1
2
Definisi
• Penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis
• Penyakit infeksi yang kronis yang
mempunyai ciri-ciri adanya tuberkel-2 /
granuloma di paru-paru
• Penyakit infeksi yang merupakan efek-
efek primer dari parenkim paru
3
Etiologi
• MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS
• Basil dgn ukuran panjang 1-4 mm dan lebar 0,3-
0,6 mm
• Terdiri atas asam lemak (lipid) tahan asam
• Hidup sebagai parasit intraseluler dalam
sitoplasma makrofag
• Bersifat aerob
• Bersifat dormant
• Pertumbuhan kumannya lambat
• Tidak tahan terhadap ultraviolet
4
Faktor risiko
• Berasal dari negara berkembang
• Anak-anak < 5 tahun atau orang tua
• Infeksi HIV
• Penghuni rumah beramai-ramai
• Imunosupresi
• Kemiskinan dan malnutrisi
5
Port d’entree
• Saluran pernapasan
• Saluran pencernaan
• Luka terbuka pada kulit
PENYEBARAN
• Limfohematogen
• Hematogen
6
Proses penularan
• Droplet nuclei (3000)
• Dua faktor penentu keberhasilan
pemaparan Tuberkulosis :
- konsentrasi droplet dalam udara
- panjang waktu individu bernapas dalam
udara yg terkontaminasi
- daya tahan tubuh individu
7
Insiden
• Epidemik : menginfeksi sepertiga penduduk
dunia
• Di Indonesia penyebab kematian no.3 setelah
jantung dan penyakit infeksi saluran pernapasan
• WHO : 583.000 kasus baru tuberkulosis / tahun
dgn kematian 140.000
• Setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat
130 penderita baru tuberkulosis dgn BTA positif
8
Patofisiologi
• Droplet yg mengandung kuman-2 basil tuberkel
dari orang yg terinfeksi
• Sampai di alveolus timbul reaksi peradangan
• Leukosit polimorfonuklear memfagosit tapi tdk
membunuh (berhari-hari)
• Leukosit diganti oleh makrofag
• Alveoli terkonsolidasi bisa timbul gejala/ tdk
• Makrofag mengadakan infiltrasi dan membentuk
sel tuberkel
• Membutuhkan waktu 10-20 hari
9
10
Penularan tuberkulosis
• 1. TB primer
kuman masuk ke dalam paru-2 sampai
alveoli dan terbentuk kompleks Ghon.
Belum terbentuk kekebalan spesifik
• 2. Reaktifasi TB Primer
kurang lebih 2 tahun dari TB primer
penyebaran hematogen ke segmen apikal
posterior dan berbagai jaringan tubuh
• 3. Reinfeksi
bila ada penurunan imunitas tubuh atau
penularan terus menerus dlm suatu keluarga
11
Klasifikasi TB Paru
TB Paru BTA positif, kriteria :
• Dengan atau tanpa gejala klinik
• BTA (+)
• Gambaran radiologik sesuai dg TB Paru
13
Gejala respiratorik
• Batuk
Paling dini dan sering dikeluhkan. Non produktif
berdahak bercampur darah
• Batuk darah
Terjadi karena pecahnya pembuluh darah.
Dapat berupa bercak, gumpalan atau darah
segar
• Sesak napas
Terjadi bila kerusakan parenkim sudah luas atau
disertai efusi pleura, pneumothorax
• Nyeri dada
Nyeri pleuritik mengenai sistem persarafan di
pleura 14
Gejala sistemik
• Demam
Timbul sore dan malam, hilang timbul
• Keringat malam
• Anoreksia
• Penurunan BB
• Malaise
15
16
Gejala klinis Haemoptoe
Batuk darah :
17
Gejala klinis Haemoptoe
Muntah darah :
18
Gejala klinis Haemoptoe
Epistaksis :
19
Pemeriksaan diagnostik
• Pemeriksaan radiologik
• Pemeriksaan laboratorium : darah, sputum
• Tes Tuberkulin
• Biopsi jaringan
• Bronkoskopi
20
Lanjutan….
• Kultur Sputum adalah Mikobakterium Tuberkulosis Positif pada tahap akhir
penyakit
• Tes Tuberkalin adalah Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi
48-72 jam)
• Poto Thorak adalah Infiltrasi lesi awal pada area paru atas : pada tahap dini
tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas : pada
kavitas bayangan, berupa cincin : pada klasifikasi tampak bayangan bercak-
bercak padat dengan densitas tinggi.
• Bronchografi adalah untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru
karena TB paru
• Darah adalah peningkatan leukosit dan laju Endap darah (LED)
• Spirometri adalah Penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun
•
21
22
Gambaran radiologi
23
24
25
Pengobatan
Dua fase yaitu :
• Fase intensif (2-3 bulan)
Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin
dan Etambutol
• Fase lanjutan (4-7 bulan)
Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan
Amoksisilin + Asam Klavulanat, Derifat
Rifampisin / INH
26
27
Strategi penanganan TB (WHO)
Directly Observed Treatment Short Course (DOTS)
• Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil
keputusan dalam penanggulangan TB.
• Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik
langsung sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti
pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit
pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
• Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)
khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus
minum obat setiap hari.
• Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek
yang cukup.
• Pencatatan dan pelaporan yang baku.
28
Proses Keperawatan
Pengkajian
1. Riwayat perjalanan penyakit :
• Pola aktivitas dan istirahat
• Pola nutrisi
• Respirasi
• Rasa nyaman nyeri
• Integritas ego
29
Pengkajian
2. Riwayat penyakit sebelumnya
3. Riwayat pengobatan sebelumnya
4. Riwayat sosial ekonomi (pekerjaan,
psikososial)
5. Faktor pendukung (lingkungan, life style,
pendidikan/ pengetahuan)
6. Pemeriksaan diagnostik
30
Diagnosa keperawatan
• Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan: Sekret kental atau sekret darah, Kelemahan,
upaya batuk buruk.
• Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan:
Berkurangnya keefektifan permukaan paru,
atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler,
Sekret yang kental, Edema bronchial.
• Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi
berhubungan dengan: Daya tahan tubuh menurun,
fungsi silia menurun, sekret yang inenetap,
Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar,
Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan, Kurang
pengetahuan tentang infeksi kuman. 31
Diagnosa keperawatan
• Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan,
Batuk yang sering, adanya produksi sputum,
Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan
finansial.
• Kurang pengetahuan tentang kondisi,
pengobatan, pencegahan berhubungan dengan:
Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang
salah, Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak
akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif
32
Rencana keperawatan
• Diagnosa 1
• Tujuan : mempertahankan jalan napas pasien
• Intervensi :
• Kaji fungsi pernapasan
• Catat kemampuan untuk mengeluarkan sekret
atau batuk efektif. Catat karakter, jumlah
sputum, adanya hemoptisis
• Berikan pasien posisi semi atau fowler
• Bersihkan sekret dari mulut / trakea, suction bila
perlu
• Pertahankan intake cairan min. 2500 ml / hari
• Berikan obat : agen mukolitik, bronkodilator
33
Rencana keperawatan
• Diagnosa 2
• Tujuan : melaporkan tidak terjadi dispnea
• Intervensi :
• Kaji dispnea, takipnea, bunyi napas abnormal
• Evaluasi perubahan tingkat kesadaran
• Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu
aktivitas sesuai kebutuhan
• Monitor GDA
• Berikan oksigen sesuai indikasi
34
Rencana keperawatan
• Diagnosa 3
• Tujuan : penyebaran infeksi tidak terjadi
• Intervensi :
• Review patologi penyakit fase aktif/ tidak aktif
• Identifikasi orang-orang yg berisiko terkena infeksi
• Anjurkan pasien tutup mulut dan membuang dahak
di tempat penampungan
• Gunakan masker
• Monitor suhu
• Tekankan untuk tidak menghentikan terapi yg
dijalani
• Monitor sputum BTA
• Pemberian OAT 35
Rencana keperawatan
• Diagnosa 4
• Tujuan : nutrisi terpenuhi
• Intervensi :
• Catat status nutrisi pasien
• Kaji pola diet pasien yg disukai/ tdk disukai
• Monitor intake dan output secara periodik
• Catat adanya mual, muntah
• Anjurkan bedrest
• Anjurkan makan sedikit dan sering. Tinggi
protein dan karbohidrat
• Konsul ke ahli gizi
• Berikan antipiretik 36
Rencana keperawatan
• Diagnosa 5
• Tujuan : pasien paham tentang proses
penyakitnya
• Intervensi
• Kaji kemampua belajar pasien
• Identifikasi tanda-tanda yg dapat dilaporkan
• Tekankan pentingnya asupan TKTP
• Berikan informasi yg spesifik
• Jelaskan penatalaksanaan & efek samping obat
37
Evaluasi
1. Keefektifan bersihan jalan napas.
2. Fungsi pernapasan adekuat untuk mernenuhi
kebutuhan individu.
3. Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah
penyebaran infeksi.
4. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan
meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.
5. Pemahaman tentang proses
penyakit/prognosis dan program pengobatan
dan perubahan perilaku untuk memperbaiki
kesehatan.
38
39
40