Anda di halaman 1dari 28

Tinea Korporis et Kruris

Luas pada Wanita 42 Tahun dengan


Obesitas

LAPORAN KASUS

Preseptor: dr. M. Mimbar Topik, M.Ked (DV), Sp.DV


Dokter muda: Ayu Permata Sari Br Tarigan
Indonesia negara beriklim tropis yang memiliki kelembaban tinggi sehingga memungkinkan
untuk tumbuhnya berbagai tanaman dan mikroorganisme dengan baikJamur

(Dermatofitosis)

BAB 1 Mikosis superfisialis disebabkan jamur yang menginvasi jaringan yang mengandung keratin
misal stratum korneum epidermis, rambut, serta kuku.\
PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) 2016  insidensi dari infeksi dermatofit 
20% orang dari seluruh dunia mengalami infeksi kutaneus dengan infeksi tinea korporis yang
Tinea Corporis merupakan tipe yang paling dominan dan diikuti dengan tinea kruris,tinea pedis, dan
Glabour skin, kecuali telapak onikomikosis.
tangan dan kaki, selangkangan
Asia : 35,6%
Indonesia : 78,3% (2014), 62,2% (2015), dan 72,3% (2016). Tinea coporis 56,1% dan Tinea
Tinea Cruris cruris 34,3%
Selangkangan, genitalia, pubic
area, perineal dan perianal skin
ada beberapa faktor risiko terjadinya tinea  Tinea mampu mengenai semua
permukaan tubuh dan bisa diderita oleh semua umur, terutama pada orang dewasa yang kurang
mengerti kebersihan dan memiliki kebiasaan penggunaan pakaian ketat atau yang tidak
menyerap keringat, sehingga meningkatakan kelembapan
BAB 2
LAPORAN KASUS
Nama: Ny. N
Umur: 42 Tahun
JK : Perempuan
Suku : Aceh
TP : 08 September 2022
RM : 022132

Keluhan utama
bercak kemerahan dan bersisik di kedua
tangan, punggung, perut, lipat paha,
bokong serta kedua kaki

Keluhan tambahan
Keluhan diatas disertai rasa gatal
• Awalnya muncul bercak merah dengan sisik putih sebesar uang logam pada

lengan bawah tangan kiri sejak 1 tahun yang lalu dan melakukan pengobatan ke

PKM terdekat. diberi salep berwarna putih yang dikemas dalam plastik klip,

amoxicillin, paracetamol, cetirizine, vitamin c. Setelah satu-dua minggu

mengkonsumsi obat-obatan tersebut pasien mengaku gatal berkurang namun,

bercak kemerahan mulai meluas sehingga, pasien membeli obat tanpa anjuran
Riwayat penyakit
sekarang dokter yaitu kanalti. Setelah mengkonsumi selama dua minggu, pasien merasa

hanya ada perubahan dalam nafsu makan yang meningkat, tidak ada perubahan

terkait keluhan bercaknya. Bercak tersebut lama kelamaan bertambah lebar dan

meluas ke daerah perut, punggung, bokong, pelipatan paha dan kaki. Bercak

kemerahan tersebut dirasakan sangat gatal terutama bila udara panas dan

berkeringat. Maka dari itu, memutuskan untuk berobat ke poliklinik kulit dan

kelamin RSUD Cut Meutia.


K
el
O
ra
K
el
O
s
R
u l: u m .
h
a
K
a
h
a
e
m
K
n n n il e
y al y ik
a ti a i b
R R R i
n ( n h
g + g e
s ) s w a
P P P s
a S a a
m te m n
a r a te a
D O K a
( oi (I r
+ d b n
1 ja u a n
Pemeriksaan fisik
(08 September 2022)

GCS: 15 150/100
78 x/ 18 x/ 36,0 °C (non
(Kompos Menit, menit,
mmHg contact)
mentis) reguler regular
Sakit SpO2: 99%
sedang

Berat badan : 72,3 kg


Tinggi badan : 152 cm
Keadaan gizi : Obesitas grade I (31,29 kg/ )
Status Dermatologis
Plak berwarna kemerahan (eritema), annular yaitu
dengan tepi lesi yang meninggi terdiri dari papul milier
eritem, central healing (+), berbatas tegas, ukuran ± Ø 3 –
15 cm, dengan skuama halus pada permukaan lesi yang
terdapat pada regio manus sinistra, 1/3 bagian atas dari
regio antebrachii dextra, regio antebrachii sinistra, regio
brachii dextra et sinistra, regio thorakalis anterior et
posterior, seluruh regio abdomen, regio pubis, regio
inguinalis dextra et sinistra, regio glutealis dextra et
sinistra, 1/3 bagian atas dan 1/3 bagian bawah dari regio
femoralis dextra et sinistra, regio cruris dextra et sinistra,
dan regio pedis dextra et sinistra (generalisata/lesi yang
menyebar).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

KOH 10% sampel berasal dari regio infraskapular dan inguinal,


kerokan pada lesi yang meninggi dan eritema
Hasil : hifa bersepta dan spora (+)

Penunjang diagnosis lain yang diusulkan adalah kultur dari kerokan


tepi lesi yang meninggi pada agar Saboraud’s dextrose.
Diagnosa banding
Diagnosa Kerja
Dermatitis seboroik
Penatalaksanaan
Psoriasis
Pitiriasis rosea
Tinea corporis et Cruris Farmakoterapi:
Eritema annular Itrakonazol 1x100 mg
sentrifugum Luas Cetirizine 1x10 mg

Non-Farmakoterapi:
edukasi
Follow up dua
minggu terapi
Setelah dua minggu pengobatan, pasien mengalami perbaikan secara klinis berupa rasa gatal
yang berkurang, penipisan lesi, tidak ditemukan perluasan lesi ataupun lesi baru. Hanya saja masih
terdapat bercak kemerahan yang terlihat samar pada regio femur dextra et sinistra. Pada
pemeriksaan mikroskopik pada lokasi sampel yang sama, masih ditemukan hifa dengan spora.
SEBELUM TERAPI SESUDAH TERAPI 2 MINGGU
SEBELUM TERAPI

SESUDAH TERAPI 2 MINGGU


PEMBAHASAN
Baru- baru ini infeksi penyakit yang disebabkan oleh jamur
dapat ditemukan hampir di seluruh daerah Indonesia, karena
Ny. N, 42 tahun, ibu rumah tangga, ber alamat di Buket rata
Indonesia merupakan wilayah yang baik untuk pertumbuhan
Aceh utara, datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Cut
jamur. Iklim dan kondisi geografis di Indonesia memudahkan
Meutia dengan keluhan bercak kemerahan dan bersisik di
untuk pertumbuhan jamur sehingga menyebabkan banyaknya
kedua tangan, punggung, perut, lipat paha, bokong serta
kasus infeksi jamur. Di Indonesia, dermatofitosis merupakan
kedua kaki disertai rasa gatal yang memberat ketika suhu
52% dari seluruh dermatomikosis dan tinea kruris, tinea
panas dan berkeringat. Os memiliki kebiasaan
korporis merupakan dermatofitosis terbanyak.
menggunakan celana berlapis. Pemeriksaan vital sign
Berdasarkan penelitian di Indonesia pada 103 penderita tinea
menunjukkan kesan hipertensi dan status gizi obesitas grade
korporis, sekitar 59,2% (61 orang) diderita oleh perempuan
I.
dengan rentang usia tertinggi yaitu 25-44 tahun (34%).
TEORI

Status dermatologis: regio antebrachii dex et sin, brachii Berdasarkan pekerjaan, ibu rumah tangga adalah pekerjaan

dex, thorax ant et post, abdominal, inguinal dan cruris, Lesi terbanyak pada pasien tinea korporis yaitu 30 orang (29,1%).

primer: plak eritem. Bentuk: annular dengan central healing Dermatofitosis dipengaruhi oleh beberapa faktor: personal

(+), berbatas tegas, ukuran ± Ø 3 – 15 cm. Lesi sekunder: hygiene, penggunaan pakaian yang ketat, status sosial

skuama halus pada permukaan lesi. Lesi terdistribusi ekonomi, kondisi tempat tinggal padat, steroid jangka panjang

generalisata. dan imunosupresi (penyakit kronis)

Pemeriksaan KOH 10%: hifa bersepta dan spora (+)


● Pada kasus, pasien adalah perempuan dengan berat
badan berlebih, yang sering menggunakan celana
berlapis. Pasien juga tinggal di negara tropis yang
Meskipun belum ada yang meneliti tentang persentase
beriklim panas, sehingga faktor kelembaban yang
tingkat kekambuhan dermatofitosis dengan obesitas,
tinggi pada kulit pasien. Faktor lain yaitu pertahanan
kegemukan (obesitas) yang dialami oleh Ny. N merupakan
tubuh yang menurun seiring dengan pertambahan usia.
suatu keadaan klinis yang perlu mendapatkan perhatian
Adanya penurunan metabolisme di usia ini dapat
untuk intervensi. Mengingat selain obesitas yang
mengakibatkan obesitas yang menghasilkan lipatan-
dialaminya dapat memicu timbulnya kekambuhan
lipatan pada beberapa bagian tubuh.
dermatofitosis seperti tinea korporis, obesitas juga dapat
● Mengingat pasien pada kasus ini masih termasuk usia
mengakibatkan timbulnya penyakit lain seperti diabetes
produktif, jika ditambah dengan faktor aktivitas yang
melitus, hipertensi, dislipidemia maupun penyakit jantung
menghasilkan keringat dan tidak diimbangi dengan
koroner
kebersihan diri maka akan menyebabkan peningkatan
resiko terkena dermatofitosis
Untuk dapat menimbulkan suatu
penyakit, jamur harus dapat mengatasi
pertahanan tubuh non spesifik dan
spesifik.

Terjadinya dermatofitosis melalui 3 tahap


utama, yaitu perlekatan dengan
keratinosit, penetrasi melewati dalam sel
dan pembentukan respon imun.
Dermatofita terbagi menjadi tiga kelompok berdasarkan Pada kultur didapatkan spesies penyebab tinea kruris
habitat alaminya, yaitu antropofilik (manusia) melalui dan/atau korporis yang paling banyak ditemukan ialah
kontak langsung maupun tidak langsung, zoofilik ditularkan Trichophyton rubrum (95,8%) diikuti Epidermophyton
melalui kontak dengan hewan dan geofilik ditularkan floccosum (4,2%)
kepada manusia melalui kontak langsung dengan tanah. Pasien didiagnosis banding dengan tinea korporis et kruris,
Pada kasus ini, diduga pasien ditularkan melalui kontak psoriasis, dermatitis seboroik, eritema annular sentrifugum.
antar individu (antropofilik) yaitu dengan ibu pasien yang Dimana diagnosis banding psoriasis, dermatitis seboroik
lebih dahulu memiliki gejala serupa dan tinggal satu rumah. dan eritema annular dapat disingkirkan dengan dijumpainya
Berdasarkan suatu penelitian, dermatofit antropofilik paling elemen jamur (hifa panjang dan bersepta dengan spora)
sering sebagai sumber infeksi tinea. Sekitar 37,5% sumber pada pemeriksaan kerokan kulit (KOH 10%), yang tidak
penularan tinea kruris et korporis melalui kontak antar ditemukan pada psoriasis vulgaris maupun dermatitis
individu. Melalui kontak dengan hewan (sebesar 20% pada seboroik. Adapun sensitivitas pemeriksaan mikroskopis
pasien tinea kruris dan 14,23% pasien tinea korporis). KOH adalah sebesar 50-60%.
Pemeriksaan lain: lampu Wood dan kultur jamur (Gold
Standard) dengan Media Saboraud’s dextrose agar
● Farmakoterapi: itrakonazol 1x100 mg
dan cetirizine 1 x10 mg
● Non farmakoterapi: edukasi

TE
OR
I
• Bahwa anti jamur sistemik merupakan terapi pilihan untuk lesi yang luas, kronis atau bila gagal
dengan pengobatan topikal. Terapi topikal direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit
yang hidup pada jaringan kulit. Padaa kasus distribusi lesi luas (generalisata)
• Penggunaan itrakonazol pada tinea korporis et kruris terjadi penyembuhan mikologis (minggu ke-
4) mencapai 91,8%, penyembuhan total (minggu ke-3) mencapai 50%.
• Itrakonazol dianggap obat yang paling efektif, diikuti oleh flukonazol, terbinafin dan griseofulvin
pada article review diatas
Studi komparatif griseofulvin dengan itrakonazol yang menyebutkan outcome yang
lebih baik pada 2 minggu terapi itrakonazol. Meskipun demikian, terbinafin masih
menjadi first line dalam terapi sistemik dan pilihan utama untuk tinea baik pada anak-
anak maupun dewasa dengan tingkat kesembuhan mencapai 87%
Dua minggu kemudian), pasien mengalami perbaikan secara klinis berupa rasa gatal yang berkurang,

penipisan lesi, tidak ditemukan perluasan lesi ataupun lesi baru. Pada pemeriksaan mikroskopik pada lokasi

sampel yang sama, masih ditemukan hifa dengan spora. Namun masih menunjukkan belum ada perbaikan

secara mikologis, jika dibandingkan dengan pemeriksaan sebelumnya yaitu jumlah spora dengan hifa yang

sudah terpisah seperti gambar. Kemudian pasien diberikan edukasi untuk tidak lagi menggunakan celana

berlapis, menjaga higienitas tubuh, segera mengganti baju apabila basah karena berkeringat. Prognosis pada

pasien ini baik secara vitam, functionam dan sanationam adalah dubia ad bonam
SEBELUM TERAPI SESUDAH TERAPI 2 MINGGU
SEBELUM TERAPI

SESUDAH TERAPI 2 MINGGU


KESIMPULAN
Ny. N, perempuan berusia 42 tahun, suku Aceh, alamat Buket Rata dengan nomer RM
022132, datang ke Poliklinik kulit dan kelamin RSUD Cut Meutia pada hari Kamis, 08 September
2022. Berdasarkan autoanamnesis pasien memiliki keluhan utama berupa bercak kemerahan dan
bersisik di kedua tangan, punggung, perut, lipat paha, bokong serta kedua kaki yang disertai rasa
gatal sejak satu tahun terakhir dan memberat satu minggu yang lalu.
Pada pemeriksaan status dermatologis dan mikroskop dengan KOH 10%, ditemukan
gambaran hifa bersepta dan spora. Hal ini mendukung bahwa pasien benar terinfeksi oleh jamur
dengan diagnose tinea corporis et cruris yang luas. Pengobatan diberikan berupa antijamur
sistemik (itrakonazol 1x100 mg) dan antihistamin (cetirizine 1x10 mg). Prognosis pasien dubia ad
bonam.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai