Tatalaksana
Non medikamentosa
Medikamentosa
Prinsip pengobatan tuberculosis kutis sama dengan tuberkulosis paru. Untuk mencapai
hasil yang baik, hendaknya diperhatikan syarat berikut ini.
1. Pengobatan harus dilakukan scara teratur tanpa terputus agar tidak cepat terjadi
resistensi.
2. Pengobatan harus dalam kombinasi. Dalam kombinasi tersebut INH disertakan, karena
obat tersebut bersifat baktersidal, harganya murah dan efek sampingnya jarang terjadi.
Sedapat-dapatnya dipilih paling sedikit 2 obat yang bersifat bakterisidal.
Daftar obat TB yang terdapat di Indonesia dicatumkan pada table. Yang bersifat
bakterisidal ialah INH (H), rimfampisin (R), pirazinamid (Z), dan streptomisin (S). Sedangkan
etambutol bersifat bakteriostatik. Pemilihan obat tergantung pada keadaan ekonomi penderita,
berat-ringannya penyakit, dan adakah kontraindikasi.
Dosis INH (H) pada anak 10 mg/Kg BB, pada orang dewasa 5mg/Kg BB, dosis
maksimum 400 mg sehari. Rifampisin (R) 10 mg/kg BB paling lama diberikan 9 bulan. Bila
digunakan Z hanya selama 2 bulan, kontraindikasinya penyakit hepar. Pirazinamid (Z) 25
mg/kg BB, streptomisin (S) 15 mg/kg BB, dosis maksimun streptomisin 90 gram. Ethambutol
(E) 15 mg/kg BB.
Obat antituberkulosis yang ada di Indonesia: dosis, cara pemberian dan efek sampingnya
Nama obat Dosis Cara pemberian Efek samping utama
INH 5-10 mg/kg BB per os, dosis tunggal neuritis perifer gangguan
hepar
Rifampisin 10 mg/kg BB per os, dosis tunggal
waktu lambung kosong gangguan hepar
Pirazinamid 20-35 mg/kg BB per os dosis terbagi gangguan hepar
Etambutol bulan I/II 25 mg/ per os, dosis tunggal gangguan N II
Kg BB,berikutnya
15 mg/kg BB
Streptomisin 25 mg/kg BB per inj im gangguan N VIII
Pada pengobatan tuberkulosis terdapat 2 tahapan, yaitu tahapan awal (intensif) dan
tahapan lanjutan. Tujuan tahapan awal adalah membunuh kuman yang aktif membelah
sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya dengan obat yang bersifat bakterisidal. Tahapan
lanjutan ialah melalui kegiatan sterilisasi membunuh kuman yang tumbuh lambat. R dan H
disebut bakterisidal lengkap karena kedua obat tersebut dapat memasuki seluruh populasi
kuman sedangkan Z hanya berkerja pada lingkungan asam dan S dalam lingkungan basa.
Umumnya sebagai pengobatan TB kutis cukup digunakan 3 atau 2 obat. Misalnya
kombinasi 3 obat : H, R, dan Z. Setelah 2 bulan Z dihentikan karena rejimen tersebut sangat
poten, sehingga massa pengobatan dapat dipersingkat, sedangkan yang lain diteruskan. Karena
ketiga obat tersebut sangat hepatotoksik maka sebelum pengobatan dimulai diperiksa lebih
dahulu fungsi hepar (SGOT, SGPT, dan fosfatase alkali). Dua minggu sesudah terapi diulangi,
biasanya meninggi. 2 minggu kemudian diperiksa lagi. Bila tetap atau menurun, pengobatan
dilanjutkan. Tetapi, jika meninggi cara pengobatan diubah, Z dihentikan, R diberikan seminggu
2 kali dengan dosis setiap kali 600 mg. rejimen lain ialah kombinasi H, R dan E. Yang diberikan
selama 2 bulan, dilanjutkan dengan H dan R tanpa etambutol. Jika pasien kurang mampu maka
terpaksa diberikan kombinasi 2 obat saja yaitu H dan R atau H dan etambutol, dengan sedirinya
waktu pengobatan lebih lama. Setelah sebulan pengobatan tidak tampak perbaikan, harus
dicurigai telah terjadi resistensi dan dapat diberikan obat lain.
Pengobatan tuberkulosis kutis yang disebabkan oleh mikobakteria atipikal
pengobatannya agak berbeda dengan yang disebabkan oleh M. tuberkulosis.
M. marinum
Pengobatan dengan minosiklin sehari 100-200 mg selama 6-12 minggu. Pengobatan
lain dengan rimfampisin 600 mg dan etambutol 1,2 gram sehari selama 3-6 bulan. Juga ddapat
dengan kotrimoksazol 2-3 tablet (1 tablet berisi 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg
trimoksazol) sehari 2 kali selama 6 minggu. Pada kasus yang sukar disembuhkan dilakukan
pembedahan.
M. kansasii
Pengobatan dengan obat-obat antituberkulosis, terutama streptomisin, rifampisin, dan
etambutol dalam kombinasi. Dapat juga diberikan minosiklin 200 mg per hari.
M. scrofulaceum
Kuman ini tidak begitu sensitif terhadap obat-obat antituberkulosis. Pengobatan pilihan
untuk limfadenitis ialah eksisi. Pada penyakit yang meluas kombinasi obat antituberkulosis
dapat dicoba.
M. avium-intracellulare
Penyakit ini tidak begitu responsif dengan pengobatan kimiawi, dianjurkan tindakan
pembedahan. Jika belum sembuh dapat dikombinasikan dengan klaritromisin.
M. fortuitum
Infeksi tersebut dapat diberikan dengan klaritromisin 500 mg sehari 2 kali atau
minosiklin 100-200 mg per hari.
M. chelonae
Biasanya resisten terhadap sefaksitin, tobramisin lebih efektif daripada amikasin.
Terapi pembedahan berupa eksisi dapat dilakukan pada lupus vulgaris dan TB kutis verukosa
yang kecil. Pengobatan topical pada TB kutis tidak sepenting pengobatan sistemik.
Prognosis
Pada umunya selama pengobatan memenuhi syarat seperti yang telah disebutkan,
prognosisnya baik.
BAB 3
Kesimpulan
Tuberkulosis kutis adalah tuberkulosis pada kulit yang di Indonesia disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan mikrobakteria atipikal. Tuberkulosis kutis yang paling sering
lebih dominan. Lupus vulgaris lebih sering ditemukan pada wanita, sedangkan tuberkulosis
verukosa sering ditemukan pada laki-laki. Tuberkulosis kutis yang sering ditemukan pada
anak-anak adalah skrofuloderma. Pada daerah endemis tuberkulosis, 50% kasus tuberkulosis
Lupus Vulgaris).
Hal-hal yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik adalah sifat kuman, respon imun
tubuh saat kuman ini masuk kedalam tubuh ataupun saat kuman ini sudah berada didalam tubuh
serta jumlah dari kuman tersebut. Respon imun yang berperan pada infeksi M. tuberculosis
adalah respon imunitas selular. Sedangkan peran antibodi tidak jelas atau tidak memberikan
imunitas.
menegakkan diagnosis), dan tes tuberkulin. Ada juga yang menyebutkan bahwa Reaksi
berantai polimerase (polymerase chain reaction) dapat dipakai untuk menentukan etiologi.
Tetapi kerugiannya tidak dapat mendeteksi kuman hidup, jadi kultur masih tetap merupakan
baku emas.
Prinsip pengobatan tuberkulosis kutis sama dengan tuberkulosis paru. Untuk mencapai
hasil yang baik hendaknya diperhatikan syarat-syarat yaitu pengobatan harus dilakukan secara
teratur tanpa terputus agar tidak cepat terjadi resistensi dan pengobatan harus dalam kombinasi.
Dalam kombinasi tersebut INH disertakan, diantaranya karena obat tersebut bersifat
bakterisidal, harganya murah dan efek sampingnya langka. Sedapat-dapatnya dipilih paling
Pada pengobatan tuberkulosis terdapat 2 tahapan, yaitu tahapan awal (intensif) dan
tahapan lanjutan. Tujuan tahapan awal adalah membunuh kuman yang aktif membelah
lanjutan ialah melalui kegiatan sterilisasi membunuh kuman yang tumbuh lambat.