ditularkan
secara langsung. Penularan langsung dapat
secara melalui epitel kulit, rambut yang
mengandung jamur baik dari manusia, binatang
atau dari tanah.
• Infeksi yang ditimbulkan :
1. Tinea Capitis (Kulit kepala dan rambut)
2. Tinea Favosa
3. Tinea unguinum (Kuku)
Tinea capitis
Tinea unguinum
M. Canis
M. Canis adalah patogen aseksual jamur di
filum Ascomycota yang menginfeksi atas lapisan
kulit mati pada kucing peliharaan, dan kadang-
kadang anjing dan manusia.
M. Canis
• Morfologi
Microsporum canis memiliki konidia yang besar,
berdinding kasar, multiseluler, berbentuk
kumparan, dan terbentuk pada ujung-ujung hifa.
Konidia yang seperti ini disebut makrokonidia.
Spesies ini membentuk banyak makrokonidia yang
terdiri dari 8-15 sel, berdinding tebal dan sering
kalu mempunyai ujung-ujung yang melengkung
atau kail berduri. Pigmen kuning-jingga biasanya
terbentuk pada sisi berlawanan dari koloni.
• Aseksual
Dalam reproduksi aseksual, Microsporum canis
menggunakan konidia yang disebut juga mitospora.
Konidia ini memiliki satu nukleus dan dapat
disebarkan oleh angin, air, dan hewan. Cara
perkembangbiakan ini paling dominan dan
berlangsung secara cepat.
• Seksual
menggunakan askus yang sering disebut askospora.
Askus adalah pembuluh yang berbentuk
tabung/saluran yang mengandung meiosporangium
yang merupakan spora seksual yang diproduksi
secara meiosis.
• Habitat
Meskipun nama spesies ("canis" menyiratkan
anjing), host alami dari M. Canis adalah kucing
domestik. Namun spesies ini dapat menjajah
anjing dan kuda juga. Dalam semua kasus, ia
berada pada kulit dan bulu. Microsporum
canis juga bertahan spora sebagai aktif di
lingkungan untuk waktu lama
• Cara penularan
Manusia terinfeksi akibat kontak langsung atau
tidak langsung dengan hewan peliharaan yang
terinfeksi Microsporum canis
T. Rubrum
• Trichophyton rubrum adalah jamur yang paling
umum menjadi menyebabkan infeksi jamur
kronis pada kulit dan kuku manusia
Morfologi
• Mikrokonidia berdinding halus, berbentuk tetesan air
mata sepanjang sisi- sisi hifa.
• Koloni sering menghasilkan warna merah pada sisi yang
sebaliknya.
• T. rubrum telah dibedakan yaitu : T. rubrum berbulu
halus dan T. rubrum tipe granuler.
• T. rubrum berbulu halus mempunyai karakteristik yaitu
produksi mikrokonidia yang jumlahnya sedikit, halus,
tipis, kecil, dan tidak mempunyai makrokonidia.
• T. rubrum tipe granuler yaitu produksi mikrokonidia
dan makrokonidia yang jumlahnya sangat banyak.
Mikrokonidia berbentuk clavate dan pyriform,
makrokonidia berdinding tipis, dan berbentuk seperti
cerutu
Patogenesis
• Infeksi jamur T. Rubrum ini dapat
menimbulkan kelainan pada kulit rambut dan
kuku. Jamur ini hidup dan berkembang pada
lapisan epidermis dengan enzim keratinase.
Setelah menginvasi jaringan keratin jamur ini
menembusi lapisan epidermis dan menimbulkan
inflamasi.
• Infeksi kulit yang ditimbulkan :
1. Tinea Pedis (di jari-jari kaki)
2. Tinea cruris (Lipatan paha)
3. Tinea Barbae (Janggut)
4. Tinea Unguium (Kuku)
Tinea kruris
Tinea korporis
Tinea pedis
Tinea barbae
Diagnosis Dermatofitosis:
1. Anamnesa
2. Gambaran klinis
3. Sediaan langsung + lar KOH 10%
4. Wood’s light (T.kapitis, T.kruris –
eritrasma, P.versicolor)
5. Biakan pada agar Sabouraud 
spesies penyebabnya
Pengobatan
▫ Sistemik:
Griseofulvin 10 - 25 mg/ kgBB
(max. 1 g/ hr)
▫ Topikal:
 Salap whitfield
 Salap asam lemak tidak jenuh
 Tolnaftat
Sumber
• Atlas parasitologi kedokteran, Juni Prianto,L.A
• https://mikrobia2.files.wordpress.com
• Efek antifungi ekstrak etanol thd pertumbuhan
T. Rubrum secara in vitro, FK Universitas
Sebelas Maret
• Ilmu penyakit kulit dan kelamin FK UI
• Slide kuliah dr. Anselma
Pengobatan dermatofitosis
• Griseofulvin diberikan 1-2 kali sehari setelah gejala klinis sembuh
dan dilanjutkan selama 2 minggu
• 0,5-1 g  dewasa
• 0,25-0,5 g  anak-anak sehari atau 10-25 mg/kg BB.
• Ketokonazol  untuk pasien resisten griseofulvin diberikan 200
mg/hari selama 10 hari – 2 minggu.
• Itrakonazol 2x100-200 mg sehari dalam kapsul selama 3 hari.
• Terbinafin  juga sebagai pengganti griseofulvin. Diberikan
selama 2-3 minggu dosis 62,5 mg – 250 mg sehari tergantung BB
• Untuk mempercepat penyembuhan kadang diberikan obat topikal:
Asam salisilat 2-4%, asam benzoat 6-12%, sulfur 4-6%, Vioform 3%
Terbaru : tolnaftat 2%, toksilat, haloprogin, derivat imidazol,
siklopiroksolamin, dan naftifine masing-masing 1%

Anda mungkin juga menyukai