Anda di halaman 1dari 53

INFEKSI PROTOZOA

DAN JAMUR
PEMBIMBING: dr. Mimbar Topik, M.Ked(DV), Sp. DV
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Malikussaleh
RSU Cut Meutia
Lhokseumawe
2022
DERMATOMIKOSIS

Mikosis Superfisial Intermedia Profunda

DERMATOFITOSIS NONDERMATOFITOSIS
DERMATOFITOSIS

 Definisi :Suatu kelainan pada kulit yang disebabkan oleh jamur dermatofita ( Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton) yang menyerang

keratin seperti kulit rambut dan kuku.

 Etiologi

Trichophyton sp (T. mentagrophytes, T. rubrum, T. tonsurans, T. Violaceum)


Microsporum sp (M. canis, M.. gypseum )
Epidermatophyton sp (E. floccosum )
 Gambaran klinis

Menurut lokalisasi : Tinea kapitis Tinea Imbrikata


Tinea Pavosa Tinea pedis
Tinea fasialis Tinea manus
Tinea barbae Tinea ungium
Tinea korproris Tinea kruris
1. TINEA KAPITIS
 Terdapat pada Kulit kepala dan rambut

 Usia 3-10 tahun

 Sumber penularan : Zoofilik, Geofilik, Antropofilik

 Gambaran klinis

1.Gray patch ring worm


Gray patch ring worm
Etiologi : M. audoinii, M. ferrugium,
Ukuran 2-4 cm,bisa multipel
Papel eritem sekitar rambut,melebar membentuk bercak memucat
bersisik,rambut abu-abu tidak berkilat, mudah patah, alopesia.

2.Blackdot ring worm


Etiologi : T. tonsurans, T. Violaceum.
Rambut rapuh dan patah pada muara folikel sehingga ujung rambut
Blackdot ring worm
yang hitam didalam folikel rambut terlihat bintik hitam
3. Kerion (bentuk radang)
Etiologi : M. canis, M.gypseum atau T. mentagrophytes, T. Violaceum

Lesi bentuk pustular folikulitis sampai bentuk kerion (abses), berupa sebukan massa rambut yang patah dan pus. Jaringan
parut, alopesia permanen.

4. Favus

Etiologi: T. Schoenleini.

 Varian dari Tinea kapitis, jarang

 Pembentukan scutula yaitu krusta berbentuk mangkok warna merah kuning berkembang menjadi kuning kecoklatan.

 Pengangkatan krusta terlihat dasar cekung, merah, basah dan berbau seperti tikus (mousy odor)

 Jaringan parut, atrofi, alopesia permanen.


Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan lampu Wood

M. canis, M. audoinii, M. distortum, M. ferrugineum dan kadang-


kadang M. schoenleinii memberikan fluoresensi putih kebiruan
sedangkan T. tonsurans dan T. violaseum tidak berfluoresensi.
2. Pemeriksaan KOH 10-20 %
3. Kultur
Mengunakan media agar Sabouraud’s

Diagnosis Banding Tinea Kapitis: Dermatitis seboroik, psoariasis, dermatitis atopic, liken
simpleks kronik, alopesia areata, trikotilomania, liken plano pilaris
Penatalaksanaan
◙ Hindari sumber penularan : anjing, kucing, monyet, sisir,
topi,handuk, sarung bantal.
◙ Farmakoterapi

a. Terapi topikal
Selenium Sulfida 1% atau 2,5%
Zinc Pyrithione 1% atau 2%
Ketoconazole 2%

b. Terapi sistemik
Dewasa: Griseofulvin 20-25 mg/kgbb/hari (6-8 minggu)
Terbinafin 250 mg/hari (2-8 minggu)
Itraconazole 5 mg/kgbb/hari (2-4 minggu)
Fluconazole 6 mg/kgbb/hari (3 minggu)
Anak: Terbinafin 3-6 mg/kgbb/hari (2-8 minggu)
2. TINEA FACIALIS
 Wajah,kulit tidak berambut ( glabrous skin )
 Etiologi : T. rubrum, T. mentagrophytes
 Gambaran klinis :

Serupa dengan tinea korporis


 Pemeriksaan Penunjang :

Larutan KOH 10 %, hifa (+)


 Diagnosis Banding :

