Anda di halaman 1dari 50

IGAA DWI KARMILA

Classification

I. Deep mycosis II. Superficial mycosis


Subcutaneous Dermatophytosis
(mycetoma, ( tinea corporis,
sporotrichosis, capitis,etc )
chromoblastomycosis,
zygomycosis, etc)
Non-
dermatophytosis
Systemic (pytiriasis versikolor &
(histoplasmosis, candidosis, tinea
paracoccidioidomycosis) nigra, piedra)
SEKILAS TENTANG INFEKSI JAMUR SUPERFISIAL
 Spesies dermatofit termasuk dalam tiga genus: Epidermophyton,
Microsporum, dan Trichophyton. Spesies-spesies ini dibagi lebih lanjut
berdasarkan tiga habitat alami (manusia, binatang, dan tanah).
 Dermatofit menginfeksi jaringan yang mengandung keratin meliputi
kulit, rambut, dan kuku.
 Pemeriksaan mikroskopik, kultur, evaluasi lampu Wood dan
histopatologi dapat bermanfaat dalam mengkonfirmasi dermatofitosis.

INFEKSI JAMUR SUPERTFISIAL


 Habitat :
◦ Geophilic
◦ Zoophilic
◦ Anthropophilic

Genera :
◦ Trichophyton
◦ Epidermophyton
◦ Microsporum

DERMATOFIT
 Memiliki enzim protease keratinolitik, lipase,
yang bekerja sebagai faktor virulensi yang
memungkinkan perlekatan dan invasi kulit,
rambut, dan kuku

 Menggunakan keratin sebagai sumber nutrien


untuk bertahan hidup

 Perlekatan arthrokonidia pada keratin  invasi


dan pertumbuhan elemen miselia.
 Invasi tercapai melalui sekresi enzim
 Trauma dan maserasi memfasilitasi penetrasi
dermatofit melalui kulit.

PATOGENESIS
pemeriksaan
histologi
kulturmengidenti tampak adanya
fikasi spesies hifa pada
stratum
korneum

pemeriksaan fluoresensi pada


mikroskopis pemeriksaan
mendeteksi lampu Wood akan
adanya elemen Diagnosis mendukung klinis
jamur yang dicurigai
klinis
infeksi
dermatofit
PEMERIKSAAN MIKROSKOPI

• KOH murah, cepat dan


praktismembuktikan adanya dermatofitosis
• tampak hifa yang bersepta dan bercabang.

• Pemeriksaan KOH dapat memberi hasil negatif


palsu >15%
• pasien yang dicurigai terkena dermatofitosis
secara klinis harus diterapi
TINEA KAPITIS

Tinea kapitis:
infeksi dermatofit
yang terjadi pada
rambut dan kulit
kepala
Grey patch ring worm
M. audouinii, M. canis
Hairs turn gray and lusterless,
break off just above the level of
the scalp
Well defined, round
hyperkeratotic, scaly areas of
alopecia
Wood’s light : green
fluorescence
Kerion
Inflammatory type
M. canis & M. gypseum
Boggy inflammatory mass with
broken hairs & follicular orifices
oozing with pus
Scarring alopecia
Pruritic, pain, posterior cervical
lymphadenopathy, fever
Black dot ring worm
T tonsurans , T violaceum
Hairs broken at the level of the scalp
leave behind grouped black dots
area of alopecia
Inflammation varies from minimal to
folliculitis or furuncle-like lesions
DIAGNOSIS
 Clinical findings
 KOH 10-20 %
 Wood’s light
 Culture : Sabouraud’s dextrose agar
• pada wajah unilateral
• lebih sering melibatkan daerah janggut dibandingkan
area kumis atau bibir atas.

TINEA BARBAE
• lebih sedikit terjadi inflamasi
menyerupai tinea korporis atau
TIPE folikulitis bakterial.
SUPER • Tepi aktif dengan papul disekitar folikel
FISIAL dan pustul disertai eritema ringan.
• Alopesia,bersifat reversible

• Strain zoofilik T. interdigitale atau T.


verrucosum
• Inflamasi,plak krusta basah dan cairan
TIPE seropurulen
KERION • Rambut kusam, rapuh, dan mudah dicabut
• Pustul bergabung abses (pus, jalur
sinus, dan skar alopesia)
TINEA CORPORIS
Glabrous skin
Itchy, especially when sweating
Well define macule, polimorf
Advance peripherally, leaving central, atrophic
clearings or central healing
Marginate eczema
 Tinea imbrikata
• T. Concentricum
• Terdapat pada area geografika terbatas di
daerah Timur, Pasifik Selatan, Amerika
Selatan dan Tengah
 Indonesia Timur
TINEA KRURIS

1 dermatofitosis pada lipatan paha, genitalia, area pubis, kulit


pada perineal dan perianal

• kontak langsung atau lewat benda-benda, kekambuhan

2 oleh karena oklusif dan udara yang lembab


• autoinfeksi dari infeksi langsung reservoir T.rubrum atau
T. interdigitale pada kaki.

3 >> laki-laki, dan dewasa >> dibandingkan anak-anak.


• Gambar klasik plak
anular berbatas tegas
dengan tepi skuama
yang meninggi 
menyebar dari lipatan
inguinal ke paha bagian
dalam, sering bilateral.
• Eritrasma, kandidiasis
kutan, intertrigo
dermatitis kontak,
Paling
psoriasis, dermatitis
menyerupai
seboroik, liken
simpleks kronik,
folikulitis
•Tinea pedis  dermatofitosis pada telapak kaki dan sela jari
•Tinea manum  telapak tangan dan area sela-sela jari pada tangan.
•Infeksi dermatofitosis pada bagian dorsal dari kaki dan tangan dipertimbangkan
sebagai tinea korporis.

• penggunaan alas kaki oklusif yang modern


• penggunaan kamar mandi umum, shower atau kolam renang
• faktor pejamu seperti individu dengan respon imun terhadap dermatofit juga
menentukan peran dalam menyebabkan tinea pedis
• Tinea pedis dan tinea manum disebabkan terutama oleh T. rubrum (paling
sering), T. interdigitale, dan E. floccosum.
TIPE INTERDIGITAL
 Gambaran paling sering,
 skuama, eritema dan maserasi pada sela-sela jari dan kulit dibawah
jari kaki, antara jari ketiga dan keempat bagian lateral, dan jari kaki
keempat dan kelima.
 Oklusi dan infeksi bakteri yang bersamaan (Pseudomonas, Proteus,
dan Staphylococcus aureus) erosi pada sela-sela jari + gatal+ bau
tidak enak  dermatofitosis kompleks, atau “ athlete’s foot”
TIPE HIPERKERATOSIS KRONIK (Moccasin)
•Bercak atau skuama difus pada telapak tangan dan lateral dan
medial kaki
•Dapat muncul vesikel yang cepat menyembuh menjadi skuama
TIPE VESIKOBULOSA

• Vesikel tegang, vesikopustul, bula pda telapak tangan,


erosi area sekitar telapak dan jari
TIPE ULSERATIF AKUT

•Berhubungan dengan superinfeksi bakterial vesikel, pustul


dan ulkus purulen pada permukaan telapak kaki,
•berhubungan dengan selulitis, limfangitis, limfadenopati dan
demam
• kontak langsung manusia yang terinfeksi atau binatang, tanah, atau
melalui autoinokulasi
• paling sering hanya pada satu tangan (singular : tinea manus) yang
terlibat
• bersamaan dengan infeksi pada kaki atau kuku kaki sindroma “ two
feet-one hand”.
• infeksi sekunder pada tangan dari luka garukan dan memegang kaki dan
kuku jari kaki yang terinfeksi.
• dicurigai pada individu dengan skuama kering pada telapak tangan atau
kaki, sering ditemukan pada daerah lipatan.
• vesikel, pustul dan pengelupasan, terutama
apabila disertai keterlibatan dermatofit zoofilik.

• Tinea manus sering terjadi dengan tinea pedis


tipe moccasin dan onikomikosis
• prevalensi tertinggi dari kelainan kuku
• rata-rata 50 % pada semua kasus onikodistrofi.
• dimulai dari tinea pedis sebelum menyebar ke dasar
kuku eradikasinya lebih sulit.
• Hingga 40 % pasien terjadi berbarengan dengan
infeksi kulit, sering terjadi pada tinea pedis (30 %)
 90 % T. rubrum dan T. interdigitale T. tonsurans dan E.
floccosum
 Hingga 30 % spesies kandida adalah penyebab

• Meningkat pada individu yang lebih tua


• Faktor risiko: trauma pada kuku, imunosupresi seperti infeksi HIV,
diabetes melitus, Sepatu yang ketat,pengobatan imunosupresan,
Tipe superfisial putih

Bercak putih kusam rapuh tidak beraturan


pada berbagai bagian lempeng kuku.
Tipe subungual proksimal

Perubahan warna dan penebalan dari kuku


bagian proksimal
Tipe subungual distalis

Perubahan warna, penebalan, debris


subungual pada bagian distal dari kuku jari
kaki.
Paling menyerupai
• Psoriasis, liken planus

Dipertimbangkan
• Paronikia kongenital, leukonikia
didapat dan kongenital, Penyakit
Darier-White , Sindroma kuku kuning
 Topical
◦ Salicylic acid (3-6%) + benzoic acid (6-12%) 
Whitfield’s ointment
◦ Azoles : Miconazole 2%, clotrimazole,ketoconazole
 Sistemic
◦ Griseofulvin 500 mg /day for adult, pediatric dose
10-25 mg/kg /day
 AB for secondary infection
 Itrakonazol terapi denyut 2x200mg khusus
pada onikomikosis

TREATMENT
PYTIRIASIS VERSICOLOR
Pytiriasis versicolor
 e/ : Malassezia furfur, resident cutaneus flora
 Superficial, chronic
 Asymptomatic
 Scaly hypopigmented or hyperpigmented macules, light
brown, dark brown, fine scaling
◦ Synonim
 Tinea versicolor, Kromofitosis, liver spot, tinea flava ,
‘panu’
 Epidemiology : universal, especially tropic
 Pathogenesis :
◦ M. furfur can be cultured from normal skin (normal
flora)
◦ Appropriate conditions : saprophytic yeast to
parasitic mycelial
◦ Warm, humid environment, oral contraceptive,
heredity, sistemic corticosteroid use, Cushing
disease, immunosuppression, hyperhidrosis &
malnourished state [ favorable conditions ]
 Clinical finding
 Wood’s light  yellowish
red
 KOH 20 %  spaghetti &
meatballs
Treatment
 Topical :
Selenium sulfide : 15-30 minutes then washed
off
Azole derivate : miconazole, clotrimazole,
ketoconazole .tolsiclate, tolnaftate
 Sistemic :
Ketoconazole 1 X 200 mg/day for 10 days
Itraconazole

 Prognosis
◦ Good as long as adequate treatment
◦ Continue the treatment for 2 weeks after
negative wood’s light and KOH
CANDIDIASIS
 Acute or subacute by Candida albican:
skin, nails, mucous membranes & GI tract,
also systemic  septicemia endocarditis,
meningitis
 Epidemoilogy
◦ Worlwide, all age
 Etiologi :
◦ Candida albicans
◦ Candida parapsilosis (endocarditis)
◦ Candida tropicalis (septicemia)
Classification
◦ Conan et al 1971
 Mucocutaneous candidiasis
◦ Oral ( thrush), perleche, vulvovaginitis,
balanopostitis, chronic mucocutaneous
candidiasis, candidiasis broncho pulmonal and
pulmonal
 Kandidiasis cutis
◦ Localized : intertriginous , perianal
 Systemic candidiasis
◦ Endocarditis , meningitis, pyelonefritis,
septicemia
 Id reaction(candidid)
Cutaneous candidiasis
 Intertriginous candidiasis, perianal, paronichia,
oychomycosis, diaper rash
Oral candidiasis. A chronic infection with
white debris covering the surface of the
tounge

Candida balanitis. Multiple red,


round erosions are present on the
glans and the shaft of the penis
 Diagnosis
◦ Clinical finding
◦ KOH 10%
◦ Gram stained (yeast, pseudohyphae)
◦ Culture
 Treatment
◦ Correct the predispose factors
◦ Topical : gentian violet ½ - 1%, nystatine, azole
group (miconazole ,ketoconazole, clotrimazole,
butoconazole, tioconazole, econazole &
terconazole), siclopiroczolamine
 Systemic
◦ Nystatine tablet
◦ Ketoconazole
◦ Fluconazole
◦ Itraconazole
◦ Clotrimazole intravagina
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai