(Laporan kasus
Tube r k u l o s is
Milier Dokter muda: Ayu Perm
ata sari Trg
Preseptor: dr. Elli kusm
ayati, Sp. A
Bab 1 Pendahuluan
sebelum masuk rumah sakit. Demam yang dirasakan naik 2. Demam berulang satu tahun terakhir
turun dan meningkat terutama pada malam hari namun suhu 3. Batuk berkepanjangan dan mengkonsumsi obat selama 6
demam tidak terlalu tinggi. Pasien juga sering keringat bulan (disangkal)
RPO (-)
R. Sosial ekonomi
R. Imunisasi • Ayah pasien bekerja sebagai petani yang
diimunisasi berdekatan.
R. Tumbuh kembang
• Normal
Pemeriksaan fisiK
130 kali/menit,
32 kali/menit,
Sakit sedang teraba kuat dan 38,9 C
reguler
reguler
Status gizi (CDC)
BB/U (Hijau) : P5 s/d P10
BBI (kuning) : 43 kg
BB/U = 78%
TB Milier
5
Rencana Terapi
1. Diet TKTP
2. IVFD RL 30 gtt (makro)
3. Drip Paracetamol 40 cc/8 jamm
Diagnosa banding: obs febris ec. 4. Inj Ceftriaxone 750 mg/12 jam
5. Inj Ranitidin 12,5 mg/12 jam
Demam tifoid, susp. Tb paru 6. Inj Ondansetron 2 mg/12 jam
7. Syr. Solvita 2 x CI
Diagnosa kerja : Tb Milier dengan efusi 8. Rifampicin 1x450 mg
9. Isoniazid 1x300 mg
pleura d/s 10. Pirazinamide 1x1000 mg
11. Etambutol 1x500 mg
12. Mehylprednisolone 4-3-3
13. Vit. B6 1x1
14. Curcuma 1x1
Follow-up
Follow-up
Bab 3
Tinjauan Pustaka
Tuberkulosis Milier
• infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis menyebar secara hematogen
Definisi • istilah yang dipakai dalam mediagnosis kelainan radiologi
paru dimana didapatkan adanya gambaran nodul dengan
ukuran 1-2 mm yang tersebar di kedua lapangan paru
Pemeriksaan
Anamnesa Pemeriksaan fisik
penunjang
Skoring TB
Alur diagnosis
TB anak
Petunjuk Teknis Manajemen Dan Tatalaksana TB Anak. Kemenkes RI; 2016.
Pengobatan TB
Bab 4
PEMBAHASAN
♂, 14 tahun, dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Berdasarkan anamnesa hingga pemeriksaan penunjang,
Demam yang dirasakan naik turun dan meningkat terutama pada pasien tersebut di diagnosa sebagai TB milier. Gejala dan
malam hari namun suhu demam tidak terlalu tinggi. Pasien juga tanda awal TB ini sama dengan TB lainnya pada anak,
sering keringat berlebih pada malam hari sejak satu minggu dapat dimulai dengan demam hilang timbul selama
terakhir. Pasien juga menjadi tidak nafsu makan dan lemas beberapa minggu, nafsu makan berkurang, mudah letih,
dikarenakan keluhan demam yang dirasakan. Sebelumnya dapat disertai batuk dan sesak nafas.
saluran pernapafasan karena disertai dengan gejala demam. karena metabolisme yang meningkat dan juga akibat kurangnya
asupan. Penderita TB cenderung mengalami anoreksia, hal ini
Berkeringat malam tanpa adanya aktivitas fisik pada penderita berkaitan dengan kadar leptin dan ghrelin yang cenderung
tuberkulosis aktif terjadi sebagai respon salah satu molekul menurun. Leptin diproduksi di sel lemak dan berikatan dengan
sinyal peptida yaitu TNF-α yang dikeluarkan oleh sel-sel sistem reseptor di hipotalamus yang mengatur nafsu makan.
imun di mana mereka bereaksi terhadap bakteri infeksius Menurunnya kadar leptin mengakibatkan penderita kehilangan
(Mycobacterium tuberculosis). Monosit yang merupakan sumber nafsu makan dan menimbulkan masalah dalam pemenuhan
TNF-α akan meninggalkan aliran darah menuju kumpulan nutrisinya
kuman Mycobacterium tuberculosis dan menjadi makrofag
Status gizi yang kurang atau buruk sudah diketahui sebagai
migrasi.
faktor risiko dan juga kriteria diagnostik TB pada anak
Hipotesis terakhir mengenai patogenesis efusi pleura TB adalah Pasien ini mendapatkan terapi cairan untuk membantu
adanya fokus perkejuan di daerah subpleural yang pecah ke pemenuhan kebutuhan cairannya dengan infus ringer laktat 30
dalam rongga pleura dalam 6-12 minggu setelah infeksi primer. tpm (makro). Pasien juga mendapatkan infus PCT dengan
Kebanyakan pasien efusi pleura TB memiliki riwayat kontak kecepatan 40 cc/8jam untuk menurunkan demam yang di derita
dengan pasien TB dalam keluarga. pasien. Sebelum di dapatkan hasil pemeriksaan penunjang foto
toraks, pasien di diagnosis terlebih dahulu sebagai obs. Febris
Pada pasien ini didapatkan skor tb anak yaitu 5. Berdasarkan ec. dd 1. Demam tifoid 2. Susp. TB paru, sehingga pasien
skor tersebut, pasien bukanlah tergolong dalam penderita mendapatkan antibiotik golongan sefalosporin berupa
tuberkulosis namun, rontgen menunjukkan gambaran khas dari ceftriaxone 750 mg setiap 12 jam. Setelah didapatkan hasil foto
tb milier maka berdasarkan hal tersebut pasien dilanjutkan toraks dan skoring TB sudah menegakkan diagnosis TB, pasien
pengobatan OAT langsung dimulai pemberian OAT berupa 2RHZE. OAT tersebut
dikonsumsi selama 2 bulan dimana terdiri terdiri dari rifampisin
(R), isoniazid (H), pirazinamid (Z) dan etambutol (E).
Pasien juga mendapatkan terapi ranitidin 12,5 mg setiap 12 jam. Ranitidin merupakan histamin agonis reseptor H2 yang
bekerja secara selektif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi dari asam lambung. Ranitidin ini diberikan pada pasien
untuk mengurangi gejala perut kembung yang di derita pasien. Selanjutnya pasien mendapatkan ondansetron 2 mg setiap
12 jam, obat ini termasuk kelompok obat antagonis serotonin 5-HT3, yang bekerja dengan menghambat secara selektif
serotonin 5-hydroxytriptamine berikatan pada reseptornya yang ada di chemoreceptor trigger zone (CTZ) dan di saluran
cerna untuk mencegah mual dan muntah. Obat ini memblok reseptor di gastrointestinal dan area postrema di CNS
(Central Nervous System)
Atas indikasi berupa TB milier yg diderita pasien, maka diberikan kortikosteroid berupa methylprednisolon.
Pemberian kombinasi preparat kortikosteroid dengan OAT pada beberapa kasus tuberkulosis mungkin bermanfaat. Telah
dilaporkan, pemberian kortikosteroid pada efusi pleura dapat memperpendek durasi demam dan mempercepat resorpsi
cairan. Tujuan pemakaiannya adalah sebagai anti radang, anti alergi, mencegah adhesi, dan membantu absorpsi cairan.
Untuk membantu pemulihan dan mencukupi kebutuhan mikronutrien, pasien diberikan solvita sirup yang
mengandung Vit A 5,000 IU , vit B1 2.5 mg, vit B2 3 mg, vit B6 2.5 mg, vit B12 2 mcg, vit D 400 iu, nicotinamide 20
mg, dexpanthenol 5 mg, lysine HCl 100 mg, Ca pantothenate 5 mg, dan Ca gluconate 300 mg. Adapun edukasi yang
diberikan kepada pasien dan keluarga berupa meningkatkan diet tinggi kalori dan protein serta menyampaikan respon
keberhasilan yang mungkin terjadi pada pasien.
Dengan pengobatan yang tepat, perbaikan tb milier biasanya berjalan lambat. Respon
keberhasilan terapi antara lain adalah menghilangnya demam setelah 2-3 minggu
pengobatan, peningkatan nafsu makan, perbaikan kualitas hidup sehari-hari, dan
peningkatan berat badan. Gambaran milier pada foto toraks berangsur-angsur menghilang
dalam 5-10 minggu. Prognosis pada pasien ini baik karena tidak ada komplikasi yang berat
dan pasien berada pada usia 14 tahun. Angka kematian yang lebih tinggi terjadi pada anak-
anak dibawah 5 tahun yaitu sekitar 20%.
BAB 5 Kesimpulan
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronis yang dapat dicegah dan disembuhkan. TB pada anak menimbulkan gejala yang
sangat tidak khas jika dibandingkan dengan dewasa, sehingga sering terjadi underdiagnose pada anak. Tes diagnosis yang akurat untuk TB
masih belum ada, namun Indonesia melalui IDAI sudah telah membuat pedoman nasional tuberkulosis anak dengan menggunakan sistem
skoring untuk membantu diagnosis TB anak. Sistem skoring ini membantu tenaga kesehatan mengurangi terjadinya underdiagnosis maupun
overdiagnosis TB.
Pada laporan kasus ini dilaporkan seorang pasien anak laki-laki, berumur 14 tahun, dengan keluhan demam yang hilang timbul satu
bulan terakhir dan memberat 4 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan lemas serta penurunan nafsu makan diikuti penurunan berat badan selama
satu tahun terakhir. Pasien juga mengatakan keluhan seperti batuk muncul sesekali diikuti dahak yang cukup banyak. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan ronkhi pada kedua lapang paru tanpa adanya pembesaran kelenjar KGB. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
kesan leukositosis. Rontgen toraks didapatkan gambaran TB milier dengan efusi pleura dextra sinistra dan berdasarkan hasil skoring pasien
memiliki skor 5. Pasien di diagnosis TB milier dengan efusi pleura dextra sinistra. Prognosis pada anak ini dubia ad bonam karena tidak ada
komplikasi yang berat dan pasien berada di usia 14 tahun.
Terima ka
si h
e
este modelo d
CRÉDITOS: lo
foi criado pe
apresentação con,
sgo , in c lu i íc ones da Flati
Slide
e imagens da
e infográficos
Freepik