LAPORAN KASUS
(Dermatofitosis)
BAB 1 Mikosis superfisialis disebabkan jamur yang menginvasi jaringan yang mengandung keratin
misal stratum korneum epidermis, rambut, serta kuku.\
PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) 2016 insidensi dari infeksi dermatofit
20% orang dari seluruh dunia mengalami infeksi kutaneus dengan infeksi tinea korporis yang
Tinea Corporis merupakan tipe yang paling dominan dan diikuti dengan tinea kruris,tinea pedis, dan
Glabour skin, kecuali telapak onikomikosis.
tangan dan kaki, selangkangan
Asia : 35,6%
Indonesia : 78,3% (2014), 62,2% (2015), dan 72,3% (2016). Tinea coporis 56,1% dan Tinea
Tinea Cruris cruris 34,3%
Selangkangan, genitalia, pubic
area, perineal dan perianal skin
ada beberapa faktor risiko terjadinya tinea Tinea mampu mengenai semua
permukaan tubuh dan bisa diderita oleh semua umur, terutama pada orang dewasa yang kurang
mengerti kebersihan dan memiliki kebiasaan penggunaan pakaian ketat atau yang tidak
menyerap keringat, sehingga meningkatakan kelembapan
BAB 2
LAPORAN KASUS
Nama: Ny. N
Umur: 42 Tahun
JK : Perempuan
Suku : Aceh
TP : 08 September 2022
RM : 022132
Keluhan utama
bercak kemerahan dan bersisik di kedua
tangan, punggung, perut, lipat paha,
bokong serta kedua kaki
Keluhan tambahan
Keluhan diatas disertai rasa gatal
• Awalnya muncul bercak merah dengan sisik putih sebesar uang logam pada
lengan bawah tangan kiri sejak 1 tahun yang lalu dan melakukan pengobatan ke
PKM terdekat. diberi salep berwarna putih yang dikemas dalam plastik klip,
bercak kemerahan mulai meluas sehingga, pasien membeli obat tanpa anjuran
Riwayat penyakit
sekarang dokter yaitu kanalti. Setelah mengkonsumi selama dua minggu, pasien merasa
hanya ada perubahan dalam nafsu makan yang meningkat, tidak ada perubahan
terkait keluhan bercaknya. Bercak tersebut lama kelamaan bertambah lebar dan
meluas ke daerah perut, punggung, bokong, pelipatan paha dan kaki. Bercak
kemerahan tersebut dirasakan sangat gatal terutama bila udara panas dan
berkeringat. Maka dari itu, memutuskan untuk berobat ke poliklinik kulit dan
GCS: 15 150/100
78 x/ 18 x/ 36,0 °C (non
(Kompos Menit, menit,
mmHg contact)
mentis) reguler regular
Sakit SpO2: 99%
sedang
Non-Farmakoterapi:
edukasi
Follow up dua
minggu terapi
Setelah dua minggu pengobatan, pasien mengalami perbaikan secara klinis berupa rasa gatal
yang berkurang, penipisan lesi, tidak ditemukan perluasan lesi ataupun lesi baru. Hanya saja masih
terdapat bercak kemerahan yang terlihat samar pada regio femur dextra et sinistra. Pada
pemeriksaan mikroskopik pada lokasi sampel yang sama, masih ditemukan hifa dengan spora.
SEBELUM TERAPI SESUDAH TERAPI 2 MINGGU
SEBELUM TERAPI
Status dermatologis: regio antebrachii dex et sin, brachii Berdasarkan pekerjaan, ibu rumah tangga adalah pekerjaan
dex, thorax ant et post, abdominal, inguinal dan cruris, Lesi terbanyak pada pasien tinea korporis yaitu 30 orang (29,1%).
primer: plak eritem. Bentuk: annular dengan central healing Dermatofitosis dipengaruhi oleh beberapa faktor: personal
(+), berbatas tegas, ukuran ± Ø 3 – 15 cm. Lesi sekunder: hygiene, penggunaan pakaian yang ketat, status sosial
skuama halus pada permukaan lesi. Lesi terdistribusi ekonomi, kondisi tempat tinggal padat, steroid jangka panjang
TE
OR
I
• Bahwa anti jamur sistemik merupakan terapi pilihan untuk lesi yang luas, kronis atau bila gagal
dengan pengobatan topikal. Terapi topikal direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit
yang hidup pada jaringan kulit. Padaa kasus distribusi lesi luas (generalisata)
• Penggunaan itrakonazol pada tinea korporis et kruris terjadi penyembuhan mikologis (minggu ke-
4) mencapai 91,8%, penyembuhan total (minggu ke-3) mencapai 50%.
• Itrakonazol dianggap obat yang paling efektif, diikuti oleh flukonazol, terbinafin dan griseofulvin
pada article review diatas
Studi komparatif griseofulvin dengan itrakonazol yang menyebutkan outcome yang
lebih baik pada 2 minggu terapi itrakonazol. Meskipun demikian, terbinafin masih
menjadi first line dalam terapi sistemik dan pilihan utama untuk tinea baik pada anak-
anak maupun dewasa dengan tingkat kesembuhan mencapai 87%
Dua minggu kemudian), pasien mengalami perbaikan secara klinis berupa rasa gatal yang berkurang,
penipisan lesi, tidak ditemukan perluasan lesi ataupun lesi baru. Pada pemeriksaan mikroskopik pada lokasi
sampel yang sama, masih ditemukan hifa dengan spora. Namun masih menunjukkan belum ada perbaikan
secara mikologis, jika dibandingkan dengan pemeriksaan sebelumnya yaitu jumlah spora dengan hifa yang
sudah terpisah seperti gambar. Kemudian pasien diberikan edukasi untuk tidak lagi menggunakan celana
berlapis, menjaga higienitas tubuh, segera mengganti baju apabila basah karena berkeringat. Prognosis pada
pasien ini baik secara vitam, functionam dan sanationam adalah dubia ad bonam
SEBELUM TERAPI SESUDAH TERAPI 2 MINGGU
SEBELUM TERAPI