Anda di halaman 1dari 33

Modul Praktik Klinik

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

DERMATOFITOSIS
NON-DERMATOFITOSIS
Pembimbing: dr. Shinta J.B.T.R, SpKK, M.Kes

Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
RSUD Bekasi
2020
DERMATOFITA
DEFINISI
Penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum
korneum pada epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan golongan
jamur dermatofita

Sinonim: Tinea, ringworm, kurap, teigne, herpes sirsinata.


ETIOLOGI
Disebabkan oleh golongan jamur dermatofita (bersifat keratofilik), terbagi
dalam 3 genus:
1) Microsporum 2) Tricophyton 3) Epidermophyton

Dermatofita yang menginfeksi manusia (berdasarkan tempat hidupnya):


1. Geofilik  jamur yang berasal dari tanah, contoh: M, gypseum
2. Zoofilik  berasal dari hewan, contoh: M. canis
3. Antropofilik  berasal dari manusia, contoh: T. rubrum

Dapat menginvasi seluruh lapisan stratum korneum.


KLASIFIKASI Tinea Kapitis • Kulit dan rambut kepala
BERDASARKAN LOKASI
Tinea Barbe • Dagu dan jenggot

Tinea Kruris • Genitokrural, perianal, gluteus, perut bawah

Tinea Pedis et • Kaki dan tangan


Manum

Tinea Unguium • Kuku jari tangan dan kaki

• Kulit glabrosa pada bagian lain yang tidak


Tinea Korporis termasuk bentuk 5 tinea diatas
TINEA KAPITIS
Dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala
Lesi : bersisik, kemerah-merahan, alopesia dan kadang kerion.

Manifestasi klinis :
1. Grey patch ringworm (non-inflammatory)
Disebabkan oleh genus Microsporum
Efloresensi : Papul merah di sekitar rambut → bercak pucat
dan bersisik
Keluhan :
•Gatal, warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat
kembali
•Rambut mudah patah dan mudah dicabut tidak nyeri
•Alopesia lokalis
Lampu wood → hijau kekuningan pada rambut
TINEA KAPITIS
2. Kerion

Reaksi peradangan yang berat berupa pembengkakan


menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang
yang padat di sekitarnya → dapat terbentuk jaringan
parut → alopesia menetap

Microsporum > Trichophyton


TINEA KAPITIS
3. Black dot ringworm

Sering disebabkan oleh Trychophyton

Awalnya gejala menyerupai kelainan oleh Microsporum → rambut


yang terkena infeksi patah pada muara folikel → tertinggal ujung
rambut penuh spora → ujung rambut berwarna kehitaman di dalam
folikel rambut → black dot → ujung rambut yang patah kadang
dapat tumbuh ke bawah permukaan kulit
TINEA PEDIS
Dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari kaki dan
telapak kaki.
Sering pada seseorang yang bersepatu tertutup dengan
perawatan buruk, dan pekerja yang kakinya sering atau selalu
basah.
1. Tinea Interdigitalis
Predileksi : sela jari IV dan V
Efloresensi :
 Fissura yang dilingkari sisik halus dan tipis
 Dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan ke sela jari lain
 Maserasi (+) , berupa kulit putih dan rapuh  dibersihkan
 terlihat kulit baru yang telah diserang oleh jamur
TINEA PEDIS
2. Moccasin foot

Penebalan pada seluruh kaki (telapak tapi hingga punggung


kaki)

Bersifat kronik dan sering resisten.

Efloresensi :
 Eritema ringan pada tepi kaki

 Kulit menebal dan bersisik

 Tampak tepi lesi aktif (papul dan vesikel)


TINEA PEDIS
3. Subakut

Efloresensi: vesikel, vesiko-pustul, bula  pecah 


mengeluarkan cairan jernih yang kental  skuama koleret

Predileksi : sela jari hingga punggung kaki

Semua bentuk kelainan di kaki dapat terjadi di tangan

 Tinea manum (klinis: hiperkeratosis dan penebalan lipat)


TINEA UNGUIUM
Kelainan kuku akibat infeksi dermatofita, kuku kaki > kuku tangan
 Subungual distalis
Kerusakan kuku dimulai dari distal atau distolateral  proksimal, dan dibawah kuku
terdapat sisa kuku yang rapuh
Efloresensi : kuku distal hancur dan rapuh
 Leukonikia trikofita/mikotika
keputihan dipermukaan kuku yang dapat dikerok
 Subungual proksimalis
Kerusakan kuku dimulai dari kuku bagian proksimal dan distal masih utuh
TINEA UNGUIUM

Proximal subungual Leukonikia trikofita


TINEA KRURIS
Dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar
anus. (genito-krural)

Kelainan dapat akut atau menetap/menahun

Dapat meluas ke perut bagian bawah, anus dan gluteus, atau


bagin tubuh yang lain.

Efloresensi :
 Efloresensi polimorf, berbatas tegas, tepi lebih aktif
 Kronik : hiperpigmentasi, erosi, skuama, dan ekskoriasi.
TINEA KORPORIS
Dermatofitosis pada kulit yang tidak berambut (glabrosa)

Awal infeksi : sangat gatal

Efloresensi :
 bercak lonjong atau bulat, berbatas tegas, eritema,
papul atau vesikel di tepi, polisiklik, disertai erosi,
ekskoriasi, skuama, krusta

 berukuran numular hingga plakat


Tinea Imbrikata

Bentuk tinea corporis yang khas, disebabkan Trichophyton


concentricum  papul berwarna coklat semakin lama
semakin besar skuama konsentris  polisiklik

Terdapat di Kalimantan, sulawesi, papua, kep. Aru dan Kei,


Sulawesi tengah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sediaan Langsung Basah
Bahan :  Kuku: diambil dari bagian kuku yang sakit dan
diambil sedalam-dalamnya sehingga mengenai
 Kerokan kulit, rambut dan kuku
seluruh tebal kuku, bahan dibawah kuku diambil
 Alkohol 70%
2. Bahan + 1-2 tetes KOH tunggu 15-20 menit 
 KOH 10% (rambut) - 20% (kulit dan kuku) lihat dibawah mikroskop
Cara :
1. Tempat lesi dibersihkan dengan alkohol  Hasil :
 Kulit glabrosa: diambil dari tepi lesi sampai  Kulit dan kuku : hifa sebagai dua garis
dengan bagian sedikit di luas lesi dan dikerok sejajar, bersekat, bercabang
dengan pisau tumpul steril
 Rambut : mikrospora dan makrospora
 Kulit berambut: rambut dicabut terlebih dahulu
pada lesi kulit tersebut dan dikerok
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Biakan
Ditanam pada media agar buatan yaitu Sabaroud Dextrose Agar.
PENGOBATAN ORAL
 Griseofulvin:
0,5 – 1 gram/hari  orang dewasa
0,25 – 0,5 gram/hari  anak-anak sehari atau 10 – 25 mg per kg BB
Diberikan 1-2 kali/hari. Setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu

 Ketokonazol 200mg /hari  10 hari – 2 minggu pagi hari setelah makan


 Itrakonazol 2x100-200 mg/hari selama 3 hari
 Terbinafin 62,5mg-250mg selama 2 -3 minggu
PENGOBATAN TOPIKAL

Konvensional Obat baru


• asam salisil 2-4% • tolnaftat 2%
• asam benzoate 6-12% • Tolsiklat
• sulfur 4-6% • Haloprogin
• vioform 3% • derivate-derivat imidazol
• asam undesilenat 2-5%, dan • siklopiroksamin, dan
• naftiline masing-masing 1%.
NON DERMATOFITA
Non Dermatofita

Pitiriasis Versicolor Tinea Nigra Palmaris Piedra Hitam/Putih Pitirosporum Folikulitis

Infeksi jamur superficial Infeksi Jamur pada


Infeksi kulit superfisial penyakit kronis pada folikel
yang asimtomatik pada helai rambut, ditandai
kronik yang pilosebasea yang
stratum korneum dengan benjolan
disebabkan oleh ragi disebabkan oleh Malassezia
Disebabkan oleh (nodul) sepanjang
genus Malassezia spp.,
Cladosporium wermeckii rambut
Pitiriasis Versicolor
Infeksi kulit superfisial kronik
yang disebabkan oleh ragi
genus Malassezia

Malassezia memproduksi
asam dikarboksilat 
mengganggu pembentukan
pigmen melanin dan
memproduksi metabolit yang
mempunyai kemampuan
absorbsi sinar ultraviolet 
lesi hipopigmentasi
Variasi Pitiriasis Versicolor

Hipopigmentasi Hiperpigmentasi Eritematosa Folikular


Diagnosis :
Lesi di daerah predileksi (badan bagian atas, leher, perut, ektremitas sisi
proksimal) berupa makula berbatas tegas dapat hipopigmentasi maupun
hiperpigmentasi dan kadang eritematosa yang berskuama halus
Pemeriksaan dengan lampu wood : lesi terlihat fluouresensi kuning
keemasan
Sediaan langsung KOH 20%  hifa pendek dan sel ragi bulat
berkelompok (spaghetty and meatballs atau bananas and grapes)

Diagnosis Banding :
dermatitis seboroik, eritrasma, pitiriasis alba, vitiligo, pitiriasis rosea.
Tatalaksana Farmakologi : Non Farmakologi :
 selenium sulfida (sampo 1,8% atau losio 2,5%) • Identifikasi faktor predisposisi
dan menyingkirkan yang
dioleskan tiap hari selama 15-30 menit, lalu bilas.
dapat dihindari
 Ketokonazol 2% (Sampo) : penggunaan seperti • Mandi 2x sehari dengan
selenium sulfide. menggunakan sabun
 Alternatif lain : solusio natrium hiposulfit 20%, solusio • Jaga agar lesi tetap kering
propilen glikol 50%. (tidak lembap)
 Untuk lesi terbatas Krim Derivat azol : mikonazol, • Hindari bertukar handuk dan
klotrimazol, isokonazol (topikal) pakaian
((obat topikal sebaiknya diteruskan 2 minggu setelah hasil pemeriksaan Pengobatan Rumatan
lampu wood dan mikologis langsung kerokan kulit sudah negatif)) (mencegah kekambuhan)
 Jika lesi luas  obat sistemik : • Sampo selenium sulfide (periodis) atau
• Ketokonazol 400mg/hari (1x/bulan)
ketokonazol tab 200 mg 1x1 selama 5-10 hari atau atau 200mg/hari (3 hari/bulan)
itrakonazol tab 200mg selama 5-7 hari
Piedra
PIEDRA HITAM PIEDRA PUTIH

 Etiologi : Jamur Piedraia hortae  Etiologi : genus Trichosporon sp.


 Tempat predileksi : rambut kepala, jenggot,  Tempat predileksi : rambut aksila, genital
kumis, dan pubis dan jenggot
 Nodul hitam lonjong, keras, multipel, yang  Nodul lunak multipel, berukuran mikroskopik
melekat erat pada rambut, berukuran sampai 1 mm, berwarna putih sampai
mikroskopis sampai 1 mm. Bila rambut disisir cokelta muda dan tidak terlalu melekat
akan terdengar suara bergelitik. Rambut pada rambut, sehingga mudah dilepaskan.
sering patah  Pemeriksaan KOH : ditemukan benjolan
 Pemeriksaan KOH : tampak benjolan- cenderung menyatu, terdiri atas anyaman
benjolan terpisah yang terdiri atas anyaman hifa yang tersusun kurang reguler,
padat hifa berwarna cokelat hitam tersusunn membentuk massa seperti gelatin yang
reguler dalam substansi seperti semen. Di menyelubungi rambut.
bagian tepi dapat ditemukan artokonidia  Benjolan kadang memberikan fluoresensi
berdiameter 4-8𝜇𝑚, dan di tengah dapat pada pemeriksaan lampu Wood
ditemukan askus yang berisi 8 askospora
berbentuk fusiform.
Tatalaksana
 Memotong rambut atau
 Mencuci rambut dengan larutan sublimat 1/2000 tiap hari.
 Sediaan azol topikal
Tinea Nigra Palmaris
Infeksi jamur superficial yang
asimtomatik pada stratum korneum
Disebabkan oleh Cladosporium
wermeckii

Predileksi : telapak tangan dan


kaki

Lesi : makula coklat hitam


berbatas
. tegas , tidak bersisik
Diagnosis :

gambaran klinis dan pemeriksaan kerokan kulit dan biakan

kerokan kulit KOH 10% : hifa bercabang, bersekat, warna cokelat muda - hijau tua)

Diagnosis Banding :

dermatitis kontak, tinea versikolor, hiperkromia, nevus pigmentosus, melanoma

Tatalaksana :

obat-obat jamur konvensional : salap salisil sulfur, Whitfield, dan tincture jodii.
Pitirosporum folikulitis
Penyakit kronis pada folikel pilosebasea
yang disebabkan oleh Malassezia spp.,
berupa papul, pustul folikular, berukuran
2-3 mm diameter yang biasanya gatal

Jamur tumbuh di folikel → pecah →


peradangan

Predileksi (batang tubuh) :


Dada, punggung dan lengan atas,
leher
Predisposisi:
Suhu, kelembapan udara, penggunaan
pelembap lemak berlebihan, antibiotik
KS local/sistemik, penyakit: DM,
keganasan, HIV/AIDS.
Diagnosis :
• Keluhan gatal dan lokasi serta morfologi lesi

• Pemeriksaan KOH dan tinta Parker biru hitam ditemukan kelompokan sel ragi dan
spora bulat pada pemeriksaan isi folikel yang dikeluarkan dengan ekstrator komedo.
Temuan jumlah organisme leboh dari 3+ yakni lebih dari 2-6 spora dalam kelompok
atau 3-12 spora tunggal tersebar

• Pemeriksaan histopatologi ditemukan organisme dalam ostium folikel rambut yang


kadang disertai ruptur folikel dan tanda peradangan

Diagnosis Banding :
DD : akne vulgaris, folikulitis bakterial, erupsi akneformis
Tatalaksana :
Menghilangkan faktor predisposisi
Antimikotik oral
 Ketokonazol 200 mg/hari selama 4 minggu
 Itrakonazol 200 mg/hari selama 2 minggu
 Flukonazol 150 mg seminggu selama 4 minggu

antimikotik topikal biasanya kurang efektif

Anda mungkin juga menyukai