1. Psoriasis
2. Dermatitis kontak
3. Diskoid Lupus Eritematosus
 Penatalaksanaan :

Mengobati atau menghilangkan sumber penularan


Topikal : Ung .Whitfield, salep 2-4, Imidazol, alilamin.
Oral : Grisefulvin 500 mg/hari, 3-4 minggu
Ketokonazol : 200 mg/hari 2-3 minggu
3. TINEA BARBAE
 Diagnosis Banding :
 Janggut, jambang, kumis

1 .Sikosis barbae
 Rambut putus-putus

2. Karbunkel
 Penularan melalui kontak hewan atau tanah

 Etiologi : jamur zoofilik, Trichophyton sp, 3. Mikosis dalam

Microsporum sp
Penatalaksanaan Hindari sumber, penularan hewan
 Gambaran klinis :
Farmakoterapi:
Bentuk superfisial : eritropapulo skuamus ( Tinea
1. Anti jamur topical
korporis )

Bentuk Kerion ( Tinea Kapitis ) 2. Sistemik: Griseofulvin 1 gr/hari (6 minggu)

 Pemeriksaan Penunjang Itraconazole 200 mg/hari (2-4 minggu)

Larutan KOH 10%, hifa (+) Terbinafine 250 mg/hari (2-4 minggu)
4. TINEA CORPORIS
 Kulit tidak berambut ( glabrous skin )
 Gambaran klinis:

 Leher, badan, lengan, tungkai. Lesi bulat berbatas tegas, bagian tepi
tampak lebih meradang, bagian tengah
 Penularan melalui hewan, tanah dan manusia ke

manusia.
cenderung menyembuh (central healing)
berskuama, polisiklik. Derajat inflamasi
 Etiologi : Trichophyton sp, Microsporum sp,
bervariasi tergantung spesies penyebab,
Epidermaphyton sp
terdiri dari eritem, vesikel, pustul
 Diagnosa Banding: Psoriasis, pitiriasis rosea,
Morbus Hansen Tipe PB/MB, eritema anulare
 Pemeriksaan Penunjang
centrifugum, tinea imbrikata, dermatitis numularis
Larutan KOH 10%, hifa (+)
Penatalaksanaan

 Mengobati atau menghilangkan sumber


penularan

 Pengobatan oral jika lesi luas atau gagal

dengan pengobatan topical

 Topikal : Imidazol , azol, alilamin

 Sistemik: Itraconazole 100 mg/hari (1 minggu)

Griseofulvin 500 mg/hari (2-4 minggu)

Terbinafine 250 mg/hari (2-4 minggu)

Fluconazole 150-300 mg/minggu (4-6 minggu)


5. TINEA IMBRIKATA
 Varian Tinea korporis, kronis, sering kambuh

 Sulawesi, Papua Barat, Kalimantan, Sumatera, Indonesia Timur.

 Etiologi : T. concentricum

 Gambaran Klinis :

Makula dan papul kecoklatan melebar dari tengah ke arah luar, lapisan stratum korneum terlepas dengan bagian
bebasnya menghadap sentrum lesi, proses ini berlangsung terus menerus sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran
konsentris seperti susunan genteng, eritama sangat minim, pada awal infeksi terasa sangat gatal.

 Pemeriksaan Penunjang

Larutan KOH 10% , hifa (+)


 Diagnosis Banding

Tidak diperlukan karena mempunyai gambaran khas.

 Penatalaksanaan

Hindari sumber penularan seperti pakaian, tempat tidur, alat-alat yang digunakan..

Pengobatan topikal kurang bermanfaat

Oral : Griseofulvin

Itrakonazol

Terbinafin
6. TINEA KRURIS  Diagnosis Banding :
 Genito krural, sangat berpengaruh lembab, karena

keringat, celana tebal,celana dalam nilon Eritrasma, kandidiasis, dermatitis intertriginosa,

dermatitis seboroik, dermatitis kontak, psoriasis,


 Etiologi : T. rubrum, E. floccosum, T.

mentagrophytes lichen simpleks kronik

 Penatalaksanaan
 Gambaran klinis:
Hindari faktor predisposisi, pengobatan
Lokasi genito-krural atau sisi medial paha atas,
sama dengan Tinea korporis
asimetris atau bilateral. Lesi berbatas tegas, tepi

meninggi (papulo vesikel eritematosa) atau pustule.

