Anda di halaman 1dari 52

Infeksi dan Sepsis pada Usia

Lanjut

Pembimbing: dr. Iswahjuni


Disusun oleh: Margaret Melvi
KEPANITERAAN KLINIK GERONTOLOGI MEDIK
PANTI WERDHA KRISTEN HANA
PERIODE 28 OKTOBER 1 DESEMBER 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
Definisi
Infeksi: Keberadaan mikroorganisme di dalam
jaringan tubuh , mengalami replikasi.
Lansia: seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas
Interaksi :kuman (agent atau penyebab), host
(penjamu, tuan rumah dalam hal ini adalah lansia
tersebut) dan lingkungan
Epidemiologi

Kematian lansia akibat :


Pneumonia ( 3 kali lebih besar dari usia muda)
Sepsis ( 3 kali lebih besar dibanding usia muda)
ISK ( 5%-10%)
Apendisitis ( 15-20 kali)
Kolesistitis ( 2-8 kali)
Endokarditis infeksiosa ( 2-3 kali)
Meningitis bakterialis ( 3 kali)
Faktor predisposisi

Faktor penderita lansia


Nutrisi
Imunitas tubuh
Penurunan fisiologis organ
Proses patologik/ ko-morbid
Faktor kuman
Jumlah yang masuk
Virulensi kuman
Faktor lingkungan
- komunitas, rumah sakit atau di panti rawat werdha
Faktor resiko
Faktor penderita
Nutrisi, dilihat dari :
Hidrasi
Hemoglobin
Albumin
Mikronutrien ( Cu, Zn)
Vitamin
Imunitas
Imunitas alamiah (innate immunity) :
kulit, silia, lendir
Imunitas humoral :
imunoglobulin, sitokin
Imunitas seluler :
netrofil, makrofag, limfosit T
Perubahan fisiologis
penurunan fungsi paru, ginjal, hati dan
pembuluh darah akan sangat mempengaruhi
berbagai proses infeksi dan pengobatannya
Proses patologik
Multi patologi diabetes mellitus, penyakit
paru obstruksi menahun, keganasan atau
abnormalitas pembuluh darah akan
mempermudah terjadinya infeksi, dapat
mempersulit proses pengobatannya
prognosis buruk
Faktor lingkungan
tergantung dari : - sosial ekonomi
- nutrisi
- kebugaran
- penyakit penyerta
Faktor kuman
- Jumlah dan virulensi kuman yang terjadi penyebab
infeksi pada usia lanjut sering berbeda dengan yang
terjadi pada usia muda.

- Akibat penurunan fungsi fisiologis, misalnya kulit


dan mukosa yang sering menjadi port
denter.
Kelemahan otot saluran napas atas pneumonia
spontan.
Manifestasi Infeksi pada Lansia
Sering tidak spesifik
Demam :
Sering tidak mencolok/ tidak menunjukkan
gejala
memperlambat diagnosis
lansia dengan infeksi tanpa demam lebih
tinggi daripada disertai demam.
Kemungkinan infeksi pada usia lanjut, bila :
suhu menetap > 2C
suhu oral > 37,2C atau rektal > 37,5C
Gejala tidak khas
Batuk pada pneumonia dianggap batuk biasa
Gejala infeksi yang sering didapati :
kesadaran/konfusio
inkontinensia
jatuh
anoreksia
kelemahan umum
Gejala akibat penyakit penyerta (ko-morbid) :
- sering dijumpai pada lansia
- mengacaukan gejala khas penyakit
utamanya.
ISK: Definisi

ISK infeksi akibat terbentuknya koloni kuman


di saluran kemih. Kuman mencapai saluran
kemih melalui cara hematogen dan ascending.

5-15% insidensinya pada pria ambulatorik, 15-


20% pada wanita ambulatorik dan sekitar 20-
30% pada penghuni panti werdha
Faktor predisposisi:

manipulasi kateter
hipertrofi prostat
batu ginjal
batu buli buli
perempuan lansia:
diakibatkan karena meningkatnya pH
cairan vagina, atrofi vagina dan
terganggunya proses pengosongan
kandung kecing, dan akan memudahkan
terjadinya kolonisasi dan bakteriuria
asimptomatik.
Anamnesa
Isk atas (ginjal hingga ureter): nyeri pinggang,
demam, menggigil, mual, muntah, hematuria
Isk bawah (Vu hingga uretra): frekuensi,
disuria terminal(nyeri pada saat kencing
terakhir), polakisuria( kencing berkali-kali),
nyeri suprapubik
PF:
febris
nyeri tekan suprapubik
nyeri ketok sudut kostovertebra

PP:
lekositosis dari pemeriksaan darah rutin
urinalisis didapatkan lekosituria
kultur urin positive bakteriuria >105/mL urine.

Diagnosis:
Dari pendekatan anamnesa, PF dan PP
TERAPI
Nonfarmakologis :
Banyak minum bila fungsi ginjal masih baik
Menjaga higiene genitalia eksterna

Farmakologis :
Antimikroba berdasarkan pola kuman yang ada ;bila
hasil tes resistensi kuman sudah ada,pemberian
antimikroba di sesuaikan
PNEUMONIA: Definisi
peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan pertukaran gas setempat.
Epidemiologik
Dibedakan: pneumonia komunitas dan
pneumonia nosocomial.
Pneumonia pada lansia memiliki angka
kematian yang tinggi, kira kira 40%
3 hal penyebab angka tinggi:
o pneumoninya sendiri,
o penderita sering disertai penyakit penyerta
o penderita pneumonia lansia lebih sukar diobati.
Etiologi
Pneumonia komunitas: Bakteri gram +
Streptococcus pneumonia
Pneumonia nosocomial: komplikasi
pemasangan ett
Mikoplasma- pneumocystitis carinii
pneumonia (PCP)
Gejala klinis
lebih samar daripada pneumonia pada umumnya,
dan terkadang dapat muncul delirium.
keluhan utama: demam ringan, batuk dengan
produksi sputum pada 60% kasus.
Pada infeksi akut, onset penyakit berlangsung
pelan pelan, tidak mendadak seperti usia muda.
Onset penyakit yang yang pelan karena
menurunnya aktivitas fisik lansia dan biasanya
karena ada dehidrasi.
Pemeriksaan fisik
perkusi redup/pekak pada daerah paru yang terkena kelainan,
ronkhi basah,
suara nafas bronkial
adanya pemanjangan diameter muka belakang dada pada
lansia
Frekuensi pernafasan juga dapat ditemukan memanjang
Pemeriksaan penunjang:
Lekosit normal atau sedikit meninggi, kadang
lekositosis.
Pada hitung jenis terdapat shift to the left dan
dapat dipakai sebagai petunjuk diagnostic adanya
infeksi akut yang penting.
paO2 yang rendah dan penurunan paO2 lebih
besar dibanding pada pneumoni usia muda.
Secara radiologic, jelas akan tampak gambaran
infiltrate paru.
pneumonia dini yang disebabkan gram negative,
foto toraks kadang tampak normal.
Diagnosis:
ditegakkan dari anamnesa, PF, dan PP.
Kadang sulit ditegakkan karena gambaran
klinik dan pemeriksaan penunjang yang tidak
khas.
DD:
gagal jantung,
emboli paru,
keganasan paru,
sindrom kegawatan nafas pada orang dewasa.
Tatalaksana
Non farmako:
o perbaikan gizi pada lansia
o intake cairan yang cukup,
o pada kasus yang berat maka rehidrasi dilakukan
secara parenteral menggunakan larutan elektrolit.
o Beristirahat dan fisioterapi untuk pengeluaran
dahak.
o tirah baring diperhatikan posisinya dan perlu
diubah untuk hindari timbulnya pneumonia
hipostatik, kelemahan dan decubitus.
Farmako
fluoroquinolone (pilihan: moxifloxacin 1x400 mg PO,
gemifloxacin atau levofloxacin 1x500mg PO/IV)

atau b-lactam + makrolid (b-lactam pilihan: cefotaxime 2x 1


gram IV/IM, ceftriaxone 1x 1 gram IV/IM dan ampicillin 250-
500mg 4x1/hari PO& makrolid : doxycycline 4x1 500-1000 mg
IV)

Pengobatan umumnya dilakukan selama 7-10 hari pada kasus


tanpa komplikasi atau antibiotic diteruskan sampai 3 hari
bebas panas.
TB PARU: Definisi
infeksi paru yang menyerang jaringan
parenkim paru, disebabkan bakteri
Mycobacterium tuberculosis.
Epidemiologik
Insidens tuberculosis pada lansia masih cukup
tinggi, di RSUP Dr. Kariadi, ditemukan kasus TB
paru pada lansia sebesar 25,2%.
Gejala klinik
gambaran klinik tidak khas.
Gejala tersering yang dikeluhkan adalah sesak
nafas, penurunan berat badan dan gangguan
mental.
Penderita Tb paru lansia jarang datang dengan
keluhan klasik lainnya seperti pada penderita
Tb paru usia muda.
Pemeriksaan fisik
terdengar ronkhi basah di daerah basal paru,
terutama di lobus kanan bawah dan juga
terdapat suara nafas bronkial.
Pada perkusi dapat ditemukan hipersonor bila
terdapat kavitas yang besar.
Pemeriksaan penunjang
darah rutin : LED meningkat,
BTA sputum positif minimal 2 dari 3 spesimen SPS walaupun pada
lansia ini sulit dipenuhi karena sulitnya lansia mengeluarkan
sputum, dan sputum sangat sedikit. Maka dapat dilakukan
perangsangan dengan pemberian NaCl fisiologis lewat nebulizer.
gambaran radiologik bisa seperti pada penderita Tb paru usia muda,
misalnya ditemui gambaran infiltrate, fibrosis, kalsifikasi, kavitas,
efusi pleura, pneumotoraks atau bercak milier.
Pada lansia juga lebih sering ditemukan infiltrate di lobus kanan
bawah, selain itu harus dibedakan dengan karsinoma paru karena
pada lansia infiltrate dapat timbul di hillus atau para hiller, sehingga
tampak ada massa di hilus.
Diagnosis
sama dengan penderita usia muda. Kesulitan
penegakan diagnosis sering disebabkan karena
keluhan dan kelainan fisik yang sering tidak
jelas (khas).
Diagnosis banding dari Tb paru lansia adalah
pneumonia dan keganasan paru.
Tatalaksana
Obat anti tuberculosis (OAT) yang biasa
diberikan pada lansia adalah isoniazid,
rifampisin dan etambutol.
Streptomisin hanya dipakai apabila ada
halangan menggunakan obat lainnya, dan
mengingat efek samping ototoksik dan
nefrotoksik, maka pemberiannya haruslah
berhati-hati, bahkan sebaiknya dihindarkan.
Dosis masing masing obat pun harus
disesuaikan dengan berat badan penderita
mengingat adanya penurunan fungsi organ
tubuh seperti hati, ginjal, syaraf, pendengaran
dan sebainya.
Mengenai cara pemberian obat dan lamanya
sama dengan penderita Tb paru usia muda.
Penderita lansia juga harus diberitahu apabila
timbul efek samping dari salah satu obat harus
segera menghubungi dokter secepatnya.
Tatalaksana non-farmako :
tindakan rehabilitasi berupa latihan fisik untuk
menguatkan otot pernafasan,
latihan pernafasan,
melatih cara batuk yang efektif perlu dijelaskan
pada penderita.
OAT dan efek samping obat
Dosis harian
efek samping yang perlu
Obat dosis dan
maksimum diperhatikan
range(mg/kg BB)

neuropati perifer, hepatitis,


Isoniasid (H) 5 (4-6) 300 mg
nyeri otot

nausea, anoreksia, ruam


Rifampisin (R) 10 (8-12) 600 mg
alergi

Pirazinamide (Z) 25 (20-30) - atralgia, hepatitis

ototoksisitas ( pendengaran
Steptomisin(S) 15 (15-20) -
dan / keseimbangan)

Etambutol (E) 15 (15-20) - neuritis optikus


Sepsis
Sepsis sindrom klinik oleh karena reaksi
yang berlebihan dari respon imun tubuh yang
distimulasi mikroba/bakteri baik dari dalam
dan luar tubuhreaksi hipereaktivitas
Sindroma Respons Inflamasi Sistemik (SIRS) +
infeksi yang diketahui.
Epidemiologi
Sepsisterhitung lebih dari $ 20 miliar (5,2%) dari total
biaya rumah sakit di AS pada tahun 2011.
perkiraan konservatif menunjukkan bahwa sepsis adalah
penyebab utama kematian dan penyakit kritis di seluruh
dunia.
Sepsis adalah salah satu alasan paling umum untuk masuk
ke unit perawatan intensif (ICU) di seluruh dunia.
Selama dua dekade terakhir, Amerika Serikat tiga kali
lipat dan sekarang merupakan penyebab utama kematian
kesepuluh.
angka kematian untuk pasien dengan sepsis tetap antara
20%-30% selama 2 dekade terakhir
Faktor Risiko
Status fungsional pra- Rumah Sakit
Malnutrisi
Malnutrisi
Lain-lain
Imunitas fungsi makrofag
alamiah/inate ekspresi TLR
protein kinase teraktivasi mitogen
produksi TNF dan IL-6
aktivitas bakterisidal
IL-10

Sel T sel naif


sel memori CD-45Ro
protein kinase teraktivasi mitogen
respon sitokin tipe 1 (IL-2, TNF )
respon sitokin tipe 2 (IL-4, IL-10)

Sel B jumlah sel B dan sel plasma


respon terhadap neo-antigen
produksi immunoglobulin polispesifik berafinitas rendah
Etiologi
Penyebab sepsis terbesar : bakteri Gram negatif dengan
persentase 60% - 70% lipopolisakarida (LPS) atau
endotoksin glikoprotein.
Sepsis Gram negatif merupakan komensal normal dalam
saluran gastrointestinal struktur yang berdekatan atau
berpindah dari perineum ke uretra atau kandung kemih.
sepsis Gram negatif fokus primernya dapat berasal dari
saluran genitourinaria dan saluran empedu.
Staphylococci, Pneumococci, Streptococci, dan bakteri Gram
positif lainnya jarang menyebabkan sepsis 20-40%
infeksi kulit, saluran respirasi dan juga luka yang terbuka
Prognosis
Sepsis berat adalah keadaan yang memiliki prognosis
jelek pada seluruh kelompok umur. Faktor-faktor yang
digunakan untuk memprediksi outcome pada pasien
dengan penyakit kritis mencakup :
Status imunitas
Jenis kelamin
Umur
Kejadian nosokomial
Komorbiditas
Keparahan penyakit
Prognosis
Walaupun umur adalah faktor penting dalam
memprediksi lama rawatan di ICU, namun
peningkatan mortalitas yang terjadi pada lansia
dengan sepsis terjadi karena penyakit komorbid
yang dialami kelompok usia ini, antara lain :
Metastatic neoplasm (43.4%)
Penyakit hati kronik (37.1%)
Non-metastatic neoplasm (36.9%)
Penyakit ginjal kronis
PPOK (32.1%)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai