Anda di halaman 1dari 29

TUGAS

DERMATOFITOSIS

Oleh :
Suci Putri Lestari
Pembimbing :
dr. Frista Martha Rahayu, Sp.DV

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
RSUD WALED KABUPATEN CIREBON
CIREBON
Definisi:

•Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat


tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku,
yang disebabkan golongan jamur dermatofita

Etiologi:

• Golongan Dermatofita, yang terbagi dlm genus:


• Microsporum
• Trichophyton
• Epidermophyton
Epidemiologi

Penyakit infeksi jamur di kulit mempunyai prevalensi tinggi di


Indonesia, karena Indonesia beriklim tropis dan kelembabannya
tinggi. Perpindahan manusia dapat dengan cepat mempengaruhi
penyebaran endemik dari jamur. Adanya trauma, dan pemanasan
dapat meningkatkan temperatur dan kelembaban kulit sehingga
meningkatkan kejadian infeksi tinea.
Cara Penularan

Langsung

Melalui epitel
Patofisiologi
 Antropofilik, transmisi dari manusia ke manusia.
Ditularkan baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui lantai kolam renang dan udara sekitar rumah
sakit/klinik, dengan atau tanpa reaksi peradangan (silent
“carrier”)
 Zoofilik, transmisi dari hewan ke manusia. Ditularkan
melalui kontak langsung maupun tidak langsung melalui
bulu binatang yang terinfeksi dan melekat dipakaian, atau
sebagai kontaminan Sumber penularan utama adalah anjing,
kucing, sapi, kuda dan mencit.
 Geofilik, transmisi dari tanah ke manusia. Secara sporadic
menginfeksi manusia dan menimbulkan reaksi radang.
Klasifikasi
1. Tinea Kapitis 6. Tinea Manumum

2. Tinea Korporis 7. Tinea Kruris

3. Tinea Favosa 8. Tinea Unguium

4. Tinea Imbrikata 9. Tinea Pedis

5. Tinea Barbae
TINEA
KAPITIS Dermatofitosis pada kulit dan
rambut kepala
1. Gray patch ringworm

Disebabkan oleh Microsporum


Efloresensi :
 Papul merah di sekitar rambut
→ bercak pucat dan skuama
Gatal, rambut mudah patah
dicabut tidak nyeri, alopesia
lokalis.
Lampu wood → hijau kekuningan
TINEA
KAPITIS Dermatofitosis pada kulit dan
rambut kepala

2. Black dot ringworm

Ujung rambut penuh spora berwarna


kehitaman di dalam folikel rambut
TINEA
KAPITIS Dermatofitosis pada kulit dan
rambut kepala

2. Kerion

Peradangan berat pada tinea kapitis


Pembengkakan menyerupai sarang
lebah
Terbentuk jaringan parut → alopesia
menetap, bisa menonjol
Keluhan: gatal, demam dan sakit
TINEA
FAVOSA Dermatofitosis pada kulit dan
rambut kepala
Gambaran klinis mulai dari gambaran ringan,
berupa kemerahan pada kulit kepala dan
terkenanya folikel rambut tanpa kerontokan,
hingga skutula dan kerontokan rambut, serta
lesi menjadi lebih merah dan lebih luas.

Setelah itu, terjadi kerontokan rambut luas,


kulit mengalami atrofi dan sembuh dengan
jaringan parut permanen.
ditandai oleh skutula berwarna kekuningan
dan bau seperti tikus (mousy odor) pada kulit
kepala.
TINEA Dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela jari
PEDIS kaki dan telapak kaki.

Tinea Interdigitalis
Predileksi : sela jari IV dan V
Efloresensi :
 fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis
 Maserasi (+) , kulit putih dan rapuh
 Cenderung meluas ke sela jari lain, atau
ke subdigitalis
TINEA Dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela jari
PEDIS kaki dan telapak kaki.

Moccasin foot
Penebalan pada seluruh kaki
(telapak-punggung kaki)
Efloresensi:
 Eritem ringan
 Kulit menebal dan bersisik
 Eritem pada tepi lesi
 Tampak tepi lesi aktif (papul dan
vesikel)
TINEA Dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela jari
PEDIS kaki dan telapak kaki.

Subakut
Efloresensi : vesikel, vesiko-pustul,
bula -> pecah -> koleret
Predileksi : sela jari hingga
punggung kaki

predisposisi :
sering menggunakan sepatu
tertutup
Kaki selalu basah
TINEA
UNGIUM Kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur
dermatofita
Subungual distalis
Kerusakan kuku dimulai dari distal-
>proksimal
Eflor : kuku distal hancur dan rapuh
Leukonikia trikofita
keputihan di permukaan kuku
Penyebabnya Trichophyton
mentagrophytes

Subungual proksimalis
kuku distal utuh, proksimal rusak
TINEA Dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum,
KRURIS dan sekitar anus

Kelainan bersifat akut/menahun dan


menetap
Dapat meluas ke perut bagian
bawah dan gluteal
Eflor :
 lesi berbatas tegas
 Central healing
 Kronik : hiperpigmentasi dan
bersisik (skuma kasar)
TINEA
KORPORIS Dermatofitosis pada kulit tidak
Predileksi : anggota tubuh
berambut
selain klasifikasi diatas.
Efloresensi :
 lesi bulat atau lonjong
 berbatas tegas
 bercak eritem
 berukuran numular hingga
plakat
 dengan tepi lesi polisiklik dan
aktif
 disertai erosi, ekskoriasi, dan
skuama kasar diatasnya
TINEA
dermatofita pada daerah jenggot, jambang
BARBAE dan kumis

Superfisialis
gejala eritem, papul dan skuama yang mula-
mula kecil selanjutnya meluas ke arah luar
dan memberi gambaran polisiklik, dengan
bagian tepi yang aktif..
Kerion
Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang
eritematous dengan ditutupi krusta atau
abses kecil dengan permukaan membasah
oleh karena erosi.
TINEA
dermatofita pada daerah permukaan kulit yang
IMBRIKATA tidak berambut

Gambaran khas berupa kulit bersisik yang


melingkar-lingkar dan terasa gatal.
Lesi bermula sebagai makula eritematosa
yang gatal, kemudian timbul skuama yang
agak tebal dan konsentris dengan susunan
seperti genting. Lesi makin lama makin
melebar tanpa meninggalkan penyembuhan
di bagian tengah.
Pemeriksaan Penunjang
Sediaan Langsung Biakan

Bahan : kerokan kulit, rambut dan kuku


KOH 10% : rambut
KOH 20% : kulit dan kuku
Cara : Ditanam pada media agar
Bahan + 1-2 tetes KOH  tunggu 15-20 buatan yaitu Sabaroud
menit  lihat dibawah mikroskop Dextrose Agar.
Hasil :
Kulit dan kuku : hifa sbg dua garis
sejajar, bersekat, bercabang
Rambut : mikrospora dan makrospora
Diagnosis Banding
PENATALAKSANAAN
EDUKASI
•Menjaga kebersihan diri
•Mematuhi pengobatan yang diberikan untuk mencegah resistensi
obat
•Menggunakan pakaian yang tidak ketat dan menyerap keringat
•Pastikan kulit dalam keadaan kering sebelum menutup area yang
rentan terinfeksi jamur
•Hindari penggunaan handuk atau pakaian bergantian dengan orang
lain
DAFTAR PUSTAKA
1. Dini Agustina, Hindayanti Mustafidah, Mustika Ratnaningsih Purbowati. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit
Akibat Infeksi Jamur . Vol 4 No. 2 2016
2. Sularsito SA, Djuanda S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin .5 th.ed. Penerbit FKUI, Jakarta 2018
3. Eva Riani. Hubungan antara Karakteristik Demografi, Gaya Hidup dan Perilaku Pasien Puskesams di Jakarta
Selatan dengan Dermatofitosis. Vol 2 No. 2. 2014.
4. Astri N. Napitupulu, Prasetyowati Subchan. Y.L Aryoko Widodo. PrevalensiDan Faktor Risiko Terjadinya Tinea
Pedis Pada Polisi Lalu Lintas Kota Semarang. Vol 5 No. 4. 2016.
5. Kurniati, Cita Rosita. Etiopatogenesis Dermatofitosi. Vol 20 No. 3. 2008.
6. Kiki Nurrtjahja, Dwi Suryanti, Lavarina Winda. Identifikasi Jenis Dan Jumlah Bakteri Pada Pasien Mikosis Kulit.
Vol 1 No. 1. 2014. D
7. Trelia Boel. Mikosis Superfisialis. 2003. Diakses 18 November. 2018.
8. Yara Egyptha Saraswati, IGK Darmada, Luh Made Mas Rusyati. Tinea Korporis. 2013.
9. Tanti Yossela. Diagnosis And Treatment of Tinea Cruris. Vol 4 No. 2. 2015.
10. Cyndi E.E.J. Sondakh, Thigita A. Pandaleke, Ferra O. Mawu. Profil dermatofitosis di poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari- Desember 2013. Vol 4 No. 1 2016.

Anda mungkin juga menyukai