Bagian tengah menyembuh warna coklat kehitaman,

berskuama, likenifikasi.

 Pemeriksaan Penunjang :

Larutan KOH 10%, hifa (+)


7. TINEA PEDIS
 Infeksi dermatofita pada kaki terutama sela jari dan telapak kaki ,dapat meluas ke lateral maupun

punggung kaki
 Dewasa, bekerja ditempat basah (tukang cuci), memakai sepatu tertutup dalam waktu lama

 Etiologi : T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum.

 Gambaran klinis

Tipe interdigitalis : maserasi ( putih, berfisura atau erosi ) sela jari 4 dan 5 ,tercium bau busuk

Tipe vesikuler (akut atau sub akut) : beberapa vesikel, vesiko-pustulosa kadang bula ditelapak
kaki, jarang ditumit. Perluasan lesi interdigital, mulai sekitar jari kemudian punggung kaki atau telapak
kaki.

Tipe papulo skumosa hiperkeratotik (kronis) : tumit, telapak kaki bagian lateral, lesi dengan bercak
skuama putih agak mengkilat, melekat dan relatif tidak meradang. Lesi setempat tapi bisa seluruh
telapak kaki, simetris disebut Moccasin foot
Tinea pedis
interdigitalis
Tinea pedis subakut Tinea pedis tipe hiperkeratotik
 Pemeriksaan Penunjang :

Larutan KOH 10% , hifa ( +), agak sulit karena sering infeksi bakteri
 Diagnosis Banding :

1. Dermatitis kontak alergi


2. Kandidiasis interdigital
3. Psoriasis pustulosa
4. Dermatitis atopik
5 Skabies pada kaki
 Penatalaksanaan

Umum : Hindari faktor predisposisi


Khusus : Peradangan dengan infeksi bakteri dapat diberikan
Erytromisin atau Penisilin semi sintetik
Topikal : Salep Whitfield setelah kaki direndam KMnO4,
Ketokonazol 2%,
Bedak anti jamur

Oral : Itraconazole 200 mg, 2x sehari (Selama 1 minggu), terbinafine 250 mg/hari (2 minggu), fluconazole

150 mg/minggu (3-4 minggu)


 Prognosa : sulit sembuh, sering berulang
8. TINEA MANUS
 Infeksi Dermatofita pada satu atau dua tangan

 Etiologi : T. rubrum, T. mentagrophytes, E fluccosum (antropofilik), M.canis, T. verrucosum (zoofilik) dan M. gypseum
( geofilik )
 Penularan melalui kontak manusia, binatang, atau tanah ( langsung, tidak ), autoinokulasi.

 Gambaran klinis

Unilateral, dorsum manus menyerupai tinea korporis

Lesi pada telapak tangan :

Dishidrosis/eksematoid (akut), vesikel-vesikel sisi lateral tangan atau jari-jari, telapak tangan

Hiperkeratotik (kronis/subakut ), vesikel-vesikel deskuamasi, makula eritem, skuama tebal berwarna putih, mengenai

seluruh telapak tangan dan terjadi fisura.


 Diagnosis Banding

dermatitis atopic, liken simpleks kronikus, dermatitis kontak alergi, dermatitis kontak iritan, psoriasis vulgaris
 Pemeriksaan Penunjang

Larutan KOH 20% , hifa (+), kultur (spesies)

 Penatalaksanaan

Topikal : Imidazol,
Ketokonazol,
Terbinafin,
Sertakonazol

Oral : Griseofulvin,
Ketokonazol,
Itrakonazol,
Terbinafin
9. ONIKOMIKOSIS
 Menyerang kuku tangan dan kaki

 Etiologi : T. rubrum, T. mentagrophytes

 Gambaran klinis

Kuku rusak atau warna kuku suram, dimulai dari distal, lateral,
proksimal, atau keseluruhan , kronis dan sulit sembuh
 Ada 4 tipe onikomikosis :

1. Onikomikosis menyerang bantalan kuku dibawah lempeng kuku.


Tepi distal atau distolateral kuku menjalar ke proksimal, hiperkeratosis
sub ungual dan onikolisis ( warna kuku kekuningan)
2 Onikomikosis subungual proksimal
3. Onikomikosis superfisial putih
4. Onikomikosis kandida
 Pemeriksaan Penunjang:

Larutan KOH 20%, (hifa , spora ). Kultur, spesies dermatofita/non dermatofita.


 Diagnosis banding

1.Psoriasis kuku
2. Infeksi bakterial
3. Dermatitis kontak
4. Onikodistrofi traumatika
5 Yelloe nail sindrom
6 Onikolisis idiopatik

 Penatalaksanaan

Hindari faktor predisposisi


Topikal : Bifonazol 1% + Urea 40%
Amoralfin
Oral : Ketokonazol, Flukonazol, Itrakonazol, Terbinafin
1. PITIRIASIS VERSIKOLOR NONDERMATOFITOSIS

 Pemeriksaan Penunjang
 Stratum korneum, kronis, ringan, tanpa
Larutan KOH 10-20% , kelompokan sel ragi,
peradangan, tidak gatal kecuali berkeringat.
bulat berdinding tebal

 Etiologi : Malassezia fulfur atau Pityrosporum Wood’s Light : flouresensi kuning muda

orbiculare.
 Diagnosis Banding
 Gambaran klinis Lesi dijumpai dibagian atas
1. Pitiriasis Alba 5. Vitiligo
dada meluas ke lengan atas, leher punggung
2. Leucoderma 6. Dermatitis seboroika
dan perut atau tungkai atas/bawah, muka.
3. Pitiriasis Rosea
Bercak bersisik warna putih pada kulit hitam
4. Morbus Hansen
atau coklat, kulit putih terlihat coklat
kemerahan.
 Penatalaksanaan

 Hindari faktor predisposisi

 Hipopigmentasi, kemungkinan terjadi oleh asam dekarboksilat yang diproduksi M. furfur

yang bersifat inhibitor kompetitif terhadap enzim tirosinase dan mempunyai efek
sitotoksik terhadap melanosit.

 Topikal : Azol ( ketokonazol, bifonazol, tiokonazol ), bentuk krim, 2-3 minggu Ketokonazol

2% , shampo, 10-15 menit sebelum mandi kemudian dicuci , 2-4 minggu, Selenium sulfida
1,8%, shampo. Sal Na Tiosulfas 20%, sesudah mandi, 15-30 menit, kemudian dibilas.

 Pencegahan

Ketokonazol 200 mg/hari, 3 hari sebulan


Itrakonazol 200 mg sekali sebulan
Selenium sulfida sekali seminggu.
2. PIEDRA
Penyakit infeksi jamur pada rambut
 Etiologi

Piedra Hitam, Piedra hortai


Piedra Putih: Trichosporon beigelii

 Gambaran klinis

Asimtomatik, batang rambut teraba kasar, granular, nodul, fusiform, ukuran kecil.
 Pemeriksaan Penunjang

 Larutan KOH 10-20% , astrospora, blastopora, pseudohifa.

 Penatalaksanaan

Rambut cukur, asam benzoat , shampo ketokonazol


3. TINEA NIGRA PALMARIS
 Infeksi jamur asimtomatik, superfisial pada stratum korneum, bercak coklat hitam pada
telapak tangan dan kaki , tidak berskuama.
 Etiologi : Cladosporium Werneckii, Stenella araguata

 Jamur terdapat saprofit di tanah, limbah, sampah tumbuhan busuk dan humus, dikayu, cat
dilingkungan lembab, tirai kamar mandi.

 Gambaran klinis

 Makula coklat sampai hitam, skuama (-)

 Pemeriksaan Penunjang

 Larutan KOH 10%, hifa bercabang banyak, miselium


 Diagnosis Banding

1. Nevus pigmentosus

2. Melanoderma

3. Terkena bahan kimia

4. Dermatitts kontak,

5. Pigmentasi (penyakit addison )

 Penatalaksanaan

 Salep Whitfield II (asidum salisilikum


6%, asidum benzoikum 12%, dan vaselin
album)
 Imidazol krim

 Oral : Ketokonazol 200 mg/hari 3


minggu
IntermediaKANDIDOSIS/KANDIDIASIS

 Penyakit jamur yang bersifat akut atau sub akut disebabka oleh spesies kandida

biasanya oleh Candida albicans dan dapat mengenai kulit, kuku, vagina, kadang-
kadang dapat menimbulkan septikemia, endokarditis, atau meningitis.

 Etiologi: Candida albicans (tersering), C. parapsilosis, C. krusei,, C. tropicalis, C.

pseudotropicalis, C. lusitaniae.
Klasifikasi
1. Kandidosis oral
2. Kandidosis kutis dan selaput lendir genital
a. Lokalisata
b. Vulvovaginitis
c. Balanitis atau balanopostitis
d. Diaper candidosis
e. Kandidosis kutis granulomatosa
3. Paronikia candida dan onikomikosis candida
4. Kandidosis kongenital
5. Kandidosis mukokutan kronik
6. Reaksi Id
 Gejala Klinis
A. Kandidiasis Kutan

Kandidiasis intertriginosa

 Lesi berupa bercak berbatas tegas, bersisik, basah, eritematosus, dikelilingi lesi satelit berupa

vesikel, pustul kecil atau bula pecah - erosif. Bentuk yang paling sering pada orang dewasa

 Lokasi lesi :

Lipataran kulit ketiak

Lipatan paha

Intergluteal

Perianal

Lipatan payu dara

Antara jari tangan atau kaki

Umbilikus
 Kandidiasis generalisata
 Mengenai kulit glabrosa, bisa akibat perluasan kandidiasis intertriginosa
 Ditemukan pada penderita dengan kondisi sistemuk yang buruk seperti DM, atau
dapat juga pada orang yang berdiam lama dalam air disebut water-bath dermatitis.
 Lesi eritem, vesikel, pustul, mengenai daerah yang luas

 Paronikia & Onikomikosis


 Ditemukan terutama pada wanita yang sering kontak dengan air.
 Paronikia : jari tangan keempat dan kelima, jaringan pinggir kuku bengkak kemerahan
terasa nyeri, bila ditekan keluar eksudat seperti krim.
 Onikomikosis: menyerang kuku, perubahan warna kuku, kuku rusak/tidak mengkilap
dan menebal
 Kandidiasis popok
 Mengenai daerah perianal, perigenital, lipat paha sampai bokong.

 Sering pada bayi, diduga usus merupakan sumber penularan

 Dapat pula sebagai penyebab sekunder yang menyertai penyebab primer dermatitis kontak
iritan.
 Keluhan gatal dan perih, kulit daerah perianal eritem , edem, papul, pustul, erosif dan basah
serta terdapat skuama kolaret pada tepi lesi.

 Granuloma kandida

 Jarang ditemukan, penderitanya anak-anak, lesi mengenai wajah, kulit kepala berambut,

jari tangan,badan,kaki dan faring. Lesi berupa papul hiperkeratotik yang ditutupi krusta
tebal kuning kecoklatan (granuloma)
Kandidiasis mukosa selaput lendir
C.Vulvo vaginitis
A.Thrush atau stomatitis
 Fluor albus, mukopurulen, bau asam, perasaan
 Pada bayi ( terutama )
gatal vagina, sering pada DM, wanita hamil.
 Sakit dan panas dimulut
d. Balanitis
 Mulut bau asam

 Lesi berupa selaput ( pseudomembran) putih,  Papul-papul eritem, pustul, vesikel, erosi pada

coklat kelabu, bila selaput diangkat  ulkus glans penis & sulkus koronarius.

dangkal, mudah berdarah.  Glans penis, sulkus koronarius dan frenulum

B.Perleche biasanya hiperemis


 Lesi bentuk fisura pada sudut mulut, maserasi,

erosi, basah, dasar eritem.

 Faktor predisposisi : defisiensi riboflavin.


REAKSI ID (KANDIDID)
Definisi : reaksi alergi kulit setempat (mis. telapak tangan) terhadap Pemeriksaan Penunjang :

investasi kandida ditempat jauh ( sela-sela jari kaki) Lesi  kerokan kulit  jamur (-)

ataupun Fokus mikologik dengan KOH  sel ragi, hifa semu

sistemik (usus).

Gambaran Klinis Diagnosis Banding :

Manifestasi kelainan kulit (akibat alergi) biasanya jauh dari tempat 1. Tinea manus

asal 2. Dermatitis kontak

infeksi jamur (fokus mikologik) : eritema, vesikel,papul, Pengobatan :


papuloskuamosa ataupun urtika disertai rasa gatal ( lesi-lesi
- Oral anti jamur ( Ketokonazol, Itrakonazol)
timbul secara bersama-sama )
- Topikal : Hidrokortison 2,5%
Penatalaksanaan
1. Menghindari faktor predisposisi
2. Topikal
Gentian violet 0,5- 2 %
 Nystatin
 Gol Azol/ non azol

3. Sistemik
 Nystatin
 Amfoterisin B
 Ketokonazol
 Flukonazol
 Itrakonazol
KANDIDOSIS VAGINAL
Suatu VAGINITIS atau VULVOVAGINITIS dengan adanya vaginal discharge atau keputihan
dengan atau tanpa rasa gatal dan disebabkan oleh Candida.

Etiologi
Candida albicans dan ragi lain.
Dianggap saprofit atau komensal.
 Ditularkan secara sexual.
 Pada penurunan daya tahan tubuh.
 Sifat saprofit berubah menjadi invasif sebagai infeksi oportunistik.
 Yang mendukung penularan :

- Carier vaginal (aktif seksual)


- Pria mitra seks
Faktor predisposisi dan faktor risiko Diagnosis: Gambaran klinis – khas
 Meningkatnya glikogen vagina.  Pem. Mikroskopis langsung atau biakan
 Penurunan PH vagina. Symptom :
 Lingkungan yang hangat dan lembab.  Keluhan khas 
 Gikosuri Keputihan/discharge vaginal dengan rasa
gatal atau iritasi vulva.
 Pengaruh hormonal.
Discharge : warna putih keju
 Pakaian rapat dan ketat.
bisa banyak
 Pemakaian antibiotik
sering sedikit cair.
 Khemoterapi
 Immunodefesiensi
 Os merasa vulva kering  Pada vagina  kemerahan sering tertutup

 Nyeri dan panas terutama selama dan


oleh Pseudomembran putih keju
 Pemeriksaan laboratorium
sesudah sanggama
- Dengan garam fisologis
 Kadang-kadang ada erosi dan ulcerasi. - KOH

 Adanya Pseudomembrane (khas) berupa - Pewarnaan gram

plak-plak putih seperti sariawan.  adanya bentuk ragi (sel-sel tunas


berbentuk lonjong pseudohyfa & hifa asli)
1. SPOROTRIKOSIS Profunda

Infeksi jamur kronis disebabkan oleh Sporothrix schenkii dengan karakteritik lesi berupa nodul

pada kutan atau sub kutan dan pembuluh limfe, bisa mengalami supurasi, ulserasi dan eksudasi.

Etiologi : Sporothrix schenkii, dijumpai pada tanah, gigi tikus, paruh burung beo, dan tumbuh-
tumbuhan busuk.

Cara penularan: Jamur masuk kekulit lewat luka ( trauma)

Ada 3 tipe :
1.Tipe Limfokutan
2.Tipe Fix kutaneus
3.Tipe diseminata
Gambaran klinis
Tipe Limfokutan
 Lesi dimulai dari nodul atau papel subkutan,berwarna merah
 muda, nekrosis sentral, ulkus granulomatous
 Infeksi meluas mengikuti aliran limfe ( asenden )
 Pembuluh limfe teraba keras seperti tali dan terlihat ulkus
 yang granulomatous mengikuti jalannya pembuluh limfe
 Lokalisasi : paling sering ekstremitas bawah dan atas,
 unilateral

 Tipe Fix kutaneus


 Terbatas daerah inokulasi, tidak melibatkan pemb getah
 bening. Krusta tebal menutupi ulkus, erosi, pioderma, papul
 yang infiltratif, plak sarkoid, plak verukosa, plak psoriatif
 Paling sering daerah muka,leher,badan (jarang)
Tipe diseminata  Pengobatan

 Tulang. Sendi, selaput lendir, paru-paru, SSP,


1. Kalium Yodida
 Penyebaran melalui pemb darah dari satu inokulasi

 limfokutan atau melalui inhalasi ke organ-organ lain  Dewasa : 3 x 5 tetes sehari  dinaikkan setiap
 kemudian melalui pemb darah. hari 5 tetes sampai mencapai dosis sekitar 3 x 30-

40 tetes, sampai dijumpai tanda-tanda


Pemeriksaan Penunjang
toksisitas( mual, muntah,pusing)
 KOH - sel berbentuk cerutu

 Biakan  media agar sabaroud : koloni warna putih


 Anak-anak : 3 x 3 tetes sehari  dinaikkan

setiap hari 2 tetes selama 2 minggu.

 Diagnosis banding
2. Golongan Azol
1. Tuberkulosis verukosa
 Ketokonazol
2. S II

3. Deep mycosis lainnya.  Itrakonazol

3. Amfoterisin B
2. MISETOMA
 Etiologi : Jamur gol Eumycetes  Misetoma Eumikotik

Bakteri gol Actinomycetes  Misetoma Aktinomikotik

Keduanya memberikan gambaran klinis yang sama

 Predileksi : kaki, tangan, bahu, bokong atau kepala yang sering karena trauma

 Mengenai kulit, jaringan sub kutan, fascia dan tulang.

 Lesi terdiri atas granuloma dan abses yang keluar melalui sinus-sinus, terdiri dari atas butir-butir berwarna kuning berukuran sampai 5

mm.
 Cara penularan : melalui trauma (tertusuk duri atau kayu yang infeksius)

 Gejala klinis : Pembengkakan (tumor / abses)

Sinus-sinus/multipel fistel ( eksudat granul)

Butiran pigmen (eksudat granul)


 Pemeriksaan laboratorium :  Diagnosis Banding :

 Butiran granul + KOH 10-20% 1. Aktinomikosis

 Kultur 2. Skrofuloderma

3. Sporotrikosis

 Pemeriksaan histopatologi : 4. Blastomikosis

 jaringan diambil dengan biopsi dari 5. Kromomikosis


bagian dalam , dibawah mikroskop 6. Karsinoma sel skuamous
tampak saluran sinus-sinus yang
mengandung granul.
 Penatalaksanaan
 Granul dapat dibedakan antara bakteri
Actinomycetes ( filamen 1-2 mikron),
jamur Eumycetes ( hifa 3-5 mikron)
 Bedah : drainase

 Obat-obatan : Trimetropin +
 Pemeriksaan radiologi : Kotrimoksazol + Streptomisin ( 9 bulan-
tahun )  Misetoma Aktinomikotik
 Tidak spesifik, osteoporosis, dekstruksi
tulang, erosi tulang dan  Ketokonazol, Itrakonazol, Amphoterisin B
 Misetoma Eumikotik.
 osteomielitis
3. KROMOMIKOSIS
 Etiologi : Jamur golongan Dematiaceae

Cladosporium carionii
Phialophora verucosa Saprofit ditanah dan
Fonsecae pedrosoi tumbuhan
Hemodendrum compactum

 - Kronis, menyerang kutan dan subkutan membentuk nodul verukosa

 Tropis, subtropis seperti Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika,

 Australia, Asia, Thailand, Indonesia.


 - Laki-laki > wanita

 - Penderitanya : rural, petani, pencari kayu dihutan

 Cara penularan : trauma, kadang-kadang melalui inhalasi.


 Gambaran klinis :

1. Kutan- subkutan
- Predileksi : kaki,paha,lengan,muka, bahu, bokong
- 4-15 tahun
- papel kecil,gatal, membentuk plak dengan pinggir yang meninggi,
irreguler, nodul dengan permukaan verukos warna coklat, merah,
unggu.
- Beberapa lesi bergabung  bunga kol
- Bila mengenai jaringan yang lebih dalam  menyumbat aliran limfe 
elefantiasis

 2. Kromomikosis alat-alat dalam ( jarang).

Pemeriksaan Pembantu :
Sediaan langsung : Pus + KOH 10%  spora, hifa
Kultur : Sabaraud agar
Histopatologi
 Diagnosis Banding

1. TBC kutis verukosa

2. Sifilis

3. Frambusia

4. Skuamous sel karsinoma

5. Infeksi jamur granulomatosa

 Penatalaksanaan

- Lesi awal/kecil : elektrodesikasi dan kuretase


- Obat-obatan : Itrakonazol
Amfoterisin B
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai