Anda di halaman 1dari 18

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan
oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerahmerahan, alopesia, dan kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut
kerion.1
Tinea kapitis merupakan penyakit dermatofitosis paling banyak pada anakanak, mengenai kulit dan rambut scalp, ditandai dengan skuama dan bercak alopesia.2
1.2. Epidemiologi
Penularan penyakit dapat secara langsung atau tidak langsung misalnya
melalui sisir, topi, bantal, tempat duduk di bioskop. Rambut yang sudah
terlepas/rontok tetap infeksius selama bertahun-tahun. Penularan meningkat pada
higiene jelek, penduduk padat, dan kondisi sosial ekonomi rendah. Adanya carrier
asimtomatik menyebabkan tinea kapitis sulit diberantas.2
Pada umumnya mengenai anak prapubertas berusia antara 2-14 tahun, paling
sering pada anak usia antara 3-7 tahun. Tinea kapitis pada orang dewasa dapat
ditemui pada pasien AIDS. 2
Insidens tinea kapitis masih belum diketahui pasti, tersering dijumpai pada
anak-anak 3-14 tahun jarang pada dewasa. Transmisi meningkat karena berkurangnya
higiene sanitasi individu, kepadatan penduduk dan status sosial ekonomi yang rendah.
Penularan dapat terjadi melalui sisir, topi, sarung bantal, dan kursi teater. Bahkan
setelah rambur rontok, mungkin masih dapat menularkan selama lebih dari satu
tahun.2,3
1.3. Etiologi

Penyebab tinea capitis adalah semua dermatofita yang pathogen, kecuali


kecuali E. floccosum, T.concentricum.2,3
Penyebab yang paling umum di seluruh dunia adalah M. canis, dan di
Amerika Serikat adalah T. tonsurans (>90%), sisanya dapat disebabkan oleh T.
violaceum, M. canis dan T. audounii.

2,3

Data penyebab tinea tinea kapitis di

Indonesia belum diteliti.


Dilihat dari tempat hidupnya jamur penyebab dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
a. Jamur antropofilik : tempat hidup sebenarnya adalah pada manusia seperti T.
tonsurans, T. violaceum. Jadi jamur kelompok ini menyebar dari manusia ke
manusia baik dengan cara langsung maupun tidak langsung.
b. Jamur zoofilik : tempat hidup sebenarnya adalah pada binatang seperti kucing,
anjing, kuda. Jamur ini menyebar dari binatang ke manusia. Contohnya M.
canis, M. audounii.
c. Jamur geofilik : tempat hidup sebenarnya adalah di tanah, menyebar dari
tanah ke manusia, contohnya M. gypseum, M. nanum.
Tabel 1. Habitat dermatofit
Jamur antropofilik
Trichophyton concentric

Jamur zoofilik
Microsporum canis

Jamur geofilik
Microsporum gypseum

T . tonsurans

M . equinum

M . fulvum

T . schoenleinii

M . gallinae

M . nanum

T . rubrum

M . persicolor

M . praecox

T . megninii

T . mentagrophytes

M . racemosum

T . mentagrophytes

T . verricosum

M . vanbreuseghemii

T . youndei

T . sarkisovii

M . cookie

T . soundanense

T . simii

T . longifusum

M . audouinii
M . ferrugineum
Epidermophyton floccosum

Tabel 2. Jamur penyebab tinea kapitis


Jamur ektotrik

Jamur endotrik

Berfluoresensi kuning kehijauan

Berfluoresensi dull gray-green

M. audouinii

T. schoenleinii

M. canis
M. ferrugineum
Tidak Berfluoresensi

Tidak Berfluoresensi

M. fulvum

T. gourvillii

M. gypseum

T. soundanense

T. megninii

T. tonsurans

T. mentagrophytes

T. violaceum

T. rubrum

T. yaoundei

t. verrucosum
1.4. Patogenesis 1,2,3
Dermatofit ektotrik tipikal menyerang perifolikuler stratum korneum, meluas
ke sekitarnya mengenai batang rambut mid to late-anagen sebelum turun ke folikel
untuk memasuki korteks rambut. Arthroconidia kemudian mencapai korteks rambut
dan di transport ke atas permukaan rambut.
Sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus kortek rambut. Hifa-hifa
intrapilari kemudian turun ke batas daerah keratin, dimana rambut tumbuh dalam
keseimbangan dengan proses keratinisasi, tidak pernah memasuki daerah berinti.
Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas ini disebut Adamsons fringe, dan dari sini
hifa-hifa berpolifrasi dan membagi menjadi artrokonidia yang mencapai kortek
rambut dan dibawa keatas pada permukaan rambut. Rambut-rambut akan patah tepat
diatas fringe tersebut, dimana rambutnya sekarang menjadi sangat rapuh sekali.Secara

mikroskop

hanya

artrokonidia

ektotrik

yang

tampak

pada

rambut

yang

patah,walaupun hifa intrapilari ada juga.


Dermatofit endotrik sama dengan ektotrik tetapi arthroconidia tetap di dalam
batang rambut menggantikan keratin intrapapilar dan korteks tetap utuh rambut
sangat rapuh/dan mudah patah pada permukaan kulit skalp bintik-bintik kecil
hitam (tinea black dot).
1.5. Manifestasi Klinik 1,2,3,4
Secara garis besar dapat dikelompokkan dalam kelompok non-inflamasi (gray
patch ringworm & black dot ringworm) dan inflamasi (kerion celcii, favus).
Di dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas :
1. Gray patch ringworm
Tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan
sering ditemukan pada anak-anak. Umumnya disebabkan oleh jamur
antropofilik ektotrik seperti M. audouinii dan jamur zoofilik M. canis.
Peradangan bersifat minimal. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil
di sekitar rambut. mengelilingi satu batang rambut yang meluas sentrifugal
mengelilingi rambut-rambut sekitarnya Papul ini melebar dan membentuk
bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal.
Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah
dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa
nyeri. Rambut putus kurang lebih 1 cm di aats permukaan kulit sehingga
tampak botak (alopesia) berbatas tegas. Semua rambut di daerah tersebut
terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk daerah alopesia setempat. 1,2,3
Pada daerah alopesia terdapat skuama abu-abu (grey patch). Grey
patch yang dilihat di dalam klinik tidak menunjukkan batas-batas daerah sakit
dengan pasti. Sisa rambut yang terputus jika di tes dengan Woods light akan
berfluoresensi hijau kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melampaui
batas grey patch tersebut. Pada kasus-kasus tanpa keluhan, pemeriksaan
dengan lampu Woods banyak membantu dalam mendiagnosis tinea kapitis.

Lesi paling sering di regio oksipital. Seringkali lesinya tampak satu atau
beberapa daerah yang berbatas jelas pada daerah oksiput. 2,3
Kesembuhan spontan biasanya terjadi pada infeksi Microsporum. Ini
berhubungan dengan mulainya masa puber yang terjadi perubahan komposisi
sebum dengan meningkatnya asam lemak-lemak yang fungistatik, bahkan
asam lemak yang berantai medium mempunyai efek fungistatik yang
terbesar . Juga bahan wetting (pembasah) pada shampo merugikan jamur
seperti M. audouinii. 4

2. Tinea Kapitis black dot


Bentuk ini disebabkan karena jamur endotrik antropofilik, yaitu T.
tonsurans atau T. violaceum. Peradangan kulit paling minimal. Pada
permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang
disebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang terputus tepat di atas
permukaan kulit/ tepat pada muara folikel, dan yang tertinggal adalah ujung
rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut
ini memberikan gambaran khas, yaitu black dot. Ujung rambut yang patah,
kalau tumbuh kadang-kadang masuk ke bawah permukaan kulit. Dalam hal ini
perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapatkan bahan biakan jamur.
Ditemukan skuama pada daerah alopesia. Lesi biasanya banyak, poligonal,
dan batas kurang tegas. 1,2,3,4

3. Kerion celcii
Umumnya kerion celcii disebabkan oleh jamur zoofilik atau geofilik
seperti M. canis dan M. gypseum. Kerion celcii adalah reaksi peradangan yang
berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan yang menyerupai sarang lebah
dengan sebukan sel radang yang padat di sekitarnya. Reaksi radang
disebabkan

oleh

reaksi

hipersensitivitas

terhadap

infeksi,

spectrum

peradangan mulai dari ringan, yaitu eritema, papula, krusta, pustular folikulitis
sampai berat sebagai kerion berupa massa yang menonjol dipenuhi potonganpotongan rambut yang terputus, krusta dan pus. Pasien dapat mengalami
limfadenopati di posterior servikal, nyeri dan demam. Akibat radang yang
hebat tersebut, jika sembuh dapat meninggalkan jaringan parut permanen dan
menimbulkan alopesia menetap. Lesi dapat meluas mengenai daerah kulita
glabrosa. 1,2,3,4

1.6. Pemeriksaan Penunjang 1,2,3,4


Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri atas
pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pada pemeriksaan mikologik untuk
mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang dapat berupa kerokan kulit, rambut
dan kuku. Bahan untuk pemeriksaan miologik diambil dan dikumpulkan sebagai
berikut : terlebih dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan spiritus 70% kemudian
untuk :
1. Bahan dari rambut :
Rambut yang terinfeksi jamur dicabut dengan pinset, diletakkan di atas
gelas alas, lalu ditetesi dengan larutan KOH 10-20%, untuk melihat elemen
jamur lebih nyata ditambahkan zat warna pada KOH, misalnya tinta Parker
super chroom blue black, ditutup dengan gelas penutup, dilewatkan di atas api
Bunsen 2-3 kali untuk melarutkan keratin dan dilihat di bawah mikroskop
dengan pembesaran rendah. Mula-mula dengan pembesaran 10x10, kemudian
dengan pembesaran 10x45. Hasil yang positif ada 2 kemungkinan yang
terlihat, yaitu :
a. Ektotrik : tampak arthroconidia kecil atau besar membentuk lapisan
mengelilingi bagian luar batang rambut.
b. Endotrik : tampak arthroconidia di dalam batang rambut.
2. Bahan dari skuama
Daerah lesi dibersihkan dengan kapas alcohol, setelah kering skuama
dikerok dengan menggunakan scalpel terutama pada tepi lesi, diletakkan di
atas gelas alas lalu ditetesi larutan KOH 10-20%, ditutup dengan gelas alas,
dilewatkan di aats api Bunsen beberapa kali untuk melarutkan skuama/keratin,
kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Hasil positif akan tampak hifa
bersepta dan bercabang.

3. Kultur
Untuk spesifikasi perlu dilakukan biakan pada media Sabouraud, oleh
karena semua spesies dermatofita tampak identik. Memakai swab kapas steril
yang dibasahi akua steril dan digosokkan di atas kepala yang berskuama.
Spesimen yang didapat dioleskan di media Mycosel atau Mycobiotic
(Sabourraud

dextroseagar

khloramfenikol

sikloheksimid)

atau

Dermatophyte test medium(DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai tumbuh


jamurnya. Dengan DTM ada perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh
karena ada bahan fenol dimedianya, walau belum tumbuh jamurnya berarti
jamur dematofit positif.7
4. Woods light
Dapat membantu menentukan batas lesi. Untuk jamur tertentu akan
memberikan fluoresensi karena adanya pteridine. Rambut yang tampak
dengan jamur M. canis, M. audouinii dan M.ferrugineum memberikan
fluoresen warna hijau terang oleh karena adanyabahan pteridin. 1Jamur lain
penyebab tinea kapitis pada manusia memberikan fluoresennegatif artinya
warna tetap ungu yaitu M. gypsium dan spesies Trichophyton (kecuali T.
schoenleinii penyebab tinea favosa memberi fluoresen hijau gelap). Bahan
fluoresen diproduksi oleh jamur yang tumbuh aktif di rambut yangterinfeksi.
1,2,3

1.7. Diagnosis 2
Pada umumnya diagnosis dapat ditegakkan dengan melihat gambaran klinis,
serta dibantu dengan pemeriksaan laboratorik dan tes Woods light. Biakan biasanya
dilakukan untuk mengetahui spesies, pada umumnya untuk kepentingan penelitian.
Namun apabila pemeriksaan dari rambut dan kerokan kulit hasilnya negative, maka
baku emas prognosis adalah hasil biakan.
1.8. Diagnosis Banding 1,2,3

1. Dermatitis seboroik
2. Psoriasis
3. Alopesia areata
4. Trikotilomania
5. Impetigo, folikulitis bacterial
6. Favus
1.9. Komplikasi
1. Infeksi sekunder
2. Alopesia sikatrik permanen
3. Kambuh
1.10. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Umum 2
a. Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk mencegah
infeksi pada anak-anak lain.
b. Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu dikultur
c. Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi, handuk,
sarung bantal dan lain yang dipakai dikepala.
d. Anak-anak kontak disekolah atau penitipan anak diperiksakan ke dokter/
rumah sakit bila anak-anak terdapat kerontokan rambut yang disertai skuama.
e. Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering perlu 36 bulan.
f. Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, boneka dan
pakaian pasien, dan sarung bantal pasien dengan air panas dan sabun atau
lebik baik dibuang.
2. Terapi Medikamentaosa 1,2,3,4
a. Griseofulvin

Tinea kapitis memerlukan terapi sistemik karena obat harus


mengadakan penetrasi ke folikel rambut. Beberapa decade griseofulvin
merupakan obat pilihan (drug of choice) dan hanya obat ini yang disetujui
oleh Food Drug Adminstration (FDA) untuk mengobati tinea kapitis. Pada
anak, namun beberapa obat lain dievaluasi untuk pengobatan tinea kapitis
seperti flukonazol, itrakonazol, ketokonazol, dan terbinafin.
Griseofulvin

ditolerasi dengan baik, aman dan dipakai di seluruh dunia.

Kesembuha rata-rata obat griseofulvin bergantung pada dosis. Dahulu dosis


yang digunakan adalah 10mg/kg/hari namun banyak kegagalan dengan dosis
tersebut. Dosis kemudian dinaikkan 20mg/kg/hari memberikan hasil lebih
baik, tetapi trenyata dosis terbaik adalah 25mg/kg/hari. Obat dikonsumsi
setelah makan atau setelah minum sus oleh karena absorpsinya menjadi lebih
baik.
Efek sampingnya jarang ditemukan.dapat berupa sakit kepala,
gangguan GIT, fotosensitivitas, dan reaksi obat morbiliformis.
Terapi topical dapat digunakan bersamaan, yaitu dengan menggunakan
shampoo anti jamur, seperti ketokonazole, selenium sulfide 2-3 kali sepekan.
Shampoo ini hanya dapat menghilangkan skuama dan eradikasi spora yang
dapat menurunkan penyebaran penyakit ke orang lian.
b. Kapsul Itrakonazol (100 mg) 1,2,3,6
Dosis 5 mg/Kg BB/hari selama 2-4 minggu3,6
Terapi dosis denyut 5 mg/Kg BB/ hari selama 1 minggu dalam 1 bulan,
istirahat 2 minggu/siklus bila belum sembuh diulang dapat sampai 2-3 siklus.
Bersifat fungisidal sekunder oleh karena terjadi fungitoksik. Minumnya
kapsul bersama mentega kacang, atau saus apel dan dilanjutkan dengan jus
buah.

Sama

efektifnya

untuk

karena

Microsporum

canis

maupun

Trichophyton.Tidak boleh diminum bersama antasida atau H2 blocker oleh


karena absorbsinya perlu suasana asam.7 Bila diberikan bersama phenytoin
dan H2 antagonis akan meningkatkan kadar kedua obat tersebut. Sedang kadar

Itrakonazol akan lebih rendah bila diberikan bersamaan rifampisin, isoniasid,


phenytoin dan karbamazepin.
Monitor laboratorium fungsi hepar dan darah lengkap bila pemakaian
lebih 4 minggu.6
c. Tablet Terbinafin (tablet 250 mg) 1,2,3,6
Bersifat fungisidal primer terhadap dermatofit. Dosis 3-6mg/KgBB/ hari
selama 4 minggu :
< 20 mg : 62,5 mg (1/4 tablet)/ hari
20-40 mg : 125 mg (1/2 tablet)/ hari
> 40 mg : 250 mg/ hari
Bila karena M. canis perlu 6-8 minggu, lebih sukar untuk
dibasmidaripada karena Trichophyton oleh karena virulensinya atau
karenainfeksi ektotriknya masih belum diketahui. Diberikan untuk anak umur
> 2 tahun4. Monitor laboratorium fungsiliver dan darah lengkap diperiksa bila
pemakaian lebih 6 minggu3.
d. Shampo
Mencuci kepala dan rambut dengan shampoo desinfektan antimikotik seperti
larutan asam salisilat, asam benzoate, dan sulfur presipitatum. Obat-obat derivate
midazol 1-2% dalam krim atau larutan dapat menyembuhkan, demikian pula
ketokonazol krim atau larutan 2%.9

BAB II
LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Agama
Alamat

: An. F
: 6,5 tahun
: Laki-laki
: Pelajar
: Islam
: Air Dingin, Padang

2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan keluarga


a. Status Ekonomi Keluarga : Berasal dari golongan ekonomi menengah
b. Kondisi Rumah
:

Rumah permanen, lantai semen, terdiri dari ruang tamu, 2 kamar


tidur, dapur, dan kamar mandi, dengan perkarangan kecil.

Ventilasi dan pencahayaan baik

Listrik ada

Sumber air minum : sumur gali

WC berjumlah 1 buah di dalam kamar mandi, kamar mandi di


dalam rumah, septic tank ada

Sampah dibuang di tempat pembuangan sampah

c. Kondisi Lingkungan Keluarga


a. Jumlah penghuni 4 orang: pasien, ayah pasien, ibu pasien, adik
pasien.
b. Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk.

d. Aspek Psikologis di Keluarga


Hubungan di dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya baik.
e. Keluhan Utama
Timbul borok di kepala sejak lebih kurang 3 minggu yang lalu..
f. Riwayat Penyakit Sekarang
- Timbul borok warna cokelat di kepala sejak 3 minggu yang lalu, makin
-

melebar.
Terasa agak gatal dan lama-kelamaan rambut di sekitar borok tersebut
makin rapuh dan mudah rontok. Pada area borok dan tepi-tepinya tampak

botak.
Tidak ada riwayat demam sebelumnya.

g. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.
h. Riwayat Pengobatan
Tidak ada riwayat pengobatan pada pasien ini sebelumnya.
i. Riwayat Keluarga/ Atopi
- Tidak ada riwayat alergi makanan pada pasien.
- Tidak ada riwayat bersin-bersin dipagi hari >5 kali pada pasien dan
keluarga
- Tidak ada riwayat alergi obat-obatan pada pasien dan keluarga
- Tidak ada riwayat sakit asma pada pasien dan keluarga
- Tidak ada riwayat mata merah dan berair pada pasien dan keluarga
- Tidak ada riwayat alergi serbuk bunga pada pasien dan keluarga
- Tidak ada riwayat kaligata pada pasien dan keluarga
j. Riwayat Kebiasaan
-

Riwayat sering memakai topi (-)


Riwayat sering bermain dengan hewan peliharaan (+)
Riwayat sering bermain tanah (+)

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalisata
Keadaan umum
Kesadaran
Vital sign
- Tekanan Darah
- Nadi

: tampak sakit ringan


: komposmentis kooperatif
: diharapkan dalam batas normal
: diharapkan dalam batas normal

- Nafas
: diharapkan dalam batas normal
- Suhu
: afebris
Status Gizi:
- Berat Badan
: 23 kg
- Tinggi Badan
: 115 cm
- BMI
: 17,42 (underweight)
KHUSUS
Mata
: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga: tidak ada kelainan
Hidung
: tidak ada kelainan
Leher
: JVP 5-2 cm, tidak ada pembesaran KGB
Thoraks
Paru :diharapkan dalam batas normal
Jantung: diharapkan dalam batas normal
Abdomen
: diharapkan dalam batas normal
Ekstremitas : akral teraba hangat, perfusi baik.
Status Dermatologikus I:
Lokasi
: kulit kepala bagian parietal kiri
Distribusi
: terlokalisir unilateral
Bentuk
: bulat
Susunan
: soliter
Batas
: tegas
Ukuran
: plakat
Efloresensi
: plak eritem dengan skuama putih disertai krusta
kuning kehitaman di atasnya, alopesia (+)..

Status venerelogikus:
- Kelainan selaput
- Kelainan kuku
- Kelainan rambut
- Kelainan kelenjar limfe

Foto Klinis

: tidak ditemukan kelainan


: tidak ditemukan kelainan
: tidak ditemukan kelainan
: tidak ditemukan pembesaran KGB

1. Pemeriksaan Anjuran :
-

Pemeriksaan KOH

2. Diagnosis Kerja
Susp Tinea Kapitis

3. Manajemen
a. Promotif
1) Edukasi kepada pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh
infeksi jamur pada kulit.

2) Edukasi tentang penyakit dapat menular dan berulang sehingga


perlu diberitahu pasien dan keluarga untuk menjaga kebersihan
diri dan lingkungan.
b. Preventif
1) Mencari binatang penyebab dan diobati ke dokter hewan
untuk mencegah infeksi pada anak-anak lain.
2) Tidak menggunakan bersama sisir, topi, handuk, sarung
bantal dan lain yang dipakai di kepala.
3) Menjaga kebersihan kulit yang sakit agar tidak terjadi
infeksi sekunder.
c. Kuratif
- Lokal
:
Ketokonazole krim 2-3 kali sehari ditempat lesi.
- Sistemik
Griseofulvin tablet 1 x 375 mg.
d. Rehabilitatif
Tidak diperlukan
II.

PROGNOSIS
- Quo ad sanam
- Quo ad vitam
- Quo ad kosmetikum
- Quo ad Functionam

: bonam
: bonam
: dubia ad bonam
: bonam

Dinas Kesehatan Kota Padang


Puskesmas Air Dingin
Dm. Rostika Ayu
Padang, 2 Desember 2016
R/ Griseofulvin tab 125 mg No XXI
S1dd tab 3 pc

R/ Ketokonazole krim tube No. I


S3dd applic loc dol

Pro

: An.F

Umur

: 6,5 tahun

BAB III
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus tinea kapitis pada seorang anak laki-laki 6,5 tahun.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis borok warna cokelat di kepala sejak 3
minggu yang lalu, makin melebar. Terasa agak gatal dan lama-kelamaan rambut di
sekitar borok tersebut makin rapuh dan mudah rontok. Pada area borok dan tepitepinya tampak botak.
Kemudian pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi plak eritem batas tegas,
skuama serta krusta kuning kecoklatan, alopesia (+). Pada pemeriksaan penunjang
tidak dilakukan karena dari anamnesis dan temuan klinis yang khas sudah mencukupi
untuk menegakkan diagnosa disamping itu juga terdapat keterbatasan pada peralatan
medis.
Obat jamur kulit diberikan pada pasien ini berupa terapi sistemik
griseofulvin 1x 375 mg. Terapi ketokonazol krim diberikan sebagai ajuvan. Sebagai
terapi suportif pasien harus menjaga kebersihan dan lesi kulit dijaga tetap bersih dan
kering untuk mengurangi infeksi sekunder bakteri. Pasien diberikan edukasi untuk
tidak perlu mencukur rambut.
Pasien juga dianjurkan kontrol seminggu kemudian untuk mengetahui
respon terhadap terapi dan mengevaluasi keluhan subyektif maupun tanda obyektif
yang masih ada. Penyakit ini dapat sembuh tetapi perlu adanya edukasi bahwa
penyakit ini dapat kambuh kembali jika imunitas penderita menurun, higiene sanitasi
yang jelek. Sehingga penderita diharuskan menjaga kesehatan dan kebersihan diri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kartowigono soenarto, SpKK(K) . Sepuluh Besar Kelompok Penyakit Kulit.


Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.2012
2. Adhi Juanda, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 5. Bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008.
3. Nelson MM; Martin AG, Heffernan MP. Superficial Fungal infection :
Dermatophytosis, Onychomycosis, Tinea Nigra, Piedra. Dalam : Freedberg
IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatricks
Dermatologyin General Medicine 6th ed. New York Mc Graw Hill, 2005.
4. Rippon JW. Medical Mycology 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders Co, 2005
5. Schroeder TL, Levy ML. Treatment of hair loss disorders in children.
DermatolTher 2007; 2 : 84-92.
6. Hebert AA. Diagnosis and treatment of tinea capitis in children. Dermatol
Ther 2008; 2 : 78-83
7. Dawber RPR, de Becker D, Wojnarowska F, Disorder of Hair. Dalam :
Champion

RH, Burton JZ, Burno DA, Breatnach SDM, editors.

Rook/Wilkinson/EblingTextbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell


Science, 2006 : p 2869-973
8. Rowell NR, Goodfield MJD. The Connective Tissue diseases. Dalam :
Champion

RH,

Burton

JZ,

Burns

DA,

Breatnach

SDM,

editors.

Rook/Wilkinson/EblingTextbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell


Science, 2008 : p 2437-575.
9. Siregar, R. S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai